Beranda History Bella Cantik TSM 1
Beranda History Bella Cantik TSM 1
Beranda History Bella Cantik TSM 1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN FUNGSIONALISME STRUCTURAL
Pengertian Fungsionalisme Structural adalah salah satu paham atau perspektif di
dalam sosiologi yang memandang masyarakat sebagai satu sistem yang terdiri dari bagianbagian yang saling berhubungan satu sama lain dan bagian yang satu tak dapat berfungsi
tanpa ada hubungan dengan bagian yang lain.
Pandangan teori ini masyarakat terdiri dari berbagai elemen atau insitusi. Masyarakat
luas akan berjalan normal kalau masing-masing elemen atau institusi menjalankan fungsinya
dengan baik.
B. KARAKTERISTIK PERSPEKTIF STRUKTURAL FUNGSIONAL
Teori ini menekankan keteraturan (order) dan mengabaikan konflik dan perubahanperubahan dalam masyarakat. Konsep-konsep utamanya antara lain: fungsi, disfungsi, fungsi
laten, fungsi manifes, dan keseimbangan (equilibrium).
Functionalist (para penganut pendekatan fungsional) mellihat masyarakat dan
lembaga-lembaga sosial sebagai suatu sistem yang seluruh bagiannya saling tergantung satu
Adaptasi (adaptation): supaya masyarakat bisa bertahan dia harus mampu menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan dirinya.
Pencapai tujuan (goal attainment): sebuah sistem harus mampu menentukan tujuannya dan
berusaha mencapai tujuan-tujuan yan teah dirumuskan itu.
Integrasi (integration): masyarakat harus mengatur hubungan di antara komponen
komponennya supaya dia bisa berfungsi secara maksimal.
Latensi atau pemiliharaan poa-pola yang sudah ada: setiap masyarakat harus
mempertahankan, memperbaiki, dan membaharuhi baik motivasi individu-individu maupun
polapola budaya yang menciptakan dan mempertahankan motivasi-motivasi itu.
Keempat persyaratan fungsional itu mempunyai hubungan erat dengan keempat
sistem tindakan sebagai mana akan di uraikan pada bagian berikut nanti. Sistem organisme
biologis dalam sistem tindakan berhubungan dengan fungsi adaptasi yakni menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan. Sistem kepribadian
melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan merumuskan tujuan dan menggerakan segala
sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Sistem sosial berhubungan dengan fungsi
integrasi dengan mengontrol komponen-komponen pembentuk masyarakat itu. Akhirnya
sistem kebudayaan berhubungan dengan fungsi pemeliharaan pola-pola atau struktur-struktur
yang ada dengan menyiapkan norma-norma dan niai-niai yang memotivasi mereka dalam
berbuat sesuatu.
b)
Sistem Tindakan
Konsep tentang sistem merupakan inti dari setiap diskusi mengenai Tacott Parsons.
Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara baian-bagian yang berhubungan satu sama lain.
Kesatuan antara bagian itu pada umumnya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain,
bagian-bagian itu membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau maksud
tertentu (Abercrombie cs. 1984: 22). Sebagaimana telah disebutkan di atas, teori Parsons
mengenai tindakan, meliputi empat sistem, yakni: sistem budaya, sistem sosial, sistem
kepribadian, dan sistem organisme (aspek biologis manusia sebangai satu sistem).
Bagaimana Parsons mendefinisikan keempat sistem itu? Pertama adalah sistem
budaya. Dalam sistem ini, unit analisis yang paling dasar ialah tentangartiatausistem
simbolik. Beberapa contoh dari sistem-sistem simbolik. Beberapa contoh dari sistemsistem simbolik adalah kepercayaan religius, bahasa, dan niai-nilai. Dalam tingkatan ini,
Parsons memusatkan perhatiannya pada nilai-nilai yang dihayati bersama. Konsep tentang
sosialisasi, misalnya, mempunyai hubungan dengan tingkatan analisa ini. menurut dia,
sosialisasi terjadi ketika nilai-nilai yang dihayati bersama dalam masyarakat diinternalisir
oleh anggota-anggota masyarakat itu. Dalam hal ini, anggota-anggota suatu masyarakat
membuat nilai-nilai masyarakat menjadi nilai-nilainya sendiri. Sosialisasi mempunyai
kekuatan integratif yang sangat tinggi dalam mempertahankan kontrol sosial dan keutuhan
masyarakat.
Sistem Parsons berikutnya adalah sistem sosial. Sistem ini mendapat perhatian yang
cukup besar dalam uraianya kesatuan yang paling dasar dalam analisa ini adalah interaksi
berdasarkan peran. menurut Tallcott Parsons sistem sosial adalah interaksi antara dua atau
lebih individu di dalam suatu lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara
kelompok-kelompok, institusi-institusi, masyarakat-masyarakat, dan organisasi-organisasi
internasional. Salah satu contoh dan sistem sosial adalah universitas yang memiliki sruktur
dan bagian-baian yang berhubungan satu sama lain. sistem sosial selalu terarah kepada
equilibrium (keseimbangan).
Sistem yang ketiga adalah sistem kepribadian. kesatuan yang paling dasar dari unit
ini adalah individu yang merupakan actor atau pelaku. pusat perhatiannya dalam analisa ini
adalah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap, sikap, seperti motivasi untuk
mendapat kepuasan atau keuntungan. sebagaimana akan kita lihat pada bab-bab berikutnya,
motivasi untuk mendapat kepuasan atau keuntungan ini berlaku juga dalam teori konflik dan
teori pertukaran. Asumsi dasar dari kedua teori itu ialah bahwa manusia ingat diri dan
cenderung memperbesar keuntungan bagi dirinya sendiri.
Sistem yang terakhir dari keempat sistem itu ialah sistem organisme atau aspek
biologis dari manusia. kesatuan yang paling dasar dalam sistem ini adalah manusia dalam
arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang termasuk ke dalam aspek fisik
ini ialah lingkungan fisik di mana manusia itu hidup. Dalam hubungan dengan sistem ini
parsons menyebutkan secara khusus sistem syaraf dan kegiatan motorik. Salah satu minat
Parsons pada saat-saat terakhir hudupnya iaah mengembangkan sebuah abang baru sosiologi
yang disebut sosiobiologi. Dalam studi itu ia mempelajari perilaku sosial berdasarkan hukumhukum biologis.
c) Skema tindakan
Skema tindakan Parsons memiliki empat komponen, yakni:
Pelaku atau aktor: aktor atau pelaku ini dapat terdiri dari seorang individu atau suatu
kolektivitas. Parsons melihat aktor ini sebagai termotivisir untuk mencapai tujuan.
Tujuan (goal): tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras dengan nilai-nilai yang ada di
dalam masyarakat. Misalnya, aktor ingin memperoleh gelar sarjana.
Situasi: tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam situasi ialah prasarana dan
kondisi. prasarana berarti fasilitas, alat-alat dan biaya yang diperlukan untuk mencapai
tujuan. Sedangkan kondisi adalah halangan yang menghambat tercapainya tujuan. Misalnya
aktor mempunyai biaya dan kemampuan intelektual untuk kuliah guna mendapat gelar
sarjana, tetapi sayang ia bekerja purna waktu pada suatu perusahan sehingga sulit untuk
kuliah.
Standar-standar normatif: ini adalah skema tindakan yang paling penting menurut Parsons.
Guna mencapai tujuan, aktor harus memenuhi sejumlah standar atau aturan yang berlaku
guna memperoleh sarjana itu. Norma-norma adalah sangat penting dalam skema tindakan
Parsons. Oleh karena itu Parsons menganggap sistem budaya sebagai hal yang paling penting
dalam empat sistem tindakan yang dikemukakannya.
d) Perubahan Sosial
Salah satu kritik yang dilancarkan terhadap karya Parsons yang terlalu mengutamakan
equilibrium ialah ia tidak bisa menjelaskan bagaimana terjadinya perubahan sosial. hal itu
bisa kelihatan dengan dengan jelas karena dalam suatu equilibrium atau keseimbangan tidak
ada ruangan untuk perubahan. namun demikian Parsons telah menjelaskan hal itu dalam salah
satu bab yang berjudul, proses perubahan dalam sistem-sistem sosial, di dalam bukunya
sosial system (1951). Konsep perubahan sosial Parsons bersifat berlahan-lahan dan selalu
dalam usaha untuk menyesuaikan diri demi teriptanya kembali equilibrium. dengan kata lain,
perubahan yang dimaksudkan oleh parsons itu bersifat evolusioner dan bukannya
revolusioner.
Konsep demikian, yakni perubahan yang bersifat evolusioner, sebetulnya bukanlah
sesuatu yang baru sama sekali. Keprihatinan para sosiolog pada awal perkembangan sosiologi
ialah berusaha untuk menjelaskan proses transformasi yang terjadi pada masyarakat disekitar
mereka. Dua revolusi besar di eropa yakni revolusi prancis dan revolusi industri di ingris
menandakan lenyapnya keteraturan seperti yang terdapat pada masyarakat aristokratis dan
pada masyarakat agraris sebelumnya. para ilmuan yang hidup pada jaman itu tidak hentihentinya berfikir tentan perubahan masyarakat dari bentuk yang satu ke bentuk lain nya
berfikir tentang perubahan masyarakat dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya yang sama
sekali baru.
Konsep tentang perubahan yang bersifat evolusioner dari Parsons dipengaruhi oleh
para pendahulunya seperti Aguste Comte, Herbert Spencer, dan Emile Durkheim. Aguste
Comte yang seringkali disebut sebangai bapak sosiologi percaya bahwa manusia
berkembang melalui tiga tahap sesuai dengan perkembangan tiga tahap masyarakat yakni,
teologis, metafisis, dan positif. kemudian Herbert spencer mengaplikasikan teori evolusi
Darwin untuk masyarakat. Dia berpendapat bahwa sebagaimana makluk hidup, demikian
juga masyarakat berkembang dari tahap yang sederhana menuju sesuatu yang komplek atau
majemuk. Lalu Durkheim juga menjelaskan perubahan dari masyarakat yang mekanik kepada
masyarakat yang semakin organik oleh adanya kemajuan dan pembagian kerja.
D. APLIKASI TEORI STRUKTURAL FUNGSIONAL
Menurut teori struktural Fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem memiliki
struktur yang terdiri dari banyak lembaga, dimana masing-masing lembaga memiliki fungsi
sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi, dengan kompleksitas yang berbeda-beda, ada pada setiap
masyarakat, baik masyarakat modern maupun masyarakat primitif. Misalnya, lembaga
sekolah mempunyai fungsi mewariskan nilai-nilai yang ada kepada generasi baru. Lembaga
keagamaan berfungsi membimbing pemeluknya menjadi anggota masyarakat yang baik dan
penuh pengabdian untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Lembaga ekonomi
memilki fungsi untuk mengatur proses produksi dan distribusi barang-barang dan jasa-jasa di
masyarakat. Lembaga politik berfungsi menjaga tatanan sosial agar berjalan dan ditaati
sebagaimana
mestinya.
Lembaga
keluarga
berfungsi
menjaga
keberlangsungan
menggunakan kendaraan umum bisa menggunakan becak atau andong. Lembaga ekonomi
mengetahui bahwa masyarakat akan lebih tercukupi kebutuhannya kalau ada angkuatn kota
berupa colt.
Usaha menyediakan kolt sebagai angkutan kota tersebut akan sangat menguntugkan
baik bagi masyarakat maupun bagi pengusaha. Apalagi, kalau bentuk angkutan kota adalah
colt pick-up. Oleh karenanya, lembaga ekonomi menyediakan angkutan kota dalam wujud
colt pick-up.
Hasilnya, masyarakat senang, karena tujuan yang dapat ditempuh dalam waktu yang
relative singkat dan ongkosnya relative murah. Pengusaha (sebagai wujud lembaga ekonomi)
senang karena mendapatkan keuntungan. Tetapi, beberapa waktu kemudian dampak negatif
muncul, yaitu ketegangan-ketegangan di masyarakat, karena pengendara becak dan andong
mulai unjuk rasa.
Karena pengendara becak dan andong merasa rugi atau rezekinya mereka di ambil
oleh angkutan kota. Melihat ketegangan masyarakat, lembaga politik mulai mengambil
langkah penyesuaian. Pemerintah atau pun DPR membuat aturan jalan mana saja yang boleh
dilalui oleh kendaraan umum angkutan kota. Kendaraan angkutan kota tidak boleh seenaknya
sendiri dalam mengambil penumpang.
Dengan aturan ini pengusaha angkutan kota untung, masyarakat untung, demikian
pula pengendara becak dan andong tetap mendapatkan rezeki. Dan masyarakat berada dalam
keseimbangan kembali, dengan kondisi uang lebih maju dan baik dari pada kondisi
sebelumnya. Di mana masyarakat bisa pergi dengan lebih bebas dan murah. Salah satu pakar
teori structural fungsional, Talcott Parsons, mengembangkan teori yang disebut The
Structure Of Sosial Action .
Dalam teori ini Parsons mengemukakan tentang konsep perilaku sukarela yang
mencakup beberapa elemen pokok.
1) Aktor sebagai individu.
2) Aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai.
3) Aktor memiliki berbagai cara-cara yang mungkin dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan tersebut.
4)
Aktor dihadapkan pada berbagai kondisi dan situasi yang dapat mempengaruhi pemilihan
cara-cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut.
5) Aktor dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam menentukan tujuan yang
diinginkan dan cara-cara untuk mencapai tujuan tersebut.
6)
Perilaku, termasuk bagaimana aktor mengambil keputusan tentang cara- cara yang akan
digunakan untuk mencapai tujuan, dipengaruhi ole ide-ide dan situasi-kondisi yang ada.
BAB III
KESIMPULAN
Beberapa tokoh utama pengembang dan pendukung teori Struktural Fungsional pada
zaman modern ini bisa disebut antara lain Talcott Parsons, Robert K. Merton dan Neil
Smelser. Teori Struktural Fungsional dalam menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi di
masyarakat mendasarkan pada tujuh asumsi ( Lauer, 1977 ), yaitu : (1) Masyarakat harus
dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari berbagai bagian yang saling
berinteraksi, (2) Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat
timbal balik, (3) Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, dimana penyesuaian yang ada tidak
perlu banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh, (4) Integrasi yang sempurna di
masyarakat tidak pernah ada, oleh karena itu di masyarakat senantiasa timbul keteganganketeganagan
dan
penyimpangan-penyimpangan.
Tetapi
ketegangan-ketegangan
dan
penyimpangan-penyimpangan ini akan dinetralisir lewat proses pelembagaan, (5) Perubahanperubahan akan berjalan secara gradual dan perlahan-perlahan sebagai suatu proses adaptasi
dan penyesuaian, (6) Perubahan adalah merupakan hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh
adanya diferensiasi dan inovasi, (7) Sistem diintegrasikan lewat pemilikan nilai-nilai yang
sama.
Menurut teori struktural Fungsional, masyarakat sebagai suatu sistem memiliki
struktur yang terdiri dari banyak lembaga, dimana masing-masing lembaga memiliki fungsi
sendiri-sendiri. Struktur dan fungsi, dengan kompleksitas yang berbeda-beda, ada pada setiap
masyarakat, baik masyarakat modern maupun masyarakat primitif. Misalnya, lembaga
sekolah mempunyai fungsi mewariskan nilai-nilai yang ada kepada generasi baru. Lembaga
keagamaan berfungsi membimbing pemeluknya menjadi anggota masyarakat yang baik dan
penuh pengabdian untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat. Lembaga ekonomi
memilki fungsi untuk mengatur proses produksi dan distribusi barang-barang dan jasa jasa
di masyarakat. Lembaga politik berfungsi
DAFTAR PUSTAKA
Jones, Pip. 2009. Pengantar Teori-Teori Sosial, Dari Teori Fungsionalisme Hingga Postmodernisme.
Jakarta: Yayasan obor
Ritzer, George dan barry smart. 2012. Teori sosial. Bandung: nusamedia
Wirawan, I.B. 2012. Teori-teori Sosial dalam Tiga Paradigma.Jakarta: Kencana Prenadamedia
Grouup
Sumber : http://destravaganzahistory.blogspot.co.id/2015/06/c-teorifungsionalisme-struktural.html
assalamualaikum
Rabu, 22 Januari 2014
Teori Fungsionalisme Struktural dalam Sosiologi
Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan dan
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsep
utamanya
adalah
fungsi,
disfungsi,
fungsi
laten,
fungsi
manifest
dan
cara
menyelesaikannya
sehingga
masyarakat
tetap
dalam
perbudakan dalam sistem sosial Amerika Serikat lama khususnya bagian selatan.
Perbudakan jelas fungsional bagi masyarakat Amerika Serikat kulit putih. Karena
sistem tersebut dapat menyediakan tenaga buruh yang murah, memajukan
ekonomi pertanian kapas serta menjadi sumber status sosial terhadap kulit
putih. Tetapi sebaliknya, perbudakan bersifat disfungsi. Sistem perbudakan
membuat orang sangat tergantung kepada sistem ekonomi agraris sehingga
tidak siap untuk memasuki industrialisasi.
Dari pendapat Merton tentang fungsi, maka ada konsep barunya yaitu
mengenai sifat dari fungsi. Merton membedakan atas fungsi manifest dan fungsi
latent. Fungsi manifest adalah fingsi yang diharapkan (intended) atau fungsional.
Fungsi manifest dari institusi perbudakan di atas adalah untuk meningkatkan
produktifitas di Amerika Selatan. Sedangkan fungsi latent adalah sebaliknya
yaitu fungsi yang tidak diharapkan, sepanjang menyangkut contoh di atas
fungsai latentnya adalah menyediakan kelas rendah yang luas.
Penganut Teori Fungsionalisme Struktural sering dituduh mengabaikan
variabel konflik dan perubahan sosial dalam teori-teori mereka. Karena terlalu
memberikan tekanan pada keteraturan (order)
penting
yang
dapat
disimpulkan
bahwa
masyarakat
menurut
Asumsi dasar
Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang paling
besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang
pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan
Herbet Spencer. Asumsi-asumsi dasarnya adalah bahwa seluruh struktur sosial
atau setidaknya diprioritaskan, menyumbang terhadap suatu integrasi dan
adaptasi sistem yang berlaku, artinya pemikiran structural fungsional sangat
dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai
organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan,
ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme
tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya
pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan
sosial.
Fungsionalisme Sruktural
1.
Wilbert Moore)
Menurut mereka, dalam masyarakat pasti ada stratifikasi atau kelas,
stratifikasi sosial merupakan fenomena yang penting dan bersifat universal.
Stratifikasi adalah keharusan fungsional, semua masyarakat memerlukan sistem
seperti dan keperluan ini sehingga memerlukan stratifikasi. Mereka memandang
sistem stratifikasi sebagai sebuah struktur, dan tidak mengacu pada stratifikasi
individu pada system stratifikasi, melainkan pada sistem posisi (kedudukan).
Pusat perhatiannya ialah bagaimana agar posisi tertentu memiliki tingkat
prestise berbeda dan bagaimana agar individu mau mengisi posisi tersebut.
Masalah fungsionalnya ialah bagaimana cara masyarakat memotivasi dan
Posisi yang tinggi tingkatannya dalam stratifikasi cenderung untuk tidak diminati
tetapi penting untuk menjaga keberlangsungan masyarakat, juga memerlukan
bakat dan kemampan terbaik. Pada keadaan ini masyarakat dianjurkan agar
memberi reward kepada individu yang menempati posisi tersebut agar dia
menjalankan fungsinya secara optimal. Jika ini tidak dilakukan maka masyarakat
akan kekurangan individu untuk mengisi posisi tesebut yang berakibat pada
tercerai-berainya masyarakat.
Adapun kritik terhadap Teori Stratifikasi Struktural-Fungsional ialah :
a. Teori ini menolak keberadaan masyarakat tanpa kelas pada waktu kapanpun.
b. Teori ini melanggengkan orang yang pada keadaan awal telah memiliki
kekuasaan, prestise dan uang.
c. Posisi penting yang disebutkan dalam teori ini merupakan sesuatu yang relatif
satu dengan yang lain.
d. Latency(
pemeliharaan
pola),
Sistem
tersebut
juga
harus
melengkapi,
3.
Sebagai seorang yang mungkin dianggap lebih dari ahli teori lainnya telah
mengembangkan
pernyataan
mendasar
dan
jelas
tentang
teori-teori
kegiatan system sebagai keseluruhan. Menurut Merton, postulat yang kertiga ini
masih kabur (dalam artian tak memiliki kejelasan), belum jelas apakah suatu
fungsi merupakan keharusan.
D.
berkaitan
menjelaskan
bahwa
diantara
hubungan
fungsional-struktural
2.
3.
4.
lainnya.
Sebaliknya masing-masing sub-sistem itu, harus memiliki empat prasyarat
fungsional yang harus mereka adakan sehingga bias diklasifikasikan sebagai
suatu istem. Parsons menekankan saling ketergantungan masing-masing system
itu ketika dia menyatakan: secara konkrit, setiap system empiris mencakup
keseluruhan, dengan demikian tidak ada individu kongkrit yang tidak merupakan
sebuah organisme, kepribadian, anggota dan sistem sosial, dan peserta dalam
sistem cultural.
Walaupun fungsionalisme struktural memiliki banyak pemuka yang tidak
selalu harus merupakan ahli-ahli pemikir teori, akan tetapi paham ini benarbenar berpendapat bahwa sosiologi adalah merupakan suatu studi tentang
struktur
atau
lembaga
sosial.
System
ialah
organisasi
dari
buku karyanya The Social System. Pada akhir 1960-an, Parsons mendapat
serangan oleh sayap radikal sosiologi Amerika yang baru muncul, karena ia
dipandang konservatif (dalam sikap politiknya maupun teori-teorinya). Selain itu
teori-teorinya juga dipandang hanya sebagai skema kategorisasi panjang-lebar
yang
rumit.
Pada tahun 1980-an, teori-teorinya diminati di seluruh dunia. Menurut Holton dan
Turner (1986), karya-karya Parsons memberikan kontribusi lebih besar bagi teori
sosiologi, daripada Marx, Weber maupun Durkheim. Selain itu, ide-ide pemikiran
Parsons maupun teori-teorinya, tidak hanya mempengaruhi para pemikir
konservatif namun juga teoretisi Neo-Marxian (khususnya Jurgen Habermas)
Setelah kematian Parsons, sejumlah bekas mahasiswanya, semuanya sosiolog
sangat terkenal, merenungkan arti penting teorinya maupun pencipta teori itu
sendiri. Robert Merton, adalah salah seorang mahasiswanya ketika Parsons baru
saja mulai mengajar di Harvard. Merton menjadi teoritisi terkenal karena teori
ciptaannya sendiri, menjelaskan bahwa mahaiswa pascasarjana yang datang ke
Harvard, di tahun-tahun itu bukan hendak belajar dengan Parsons tetapi juga
dengan Sorokin,salah seorang anggota senior jurusan sosiologi yang menjadi
musuh utama Parsons. Celaan Merton mengenai kuliah pertama Parsons dalam
teori juga menarik, terutama karena materi yang disajikan adalah basis untuk
salah satu buku teori yang paling berpengaruh pada sosiologi. Berdasarkan
semua hasil karyanya, Talcott Parsons adalah tokoh fungsionalis struktural
modern terbesar hingga saat ini.
C. FUNGSIONALISME STRUKTURAL TALCOTT PARSONS
Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara sistematis
berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah sekumpulan konsep,
definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang menghadirkan suatu
teorinya
Parsons
menganalogikan
perubahan
sosial
dalam
strukturnya
maupun
berdasarkan
makna
fungsionalnya
bagi
akan
tumbuh
dengan
kemampuan
yang
lebih
baik
untuk
teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang.
