Plasenta Previa
Plasenta Previa
Plasenta Previa
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian maternal masih menjadi tolak ukur untuk menilai baik buruknya
pelayanan kebidanan dan salah satu indicator tingkat kesejahteraan ibu. Angka kematian
maternal di Indonesia tertinggi di asie Tenggara. Menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga
(SKRT) tahun 1992 yaitu 421 per 100.000 kelahiran hidup, SKRT tahun 1995 yaitu 373 per
100.000 kelahiran hidup dan menurut SKRT tahun 2998 tercatat kematian maternal yaitu
295 per 100.000 kelahiran hidup.Diharapkan PJP II (pembangunan Jangka Panjang ke II0
(2019) menjadi 60-80 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab terpenting kamatian maternal
di Indonesia adalah perdarahan (40-60%), infeksi (20-30%) dan keracunan kehamilan (2030%), sisanya sekitar 5% disebabkan penyakit lain yang memburuk saat kehamilan atau
persalinan (Rosaningtyas, 2009)
Perdarahan dapat terjadi baik selama kehamilan, persalinan maupun masa nifas.
Prognosis dan penatalaksanaan kasus perdarahan selama kehamilan dipengaruhi oleh
umur kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan fetus, dan sebab perdarahan.Perdarahan
pada kehamilan harus selalu dianggap sebagai kelaian yang berbahaya.Perdarahan pada
kehamilan muda disebut abortus, sedangkan pada kahamilan tua disebut perdarahan
antepartum.
Di AS pada tahun 1997 terdapat 2,8 kasus perdarahan dari 1000 persalinan. Di
RSCM (1971-1975) terdapat 1 kasus perdarahan dari 125 persalinan terdaftar. Di RSSA
(2003-2004) terdapat 1 kasus dari 33 persalinan terdaftar. Penyebab utama perdarahan
antepartum yaitu plasenta previa dan solusio plasenta yang menyebabkan kehilangan darah
lebih dari 800 ml. Dari 12 kematian langsung yang disebabkan perdarahan, 3 diantaranya
oleh karena plasenta previa. Penyebab lainnya biasanya disebabkan oleh lesi ,local pada
vagina/serviks (Cuningham, 2007)
Angka kejadian plasenta previa sekitar 1 dari 200 persalinan. Insiden pada multipara
berkisar 1 dari 20 proses kelahiran. Di AS risiko terjadinya plasenta previa meningkat 1,5
sampai 5 kali lipat pada wanita dengan riwayat SC (secio cesaria). Pada wanita dengan
factor kehamilan pada usia lebih dari 35 tahun, multipara, riwayat dilatasi dan kuretase, dan
merokok, akan meningkatkan terjadinya plasenta previa (Miller, 2009).
Oleh karena angka kematian yang cukup tinggi dan juga kejadian yang cukup sring
akibat perdarahan antepartum khususnya plasenta previa, maka penulis merasa perlu untuk
membahas lebih lanjut mengenai plasenta previa, disesuaikan dengan kasus yang kami
angkat, sehingga diharapkan hal ini dapat meurunkan angka kematian dan angka kejadian
akibat plasenta previa.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tanda-tanda plasenta previa pada kasus pasien ini?
2. Apa faktor risiko yang menyebabkan terjadinya plasenta previa pada kasus pasien ini?
1.3 Tujuan
Penulisan laporan ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Tanda-tanda plasenta previa pada kasus pasien ini
2. Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya plasenta previa pada kasus pasien ini
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi dan Klsifikasi
Plasenta previa adalah suatu kelainan dimana plasenta berimplantasi pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri
internum. Implantasi plasenta yang normal iadalah pada dinding
depan, dinding
belakang rahim atau di daerah fundus uteri (Ohio State University, 2003)
2.2 Epidemiologi
Plasenta previa terjadi sekitar 1 dalam 200 kelahiran, tetapi hanya 20% termasuk
dalam plasenta previa totalis. Insiden meningkat 20 kali pada grande multipara. Dari
seluruh kasus perdarahan antepartum, plasenta previa merupakan penyebab terbanyak.
Oleh karena itu, pada kejadian perdarahan antepartum, kemungkinan plasenta previa
harus dipikirkan lebih dahulu (Miller, 2009)
2.3 Etiologi
Plasenta
previa
meningkat
kejadiannya
pada
keadaan-keadaan
yang
endometriumnya kurang baik, missal karena atrofi endometrium atau kurang baiknya
vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada:
1.
Multipara,terutama jika jarak antara kehamilannya pendek
2.
Mioma uteri
3.
Kuretase yang berulang
4.
Umur lanjut
5.
Bekas secio cesaria
6.
Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau
pemakai kokain. Hipoksemi yang terjadi akibat karbon monoksida akan dokompensasi
dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20
batang sehari) (Martaadisoebrata, 2005)
Keadaan endometrium yang kurang baik menyebabkan plasenta harus tumbuh
menjadi luas untuk mencukupi kebutuhan janin. Plasenta yang tumbuh meluas akan
medekati atau menutupi ostium uteri internum. Endometrium yang kurang baik juga
dapat menyebabkan zigot mencari tempat implantasi yang lebih baik, yaitu di tempat
yang rendah dekat ostium uteri internum (Martaadisoebrata, 2005)
2.3 Patofisiologi
Menurut DeCherney dan Nathan (2003), perdarahan pada plasenta previa
mungkin berhubungan dengan bberapa mekanisme sebagai berikut :
a. Pelepasan plasenta dari tempat implantasi selama pembentukan segmen bawah
rehim atau selama terjadi pembukaan ostium uteri internum atau sebagai akibat dari
manipulasi intrabagina (Vaginal Touchae)
b. Infeksi pada plasenta (Plasentitis)
c. Ruptur vena desidua basalis
ketujuh
member
gambaran
yang
tidak
berbeda
dari
abortus
(Martaadisoebrata, 2005)
Perdarahan pada plasenta previa disebabkan pergerakan antara plasenta
dan dinding rahim. Setelah bulan ke-4 terjadi regangan pada dinding rahim karena
isi rahim lebih cepat turunnya dari rahim sendiri. Akibatnya ismus uteri tertarik
menjadi bagian dinding korpus uteri yang disebut segmen bawah rahim
(Martaadisoebrata, 2005)
4. Infeksi nifas
Selain itu, kemungkinan infeksi nifas besar, karena luka plasenta lebih dekat
pada ostium dan perupakan port dentre yang mudah tercapai. Psien pada
umumnya anemia karena perdarahan sehingga daya tahannya lemah.
2.5 Diagnosa
Diagnosa dapat ditegakkan dari anamnesa dan pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
penunjang (Wiknjosastro, 2005):
1. Anamnesa yang sesuai dengan gejala klinis, yaitu terjadi perdarahan spontan dan
berulang melalui jalan lahir tanpa ada rasa nyeri
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi : terlihat perdarahan pervaginam berwarna merah segar
Palpasiabdomen : janin sering belum cukup bulan, sehingga fundus uteri masih rendah.
Sering disertai kesalahan letak janin. Bagian bawah janin belum turun, apabila letak
kepala, biasanya kepala masih dapat digoyang atau terapung. Bila pemeriksa sudah
cukup pengalaman dapat dirasakan suatu bantakan pada segmen bawah rahim,
terutama pada ibu yang kurus.
Inspekulo: Dengan pemeeriksaan inspekulo secara hati-hati, dapat diketahui asal
perdarahan, apakan dari dalam uterus, vagina, varises yang pecah atau lain-lain.
Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan di meja operasi (PMDO / pemeriksaan
dalam di meja operasi) karena dengan pemeriksaan dalam,akan menyebabkan
perdarahan pervaginam yang lebih deras.
Pemeriksaan penunjang:
Plasenta previa hampir selalu dapat diddiagnosa dengan menggunakan USG abdomen,
yang 95% dapat dilakukan tiap saat.
2.7 Diagnosa Banding (Hanafiah,2004)
Gejala dan
tanda
Pendaraha
n tanpa
nyeri,usia
gestasi
>22
minggu
Darah
segar atau
kehitaman
dengan
pembekua
n
Pendaraha
n dapat
terjadi
setelah
miksi atau
defekasi,a
ktivitas
fisik,kontr
aksi
Braxton
hicks atau
koitus
Faktor predisposisi
Multipara
Mioma uteri
Usia lanjut
Kuretase
berulang
Bekas SC
Merokok
Penyulit
Syok
Pendaraha
n setelah
koitus
Tidak ada
kontraksi
uterus
Bahagian
terendah
janin tidak
masuk PAP
Bisa
terjadi
gawat
janin
Diagnosis
Plasenta
previa
Pendaraha
n dengan
nyeri
intermitte
n atau
menetap
Warna
darah
kehitaman
dan
cair,tapi
mungkin
ada
pembekua
n jika
solusio
relative
baru
Jika ostium
terbuka,te
rjadi
pendaraha
n
berwarna
merah
segar
Pendaraha
n
intraabdo
minal
dan/atau
vaginal
Nyeri
hebat
sebelum
pendaraha
n dan
syok,yang
kemudian
hilang
setelah
terjadi
regangan
Hipertensi
Versi luar
Trauma
abdomen
Polihidroamni
on
Gemelli
Defisiensi gizi
Riwayat
seksio
sesarea
Partus lama
atau kasep
Disproporsi
kepala/fetopel
vik
Kelainan
letak/present
asi
Persalinan
traumatik
Syok yang
tidak
sesuai
dengan
jumplah
darah
(tersembu
nyi)
Anemia
berat
Melemah
atau
hilangnya
denyut
jantung
janin
Gawat
janin atau
hilangnya
denyut
jantung
janin
Uterus
tegang
dan nyeri
Solusio
Placenta
Syok atau
takikardia
Adanya
cairan
bebas
intraabdo
minal
Hilangnya
gerak atau
denyut
jantung
janin
Bentuk
uterus
abnormal
atau
konturnya
Ruptur
Uteri
hebat
pada perut
bawah.
(kondisi ini
tidak
khas)
2.8
Pendaraha
n
berwarna
merah
segar
Uji
pembekua
n darah
tidak
menunjuk
kan
adanya
bekuan
darah
setelah 7
menit
Rendahny
a factor
pembekua
n darah,
fibrinogen,
trombosit,
fragmenta
si sel
darah
Solusio
plasenta
Janin mati
dalam rahim
Eklamsis
Emboli air
ketuban
tidak jelas
Nyeri
raba/tekan
didning
perut dan
bahagian2
janin
mudah
dipalpasi
Pendaraha
n gusi
Gambaran
memar
bawah
kulit
Pendaraha
n dari
tempat
suntikan
jarum
infus
Ganggua
n
pembeku
an darah
Penanganan
Setiap ibu hamil dengan perdarahan antepartum harus segera dirujuk ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas transfuse darah dan operasi, tanpa dilakukan
pemeriksaan dalamyterlebih dahulu. Perdarahan yang pertama kali jarang
mengakibatkan kematian dengan syarat tidak dilakukanpemeriksaan dalam
Penanganan pasif/ekspektatif
Dahulu ada anggapanbahwa kehamilan dengan plasenta previa harus segera
diakhiri untuk menghindarkan perdqrahan yang fatal. Namun sekarang ternyata
terapi ekspektatif dapat dibenarkan dengan alas an sebagai berikut :
a. Perdarahan pertama pada plasenta previa jarang fatal
b. Untuk menurunkan kematian bayi karena prematuritas
Kriteria penanganan ekspektatif:
a.
b.
c.
d.
Perdarahan pada plasenta previa pertama kali terjadi biasanya sebelum paruparu janin matur, sehingga penanganan pasif ditujukan untuk meningkatkan survival
rate dari janin. Langkah awal adalah transfuse untuk mengganti kehilangan darah dan
penggunaan agen tokolitik untuk mencegah persalinan premature sampai usia
kehamilan 36 minggu. Setelah usia kehamilah 36 minggu, penambahan maturasi paruparu janin dipertimbangakan dengan beratnya risiko perdarahan mayor.
Kemungkinan terjadi perdarahan berulang yang dapat mengakibatkan IUGR
harus dipertimbangkan. Sekitar 75% kasus plasenta previa diterminasi pada usia
kehamilan 36-38 minggu (Hanafi, 2005)
Dalam memilih waktu yang optimum untuk persalinan, dilakukan tes maturasi
janin meliputi penilaian surfaktan cairan amnion dan pengukuran pertumbuhan janin
dengan USG. Penderita dengan umur kehamilan antara 24-34 minggu diberikan
preparat tunggal beramethason (12 mg im 2x1) untuk meningkatkan maturasi paru janin.
Berdasarkan data evidence based medicine, didapatkan pemakaian preparat ganda
steroid sebelum persalinan
Meningkatkan efek samping yang berbahaya bagi ibu dan bayi (hanafi, 2005)
Pada terapi ekspektatif, pasien dirawat di rumah sakit sampai berat anak 2500
gram atau kehamilan sudah sampai 37 minggu. Selama terapi ekspektatif diusahakan
untuk menentukan lokasi plasenta dengan pemeriksaan USG dan memperbaiki keadaan
umum ibu. Penderita plasenta previa juga harus diberikan antibiotik mengingat
kemungkinan terjadinya infeksi yang besar disebabkan oleh perdarahan dan tindakantindakan intrauterine. Setelah kondisi stabil dan terkontrol, penderita diperbolehkan
pulang dengan pesan segera kembali ke rumah sakit apabila terjadi perdarahan ulang
(Nathan, 2003)
2. Penangangan aktif/ terminasi kehamilan
Terminasi kehamilan dilakukan jika janin yang dikandung telah matur, IUFD atau
terdapat anomaly dan kelainan lain yang dapat mengurangi kelangsungan hidupnya,
pada perdarahan aktif dan banyak.
Kriteria penanganan aktif/terminasi kehamilan :
a.
Umur kehamilan >/= 37 minggu, BB janin >/= 2500 gram
b.
Perdarahan banyak 500cc taua lebih
c.
Ada tanda-tanda persalinan
d.
Keadaan umumpasien tidak baik, ibu anemis Hb <8gr% (Hanafi, 2005)
Jenis persalinan apa yang kita pilih untuk penanganan plasenta previa dan
kapan melaksanakannya bergantung pada factor-faktor:
-
Perdarahan banyak/sedikit
Keadaan ibu dan anak
Besarnya pembukaan
Tingkat plasenta previa
- Paritas
Ada 2 pilihan cara persalinan, yaitu persalinan pervaginam dan seksio cesaria.
Persalinan pervaginam bertujuan agar bagian terbawah janin menekan bagian plasenta
yang berdarah selama persalinan berlangsung, sehingga perdarahan berhenti. Seksio
Pemecahan ketuban
Versi Braxton Hicks
Cunam Willet Gauss
Plasenta previa totalis merupakan indikasi mutlak untuk seksio cesaria. Plasenta
previa parsialis pada primigravida sangat cenderung untuk seksio casaria. Perdarahan
banyak dan berulang merupakan ndikasi mutlak seksio cesaria karena perdarahan itu
biasanya disebabkan oleh plasenta previa yang lebih tinggi derajatnya daripada yang
ditemukan pada pemeriksaan dalam, atau vaskularisasi yang hebat pada servix dan
segmen bawah uterus. Multigravida dengan plasenta letak rendah, plasenta previa
marginalis atau plasenta previa parsialis pada pembukaan lebih dari 5 cm dapat
ditanggulangi dengan pemecahan selaput ketuban. Tetapi jika dengan pemecahan
selaput ketuban tidak mengurangi perdarahan yang timbul, maka seksio casaria harus
dilakukan (Hanafiah, 2005)
Pada kasus yang terbengkalai dengan anemia berat karena peradarahan atau
infeksi intrauteri, baik persalinan pervaginam maupun seksio cesaria, keduanya tidak
aman bagiibu dan janin. Akan tetapi dengan bantuan transfuse darah dan antibiotic yang
adekuat,seksio cesaria masih lebih aman disbanding persalinan pervaginam untuk
semua kasus plasenta previa totalis dan kebanyakan kasus plasenta
Previa totalis dan kebanyakan kasus plasenta previa parsialis. Seksio cesaria
pada
multigravida
yang
telah
mempunyai
anak
hidup
cukup
banyak
dapat
terjadinya
Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa, adalah:
1.
2.
3.
Perdarahan antepartum
Perdarahan postpartum
Hipovolemik
4.
Infeksi
5.
Abortus
6.
Prolaps plasenta
7.
Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kerokan
8.
Robekan jalan lahir
9.
Bayi premature atau lahir mati
(Peedicayil, 1992)
2.10
Prognosis
Dengan penanggulangan yang tepay, kematian ibu karena plasenta previa
seharusnya dapat ditanggulangi. Sejak dilakukan penanganan pasif pada tahun 1945,
kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun demikian, hingga kini
kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap memegang peranan utama.
Dengan persalinan seksio cesaria, fasilitas transfuse darah dan metode anastesi yang
benar, kematian ibu dapat diturunkan sampai kurang dari 1%. Sedang kematian
perinatal yang dihubungkan dengan plasenta previa sekitar 10% (Peedicayil, 1992)
BAB 3
LAPORAN KASUS
3.1
Identitas Pasien
3.2
Reg
Nama
Umur
Alamat
Pendidikan
Pekerjaan
Suami
Umur
Pendidikan suami
Pekerjaan suami
: 110031xx
: Ny. NF
: 38 tahun
: Singosari
: SMP
: Buruh rokok
: Tn. S
: 31 tahun
: SMP
: Buruh bangunan
Status
: Menikah 1x
Lama Menikah
: 1 tahun
Paritas
: G1P0000Ab000
Riwayat KB
: Tidak
HPHT
Tanggal MRS
Subjektif
Riwayat haid teratur, lama haid 7 hari, ganti pembalut 2 kali/hari, nyeri (-).
Riwayat minum jamu gendong yang biasa diminum untuk melancarkan haid (+)
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) dalam batas normal.
3.3
Objektif
Keadaan umum
Kesadaran
: baik
: compos mentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Nadi
: 80 x/menit
RR
: 20 x/menit
: anemis - / - , icterus /
Thorax
Abdomen
vv
Rh - - Wh - -
vv
--
--
vv
--
--
Ekstremitas
: edema =|=
b. Status Obstetri
Genetalia Eksterna
Inspekulo
Darah Lengkap: Hb
11.7 (N)
Leukosit
9.400 (N)
Hematokrit
34.5 % (N)
Trombosit
300.000 (N)
Urine lengkap
-
SG/BJ
: 1015
PH
: 7.0
Leukosit
:+1
Nitrite
:-
Protein/Alb
:+1
Glucose
:-
Keton
:-
Urobilinogen
:-
Bilirubin
:-
Eritrosit
:+2
Mikroskopik sedimen
-
10 X epitel
:+
: 1-2 /lpb
::+
:-
USG :
Tanggal: 14/10/2011
Indikasi/ diagnosis : G1P0000Ab000 gr 34-36mg T/H, APB ec placenta previa total,
primi tua, usia lebih 35 thn
: 90,5 (36w5d)
AC
: 325 (36w3d)
FL
: 66,7 (34w2d)
EFW
: 2859g
AFI
: 24,1
Hasil usg: plasenta implantasi di corpus posterios meluas menutupi seluruh )UI dengan
maturasi gr II. FT, FM, FBM baik
Kelainan congenital (-)
Sex:XX
3.4
Assessment
G1 P0000 Ab000 34-36 mg T/H dengan
Antepartum Bleeding ec placenta previa total + primi tua primer + usia 35 tahun
3.5
Planning
Perawatan konservatif
Bedrest
Kaltrofen supp II/ rectal
Inj.gentamicin 2x80 mg
Dexamethason 2x16 mg
Asam mefenamat 3x500 mg
Histolan 3x1
Roborantia 1x1
Usul terminasi dengan SC cito, bila fluxus aktif
KIE
Observasi tanda-tanda vital, keluhan subjektif, his, denyut jantung janin
LAPORAN OPERASI
Tanggal 15-10-2011
Jam 12.25
1. Penderita terlentang di meja operasi denganSAB
pusat 50 cm, evaluasi perdarahan aktif dan sisa plasenta tidak ada.
Kala II bayi tunggal (15 Oktober 2011 pukul 13.15)
Cara kelahiran
: SCTP
Indikasi
Berat
: 2800 gr
Panjang
: 49 cm
Bayi
: Hidup, perempuan
AS
: 7/9
Kelainan congenital
: (-)
Vital sign
Perdarhan
: 50 cc
Pindah ke
: RR Obg
Instruksi dokter
Puasa
Cek Hb post SC
11 (N)
Leukosit
9.500 (N)
Hematokrit
33.5 % (N)
Trombosis
350.000
BAB IV
PEMBAHASAN
1.1
keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau
kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Ketika plasenta harus tumbuh membesar untuk mengkompensasi penurunan
fungsinya (penurunan untuk mengantarkan oksigen dan nutrisi lain), ada kemungkinan
untuk pertumbuhan plasenta previa. Beberapa contoh situasi yang membutuhkan fungsi
plasenta yang besar.
Dan hasil peningkatan dari risiko plasenta previa termasuk kehamilan multiple,
merokok, dan hidup di dataran tinggi. Plasenta previa juga dapat terjadi pada plasenta
yang besar dan yang luas, seperti pada eritroblastosisi, diabetes mellitus atau kehamilan
multiple, memiliki masalah lapisan rahim (endometrium) seperti fibroid atau kondisi lain,
memiliki parut di dinding uterus dari kehamilan sebelumnya (plasenta previa
sebelumnya, kuret, operasi rahim, bedah caesar atau aborsi). Kemungkinan
mengembangkan previa placenta meningkat menjadi 5% pada wanita yang pernah
hamil 6 kali atau lebih, merokok atau menggunakan kokain, dan berusia di atas usia 35
tahun.
Pada kasus ini, didapatkan faktor risiko berupa usia diatas 35 tahun, perokok
pasif dan hidup di dataran tinggi. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida dan
kurangnya oksigen akan dikompensasi dengan hipertropi plasenta. Hal ini akan
menyebabkan plasenta harus tumbuh liar untuk mencukupi kebutuhan janin, sehingga
kemungkinan perkembangan plasenta menjadi plasenta previa cukup tinggi.
4.2 Tanda-tanda plasenta previa
Tanda-tanda yang terjadi pada plasenta previa adalah adanya perdarahan tanpa disertai
nyeri sehingga pasien terkadang tidak sadar bila terjadi perdarahan. Perdarahan akan timbul
setelah bulan ketujuh. Penyebab terjadinya perdarahan karena adanya pergerakan antara
plasenta dan dinding rahim dan tidak diperlukan his untuk memicu perdarahan. Darah yang
keluar berwarna merah segar dan bau seperti darah pada umumnya (Wiknjosoebrata, 2005).
Pada pasien ini didapatkan keluhan utama dengan keluarnya darah dari jalan lahir. Usia
kehamilan pasien saat ini adalah 34-36 minggu. Perdarahan tidak disertai nyeri dan tidak ada
kenceng-kenceng.
Dari pemeriksaan fisik, bisa ditemukan saat inspeksi yaitu perdarahan pervaginam
berwarna merah segar disertai clot perdarahan, pada inspekulo diketahui asal perdarahan,
apakah dalam uterus, vagina, varises yang pecah atau lain-lain. Dan pemeriksaan dalam hanya
boleh dilakukan di meja operasi karena bisa menyebabkan perdarahan pervaginam yang lebih
banyak (Wiknjosastro, 2005). Pada pasien ini , fluxus yang minimal berwarna merah segar dan
clot. Sedangkan lewat inspekulo tampak fluksus minimal pada vulvovagina, clot di fornix
posterior, tidak ditemukan laserasi maupun varises yang pecah san portio tertutup licin. Pada
pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan dalam (vaginal touch)
Dari tanda-tanda yang ditemukan pada pasien yaitu adanya perdarahan tanpa rasa
nyeri setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan, dari pemeriksaan fisik inspeksi terlihat fluksus
berwarna merah segar, dari isnpekulo tampak fluksus minimal pada vulvobagina, clot di formix
posterior dan tidak ditemukan laserasi maupun varises yang pecah. Dan pada pasien ini tidak
dilakukan pemeriksaan dalam. Hal diatas menunjukkan bahwa terdapat kesesuaian tandatanda yang ditemukan pada pasien ini dengan literature.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Telah dilaporkan pasien Yn.NF G1 P0000 Ab000 34-36 mg T/H dengan Antepartum
Bleeding ec placenta previa total + primi tua primer + usia >35 tahun
Tanda-tanda yang ditemukan pada pasien ini yaitu adanya perdarahan tanpa rasa
nyeri setelah usia kehamilan lebih dari 7 bulan. Dari pemeriksaan fisik inspeksi
terlihat fluxus minimal berwarna merah segar, dari inspekulo tampak fluxus minimal
pada vulvovagina, clot di fornix posterior dan tidak ditemukan laserasi maupun
5.2 Saran
Sebaiknya petugas medis di daerah lebih berhati-hati dalam menghadapi pasien
dengan perdarahan pada akhir kehamilan, etrutama pada kehamilan diatas 7 bulan,
termasuk diantaranya kasus plasenta previa totalis, akrena sifat perdarahan yang bisa
terjadi sewaktu-waktu yang dapat membahayakan keselamatan ibi dan janin. Kontrol
ANC secara berkala dan penanganan yang tepat pada kasus plasenta previa
diharapkan dapat mengurangi angka kematian ibu dan janin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham, F.gary; Gant, Norman F; Leveno Md. 2001. Williams Obstetrics. 21 st Ed.
McGraw-Hill Professional.
2. DeChemey, AH; Nathan L. 2003. Current Osbtetric&Gynecologic Diagnostic&Treatment.
Ninth Edition. McGraw-Hill Companies, Inc.
3. Hanafiah,
T.M.
2004.
Plasenta
Previa,
online
4. Jodi
Adam.
2001.
Pregnancy,
third
trimester
bleeding,
online,
Placenta
Previa,
online
(http://www,obfocus.com/high-
2003.
Plasenta
previa.
Online
Daerah
Sunan
Kalijaga
Demak.
Online