DEA (MAKALAH KELAINAN PERKEMBANGAN)
DEA (MAKALAH KELAINAN PERKEMBANGAN)
DEA (MAKALAH KELAINAN PERKEMBANGAN)
d. Sindrom
Sindrom merupakan sekelompok kelainan yang terjadi bersamaan,
mempunyai penyebab yang spesifik dan sama, dan resiko kejadian ulangnya
telah dapat diketahui atau diprediksi. Misalnya: sindrom alkohol fetus,
merupakan sekelompok kelainan yang disandang bayi yang dilahirkan oleh
seorang ibu pecandu berat alkohol. Kelainan ini meliputi kelainan kepala-
wajah (fisura palpebra yang pendek dan hipoplasia maksila), kelainan-
kelainan anggota badan (gangguan pergerakan dan posisi sendi), cacat
kardiovaskular (kelainan septa ventrikularis), serta keterbelakangan mental
dan keterlambatan pertumbuhan.
3. Faktor-faktor Penyebab Terkjadinya Kelainan Perkembangan
Faktor penyebab terjadinya kelainan perkembangan dapat dibedakan menjadi:
a. Faktor Genetik
Faktor genetik penyebab kelainan perkembangan berkaitan denga kelainan
kromosom dan kelainan gen. Faktor genetik menyebabkan lebil dari 1/3
kejadian malformasi kongenital, dan hampir 85% dari malformas yang telah
diketahui penyebabnya
1. Kelainan kromosom
Kelainan kromosom dapat dibedakan menjadi kelainan jumlah dan
kelainan struktur kromosom. Diperkirakan 50% dari semua konsepsi
berakhir dengan aborsi spontan, dan 50% dari abortus tersebut mempunyai
kelainan kromosom yang berat (Sadler, 1996). Jadi, sekitar 25% dari
semua konseptus mengalami kelainan kromosom utama.
Manusia penyandang kelainan kromosom umumnya memiliki
fenotip yang spesifik, misalnya karakteristik fisik penyandang sindrom
Down, dan biasanya mereka lebih mirip dengan sesama penyandang
kelainan kromosom, daripada dengan saudara kandungnya yang tidak
menyandang kelainan. Karakteristik ini tampaknya merupakan hasil dari
ketidakseimbangan genetik yang mengganggu perkembangan yang normal
2. Kelainan Gen
Sekitar 8% malformasi congenital disebabkan oleh kelainan gen
(mutasi gen). Mutasi merupakan berubahnya susunan nukleotida yang
menyebabkan hilangnya atau berubahnya fungsi suatu gen. Gen mutan
menimbulkan kelainan yang bersifat menurun. Gen mutan penyebab cacat
dapat bersifat dominan ataupun resesif. Cacat yang disebabkan oleh gen
mutan dominan misalnya: polidaktili, akondroplasia.
Cacat yang disebabkan oleh gen mutan resesif misalnya:
microcephaly (kepala kecil). Cacat yang disebabkan oleh gen mutan
resesif yang terkait pada autosom hanya akan terekspresikan bila dalam
keadaan homozigot. Radiasi berkekuatan tinggi dan banyak zat kimia
karsinogenik dapat meningkatkan kejadian mutasi gen.
b. Faktor Lingkungan
1. Infeksi
Infeksi yang terjadi pada induk terutama yang ditimbulkan oleh virus
dapat menyebabkan kelainan pada embrio yang dikandungnya, karena
virus dapat dengan mudah menembus barier plasenta.
Contoh:
• Infeksi virus rubela yang menyebabkan penyakit campak Jerman pada
ibu menimbulkan sindroma Rubela pada embrio (kelainan mata,
jantung, telinga dan langit-langit).
• Infeksi Toxoplasma gondii (toksoplasmosis) pada ibu menimbulkan
cacat kongenital pada janin yang dikandungnyaberupa kalsifikasi otak,
hidrosefalus, mikroftalmia, atau keterbelakangan mental. Toxoplasma
gondii merupakan protozoa parasit yang hidup dalam darah. Ibu hamil
dapat terinfeksi oleh protozoa ini melalui memakan daging yang
kurang matang; terkena feses hewan peliharaan (misalnya kucing)
yang terinfeksi.
• Cacar air (varisela). Ibu yang terinfeksi cacar air pada trimester
pertama kehamilan mempunyai 20% kemungkinan untuk melahirkan
bayi dengan kelainan kongenital yang berupa hipoplasia anggota
gerak, atrofi otot, dan keterbelakangan mental.
Semakin tua umur kehamilan, makin kecil kemungkinan terjadinya cacat
embrio sebagai akibat infeksi induk
2. Obat-obatan atau zat kimia yang lain
Obat-obatan/ zat kimia dengan berat molekul < 1000 dapat
melintasi plasenta dengan mudah, sehingga dimungkinkan menimbulkan
kelainan perkembangan embrio.
Contoh:
3. Radiasi
Efek radiasi pengion, misalnya radiasi sinar Xtergantung ada dosis
radiasi dan tingkat perkembangan embrio pada saat diberi penyinaran.
Sinar X dengan dosis tinggi yang mengenai wanita hamil dapat
menimbulkan mikrosefali, kelainan tengkorak, spina bifida, kebutaan,
langit-langit bercelah, dan kelainan anggota gerak.
Radiasi pengion juga dapat berpengaruh pada perkembangan
gamet, yaitu menyebabkan terjadinya non disjunction (gagal berpisah)
kromosom pada tahap anafase meiosis gametogenesis. Sebagai akibatnya
adalah dihasilkannya gamet (umumnya sel telur) yang mempunyai
kelainan jumlah kromosom. Kelainan jumlah kromosom ini dapat
berkaitan dengan kromosom tubuh maupun kromosom kelamin. Apabila
sel telur yang mempunyai kelainan ini nantinya dibuahi oleh sperma,
maka akan dihasilkan individu yang menyandang kelainan perkembangan.
4. Hormon
Contoh:
• Progestin sintetik (untuk mencegah aborsi) menimbulkan
maskulinisasi organ kelamin eksterna fetus perempuan, yaitu
terjadinya hipertrofi klitoris dan penyatuan labia.
• Dietilstilbestrol (DES suatu estrogen sintesik untuk mencegah aborsi) -
menimbulkan malformasi uterus, oviduk, dan vagina bagian
proksimal, kanker vagina (pada fetus perempuan), dan malformasi
testis pada fetus laki-laki
5. Emosi
Emosi ibu dapat mempengaruhi perkembangan embrio yang
dikandungnya melalui sistem hormon secara langsung maupun tidak
langsung. Misalnya stress psikhis yang berat ibu pada kehamilan 7-10
minggu dapat menyebabkan bayi lahir dengan bibir sumbing atau dengan
langit-langit bercelah.
Proses:
Pengaruh secara langsung melalui sistem hormon: Stress psikhis→
korteks adrenal hiperaktif hidrokortison meningkat → langit-langit
bercelah.
Pengaruh secara tidak langsung melalui sistem hormon: Stress
psikhis→ hipotalamus → korteks adrenal hiperaktif bercelah. hipofisis
sekresi adrenokortikotropin hidrokortison meningkat→ langit-langit.
Daftar Pustaka
Moore, K.L. 1989. Before We are Born. Philadelphia: W.B. Saunders.
O'Rahilly, R. Dan Muller, F. 2001. Human Embryology & Teratology. New York: John Wiley &
Sons.
Saddler, T.W., 1997. Embriologi Kedokteran Langman. (Alih Bahasa: Suyono). Jakarta: EGC.
Yatim, W. 1990. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito