1. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2. Penyebabnya multifactorial dan seringkali tidak diketahui. Faktor risikonya meliputi infeksi, kelainan anatomi serviks dan uterus, serta riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti kontraksi uterus yang teratur disertai perubahan serviks. Penatalaksanaannya melip
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Kelompok 3 Kelainan Lamanya Kehamilan Prematur & Serotinus
0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
390 tayangan27 halaman
1. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2. Penyebabnya multifactorial dan seringkali tidak diketahui. Faktor risikonya meliputi infeksi, kelainan anatomi serviks dan uterus, serta riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti kontraksi uterus yang teratur disertai perubahan serviks. Penatalaksanaannya melip
1. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2. Penyebabnya multifactorial dan seringkali tidak diketahui. Faktor risikonya meliputi infeksi, kelainan anatomi serviks dan uterus, serta riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti kontraksi uterus yang teratur disertai perubahan serviks. Penatalaksanaannya melip
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
0%(1)0% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
390 tayangan27 halaman
Kelompok 3 Kelainan Lamanya Kehamilan Prematur & Serotinus
1. Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu.
2. Penyebabnya multifactorial dan seringkali tidak diketahui. Faktor risikonya meliputi infeksi, kelainan anatomi serviks dan uterus, serta riwayat persalinan prematur sebelumnya.
3. Diagnosis didasarkan pada gejala klinis seperti kontraksi uterus yang teratur disertai perubahan serviks. Penatalaksanaannya melip
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOCX, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 27
KELAINAN DALAM LAMANYA KEHAMILAN
PREMATUR DAN SEROTINUS
Diafukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Obstetri Patologi
Disusun Oleh Kelompok 3 Resti Nur Annisa 130103100002 Yatty Erni Destiani 130103100008 Yoseu Novelia P.W 130103100015 Lilis Suryani 130103100026 Tita Nurlita 130103100029 Lastiar Veronika 130103100041 Angkatan VI A PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITASPAD1AD1ARAN BANDUNG 2011 A. PARTUS PRAEMATURUS
Partus praematurus adalah persalinan yang berlangsung pada usia kehamilan 20-37 minggu dipertimbangkan sebagai persalinan prematur dan terjadi pada kurang lebih 10 persalinan di Amerika Serikat. Kendati program pencegahan persalinan prematur, terapi Iarmakologis untuk persalinan prematur, dan upaya mengenali Iaktor resiko persalinan prematur telah digalakkan, angka persalinan prematur tidak berubah selama 40 tahun terakhir.
Persalinan belum cukup umur di bawah 37 minggu atau berat badan bayi kurang dari 2500 gr. Partus praematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Kejadian 7 dari semua kelahiran hidup.
Partus prematurus atau persalinan prematur dapat diartikan sebagai dimulainya kontraksi uterus yang teratur yang disertai pendataran dan atau dilatasi serviks serta turunnya bayi pada wanita hamil yang lama kehamilannya kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari ) sejak hari pertama haid terakhir.
Partus praematurus merupakan sebab kematian neonatal yang terpenting. Kejadian kurang lebih 7 dari semua kelahiran hidup. Rupa-rupanya ada pengaruh ekonomis karena partus praematurus lebih sering terjadi pada golongan dengan penghasilan yang rendah.
Ibu yang pernah melahirkan bayi prematur mempunyai risiko 20-30 ubtuk melahirkan bayi prematur lagi pada kehamilan berikutnya. Namun 50 ibu yang melahirkan prematur, tidak mempunyai Iaktor risiko.
a. Penyebab Persalinan prematur disebabkan : 1. aktor kehamilan a. Perdarahan antepartum b. Hamil usia muda, grandemultipara, dan interval pendek. c. PROM ketuban pecah dini. d. Kehamilan hidramnion. e. Gangguan keseimbangan hormonal. I. Serviks inkompeten dan kelainan anatomis uterus. g. Idiopatik dengan meningkatnya reseptor. Oksitosin Inositol triIosIatase (IP 3 ) h. Pre-eklampsia - eklampsia. 2. aktor individu a. Keadaan sosio ekonomi rendah : Kerja keras hamil tua Gizi kurang dan atau anemia b. Penyakit sistemik ibu hamil : Paru, jantung, dan liver DM Hipertensi InIeksi organ vital c. InIeksi kehamilan : Korioamnionitis Servisitis endometritis. InIeksi plasenta 3. Sebab-sebab yang terpenting adalah : - Hypertensia essentialis - Solutio plasenta - Placenta praevia - Syphilis - Preeklampsi - Kehamilan kembar - Kelainan kongenital - Bakteriuria - Penyakit ibu, dll
b. Patofisiologi Persalinan premature dapat diperkirakan dengan mencari Iaktor risiko mayor atau minor.
