Kelainan Kongenital
Kelainan Kongenital
Kelainan Kongenital
NIM: 04011181621048
Kelas: Beta
LI : Kelainan Kongenital
A. Definisi Kelainan Kongenital
Kelainan kongenital (Kelainan bawaan) adalah kelainan yang sudah ada sejak
lahir yang dapat disebabkan oleh faktor genetik maupun non genetik. Ilmu yang
mempelajari kelainan bawaan disebut dismorfologi. Dismorfologi merupakan kombinasi
dari bidang embriologi, genetika klinik dan ilmu kesehatan anak (Ali Usman,2008:41).
Kelainan kogenital ini terlihat pada saat bayi lahir. Kelainan ini juga dapat berupa
penyakit yang diturunkan (didapat atas salah satu atau kedua orangtua) atau tidak
diturunkan (Prawirohardjo,2009:705).
B. Patofisiologi
Berdasarkan patogenesis, kelainan kongenital dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Malformasi
Malformasi adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh kegagalan atau
ketidaksempurnaan dari satu atau lebih proses embriogenesis. Perkembangan awal
dari suatu jaringan atau organ tersebut berhenti, melambat atau menyimpang sehingga
menyebabkan terjadinya suatu kelainan struktur yang menetap.
Malformasi dapat digolongkan menjadi malformasi mayor dan minor.
Malformasi mayor adalah suatu kelainan yang apabila tidak dikoreksi akan
menyebabkan gangguan fungsi tubuh serta mengurangi angka harapan hidup.
Sedangkan malformasi minor tidak akan menyebabkan problem kesehatan yang serius
dan mungkin hanya berpengaruh pada segi kosmetik. Malformasi pada otak, jantung,
ginjal, ekstrimitas, saluran cerna termasuk malformasi mayor, sedangkan kelainan
daun telinga, lipatan pada kelopak mata, kelainan pada jari, lekukan pada kulit
(dimple), ekstra putting susu adalah contoh dari malformasi minor.
2.
Deformasi
embriologinya tetapi mempunyai letak yang sama pada titik tertentu saat
perkembangan embrio. Beberapa kompleks disebabkan oleh kelainan vaskuler.
Penyimpangan pembentukan pembuluh darah pada saat embriogenesis awal, dapat
menyebabkan kelainan pembentukan struktur yang diperdarahi oleh pembuluh
darah tersebut. Sebagai contoh, absennya sebuah arteri secara total dapat
menyebabkan tidak terbentuknya sebagian atau seluruh tungkai yang sedang
berkembang. Penyimpangan arteri pada masa embrio mungkin akan
mengakibatkan hipoplasia dari tulang dan otot yang diperdarahinya. Contoh dari
kompleks, termasuk hemifacial microsomia, sacral agenesis, sirenomelia, Poland
Anomaly, dan Moebius Syndrome.
e. Sindrom
Bila kombinasi tertentu dari berbagai kelainan ini terjadi berulang-ulang
dalam pola yang tetap, pola ini disebut dengan sindrom. Istilah syndrome
berasal dari bahasa Yunani yang berarti berjalan bersama. Sampai tahun 1992
dikenal lebih dari 1.000 sindrom dan hampir 100 diantaranya merupakan kelainan
kongenital kromosom. Sedangkan 50% kelainan kongenital multipel belum dapat
digolongkan ke dalam sindrom tertentu.
2. Menurut Berat Ringannya
Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
a. Kelainan mayor
Kelainan mayor adalah kelainan yang memerlukan tindakan medis segera
demi mempertahankan kelangsungan hidup penderitanya.
b. Kelainan minor
Kelainan minor adalah kelainan yang tidak memerlukan tindakan medis.
3. Menurut Kemungkinan Hidup Bayi
Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
a. Kelainan kongenital yang tidak mungkin hidup, misalnya anensefalus.
b. Kelainan kongenital yang mungkin hidup, misalnya sindrom down, spina
bifida, meningomielokel, fokomelia, hidrosefalus, labiopalastokisis, kelainan
jantung bawaan, penyempitan saluran cerna, dan atresia ani.
4. Menurut Morfologi
Kelainan kongenital dibedakan menjadi:
a. Gangguan pertumbuhan atau pembentukan organ tubuh, maksudnya adalah
organ tidak terbentuk hanya sebagian organ saja yang terbentuk, contohnya
anensefalus, atau terbentuk tapi ukurannya lebih kecil dari normal, contohnya
mikrosefali.
b. Gangguan penyatuan/fusi jaringan tubuh, contohnya labiopalatoskisis, spina
bifida
c. Gangguan migrasi alat, misalnya malrotasi usus, testis tidak turun.
d. Gangguan invaginasi suatu jaringan, misalnya pada atresia ani atau vagina
e. Gangguan terbentuknya saluran-saluran, misalnya hipospadia, atresia
esofagus
kegagalan penyatuan susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu. Komplikasi
potensial meliputi infeksi, otitis media, dan kehilangan pendengaran.
3. Hidrosefalus
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan
bertambahnya cairan serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial
yang meninggi, sehingga terdapat pelebaran ventrikel dan dapat diakibatkan oleh
gangguan reabsorpsi LCS (hidrisefalus komunikans) atau diakibatkan oleh obstruksi
aliran LCS melalui ventrikel dan masuk ke dalam rongga subaraknoid (hidrosefalus
non komunikans). Hidrosefalus dapat timbul sebagai hidrosefalus kongenital atau
hidrosefalus yang terjadi postnatal. Secara klinis, hidrosefalus kongenital dapat
terlihat sebagai pembesaran kepala segera setelah bayi lahir, atau terlihat sebagai
ukuran kepala normal tetapi tumbuh cepat sekali pada bulan pertama setelah lahir.
Peninggian tekanan intrakranial menyebabkan iritabilitas, muntah, kehilangan nafsu
makan, gangguan melirik ke atas, gangguan pergerakan bola mata, hipertonia
ekstrimitas bawah, dan hiperefleksia. Etiologi hidrosefalus kongenital dapat bersifat
heterogen. Pada dasarnya meliputi produksi cairan serebrospinal di pleksus korioidalis
yang berlebih, gangguan absorpsi di vilus araknoidalis, dan obsruksi pada sirkulasi
cairan serebrospinal.
4. Anensefalus
Anensefalus adalah suatu keadaan dimana sebagian besar tulang tengkorak dan
otak tidak terbentuk. Anensefalus merupakan suatu kelainan tabung saraf yang terjadi
pada awal perkembangan janin yang menyebabkan kerusakan pada jaringan
pembentuk otak. Salah satu gejala janin yang dikandung mengalami anensefalus jika
ibu hamil mengalami polihidramnion (cairan ketuban di dalam rahim terlalu banyak).
Prognosis untuk kehamilan dengan anensefalus sangat sedikit. Jika bayi lahir hidup,
maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.
5. Omfalokel
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong. Omfalokel
terjadi akibat hambatan kembalinya usus ke rongga perut dari posisi ekstra-abdominal
di daerah umbilicus yang terjadi dalam minggu keenam sampai kesepuluh kehidupan
janin. Terkadang kelainan ini bersamaan dengan terjadinya kelainan kongenital lain,
misalnya sindrom down. Pada omfalokel yang kecil, umumnya isi kantong terdiri atas
usus saja sedangkan pada yang besar dapat pula berisi hati atau limpa.
6. Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis berbeda dengan omfalokel, yaitu kulit dan jaringan subkutis
menutupi benjolan herniasi pada defek tersebut, pada otot rektus abdominis ditemukan
adanya celah. Hernia umbilikalis bukanlah kelainan kongenital yang memerlukan
tindakan dini, kecuali bila hiatus hernia cukup lebar dan lebih dari 5 cm. Hernia
umbilikalis yang kecil tidak memerlukan penatalaksanaan khusus, umumnya akan
menutup sendiri dalam beberapa bulan sampai 3 tahun.
7. Atresia Esofagus
Contoh pada kongenital atresia esophagus adalah jenis fistula trakeoesofagus. Lebih kurang 80% terdapat atresia atau penyumbatan bagian proksimal
esofagus sedangkan bagian distalnya berhubungan dengan trakea sebagai fistula
trakeo-esofagus. Secara klinis, pada kelainan ini tampak air ludah terkumpul dan terus
meleleh atau berbusa, pada setiap pemberian minum terlihat bayi menjadi sesak
napas, batuk, muntah, dan biru.
duodenum sering kali diikuti kelainan pankreas anularis. Pada pemeriksaan fisis
tampak dinding perut yang memberi kesan skafoid karena tidak adanya gas atau
cairan yang masuk ke dalam usus dan kolon.
ujung kolon yang buntu dengan traktus urinarius. Bila anus imperforata tidak disertai
adanya fistula, maka tidak ada jalan ke luar untuk udara dan mekonium, sehingga
perlu segera dilakukan tindakan bedah.
Umur
Semakin tua usia ibu (>35 tahun) maka ketika hamil dapat terjadinya risika
kelainan kogenital pada bayinya.. Contohnya yaitu bayi sindrom down lebih
sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati
masa menopause.
Agama
Maksudnya setiap agama ada tradisi masing-masing, contohnya pada agama
hindu beberapa orang hanya boleh memakan sayur-sayuran saja, tetapi pada
saat hamil sang ibu tidak hanya memakan sayuran saja tetapi komponen
penting untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi janinnya. Karena ibu yang
vegetarian selama kehamilan memiliki risiko lima kali yang lebih besar
melahirkan anak laki-laki dengan hipospadia atau kelainan pada penis.
Pendidikan
Terbatasnya pengetahuan ibu tentang bahaya kehamilan risiko tinggi dan
kurangnya kesadaran ibu untuk mendapatkan pelayanan antenatal
menyebabkan angka kematian perinatal meningkat. Oleh karena itu, penting
bagi sang ibu yang sedang mengandung untuk mengetahui tentang kesehatan
ibu hamil.
F. Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis postnatal kita perlu beberapa pendekatan, antara lain:
1. Penelaahan Prenatal
Riwayat ibu: usia kehamilan, penyakit ibu seperti epilepsi, diabetes melitus,
varisela, kontak dengan obat-obatan tertentu seperti alkohol, obat anti-epilepsi,
kokain, dietilstilbisterol, obat antikoagulan warfarin, serta radiasi.
2. Riwayat Persalinan
Posisi anak dalam rahim, cara lahir, lahir mati, abortus, status kesehatan neonatus.
3. Riwayat Keluarga
Adanya kelainan kongenital yang sama, kelainan kongenital yang lainnya,
kematian bayi yang tidak bisa diterangkan penyebabnya, serta retardasi mental.
4. Pemeriksaan Fisik
Mulai dari pengukuran sampai mencari anomali baik defek mayor maupun minor.
Biasanya bila ditemukan dua kelainan minor, sepuluh persen diserai kelainan
mayor. Sedangkan bila ditemukan tiga kelainan minor, delapan puluh lima persen
disertai dengan kelainan mayor.
5. Pemeriksaan Penunjang
Sitogenetik (kelainan kromosom), analisis DNA, ultrasonografi, organ dalam,
ekokardiografi, radiografi, serta serologi TORCH. Pemeriksaan yang teliti
terhadap pemeriksaan fisis dan riwayat ibu serta keluarga kemudian ditunjang
dengan melakukan pemotretan terhadap bayi dengan kelainan konenital adalah
LI : Kelainan Genetikal
A. Pengertian Kelainan dan Penyakit Genetik
Kelainan genetik(genetic abnormality) adalah penyimpangan dari sifat umum atau
sifat rata-rata pada manusia sehingga terjadi penyimpangan fenotip. Penyakit
genetik(genetic disorders) adalah penyakit yang muncul karena tidak berfungsinya
faktor-faktor genetik yang mengatur struktur dan fungsi fisiologi pada manusia
B. Penyebab Kelainan dan Penyakit Genetik
1. Mutasi gen : penyebab kelainan dan penyakit genetic pada manusia. Mutasi gen
merupakan perubahan susunan gen yang umumnya tidak sempurna.
2. Aneuploidi: Aneuploidi disebabkan ketika ada jumlah abnormal kromosom pada
organisme. Hal ini bisa disebabkan oleh hilangnya kromosom (monosomi) atau
adanya salinan tambahan dari kromosom (trisomi, tetrasomy, dll)
3. Delesi: Hilangnya bagian dari kromosom seperti dalam kasus sindrom Jacobsen.
4. Duplikasi: Duplikasi dari bagian kromosom yang menghasilkan jumlah ekstra
materi genetik.
5. Inversi: Pembalikan dari urutan nukleotida karena sebagian kromosom telah
patah, sempat terbalik dan disambungkan di lokasi asli kromosom.
6. Translokasi: Ketika ada bagian dari kromosom telah mendapat ditransfer ke
beberapa kromosom lainnya. Terkadang translokasi dapat terjadi antara dua
kromosom, dalam hal ini mereka pertukaran segmen kromosom. Namun, dalam
beberapa kasus sebagian dari kromosom mungkin hanya bisa melekat pada
kromosom lain.
C. Berdasarkan Sifat Alelnya, Kelainan dan penyakit digolongkan sebagai berikut:
1. Kelainan dan penyakit yang disebabkan alel tunggal autosomal yang
dominan
Kelainan dan penyakit ini disebabkan ketika seorang individu telah mewarisi
gen cacat dari orang tua tunggal. Gen ini rusak milik autosom. Seperti warisan yang
juga dikenal sebagai pola dominan autosomal dari warisan. Seperti:
a. Akondroplasia
Pada tubuhnya berbentuk kerdil karena gagalnya pertumbuhan tulang rawan
dan tualng sejati, sehingg tidak dapat tumbuh membesar. Pada kelainan ini hanya
bentuk tubuhnya saja yang berbeda sedangkan kecerdasan, ukuran kepala, dan
ukuran tubuh normal.
b. Brakidaktili
Pada jari tangan atau kakinya memendek karena ruas-ruas pada tulang jari
memendek.
c. Penyakit Huntington
Menggelengkan kepala pada satu arah(gedek) karena terjadi degenerasi
saraf yang cepat dan tidak dapat dibalik.
d. Polidaktili
Jumlah jari-jari tangan yang jumlahnya lebih dari jumlah normal.
e. Progeria
Penuaan pada usia dini
f. Sindrom Marfan
Terdapat kelainan pada jaringan pengikat.
g. Sindrom Achoo
Bersin yang kronis.
