Bab II Landasan Teori
Bab II Landasan Teori
Bab II Landasan Teori
Pada Bab ini akan dibahas tentang teori-teori yang digunakan sebagai dasar perancangan tool yang berkaitan dengan permasalahan yang akan dihadapi oleh penulis.
2.1. Pengertian Umum Press Tool Secara umum Press Tool adalah suatu alat bantu yang dibuat untuk pembentukan benda kerja dari pelat logam dan non logam berupa lembaran yang dilakukan pada mesin press1. Press Tool biasanya dibuat secara khusus untuk pembuatan produk-produk dalam jumlah yang banyak (mass product), dengan menjamin keseragaman bentuk dan ukuran produk, serta dapat lebih mempersingkat waktu produksi.
2.2. Pertimbangan Penggunaan Press Tool Berikut merupakan pertimbangan dalam penggunaan Press Tool.2 2.2.1 Secara teknis Untuk menghasilkan produk dalam jumlah yang banyak (masal). Menjamin keseragaman bentuk dan ukuran produk agar tetap sama. Waktu produksi yang lebih singkat (jauh lebih cepat dari pengerjaan secara manual). Operator yang mengerjakannya tidak harus orang yang berpengalaman Meminimalisasi kegagalan produk, karena hanya menggunakan satu mesin saja, yaitu mesin press dan peningkatan kualitas hasil. Sisa hasil pengerjaan (scrap) dapat dikurangi seminimal mungkin. 2.2.2 Secara ekonomis Penghematan biaya proses pemesinan. Penghematan biaya operator yang terlibat. Menurunkan harga produk dan produktifitas tinggi.
2.3. Jenis-Jenis Press Tool Menurut Donalson (1973), keanekaragaman bentuk produk yang dihasilkan press tool menyebabkan jenis press tool yang digunakan berbeda-beda. Kerumitan produksi suatu produk tentunya sangat mempengaruhi bentuk rancangan perkakas yang akan digunakan.
1 2
Budiarto, Aida M. Press Tool 2 (Proses Bending), Politeknik Manufaktur Bandung. Budiarto. Press Tool 1 (Proses Pemotongan), Politeknik Manufaktur Bandung.
2.3.2 Press Tool Berdasarkan Arah Kerja 2.3.2.1. Push Through Press Tool
Posisi punch berada di pelat atas, die di pelat bawah. Sistem kerjanya yaitu punch dapat bergerak bebas secara vertikal ketika proses pemotongan berlangsung.
Gambar 2.1 Contoh Konstruksi Push Through Tool Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Push Through Tool 3: Keuntungan: 1. Dapat digunakan untuk pelat yang relatif tebal; 2. Kontruksi tidak rumit sehingga mudah dalam pengambilan produk untuk proses pemotongan; 3. Produktifitas tinggi. Kerugian: 1. Hanya dapat memproduksi produk-produk yang sederhana; 2. Produk yang dihasilkan kurang rata dan kurang presisi. 2.3.2.2. Inverted Press Tool Posisi dan sistem kerja punch/die pada sistem kerja inverted berlawanan dengan sistem kerja push through. Jadi posisi punch berada di pelat bawah dan die
3
Ikhwa riadi. Perencanaan Press Tool Untuk Memproduksi Pelat Clamp pada Sproket Sepeda Motor Suzuki Shogun 110
CC. Indoskripsi.com.
berada di pelat atas. Untuk memudahkan dalam pelepasan produk atau sisa material (scrap), perkakas ini dilengkapi dengan pelepas/ejector (knock out) dan shedder, ataupun salah satunya.
Gambar 2.2 Contoh Konstruksi Inverted Tool Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Inverted Tool 3: Keuntungan: 1. Dapat menghasilkan produk yang rata; 2. Dapat difungsikan sebagai pengikis (shaving); 3. Dapat digunakan untuk produk-produk yang tipis. Kerugian: 1. Konsntruksinya rumit; 2. Produk tidak langsung jatuh sehingga menyulitkan saat pengambilan; 3. Tidak bisa digunakan stripper tetap (fixed stripper); 4. Produktifitas kecil. 2.4. Teori Perhitungan Panjang Bentangan Bentangan merupakan panjang awal benda kerja sebelum diproses baik di-bending maupun di-curling. Panjang sebeum proses dihitung untuk mendapatkan ukuran yang tepat setelah proses bending atau curling sehingga tidak diperlukan lagi proses tambahan (proses 8
pemotongan akibat kelebihan panjang). Metoda yang digunakan untuk menghitung panjang pelat sebelum ditekuk adalah sebagai berikut. 2.4.1. Bentangan pada bending (metoda faktor koreksi)4
L=A+B+
t. f . (R+ ) 180 2
(2-1)
Gambar 2.3 Bentangan pada bending Dimana: L = panjang bentangan (mm) = sudut tekuk () R = radius dalam (mm) f = faktor tekukan (lampiran C.1) t = tebal material pelat (mm)
2.5. Springback Springback muncul pada saat penekukan benda kerja. Pada saat penekukan, batas elastisitas terlewati, tetapi batas lelahnya tidak terlewati. Oleh karena itu, elastisitas benda kerja masih ada ketika bending pressure saat penekukan dilepas dan akan menyebabkan sudut tekukan akan berkurang dan radius tekukan akan bertambah. Dengan kata lain dimensi benda kerja yang ditekuk tidak sesuai dengan yang diinginkan. Pada tekukan dengan bentukan normal, koreksi springback dilakukan dengan mengubah sudut dies dan radius tekukannya. Faktor yang mempengaruhi springback 5: a. Kekuatan bahan yang besar; b. Tebal material; c. Besar die radius; d. Kontur permukaan benda kerja yang tidak rata; e. Pressure pad tidak menahan material dengan benar.
4 5
(H.R. Luchsinger.1984.Tool Design 2, Polyteknik Mekanik Swiss ITB) Astom Technical Handbook
Gambar 2.4 Springback Untuk menentukan derajat dari springback yang terdapat pada produk digunakan tabel yang terdapat pada Astom technical Handbook (lampiran C.2).
Pada metoda ini, terjadi penipisan material setidaknya sebanyak 25 % pada daerah atas benda kerja di titik tengah pertemuan tangensial sudut dengan radius pembentuk (punch). Apabila area bending menerima tarikan yang telalu besar, material akan cacat atau bahkan sobek. Konstruksi ini sangat baik untuk pembentukan dengan besar radius dalam yang sama atau lebih kecil dari ketebalan material.
Set Radius
Relief
Metoda ke tiga yang dipakai untuk mengoreksi springback adalah dengan memachining daerah bentukan pada punch dengan sudut 20 o-45o, untuk memberikan ruang pada aliran material, Pada area yang menerima tekanan dibuatkan relief radius (Rp) untuk mencegah terjadi cacat pada material. Besar Rp Rb + ketebalan material 10
Rocker Bender
Metoda ke empat ini merupakan salah satu contoh rocker bender, pada punch diberikan bentukan silinder yang dapat berputar, ini juga merupakan metoda untuk mengurangi springback. Kontruksi ini menghasilkan bentukan (bending) yang lurus pada benda. Konstruksi ini cukup sulit.
Custom rocker bender Merupakan modifikasi dari rocker bender . Konstruksi ini sangat baik dalam membentuk produk dan juga untuk mencapai overbend. Konstruksi cukup rumit.
2.6. Gaya Gaya Pada Press Tool 2.6.1 Gaya pembentukan 2.6.1.1 Gaya Tekuk Pada Proses Bending 6
Fb =
(2-2)
= Gaya Tekuk (N) = Lebar tekukan (mm) = R1 + R2 + t = Tebal pelat (mm) = Resistansi maximum (N/ mm2) (lampiran C.3) = konstanta (0.67)
Kumar, Surrender. Umesh Chandra. 1999. Production Engineering Design (Tool Design). Satya Prakashan.
New Dehli
11
2.6.1.2
Gaya Stripper
Adalah besar gaya pelepasan pada pelat stripper yang diperlukan untik membebaskan punch dari jepitan pelat strip pada saat pengeluaran. Gaya stripper pada bending diambil 30%-100% dari gaya pembentukan bending, besar presentase tersebut tergantung dari bentukan proses bending yang dilakukan. (lampiran C.4) 2.6.2 Gaya gaya pada pemotongan 2.6.1.1 Gaya Pemotongan
Adalah gaya yang terjadi pada strip material saat proses pemotongan. Fc = 0.8 Rm .U . t
(2-3)
Dimana: Fc U
2.6.1.2
Gaya Stripper
Gaya stripper adalah besarnya gaya pelepasan pelat stripper yang dibutuhkan untuk membebaskan punch dari jepitan pelat strip saat pengeluaran. Berikut adalah cara menghitung gaya stripper7.
12
pA = FS / A Keterangan : pA = tekanan permukaan (N/mm) FS = gaya potong (N) A = luas penampang kepala punch (mm)
(2-4)
2.6. Strip Material Layout Strip material layout adalah suatu bentuk tata letak tahapan proses / urutan proses pengerjaan pada strip material mulai dari lembaran strip hingga menghasilkan produk. Berikut merupakan salah satu contoh strip material layout.
Gambar 2.6 Contoh strip material layout Kegunaan strip material layout : Meminimalisasi pemborosan material yang terbuang / scrap sesedikit dengan tujuan efisiensi strip material. Pengaturan jumlah proses dan jarak laju alir pelat strip serta pengaturan posisi pemotongan dengan menyesuaikan tool / dies pada kondisi yang aman, Memudahkan proses manufaktur dan setting tool. 13 mungkin
14