Fungsionalisme struktural adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi
dan antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur
dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan
masyarakat
secara
keseluruhan
dalam
hal
fungsi
dari
elemen-elemen
Fungsi dikaitkan
Sistem
kepribadian,
melaksanakan
fungsi
pencapaian
tujuan
dengan
Comte,
Hebert
Spencer,
dan
Emile
Durkheim.
dengan
adanya
kesamaan
antara
kehidupan
dalam
masyarakat.
Teori
Fungsionalisme
Struktural
Parsons
mencemaskan
dan
kemudian
diikuti
oleh
pergantian
dan
yang
sama-sama
kita
miliki.
yang
berlaku.
Pemikir fungsionalis menegaskan bahwa perubahan diawali oleh tekanantekanan kemudian terjadi integrasi dan berakhir pada titik keseimbangan yang
selalu
berlangsung
tidak
sempurna.
Artinya,
teori
ini
melihat
adanya
spesialisasi
harus
diganti
dengan
pengujian
pengalaman
secara
fundamental
sistem
sosial
selalu
cenderung
bergerak
ke
arah
tertentu.
Fase
Permulaan.
Voluntaristik
Fase
(segi
ini
berisi
kemauan)
tahap-tahap
dari
tindakan
perkembangan
sosial
atas
dibandingkan
teori
dengan
Fase
Ketiga.
Fase
ini
terutama
mengenai
model
sibernetik
(elektronik
menjelaskan
perubahan
sosial.
Dari ketiga fase tersebut, dapat dinyatakan bahwa Parsons telah melakukan
tugas penting, yaitu: ia mencoba untuk mendapatkan suatu penerapan dari
sebuah konsep yang memadai atas hubungan-hubungan antara teori sosiologi
dengan ekonomi. Ia juga mencari kesimpulan-kesimpulan metodologis dan
epistemologis dari apa yang dinamakan sebagai konsep sistem teoritis dalam
ilmu sosial. Ia mencari basis-basis teoritis dan metodologis dari gagasan
tindakan sosial dalam pemikiran sosial.
E. EMPAT FUNGSI IMPERATIF SISTEM TINDAKAN (AGIL)
Poloma menyatakan bahwa dalam teori struktural fungsional Parsons ini,
terdapat empat (4) fungsi untuk semua sistem tindakan. Secara sederhana
fungsionalisme struktural adalah sebuah teori yang pemahamannya tentang
masyarakat didasarkan pada model sistem organik dalam ilmu biologi. Artinya,
fungsionalisme melihat masyarakat sebagai sebuah sistem dari beberapa bagian
yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Satu bagian tidak bisa dipahami
terpisah dari keseluruhan. Dengan demikian, dalam perspektif fungsionalisme
ada beberapa persyaratan atau kebutuhan fungsional yang harus dipenuhi agar
sebuah sistem sosial bisa bertahan. Parsons kemudian mengembangkan apa
yang dikenal sebagai imperatif-imperatif fungsional agar sebuah sistem bisa
bertahan. Imperatif-imperatif tersebut adalah: Adaptasi, Pencapaian Tujuan,
Integrasi, dan Latensi atau yang biasa disingkat AGIL (Adaptation, Goal
Attainment, Integration, Latency).
1. Adaptasi.
Sebuah sistem ibarat makhluk hidup. Artinya agar dapat terus berlangsung
hidup, sistem harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang ada.
Harus mampu bertahan ketika situasi eksternal sedang tidak mendukung.
2. Goal (Pencapaian)
Sebuah sistem harus memiliki suatu arah yang jelas, dapat berusaha mencapai
tujuan utamanya. Dalam syarat ini, sistem harus dapat mengatur, menentukan
dan memiliki sumber daya untuk menetapkan dan mencapai tujuan yang bersifat
kolektif.
3. Integrasi
Sebuah
sistem
harus
mengatur
hubungan
antar
bagian
yang
menjadi
Pemeliharaan
pola,
sebuah
sistem
harus
melengkapi,
memelihara
dan
norma.
ini
masih
berbentuk
kerajaan.
Seperti
yang
diungkapkan
Parsons
sebelumnya bahwa era evolusi akhir tidak boleh terkontaminasi dengan budaya
kerajaan.
Tujuan
utama
Parsons
sendiri
adalah
menginginkan
adanya
sendiri tetap stabil meskipun tidak mencapai era The New Lead Society seperti
yang dipaparkan oleh Parsons.
Pada unit analisis AGIL pun terdapat beberapa fakta yang dapat
menyangkalnya, contohnya pada suku Badui dalam, masyarakat suku ini tidak
beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya, yang berarti menurut analisis AGIL,
tidak memenuhi fungsi adaptation maka tidak akan dapat memenuhi kebutuhan
dari sistem masyarakat tersebut. Tetapi nyatanya masyarakat suku Badui dalam
tetap dapat eksis tanpa fungsi adaptation tersebut. Pada intinya Parsons
menjelaskan teori fungsionalisme strukturalnya kepada suatu pemahaman
mengenai sistem yang mengacu kepada konsep equilibrium dalam kehidupan
masyarakat. Menurutnya untuk dapat memahami atau mendeskripsikan suatu
sistem maka harus ada suatu fungsi mengenai hal tersebut.