2. Kelainan dan penyakit yang disebabkan alel tunggal autosomal yang resesif
Kelainan dan penyakit tersebut memanifestasikan hanya ketika seseorang telah
mendapat dua alel rusak dari gen yang sama, satu dari setiap orangtua. Kelainan
genetik ini diwariskan melalui pola resesif autosomal dari warisan. Seperti:
a. Albino
Tidak adanya pigmen kulit(melanin)
c. Fibrosis Sistik
Tidak adanya protein yang membantu transport ion klorida melalui membran
plasma sehingga menghasilkan banyak lender yang mempengaruhi pancreas,
saluran pernafasan, dan lain-lain.
d. Fenilketonuria
Memiliki asam amino fenilalanin berlebih yang akan merusak sistim saraf dan
juga memicu keterbelakangan mental. Jika diberitahu dari awal, bayi dapat diberi
diet protein yang bebas fenitalanin.
e. Galaktosemia
Tidak dapat menggunakan galaktosa(Laktosa dari ASI Ibu) yang akan memicu
keterbelakangan mental. Jika diberitahu dari awal, bayi dapat diobati dengan
diberi diet protein yang bebas laktosa.
f. Thalassemia
Sel-sel darah merah tidak normal sehingga mengakibatkan anemia.
3. Kelainan dan penyakit yang disebabkan alel tertaut dengan kromosom seks
Ini adalah gangguan yang berhubungan dengan kromosom seks atau gen di
dalamnya. Seperti:
a. Buta Warna
Tidak dapat membedakan berbagai macam warna.
b. Ichtyosis
Defisiensi enzim sulfatase steroid menyebabkan kulit pada lengan dan kaki
kering dan tampak bersisik seperti ikan.
c. Hemophilia
Darah tidak dapat atau sangat lambat untuk bias membeku karena tidak adany
factor koagulasi
d. Sindrom Fragile X
Keterbelakangan mental.
e. Sindrom Lesch-Nyhan
Defisiensi enzim hipoksantin-guanin fosforil trans-ferase(HGPRT)
menyebabkan keterbelakangan mental, degenerasi motoric, dan kematian di usia
muda.
b. Sindrom Turner
Sterilitas ovarium dan sifat seksual yang tidak normal.
5. Pemberantasan penyakit cacingan bagi ibu dan anak-anak usia 1-5 tahun
6. Pengobatan anak yang sangat kurus, dengan menggunakan makanan terapetik siap
pakai
7. Pemberian makanan tambahan bagi ibu hamil yang kekurangan energi dan protein
bagi ibu hamil kurang makan
Peningkatan berat badan sangat menentukan kelangsungan hasil akhir kehamilan. Bila
ibu hamil sangat kurus makan akan melahirkan bayi dengan berat badan rendah (BBLR) dan
bayi prematur.
Menurut Kusmiyati (2009), proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah
sebagai berikut :
a. Pada trimester I kenaikan berat badan ibu lebih kurang 1 kg yang hampir seluruhnya
merupaka kenaikan berat badan ibu.
b. Pada trimester II sekitar 3 kg atau 0,3 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan berat
badan ini disebabkan pertumbuhan jaringan ibu.
c. Pada Trimester III sekitar 6 kg atau 0,3-0,5 kg/minggu. Sebesar 60% dari kenaikan
berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin.
B. Kebutuhan Gizi Selama Masa Kehamilan
1. Kebutuhan Energi
Energi sangat penting untuk ibu hamil karena energy berfungsi untuk
pertumbuhan janin, pembentukan plasenta, pembuluh darah, dan jaringan yang baru
(Almatsier, 2009). Ibu hamil memerlukan sekitar 80.000 tambahan kalori pada
kehamilan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi 2004 menganjurkan penambahan
sebesar 300 kkal/hari untuk ibu hamil trimester ketiga. Dengan demikian dalam satu
hari asupan energi ibu hamil trimester ketiga dapat mencapai 2300 kkal/hari.
Kebutuhan energi yang tinggi paling banyak diperoleh dari bahan makanan
sumber lemak, seperti lemak dan minyak, kacang-kacangan, dan biji-bijian. Setelah
itu bahan makanan sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula
murni (Almatsier, 2009).
2. Protein
Protein digunakan untuk pembentukan jaringan baru dari bayi dan ibu. Jumlah
protein yang harus tersedia sampai akhir kehamilan adalah sebanyak 925 gr yang
tertimbun dalam jaringan ibu, plasenta, serta janin. Widyakarya Pangan dan Gizi VIII
Daftar Pustaka