Faktor Resiko Lebih dari setengah jumlah wanita hamil yang melahirkan prematur diketahui tidak memiliki Iaktor resiko untuk persalinan prematur. 1. aktor demograIis Ibu dari ras kulit hitam, status sosio ekonomi yang rendah, usia 18 tahun atau ~40 tahun. 2. Kesehatan Umum Stres pribadi tinggi, nutrisi buruk, berat ibu sebelum hamil rendah, anemia, bakteriuria, kondisi-kondisi medis (seperti diabetes, asma, dan pieloneIritis), penyakit jantung pada ibu, merokok (resiko 2x lipat), penyalahgunaan zat (resiko 3x lipat). 3. Pekerjaan Pekerjaan yang banyak menuntut kemampuan Iisik, berdiri terlalu lama, bekerja dalam shift, dan bekerja di malam hari. 4. Kondisi uterus Kelainan, cedera pada serviks atau abnormalitas (di dalam uterus, konisasi serviks, atau riwayat induksi aborsi pada trimester kedua), Iibroid, atau kontraksi uterus yang berlebihan, inIeksi. 5. aktor obstetrik Persalinan prematur sebelumnya pada kehamilan usia antara 16 dan 36 minggu (2-3x resiko; semakin sering mengalami persalinan prematur, semakin dini usia kehamilan - semakin besar resiko mengalami persalinan premature.
Hasil yang diperoleh pada persalinan terakhir merupakan alat yang lebih akurat untuk menentukan perkiraan hasil persalinan kali ini), KPD, plasenta previa, inkompetensia serviks, abrupsio plasenta, pre- eklampsi, PJT, oligohidramnion, amnionitis, kelainan janin, perdarahan per vaginam setelah trimester pertama, perawatan prenatal kurang atau tidak ada sama sekali. Identifikasi wanita yang beresiko melahirkan Prematur : Banyak penelitian telah berupaya menciptakan sistem penilaian resiko untuk mengidentiIikasi wanita yang beresiko menjalani pelahiran prematur. Penggunaan cara ini menghasilkan keberhasilan dalam berbagai tingkat dan tingkat keakuratannya untuk memperkirakan persalinan prematur paling kecil di antara populasi dalam kota. Data yang akan sangat membantu dalam memperkirakan persalinan prematur adalah jika ditemukan Iibronektin janin, serviks pendek pada pemeriksaan USG, riwayat persalinan prematur, vaginosis bakteri (khususnya wanita kulit hitam), dan IMT 19,8 (khususnya untuk wanita selain kulit hitam). .. Etiologi Persalinan Prematur Penyebab persalinan prematur tidak diketahui dan tampaknya disebabkan oleh banyak Iaktor. Pada beberapa kasus persalinan ini tidak dapat dicegah dan berhubungan dengan PJT.
d. Temuan Klinis Temuan klinis meliputi kram seperti kram menstruasi, nyeri pada punggung bawah, nyeri atau tekanan pada suprapubis, tekanan atau rasa berat pada panggul, perubahan karakter atau jumlah rabas vagina, diare, kontraksi uterus setiap 10 menit selama satu jam atau lebih yang tidak reda setelah istirahat dan atau KPD.
e. Diagnosis Gejala awal yang dapat timbul : 1. Rasa nyeri atau tegang pada perut bawah ( low abdominal pain/ cramps) 2. Nyeri pinggang (low backache) 3. Rasa penekanan pada jalan lahir 4. Bertambahnya cairan vagina 5. Perdarahan/ perdarahan bercak/ lendir bercampur darah. Gejala deIinitiI yang dapat timbul memenuhi kriteria persalinan preterm seperti : 1. Kontraksi uterus yang teratur (1 kali atau lebih dalam 10 menit) 2. Perubahan serviks seperti: pembukaan serviks _ 2 cm Pendataran.
Komplikasi prematuritas pada janin : sindrom distres pernapasan, perdarahan intraventrikuler, displasia bronkopulmonal, paten duktus arteriosus, enterokolitis nekrotikan, sepsis, apnea, hiperbilirubinemia, dan retinopati prematuritas adalah komplikasi prematuritas yang dialami janin. Sekuela jangka panjangnya antara lain keterlambatan pertumbuhan, penyakit paru kronis, gangguan pendengaran dan penglihatan, ukuran dan tinggi kepala berkurang, palsi serebral, peningkatan resiko sindrom kematian bayi mendadak (SIDS), dan gangguan pada ikatan ibu bayi.
Sejak surIaktan ditemukan, angka bertaha hidup pada neonatus meningkat secara dramatis. Bayi ras kulit hitam dengan berat 3000 gram dan gender perempuan lebih dapat bertahan hidup.
Surveilens Antenatal Bayi Prematur : jika pemantauan janin secara elektronik digunakan pada usia kehamilan 33-37 minggu, 90,6 diantaranya akan menunjukkan NST reaktiI. Karena sistem saraI otonom janin belum matur, deselerasi pada bayi prematur merupakn tanda yang lebih tidak menguntungkan dibandingkan jika ditemukan pada bayi cukup bulan.
Diagnosis Diferensial Kontraksi pada kehamilan preterm/ kontraksi Braxton Hicks: siIatnya tidak teratur, tidak ritmis, tidak begitu sakit dan tidak menimbulkan perubahan serviks.
f. Penatalaksanaan Pendidikan untuk pasien : Karena 50 pasien yang akan melahirkan prematur tidak memiliki Iaktor resiko, semua pasien harus diberi penjelasan tentang tanda dan gejala yang mengarah ke persalinan prematur. 1. IdentiIikasi wanita dengan Iaktor resiko untuk persalinan prematur 2. Perawatan preventiI bagi wanita yang beresiko mengalami persalinan premature : a. Lakukan penapisan terhadap inIeksi dan obati. Tes wanita yang memiliki riwayat persalinan prematur dan mereka yang pernah terkena inIeksi untuk mengetahui kenormalan Ilora vagina mereka sepanjang masa hamil, dan berikan terapi antimikroba pada ambang intervensi yang lebih rendah. Vaginosis bakteri dan trikomonas dikaitkan dengan persalinan prematur dan BBLR, antibiotik akan mengurangi insiden vaginosis bakteri dan trikomonas. b. Lakukan penapisan setiap bulan untuk mendeteksi bakteriuria asimptomatik. Bakteriuria GBS dikaitkan dengan persalinan prematur, dan terapi antibiotik akan mengurangi pelahiran prematur tersebut. c. Berikan konseling nutrisi d. Diskusikan tentang reduksi stres e. Lakukan penatalaksanaan secara kolaboratiI atau rujuk wanita tersebut ke dokter kandungan. Panduan antisipatiI: strategi terapi meliputi tokolitik proIilaksis (misal, sebelum perubahan serviks), pemberian suplemen progesteron untuk wanita dengan riwayat pelahiran prematur, penurunan aktivitas ibu, dan pemeriksaan serviks setelah usia kehamilan 20-26 minggu. 3. Untuk menyingkirkan persalinan prematur pada wanita yang menunjukkan tanda dan gejala, kumpulkan data berikut : a. Tentukan status janin; usia kehamilan, taksiran berat janin, DJJ, posisi janin b. Lakukan pemeriksaan menggunakan spekulum: pemeriksaan spekulum steril untuk menentukan status ketuban; kumpulan Iibronektin janin (yang diambil dari ostium eksterna dan Iorniks posterior, hindari darah sebelum atau ~ 24 jam setelah pemeriksaan dalam dan K 24 jam setelah senggama terakhir); apusan basah dan biakan untuk GBS, klamidia, dan gonorea sesuai kebutuhan; dan visualisasi serviks. c. Evaluasi tanda dan gejala persalinan prematur; kaji nyeri punggung dan suprapubis, evaluasi aktivitas uterus, kaji nyeri tekan abdomen, observasi perubahan pada rabas vagina, termasuk perdarahan, dan jika ketuban tidak pecah juga lakukan pemeriksaan dalam dengan menggunakan jari. d. Singkirkan abrupsio plasenta. (pemeriksaan toksikologi urin dapat bermanIaat untuk mengkaji resiko tersebut). e. Singkirkan inIeksi seperti inIeksi saluran kemih, nyeri tekan sudut kostovertebra, vaginitis, sersivitis, inIeksi menular seksual (SSI ; dengan pemeriksaan spekulum steril), inIeksi virus atau bakteri sistemik. I. IdentiIikasi Iaktor-Iaktor yang merupakan kontraindikasi untuk tindakan tokolisis. 4. Tindak lanjut setelah temuan negatiI; ibu dapat dipulangkan dari rumah sakit dengan diberi penjelasan untuk membatasi aktivitas, mengistirahatkan panggul, dan kembali memeriksakan diri dalam seminggu untuk tindakan selanjutnya. Tinjau kembali dan gejala persalinan dan aktivitas beresiko tinggi, seperti penyalahgunaan zat. 5. Tegakkan diagnosis ketika pembukaan serviks mencapai K 3 cm atau ketika pemeriksaan serviks menunjukkan pembukaan 2-3 cm disertai Iibronektin janin positiI, kontraksi persisten, dan terjadi perubahanserviks selama observasi. 6. Hidrasi IV dengan 500 ml larutan hipotonik akan membantu, jika wanita tersebut mengalami dehidrasi. Pemberiannya tidak boleh menunda tindakan tokolisis. Hidarasi yang berlebihan khususnya disertai pemberian larutan hipertonik, dapat menyebabkan edema paru, jika tindakan tokolisis sudah dimulai. 7. Obat-obat tokolitik tidak mengurangi jumlah pelahiran prematur, tetapi menundanya hingga 48 jam sehingga memberi waktu untuk memindahkan ibu ke pusat perawatan tersier dan memberikan kortikosteroid serta antibioik, jika diperlukan. Pengkajian usia kehamilan dan peninjauan kembali keakuratan perhitungan usia kehamilan, pengkajian maturitas paru janin, taksiran berat janin, riwayat sindrom distres pernapasan dalam keluarga, kondisi medis pada ibu, serta harapan ibu dan keluarganya menjadi pertimbangan dalam memutuskan apakah tindakan tokolitik dilakukan pada janin di usia kehamilan 34-37 minggu. 8. Kontraindikasi terhadap pemberian tokolisis meliputi hipertensi berat pada ibu, perdarahan berat, kematian janin atau kelainan letal, korioamnionitis, gawat janin, preeklampsia atau eklampsi berat, pembukaan atau penipisan lanjut.
Obat-obat tokolitik meliputi : a. Tokolitik beta-mimetik (ritrodin untuk tokolisis, dan terbutalin untuk mengobati asma). b. Magnesium sulIat c. Indometasin (indocin) : digunakan sebelum usia kehamilan mencapai 32 minggu dan bermanIaat pada kasus polihidramnion karena obat ini membatasi pengeluaran urin pada janin. Setelah usia kehamilan 32 minggu, penggunaannya dapat menyebabkan penutupan duktus arteriosus prematur serta hipertensi paru. d. NiIedipin (procardia) 9. Pertimbangkan kortikosteroid antenatal 10. Antibiotik dapat memperpanjang kehamilan, tetapi tidak meningkatkan hasil akhir pada ibu atau tidak menurunkan angka kematian neonatus. 11. Pemindahan bayi in utero ke pusat perinatal resiko tinggi menigkatkan hasil akhir pada bayi dengan berat lahir rendah. 12. Penatalaksanaan rawat jalan setelah terapi untuk persalinan prematur; begitu persalinan ditangguhkan, ibu dapat kembali ke rumah agar dapat mengurangi aktivitas, mengistirahatkan panggul, mengurangi stres, dan melakukan pemeriksaan dalam setiap minggu. Penatalaksanaan Pelahiran Prematur : Tujuan ialah untuk menghindarkan trauma bagi anak yang masih lemah : 1. Pelahiran bayi prematur ditangani oleh dokter spesialis obstetri atau bidan yang berkolaborasi dengan dokter spesialis obstetri. Tim pediatrik hadir pada saat pelahiran. 2. Model pelahiran. Pelahiran pervaginam spontan adalah rute yang dipilih. Bayi yang berada pada presentasi bukan verteks dilahirkan melalui seksio sesarea. 3. ase aktiI persalinan pada pelahiran prematur dapat berlangsung dengan cepat. Oleh karena itu, pertahankan observasi ketat untuk mencegah pelahiran presipitatus setelah kala dua yang singkat. 4. Interpretasi DJJ sama dengan interpretasi untuk bayi cukup bulan. 5. Peredaan nyeri: narkotik parenteral tidak digunakan karena angka kejadian persalinan prematur yang tidak dapat diprediksi serta resiko depresi pernapasan. Menghindari asIiksia pada proses pelahiran menghasilkan angka bertahan hidup lebih tinggi pada bayi tersebut. Anestesi epidural mengurangi tonus dasar perineum dan memudahkan pengeluaran kepala bayi prematur yang masih lunak. 6. Episiotomi dapat dilakukan oleh beberapa dokter untuk kasus perineum mengalami resistensi pada primigravida. Upayakan untuk mendukung reduksi tekanan pada kepala janin secara bertahap. 7. Partus tidak boleh berlangsung terlalu lama tapi sebaliknya jangan pula terlalu cepat. 8. Jangan memecahkan ketuban sebelum pembukaan lengkap. 9. Jika persalinan perlu diselesaikan, pilihlah Iorceps di atas ekstraksi vakum. 10. Jangan menggunakan narcose. 11. Tali pusat secepat mungkin digunting untuk menghindarkan icterus neonatorium yang berat.
Persalinan prematur iminens dapat ditunda dengan : a. Magnesium sulIat Rehidrasi 500 ml isotonik Nacl-20 menit Larutan 10 gr, MgSO 4 dalam 100 cc O Bolus dosis 4 gr/20 menit O Tetesan tiap 2 gr/jam O Tingkatan dosis 0,5 gr ; setiap 20 menit sampai tercapai keadaan tokolisis. O Teruskan inIus dengan dosis terakhir sampai 12 jam. Observasi : O Tanda vital O ReIleks tendon patella (tendon dalam) O Pernapasan tidak kurang dari 16/menit. Pemberian MgSO 4 dihentikan bila : O ReIleks tendon menghilang O Pernapasan kurang dari 16/menit O Nyeri bagian dada tegang O Produksi urine kurang dari 30 cc/jam.
g. Masalah Menghadapi Persalinan Prematur a. Penyebab tertinggi kematian neonatus b. Tumbuh kembang janin sering terlambat c. Memerlukan perawatan intensiI, lama, dan mahal. d. Penyebab utama kematian neonatus. InIeksi .entral nervus system AsIiksia-RDS (respiratory distress syndrome) Trauma persalinan dan perdarahan intraventrikuler
h. Pemeriksaan Penunjang 1. UltrasonograIi: usia kehamilan, besar janin, jumlah janin, cacat bawaan, letak dan mturasi plasenta, volume cairan amnion, kelainan uterus 2. KardiotokograIi: kesejahteraan janin, Irekuensi dan kekuatan kontraksi 3. Pemeriksaan vaginal berkala untuk mengetahui dilatasi/ pemendekan serviks 4. Pemeriksaan surIaktan (amniosentesi) 5. Pemeriksaan bakteri vagina 6. Pemeriksaan kultur urine 7. Pemeriksaan gas dan ph darah janin.
B. PARTUS SEROTINUS a. Definisi Yang dinamakan partus serotinus ialah persalinan setelah kehamilan 42 minggu atau lebih. Istilah lain yang sering dipakai adalah postmaturitas, postdatism, atau postdates. Kira-kira 10 kehamilan berlangsung terus samapi 42 minggi, 4 berlanjut sampai usia 43 minggu.
Menurut Manuaba (1998), kehamilan lewat waktu merupakan kehamilan yang melebihi waktu 42 minggu dan belum terjadi persalinan. Kehamilan umumnya berlangsung 40 minggu atau 280 hari dari Hari Pertama haid terakhir.
Menurut Muchtar (1998), kehamilan postmatur adalah kehamilan yang berlangsung lebih lama dari 42 minggu, dihitung berdasarkan rumus Neagele dengan siklus haid rata rata 28 hari.
Menurut Parwirohardjo (2005), kehamilan lewat waktu atau post term adalah kehamilan yang melewati 294 hari atau lebih dari 42 minggu.
Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan serotinus adalah kehamilan yang berlangsung lebih dari 42 minggu. Bahaya yang dikemukakan adalah : - Kemungkinan kematian anak didalam rahim bertambah. - Besarnya anak yang berlebihan dapat menimbulkan kesukaran pada persalinan. Sebaiknya anak dapat kecil disebabkan penurunan Iungsi plasenta. Sekarang dianggap bahwa bahaya-bahaya tersebut diatas terlalu dibesar- besarkan. Terutama di Indonesia diagnosa kehamilan serotin sangat sulit karena kebanyakan ibu tidak mengetahui tanggal haid yang terakhir dan tepat. Diagnosa atas dasar besarnya anak sering mengecewakan. Diagnosa hanya dapat dibuat jika pasien diperiksa sejak permulaan kehamilan. Disamping itu amnioskopi dapat membentu menentukan sikap kita (air ketuban sedikit, adanya mekonium). Jika kehamilan serotin dijadikan indikasi untuk induksi persalinan (persalinan anjuran) maka syaratnya ialah bahwa cervix harus matang. Indikasi persalinan tidak boleh dilakukan pada cervix yang belum matang karena hasilnya kurang baik. Kehamilan serotin merupakan indikasi untuk sectio caesarea pada primitua terutama jika umurnya lebih dari 40 tahun. Malahan sering sectio sudah dilakukan pada minggu ke 41. Partus serotinus sering terjadi pada anencephalus. b. Etiologi Etiologi belum diketahui secara pasti namun Iaktor yang dikemukaan adalah hormonal, yaitu kadar progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. aktor lain seperti herediter, karena postmaturitas sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu (Rustam, 1998). Menjelang persalinan terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh dan reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitiI terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitiI terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim (Manuaba, 1998). Menurut Sujiyatini (2009), etiologinya yaitu penurunan kadar esterogen pada kehamilan normal umumnya tinggi. actor hormonal yaitu kadar progesterone tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin berkurang. actor lain adalah hereditas, karena post matur sering dijumpai pada suatu keluarga tertentu. aktor-Iaktor yang mempengaruhi kehamilan serotinus adalah : 1. aktor potensial, adanya deIisiensi hormon adrenokortikotropik (ACTH) pada Ietus atau deIisiensi enzim sulIatase plasenta. Kelainan sistem saraI pusat pada janin sangat berperan, misalnya pada keadaan anenseIal. 2. Semua Iaktor yang mengganggu mulainya persalinan baik Iaktor ibu, plasenta, maupun anak. Kehamilan terlama adalah 1 tahun 24 hari yang terjadi pada bayi dengan anenseIal.
.. Prognosis Kematian janin pada kehamilan serotinus meningkat bila pada kehamilan normal (37-41 minggu) angka kematiannya 1,1 . Oleh karena itu, pada 43 minggu angka kematian bayi menjadi 3,3 dan pada kehamilan 44 minggu menjadi 6,6.
Pada beberapa kasus meskipun usia kehamilan melebihi 42 minggu, Iungsi plasenta tetap baik sehingga terjadi anak besar (~4000 gram) yang dapat menyulitkan persalinan.
Morbiditas ibu meningkat karena kejadian partus buatan dan seksio sesarea meningkat. d. Patofisiologi Pada kehamilan lewat waktu terjadi penurunan oksitosin sehingga tidak menyebabkan adanya his, dan terjadi penundaan persalinan. Permasalahan kehamilan lewat waktu adalah plasenta tidak sanggup memberikan nutrisi dan pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asIiksia sampai kematian dalam rahim ( Manuaba, 1998). Sindroma postmaturitas yaitu : kulit keriput dan telapak tangan terkelupas, tubuh panjang dan kurus, vernic caseosa menghilang, wajah seperti orang tua, kuku panjang, tali pusat selaput ketuban berwarna kehijauan. ungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 34 36 minggu dan setelah itu terus mengalami penurunan. Pada kehamilan post term dapat terjadi penurunan Iungsi plasenta sehingga bisa menyebabkan gawat janin. Bila keadaan plasenta tidak mengalami insuIisiensi maka janin post term dapat tumbuh terus namun tubuh anak akan menjadi besar (makrosomia) dan dapat menyebabkan distosia bahu. e. Tanda Dan Gejala Tanda dan gejala tidak terlalu dirasakan, hanya dilihat dari tuanya kehamilan. Biasanya terjadi pada masyarakat di pedesaan yang lupa akan hari pertama haid terakhir. Bila tanggal hari pertama haid terakhir di catat dan diketahui wanita hamil, diagnosis tidak sukar, namun bila wanita hamil lupa atau tidak tahu, hal ini akan sukar memastikan diagnosis. Pada pemeriksaan USG dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban (Muchtar, 1998).
Menurut Achdiat (2004), umur kehamilan melewati 294 hari/ genap 42 minggu palpasi bagian bagian janin lebih jelas karena berkurangnya air ketuban. Kemungkinan dijumpai abnormalitas detak jantung janin, dengan pemeriksaan auskultasi maupun kardiotokograIi (KTG). Air ketuban berkurang dengan atau tanpa pengapuran (klasiIikasi) plasenta diketahui dengan pemeriksaan USG.
Tanda-tanda serotinitas : - Tak ada lanugo - Kuku panjang - Rambut kepala banyak - Kulit berkeriput - Mengelupas sering berwarna kekuningan - Kadang-kadang anak agak kurus - Air ketuban sedikit dan mengandung mekonium.
f. Diagnosis Penentuan usia kehamilan berdasarkan rumus Naegele, dihitung dari HPHT dan berdasarkan siklus haid (Taksiran persalinan adalah 280 hari atau 40 minggu dari hari pertama haid terakhir pada siklus 28 hari atau 266 hari setelah ovulasi). Jadi, untuk menentukan kehamilan serotinus harus diketahui umur kehamilan dengan tepat. Selain dari haid, penentuan umur kehamilan dapat dibantu secara klinis dengan mengevaluasi kembali umur kehamilan dari saat pertama kali datang, Makin awal pemeriksaan kehamilan dilakukan, umur kehamilan makin mendekati kebenaran, menanyakan kapan terasa pergerakan anak, atau pengukuran Iundus uteri secara serial.
Pemeriksaan USG sangat membantu taksiran umur kehamilan dan lebih akurat bila dilakukan sebelum trimester ke-2. Di Indonesia, diagnosis kehamilan serotinus sangat sulit karena kebanyakan ibu tidak mengetahui tanggal haid terakhir dengan tepat.
g. Gambaran Klinis Serotinus adalah istilah yang menggambarkan sindrom dismaturitas yang dapat terjadi pada kehamilan serotinus. Keadaan ini terjadi pada 30 kehamilan serotinus dan 3 kehamilan aterm
Tanda-tanda serotinitas adalah : 1. Tidak ada lanugo 2. Kuku panjang 3. Rambut kepala banyak/panjang 4. Kulit berkeriput, kering atau retak-retak. 5. Mengelupas sering berwarna kekuningan 6. Kadang-kadang anak agak kurus 7. Air tuban sedikit dan mengandung mekonium. 8. Menghilangnya lemak subkutan 9. Pewarnaan mekonium pada kulit, dan umbilikus 10. Bayi malas.
Bahaya yang dikemukakan adalah : 1. Kemungkinan kematian anak didalam rahim bertambah, akibat dari insuIisiensi plasenta karena menuanya plasenta dan kematian neonatus yang tinggi, AsIiksia adalah penyebab utama kematian dan morbiditas neonatus. 2. Besarnya anak yang berlebihan dapat menimbulkan kesukaran pada persalinan. Sebaiknya anak dapat kecil disebabkan penurunan Iungsi plasenta.
Terutama di Indonesia, diagnosa kehamilan serotin sangat sulit karena kebanyakan ibu tidak mengetahui tanggal haid terakhir dengan tepat. Dignosa atas dasar besarnya anak sering mengecewakan.
Diagnosa hanya dapat dibuat kalau pasien diperiksa sejak permulaan kehamilan. Disamping itu amnioskopi dapat membantu menentukan sikap kita (air tuban sedikit, adanya meconium).
Jika kehamilan serotin dijadikan untuk induksi persalinan (persalinan anjuran) maka syaratnya ialah cervix harus matang. Kehamilan serotin merupakan indkasi untuk Sectio Caesarea pada primitua terutama kalau umurnya lebih dar 40 tahun. Partus serotinus sering terjadi pada anencephalus.
Tanda kehamilan lewat waktu yang dijumpai pada bayi dibagi atas tiga stadium: 1. Stadium I. Kulit menunjukkan kehilangan verniks kaseosa dan maserasi berupa kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas. 2. Stadium II. Gejala stadium I disertai pewarnaan mekonium (kehijauan) pada kulit. 3. Stadium III. Terdapat pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit, dan tali pusat. Yang paling penting dalam menangani kehamilan lewat waktu ialah menentukan keadaan janin, karena setiap keterlambatan akan menimbulkan resiko kegawatan. Penentuan keadaan janin dapat dilakukan: 1. Tes tanpa tekanan (non stress test). Bila memperoleh hasil non reaktiI maka dilanjutkan dengan tes tekanan oksitosin. Bila diperoleh hasil reaktiI maka nilai spesiIisitas 98,8 menunjukkan kemungkinan besar janin baik. Bila ditemukan hasil tes tekanan yang positiI, meskipun sensitiIitas relatiI rendah tetapi telah dibuktikan berhubungan dengan keadaan postmatur. 2. Gerakan janin. Gerakan janin dapat ditentukan secara subjektiI (normal rata-rata 7 kali/ 20 menit) atau secara objektiI dengan tokograIi (normal rata-rata 10 kali/ 20 menit), dapat juga ditentukan dengan USG. Penilaian banyaknya air ketuban secara kualitatiI dengan USG (normal ~1 cm/ bidang) memberikan gambaran banyaknya air ketuban, bila ternyata oligohidramnion maka kemungkinan telah terjadi kehamilan lewat waktu. 3. Amnioskopi. Bila ditemukan air ketuban yang banyak dan jernih mungkin keadaan janin masih baik. Sebaliknya air ketuban sedikit dan mengandung mekonium akan mengalami resiko 33 asIiksia. h. Pemeriksaan Penunjang Menurut Sujiyatini dkk (2009), pemeriksaan penunjang yaitu USG untuk menilai usia kehamilan, oligohidramnion, derajat maturitas plasenta. KTG untuk menilai ada atau tidaknya gawat janin. Penilaian warna air ketuban dengan amnioskopi atau amniotomi (tes tanpa tekanan dinilai apakah reaktiI atau tidak ada dan tes tekanan oksitosin). Pemeriksaan sitologi vagina dengan indeks kariopiknotik. Menurut Mochtar (1998), pemeriksaan penunjang sangat penting dilakukan, seperti pemeriksaan berat badan ibu, diikuti kapan berkurangnya berat badan, lingkaran perut dan jumlah air ketuban. Pemeriksaan yang dilakukan seperti : a. Bila wanita hamil tidak tahu atau lupa dengan haid terakhir setelah persalinan yang lalu, dan ibu menjadi hamil maka ibu harus memeriksakan kehamilannya dengan teratur, dapat diikuti dengan tinggi Iundus uteri, mulainya gerakan janin dan besarnya janin dapat membantu diagnosis. b. Pemeriksaan UltrasonograIi dilakukan untuk memeriksa ukuran diameter biparietal, gerakan janin dan jumlah air ketuban. c. Pemeriksaan berat badan ibu, dengan memantau kenaikan berat badan setiap kali periksa, terjadi penurunan atau kenaikan berat badan ibu. d. Pemeriksaan Amnioskopi dilakukan untuk melihat derajat kekeruhan air ketuban menurut warnanya yaitu bila keruh dan kehitaman berarti air ketuban bercampur mekonium dan bisa mengakibatkan gawat janin (Prawirohardjo, 2005).
i. Pengaruh Serotinus Menurut Muchtar (1998), pengaruh dari serotinus adalah : a. Terhadap Ibu : Pengaruh postmatur dapat menyebabkan distosia karena aksi uterus tidak terkoordinir, maka akan sering dijumpai patus lama, inersia uteri, dan perdarahan postpartum.
b. Terhadap Bayi : Jumlah kematian janin/bayi pada kehamilan 43 minggu 3 kali lebih besar dari kehamilan 40 minggu, karena postmaturitas akan menambah bahaya pada janin. Pengaruh postmaturitas pada janin bervariasi seperti berat badan janin dapat bertambah besar, tetap dan ada yang berkurang sesudah kehamilan 42 minggu. Ada pula yang terjadi kematian janin dalam kandungan, kesalahan letak, distosia bahu, janin besar, moulage. j. Komplikasi a. Menurut Mochtar (1998), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu : 1. Komplikasi pada Ibu Komplikasi yang terjadi pada ibu dapat menyebabkan partus lama, inersia uteri, atonia uteri dan perdarahan postpartum. 2. Komplikasi pada Janin Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti berat badan janin bertambah besar, tetap atau berkurang, serta dapat terjadi kematian janin dalam kandungan.
b. Menurut Prawirohardjo (2006), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada Janin. Komplikasi yang terjadi pada bayi seperti gawat janin, gerakan janin berkurang, kematian janin, asIiksia neonaturum dan kelainan letak. c. Menurut Achdiat (2004), komplikasi yang terjadi pada kehamilan serotinus yaitu komplikasi pada janin. Komplikasi yang terjadi seperti : kelainan kongenital, sindroma aspirasi mekonium, gawat janin dalam persalinan, bayi besar (makrosomia) atau pertumbuhan janin terlambat, kelainan jangka pangjang pada bayi.
k. Penatalaksanaan Serotinus Menurut Mochtar (1998), setelah usia kehamilan lebih dari 40 42 minggu adalah monitoring janin sebaik baiknya. Apabila tidak ada tanda tanda insuIisiensi plasenta, persalinan spontan dapat ditunggu dengan pengawasan ketat. Apabila ada insuIisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang, pembukaan belum lengkap, persalinan lama, ada tanda-tanda gawat janin, kematian janin dalam kandungan, pre- eklamsi, hipertensi menahun dan pada primi tua makan dapat dilakukan operasi seksio sesarea. Keadaan yang mendukung bahwa janin masih dalam keadaan baik, memungkinkan untuk menunda 1 minggu dengan menilai gerakan janin.
Persalinan anjuran atau induksi persalinan dapat dilakukan dengan metode : a. Persalinan anjuran dengan inIus pituitrin (sintosinon) Persalinan anjuran dengan inIus oksitosin, pituitrin, sintosinon 5 unit dalam 500 cc glukosa 5, banyal digunakan. Teknik induksi dengan inIus glukosa lebih sederhanan dan mulai dengan 8 tetes dengan maksimal 40 tetes/menit. Kenaikan tetesan 4 hingga 8 tetes setiap 5 menit sampai kontraksi optimal. bila dengan 30 tetes kontraksi maksimal telah tercapai, maka tetesan tersebut dipertahankan sampai terjadi persalinan. Apabila terjadi kegagalan, ulangi persalinan anjuran dengan selang waktu sampai 48 jam.
b. Memecahkan ketuban Memecahkan ketuban merupakan salah satu metode untuk mempercepat persalinan. setelah ketuban pecah, ditunggu sekitar 4 sampai 6 jam dengan harapan kontraksi otot rahim akan berlangsung. Apabila belaum berlangsung kontraksi otot rahim dapa diikuti induksi persalinan dengan inIus glukosa yang mengandung 5 unit oksitosin.
c. Persalinan anjuran yang menggunakan prostaglandin Prostaglandin berIungsi untuk merangsang kontraksi otot rahim. pemakaian prostaglandin sebagai induksi persalinan dapat dalam bendtuk inIus intravena dan perwaginam (prostaglandin vagina suppositoria).
Menurut Achadiat (2004), tata laksana kehamilan post term tanpa patologi lain, yaitu : 1. Pasien dirawat 2. Pemeriksaan laboratorium Non Stres Test (NST) dan USG 3. NST reaktiI periksa keadaan servik 4. Servik matang (BS) lebih dari 9 dapat langsung diinduksi 5. Jika servik belum matang, perlu dimatangkan dulu 6. Bila terdapat patologi lain (misalnya preeklamsi berat, bekas SC, dsb) 7. maka dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan dengan SC. 8. Jika induksi gagal/terjadi gawat janin dilakukan SC Persalinan anjuran bertujuan untuk dapat merangsang otot rahim berkontraksi, sehingga persalinan bisa berlangsung. Membuktikan ketidakseimbangan antara kepala janin dengan jalan lahir. Bishop telah menetapkan beberapa penilaian agar persalinan induksi dapat berhasil. Dengan menggunakan kriteria Bishop sudah dapat diperkirakan keberhasilan persalinan ajuran. Pada nilai total Bishop rendah, sebaiknya langsung dilakukan seksio sesarea, karena induksi persalinan tidak akan berhasil. Induksi persalinan yang dipaksakan akan menambah keadaan gawat janin dalam rahim. Dengan demikian pertimbangan untuk melakukan persalinan anjuran di Polindes perlu dilakukan dengan baik (Manuaba, 1998).
Kriteria Bishop Keadaan Iisik Nilai Total nilai Pembukaan serviks 0 cm Perlunakan 0-30 Konsistensi servik kaku Arah servik ke belakang Kedudukan bagian terendah -3 0
Pembukaan serviks 1 2 cm Perlunakan 40-50 Konsistensi servik sedang Arah servik ke tengah Kedudukan bagian terendah -2 1
Pembukaan 3- 4 cm Perlunakan 60-70 Konsistensi servik lunak Kedudukan bagian terendah -1 -0 2
Pembukaan di atas 5cm Perlunakan 80 3
DAFTAR PUSTAKA
Bagus Gde Manuaba, Ida. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri, Ginekologi, Dan KB. Jakarta : EGC akultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. 2003. Obstetri Patologi llmu Kesehatan Reproduksi. Edisi 2. Jakarta : EGC. Oxorn,Harry & William R.orte. 2010. Ilmu Kebidanan : Patologi & isiologi Persalinan Human Labor and Birth. Yogyakarta.Yayasan Essentia Medica (YEM). DanIorth, David N.Obstetrics and Gynecology. Ed. 4: Harper&Row. Philadelphia.478-479, 1997 Cunningham, G, McDonald PC, Grant N, Leveno KJ, gilstraI III LC, Hankins GDV, Clark SL,William Obstetrics.Ed.20:Prentice-Hall international inc.USA 579-605, 1997 Bagian Obstetri & ginekologi K UNPAD. Obstetri Patologi.