Maka dari itu Parsons percaya, bahwa ada empat persyaratan mutlak yang
harus ada suypaya fungsionalis masyarakat dapat berjalan, yakni AGIL. pada
dasarnya Parsons melihat bahwa AGIL ini mampu menjadi sebuah fungsi sebagai
keteraturan yang harus dimiliki dan dijalankan setiap masyarakat. AGIL
mempunyai arti : Adaptation (Adaptasi), Goal attainment (Pencapaian tujuan),
Integration (Integrasi) dan Latensi (Pemeliharaan pola). Dengan adanya hal ini,
Parsons yakin bahwa tingkat keseimbangan dalam masyarakat akan tersusun
dan terjaga sehingga terhindar dari adanya kerusakan fungsional antar pribadi di
dalamnya, hal ini, menimbulkan banyak asumsi-asumsi yang kontroversial yang
seharusnya Parsons teliti lebih lanjut, bahwa jika fungsi AGIL ini hanya mampu
melenggangkan
atau
mempertahankan
suatu
kekuasaan
atas
kedudukan
individu, maka tidak mungkin suatu sistem organisme yang ia jelaskan mampu
terlaksana, serta ia terlalu merendahkan konsepsi mengenai perubahan sosial
secara revolusioner yang dapat terjadi secara tiba-tiba. Dalam teorinya ini,
Parsons lebih tertuju kepada sistem sebagai satu kesatuan daripada aktor
sebagai peran yang menduduki suatu kendali sistem, bukannya mempelajari
bagaimana aktor tersebut mampu menciptakan dan memelihara sistem tetapi
sebaliknya. Hal yang patut untuk di kaji lebih dalam mengenai kelemahan teori
fungsionalisme-struktural & AGIL bahwa pandangan pendekatan ini terlalu
bersifat umum atau terlalu kuat memegang norma, karena menganggap bahwa
masyarakat akan selalu berada pada situasi harmoni, stabil, seimbang, dan
mapan. Ini terjadi karena analogi dari masyarakat dan tubuh manusia yang
dilakukan oleh Parsons bisa diilustrasikan, bahwa tidak mungkin terjadi konflik
antara tangan kanan dengan tangan kiri, demikian pula tidak mungkin terjadi
ada satu tubuh manusia yang membunuh dirinya sendiri dengan sengaja.
Demikian pula karakter yang terdapat dalam masyarakat.
Teori Parsons tersebut, terlalu mengedepankan strukturalisasi pencapaian
yang menekankan konsep equilibrium dalam dalam sistem di masyarakat secara
fakta, serta ia terlalu subjektif dengan angan-angannya bahwa setiap individu
senantiasa mensosialiasikan diri terhadap lingkungan dan lingkungan juga
menyesuaikan fungsinya terhadap diri, dan ia lebih menekankan pada aspek
perubahan sosial secara evolusioner di bandingkan revolusioner akibat dasar
pemikiran sistem biologisnya. Adapun kritik lainnya terhadap Talcott Parsons
adalah pemikirannya tentang masyarakat yang terlalu menekankan pada
keseimbangan dalam masyarakat, sehingga ia kurang memperhatikan tentang
perubahan dan mobilisasi sosial. Ini berarti dia melepaskan postivisme Comte
dari fungsionalisme. Parsons juga gagal membuktikan keempirisan dari teorinya
sehingga tidak dapat dibuktikan kebenarannya, walaupun menurut dasar
logikanya, ia menggunakan logika deduksi.
H. KESIMPULAN
gradual
(perlahan-lahan
atau
bertahap)
melalui
penyesuaian-
Robert King Merton (biasa disingkat Robert K. Merton) lahir pada tanggal 4
Juli 1910 di pemukiman kumuh di Philadelphia Selatan. Ia berkuliah di universitas
Temple kemudian melanjutkan di Universitas Harvard.
Model struktual fungsional
Model struktural fungsional Merton mengkritik apa yang dilihatnya sebagai
tiga postulat dasar
analisis fungsional seperti yang dikembangkan oleh antropolog Malinowsi dan
Radcliffe Brown. Postulat yang pertama adalah kesatuan fungsional
masyarakat. Postulat ini menyatakan bahwa seluruh kepercayaan dan praktik
sosial budaya standar bersifat fungsional bagi masyarakat secara keseluruhan
maupun bagi individu dalam masyarakat. Pandangan ini mengandung arti bahwa
berbagai sistem sosial pasti menunjukkan tingginya level integrasi. Namun,
Merton berpandangan bahwa meskipun hal ini berlaku bagi masyarakat kecil dan
primitif, generalisasi ini dapat diperluas pada masyarakat yang lebih besar dan
lebih kompleks.
Postulat
yang
kedua
adalah
fungsionalisme
universal.
Jadi,
dinyatakan bahwa semua bentuk dan struktur sosial kultural memiliki fungsi
positif. Merton berpendapat bahwa ini bertentangan dengan apa yang ditemukan
didunia nyata. Jelas bahwa tidak setiap struktur, adat istiadat, gagasan,
keyakinan dan lain sebagainya memiliki fungsi positif. Contoh, nasionalisme buta
bisa
jadi
sangat
persenjataan nuklir.
disfungsional
di
dunia
yang
tengah
mengembangkan
yang
mendorongnya
untuk
mengembangkan
paradigma
analisis
sudut
pandang
fungsional
tersebut
memusatkan
Merton
perhatian
menjelaskan
pada
bahwa
kelompok,
analisis
organisasi,
masyarakat dan kebudayaan. Ia menyatakan bahwa objek apa pun yang dapat
dianalisis secara struktural fungsional harus merepresentasikan unsur-unsur
standar
(yaitu,
yang
terpola
dan
berulang)(Merton,
1949/1968:104).
Ia
kelompok,
struktur
sosial,
alat
kontrol
sosial
dan
lain
fungsionalis
struktural
awal
cenderung
lebih
memusatkan
terdapat
bias
ideologi
ketika
orang
hanya
memusatkan
menjelaskan
bahwa
konsekuensi-konsekuensi
yang
tidak
diantisipasi dan fungsi-fungsi laten tidaklah sama. Fungsi laten adalah suatu tipe
konsekuensi yang tidak terantisipasi, sesuatu yang fungsional bagi sistem yang
dirancang. Namun, ada dua jenis konsekuensi tak terantisipasi lain : hal-hal
disfungsional bagi sistem yang telah ada dan itu semua mencakup disfungsi
laten, dan hal-hal tidak relevan dengan sistem yang mereka pengaruhi secara
fungsional atau disfungional...konsekuensi-konsekuensi nonfungsional (Merton,
1949/1968: 105).
Sebagai klarisifikasi lebih lanjut atas teori fungsional, Merton menunjukkan
bahwa suatu struktur bisa jadi disfungsional bagi sistem secara keseluruhan
namun mungkin saja terus ada. Orang dapat mengambil contoh bahwa
diskriminasi terhadap kulit hitam, perempuan dan kelompok minoritas lain
adalah sesuatu yang disfungsional bagi masyarakat Amerika, namun itu semua
terus ada karena fungsional bagi sebagian sistem sosial, misalnya : diskriminasi
terhadap kaum perempuan biasanya bersifat fungsional bagi laki-laki.
Kritik utama
kritik substantif menyatakan bahwa fungsionalisme struktural tidak terlalu
membahas sejarah, karenannya secara inheren ia bersifat ahistoris. Sebenarnya,
fungsionalisme struktural berkembang, paling tidak sebagian, sebagai reaksi
atas pendekatan evolusioner historis yang dikembangkan beberapa antropolog.
Pada tahun-tahun awal, fungsionalisme melangkah terlalu jauh mengkritik teori
evolusi dan mulai memusatkan perhatiannya pada masyarakat kontemporer
ataupun masyarakat abstrak. Namun, fungsionalisme struktural tidak musti
ahistoris (Turner dan Maryanski, 1979).
Para fungsionalis struktural juga dikritik karena tidak mampu menjelaskan
proses perubahan sosial secara efektif (Abrakamson, 1978, P. Cohen, 1968, Mills
1959, Turner dan Maryanski).
Percy
Cohen
(1968)
melihat
biang
masalah
ini
didalam
teori
http://nurdiansahferdi.blogspot.co.id/2014/01/teori-fungsionalisme-
struktural-dalam.html
Diajukan untuk memenuhi salah satu Tugas Ulangan Akhir Semester Teori
Sosiologi Klasik II
Dosen Pembimbing :
Sri Damayanti, M.Si,
Disusun Oleh :
Dea Agin Maulida
1138030037
SOSIOLOGI III / A
KATA PENGANTAR
FUNGSIONALISME
STRUKTURAL
ROBERT
K.
MERTON
TERHADAP
SWT
senantiasa
menyertai
kita
dalam
melaksanakan
tugas
yang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..........................................................................i
DAFTAR ISI ...................................................................................ii
BAB I: PENDAHULUAN.....................................................................1
A. Latar Belakang Masalah ...........................................................1
B. Rumusan Masalah ....................................................................1
C. Tujuan Penulisan .......................................................................2
BAB II: PEMBAHASAN.....................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
menimbulkan disfungsi itu sendiri seperti kehilangan akal sehat dan dapat
merusak organ tubuh untuk peminumnya itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
C.
Tujuan Penulisan
Untuk
mengetahui
Definisi
dari
Fungsionalisme
Struktural,
Teori
Nelayan,
dan
Relevansi
atau
Hubungan
Teori
Fungsinalisme
BAB II
PEMBAHASAN
an5[4]. Ketika itu teori fungsionalisme struktural merupakan teoritis standar yang
diikuti mayoritas sosiolog dan hanya sebagian kecil saja yang menentangnya.
Namun
mulai
tahun
1960-an
dominasi
teoritik
fungsionalisme
struktural
kehidupan
masyarakat
harus
berfungsi
atau
fungsional
sehingga
dan perubahan pada salah satu institusi lain dan pada gilirannya
keseluruhan karena perubahan yang terjadi pada satu bagian akan membawa
perubahan pula terhadap bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa
setiap struktur dalam sistem sosial, fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya
kalau tidak fungsional maka struktur itu tidak aka nada atau akan hilang dengan
sendirinya.
Penganut teori ini cenderung untuk melihat hanya kepada sumbangan satu
sistem atau peristiwa terhadap sistem yang lain dank arena itu mengabaikan
kemungkinan bahwa suatu peristiwa atau suatu sistem dapat beroperasi
menentang fungsi-fungsi lainnya dalam suatu sistem sosial.
Secara ekstrim teori ini mengatakan bahwa segala sesuatu di dalam
masyarakat ada fungsinya, termasuk hal-hal seperti kemiskinan, peperangan,
atau kematian.
mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam masyarakat. Konsepkonsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten, fungsi manifest dan
keseimbangan (equilibrium).7[6]
B.
praktik yang
pada
kelompok-kelompok,
organisasi-organisasi,
masyarakat-
dapat
ditundukkan
kepada
analisis
fungsional
struktural
harus
Masyarakat harus dianalisis sebagai satu kesatuan yang utuh yang terdiri dari
berbagai bagian yang sering berinteraksi.
2.
Hubungan yang ada bisa bersifat satu arah atau hubungan yang bersifat timbal
balik.
3.
Sistem sosial yang ada bersifat dinamis, di mana penyesuaian yang ada tidak
perlu banyak merubah sistem sebagai satu kesatuan yang utuh.
4.
5.
6.
Perubahan adalah merupakan suatu hasil penyesuaian dari luar, tumbuh oleh
adanya diferensiasi dan inovasi.
7.
akibat-akibat
yang
dapat
diamati
yang
menuju
adaptasi
atau
Merton
fungsi-fungsi
didefinisikan
sebagai
konsekuensi-
konsekuensi yang diamati yang dibuat untuk adaptasi atau penyesuaian suatu
sistem tertentu. Akan tetapi ada satu bias (simpangan) ideologis yang jelas
ketika orang hanya berfokus pada adaptasi atau penyesuaian karena mereka
selalu merupakan konsekuensi-konsekuensi positif. Perlu dicatat bahwa fakta
sosial yang satu dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi negatif untuk fakta
sosial yang lainnya untuk mengoreksi penghilangan serius tersebut yang terjadi
di dalam fungsionalisme awal, Merton mengembangkan ide mengenai disfungsi.
Sebagaimana
9[8] George Ritzer- Teori Sosiologi dari Klasik sampai Perkembangan Terakhir Postmodern.loc. cit.
10[9] George Ritzer- Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Op.cit. Hal. 22
11[10] Bernard Raho. Op.cit. Hal. 63
positif
lebih
banyak
daripada
disfungsi,
atau
sebaliknya.
Marton
2.
