Laporan Kimia Organik Pembuatan Aspirin
Laporan Kimia Organik Pembuatan Aspirin
Laporan Kimia Organik Pembuatan Aspirin
Dosen Pembimbing:
Lina Elfita, M.Si, Apt
Disusun oleh:
Kelompok 3D
Safizah Ummu Harisah (1112102000010)
Fauziah (11141020000069)
Laela Wulandari (11141020000070)
Nurma Faizah (11141020000077)
Sri Sumartini (11141020000079)
I.
Tujuan Praktikum
Mahasiswa diharapkan mampu untuk membuat aspirin dan memahami
mekanisme reaksi pembuatan aspirin serta mampu menguji kemurnian aspirin
dengan metode KLT.
Reaksi yang terjadi dalam sintesis aspirin adalah reaksi anhidrida asetat.
Reaksinya adalah seperti yang di bawah ini:
kromatografi kolom), kromatografi kertas dan lapis tipis. Dalam tiap kasus terjadi
distribusi antara fase cair yang terserap secara stasioner dan zat-alir bergerak
yang kontak secara karib dengan fase cair itu. Dalam kromatografi partisi cairan,
fase cair yang bergerak mengalir melewati fase cair stasioner yang diserapkan
pada suatu pendukung; dalam kromatografi kertas pendukung itu adalah kertas
atau kertas terolah, sedangkan dalam kromatografi lapisan tipis adsorbennya
disalutkan pada lempeng kaca atau lembaran plastic. Hanya akan dibahas aspekaspek yang dipilih dari kromatografi partisi pada selulosa dengan rujukan khusus
ke analisis anorganik. Prinsip percobaan adalah adsorbs dan partisi dimana
adsorbs adalah penyerapan pada pemulaan, sedangkan partisi adalah penyebaran
atau kemampuan suatu zat yang ada dalam larutan untuk berpisah kedalam pelarut
yang digunakan
Penentuan titik leleh. Titik leleh adalah suhu dimana suatu senyawa mulai
beralih fasa dari padatan menjadi cairan sampai kesemuanya menjadi cair
sempurna. Titik leleh dapat dicari melalui sebuah eksperimen. Bahan yang
diperlukan adalah pipa kapiler dan alat penentu titik leleh.
Titik leleh didefinisikan sebagai temperatur dimana zat padat berubah
menjadi cairan pada tekanannya satu atmosfer. Titik leleh suatu zat padat tidak
mengalami perubahan yang berarti dengan adanya perubahan tekanan Perbedaan
titik leleh senyawa-senyawa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya adalah
perbedaan kuatnya ikatan yang dibentuk antar unsur dalam senyawa tersebut.
Semakin kuat ikatan yang dibentuk, semakin besar energi yang diperlukan untuk
memutuskannya. Dengan kata lain, semakin tinggi juga titik lebur unsur tersebut.
Perbedaan titik leleh antara senyawa-senyawa pada golongan yang sama dapat
dijelaskan dengan perbedaan elektronegativitas unsur-unsur pembentuk senyawa
tersebut.
Jika zat padat yang diamati tidak murni, maka akan terjadi penyimpangan
dari titik leleh senyawa murninya. Penyimpangan itu berupa penurunan titik leleh
dan perluasan range titik leleh.
III.
IV.
Bahan :
Erlenmeyer
Penangas air
- Anhiidrida asetat
Plat KLT
Pipa Kapiler
- Etanol air 50 %
Beaker glass
- Alkoholl 95 %
Lampu UV
- Larutan FeCl3
Kaca Arloji
- Kertas saring
Prosdeur Kerja :
Mol Aspirin
gram aspirin
Mr aspirin
2,5 g
138 g/mol
xg
180 g/mol
450
138 x
3,261
1.293
3.261
x 100% = 39.65%
Uji Warna
Titik leleh
0.899
Ungu
178C
0.887
Ungu
166C
166C
Asam
Salisilat
sampel
Asam
salisilat
standar
Asam
salisilat -
literatur
Aspirin sampel
Aspirin standar
Aspirin literatur
0.875
0.851
-
Ungu
Ungu
-
176C
135C
136C
Gambar hasil uji warna sampel asam salisilat dan standar asam salisilat dengan FeCl3
Gambar hasil uji warna sampel aspirin dan standar aspirin dengan FeCl3
Gambar hasil uji kemurnian dengan KLT sampel aspirin dengan standar aspirin
dan standar asam salisilat dan sampel asam salisila
VI.
Pembahasan
Pada praktikum kali ini dilakukan percobaan pembuatan aspirin dengan proses
esterifikasi yang merupakan prinsip dari pembuatan aspirin. Pada percobaan
pembuatan aspirin, alkohol dan anhidrat asam direaksikan menghasilkan
senyawa ester. Senyawa alkohol yang digunakan adalah senyawa asam salisilat
yang mengandung gugus OH sebanyak 2,5 gram direaksikan dengan anhidrat
asam asetat sebanyak 4 tetes. Adapun reaksinya sebagai berikut :
Uji warna
Hal yang dilakukan pada praktikum yaitu mereaksikan zat
sampel (aspirin dan asam salisilat) dan zat standar (aspirin dan asam
salisilat) dengan larutan FeCl3. Menurut literatur asam salisilat akan
menghasilkan hasil positif berwarna ungu jika direaksikan dengan
FeCl3 dan asam asetil salisilat akan menghasilkan hasil negatif,tidak
bereaksi dengan FeCl3. Dari hasil percobaan yang dilakukan
didapatkan hasil larutan berwarna ungu ketika asam salisilat sampel
ditetesi FeCl3, begitu pula dengan hasil yang sama pada asam salisilat
standar, aspirin sampel dan aspirin standar. Hal tersebut membuktikan
bahwa aspirin sampel dan aspirin standar masih mengandung kristal
asam salisilat dan tidak murni senyawa aspirin.
Ketidakmurnian tersebut terjadi karena beberapa faktor, seperti
kurangnya H2SO4 yang ditambahkan saat pembuatan asam salisilat
dari
metil
salisilat,
waktu
pengeringan
yang
terlalu
lama,
Metode KLT
Sebaliknya jika interaksi fase gerak dengan molekul linarut lebih kuat
maka linarut tersebut mudah terelusi. Maka terjadi persaingan mana
lebih kuat ikatan hidrogen yang terjadi antara molekul linarut dengan
fase diam atau linarut dengan fase gerak, karena perbedaan afinitas
dengan fase diam inilah senyawasenyawa dapat dipisahkan antara satu
dengan yang lain. Perbedaan affinitas molekul-molekul linarut dengan
fase diam inilah dasar mekanisme adsorpsi.
Pada percobaan, disiapkan asam salisilat sampel, asam salisilat
standar, aspirin sampel dan aspirin standar yang telah dilarutkan
dengan pelarut organik yaitu ethanol-air 50%. Selanjutnya penotolan
zat uji pada plat KLT digunakan dengan pipa kapiler agar ukuran
totolan yang dihasilkan optimal. Ukuran totolan mempengaruhi
pergerakan zat uji. Alkohol 95% dimasukan ke dalam gelas beaker,
alkohol 95% merupakan senyawa polar yang berperan sebagai fase
gerak pada pengujian KLT. Plat KLT yang telah ditandai lalu
dimasukan ke dalam gelas beaker yang berisi alkohol 95% dan gelas
beaker ditutup dengan alumunium foil, hal ini dilakukan agar alkohol
95% tidak menguap.
Didapatkan hasil jarak tempuh dari standar aspirin, aspirin
sampel, standar asam salisilat dan asam salisilat sampel berturut-turut
7,15 (gatau satuannya); 7,34 ; 7,45 ; 7,55 dan jarak tempuh pelarut
8,4. Dari data ini kita dapat menghitung nilai Rf yaitu, hasil dari jarak
yang ditempuh sampel atau standar (spot) dibagi dengan jarak yang
ditempuh fase gerak sampel secara keseluruhan (eluent). Dengan
metode ini mengartikan bahwa aspirin yang didapatkan (sampel)
memenuhi kriteria aspirin standar. Karena perbedaan nilai Rfnya tidak
jauh berbeda.
Titik leleh
VII.
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
aspirin dapat didapatkan dengan cara mereaksikan asam salisilat
dengan anhidrad asam asetat dan cara ini disebut dengan cara
esterifikasi karena hasil dari reaksi ini menghasilkan ester dimana
dalam hal ini adalah Aspirin.
Asam salisilat dan aspirin yang dihasilkan tidak murni,
dibuktikan dengan uji warna yang aspirin sampelnya menghasilkan
warna ungu. Selain itu titik lelehnya pun tidak sesuai dengan
literatur baik asprin maupun asam salisilat. Didapatkan hasil
seperti ini karena adanya kesalahan selama percobaan.
Daftar Pustaka
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia,Jakarta.
Anonim.
Diakses
pada
tanggal
14
Oktober
2015
pukul
08.00.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/28835/4/Chapter%20II.pdf
Hahn, Elkeh. 2007. Applied Thin-Layer Chromatography: Second edition.
Germany Eckental: Wiley-VCH)