Kenyataan sosial dan keadaan yang sebenarnya akan dikenal dengan lebih
baik, bila fungsi-fungsi sembunyi dari suatu fenomena sosial dipelajari.
3.
4.
Hal
itu
membuat
teori
fungsional
mengatasi
hal-hal
bias
yang bermakana. Masyarakat kita, misalnya, dapat terus ada (dan bahkan
ditingkatkan) dengan pelenyapan diskriminasi terhadap berbagai kelompok
minoritas.
Uraian yang diberikan Merton sering mempunyai manfaat yang besar bagi
sosiolog yang ingin melaksanakan analisis-analisis fungsional struktural.
C.
persoalan
keberagamaan
dalam
masyarakat
nelayan
hampir
di
setiap
masyarakat.
Di
Indramayu,
tepatnya
di
Desa
Karena miras (minuman keras). Maka bagi sebagian diantara mereka yang tidak
mengeikuti akan minum-minuman keras akan lebih di alienasi (terasingkan) dari
lingkunagnnya.
Kematian akibat menenggak miras di Kabupaten Indramayu mendapatkan
perhatian Dinas Kesehatan Indramayu, terutama ketika momen perayaan hari
raya pada rentang H-7 dan H+7 lebaran. Sebagian pesta hari raya yang
diadakan masyarakat dianggap tidak terlepas dari unsur miras (minuman keras).
Pesta pada momen perayaan hari raya juga dipengaruhi oleh kebiasaan
nelayan di pesisir Indramayu. Biasanya, banyak dari nelayan pada waktu-waktu
tersebut pulang melaut. Berbekal pendapatan dari hasil tangkapan, mereka
kemudian mengadakan pesta. Di pesta seperti itulah, sejumlah miras (minuman
keras) kemudian diperdagangkan dan dikonsumsi.
Angka kematian akibat menenggak miras cenderung menunjukkan peningkatan
setiap tahunnya, dan lebih besar daripada angka kematian akibat kecelakaan.
Tidak hanya orang dewasa saja yang minum-minuman keras, karena saat
para nelayan itu pulang dan mengadakan pesta miras (minuman keras) dirumah,
anak-anak pun melihat dan mengikuti jejak para nelayan tersebut. Akan tetapi
berbeda, anak-anak biasanya meminum oplosan, campuran dari obat komik dan
minuman kuku bima.
pada
kelompok-kelompok,
organisasi-organisasi,
masyarakat-
dapat
ditundukkan
kepada
analisis
fungsional
struktural
harus
Menurut
Merton
fungsi-fungsi
didefinisikan
sebagai
konsekuensi-
konsekuensi yang diamati yang dibuat untuk adaptasi atau penyesuaian suatu
sistem tertentu. Akan tetapi ada satu bias (simpangan) ideologis yang jelas
ketika orang hanya berfokus pada adaptasi atau penyesuaian karena mereka
selalu merupakan konsekuensi-konsekuensi positif. Perlu dicatat bahwa fakta
sosial yang satu dapat mempunyai konsekuensi-konsekuensi negatif untuk fakta
sosial yang lainnya untuk mengoreksi penghilangan serius tersebut yang terjadi
di dalam fungsionalisme awal,
Merton mengembangkan ide mengenai disfungsi. Sebagaimana strukturstruktur atau lembaga-lembaga dapat berperan dalam pemeliharaan bagianbagian
lain
sistem
sosial,
mereka
juga
dapat
mempunyai
konsekuensi-
sosial [12] yang ada dalam suatu masyarakat tertentu serba fungsional dalam
artian positif dan negatif.
Bagi nelayan praktek minum-minuman keras sudah menjadi tradisi.
Minuman keras di lingkungan nelayan memiliki fungsi, dimana fungsi tersebut
untuk membuat tubuh mereka menjadi hangat di tengah laut dan lepas akan
pikiran-pikiran berat. Karena faktor laut itu sendiri ,yang berada di tengah laut
dan cuacanya yang tak menentu dan dingin sehingga membuat para nelayan
menjadi suka dengan minuman keras.
Dari teori fungsionalisme struktural Robert K. Merton, selain fungsi maka
akan ada yang namanya disfungsi dimana lebih mengarah ke pada sisi negatif.
Praktek miras (minuman keras) di lingkungan nelayan pada kenyataannya
menimbulkan disfungsi, dimana miras (minuman keras) dapat merusak organ
dalam tubuh, dan menghilangkan akal sehat yang dapat menimbulkan tidak
sadarnya diri dan melakukan tindakan menyimpang dan kejahatan.
BAB III
13[12] George Ritzer- Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Op.cit. Hal. 23
PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
Teori Robert K. Merton berfokus pada kelompok, dan nelayan adalah sebuah
kelompok yang bekerja di tengah laut untuk mencari ikan, yang prosesnya
berulang. Merton mengembangkan ide fungsi, minuman keras di lingkungan
nelayan memiliki fungsi, dimana fungsi tersebut untuk membuat tubuh mereka
menjadi hangat di tengah laut dan lepas akan pikiran-pikiran berat. Merton juga
mengembangkan ide disfungsi. Praktek miras (minuman keras) di lingkungan
nelayan pada kenyataannya menimbulkan disfungsi, dimana miras (minuman
keras) dapat merusak organ dalam tubuh, dan menghilangkan akal sehat yang
dapat menimbulkan tidak sadarnya diri dan melakukan tindakan menyimpang
dan kejahatan.
B.
Saran
Mungkin inilah yang diwacanakan pada penulisan ini meskipun penulisan
ini jauh dari sempurna minimal saya mengimplementasikan tulisan ini. Masih
banyak kesalahan dari penulisan saya, karna saya manusia yang tempatnya
salah dan dosa, dan kebenaran hanya milik Allah, dan saya juga butuh saran/
kritikan agar bisa menjadi motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada
masa sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
George.
2013.
Sosiologi
Ilmu
Pengetahuan
2013.
Teori
Sosiologi
Dari
Klasik
Sampai
(diakses
(diakses
12 November 2014)
sumber : http://dea-agin.blogspot.co.id/2015/04/makalah-analisis-teorifungsionalisme.html
tanggal