Makalah Temulawak
Makalah Temulawak
Makalah Temulawak
Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat berlimpah, diantaranya adalah hutan tropis
yang mempunyai keanekaragaman hayati baik flora maupun fauna. Sumber daya flora di
wilayah Indonesia diperkirakan sekitar 30-40 ribu spesies, diantaranya dikatagorikan sebagai
tumbuhan obat (Wijayakusuma, 2007).
Saat ini, masyarakat semakin luas menggunakan tumbuhan obat dalam mengatasi masalah
kesehatannya dari pada menggunakan obat-obatan moderen. Hal ini menandai adanya
kesadaran untuk kembali ke alam (back to nature), dengan memanfaatkan produk-produk
alami yang diyakini memiliki efek samping yang relatif lebih rendah dibandingkan obat
moderen.
Sejak lama masyarakat telah mengenal dan menggunakan obat-obatan alamiah yang berasal
dari tumbuh-tumbuhan, hewan, dan mineral. Mereka meramu dan meraciknya sendiri atas
dasar pengalaman yang diwariskan secara turun-temurun oleh generasi sebelumnya
(Dalimartha, 2007).
Rimpang temulawak sejak lama dikenal sebagai tanaman obat, diantaranya memiliki efek
farmakologis sebagai pelindung terhadap hati (hepatoprotektor), meningkatkan nafsu makan,
antiradang, memperlancar pengeluaran empedu (kolagogum), dan mengatasi gangguan
pencernaan seperti diare, konstipasi, dan disentri (Wijayakusuma, 2007). Namun mekanisme
kerja temulawak dalam mengatasi diare sampai saat ini belum diketahui.
Telah dilakukan penelitian sebelumnya mengenai mekanisme kerja infus rimpang kunyit
dalam mengobati penyakit diare, yang menunjukkan bahwa infus rimpang kunyit bekerja
sebagai spasmolitik dengan cara antagonis nonkompetitif terhadap reseptor kolinergik
(Wahyu,1985).
Temulawak dan kunyit merupakan tanaman yang sama-sama tergolong dalam suku
zingiberaceae. Kedua tanaman ini memiliki kandungan senyawa kimia yang diketahui
mempunyai keaktifan fisologi diantaranya kurkuminoid dan minyak atsiri (Ban,1985).
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian tersebut di atas, maka permasalahan pokok yang
dapat dirumuskan dan menjadi kajian dalam penulisan makalah ini adalah: bagaimanakah
teknik budidaya temulawak tersebut.
Maksud dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
tanaman hias dan fitoparmaka.
Dengan penulisan makalah ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
penulis ataupun pembaca dan menjadi referensi bagi penulis lain.
Dalam penulisan makalah ini, penulis memaparkan hal-hal yang berkaitan dengan
permasalahan yang penulis teliti. Kerangka pemikiran ini dimulai dengan mengedepankan
pengertian serta kegunaan.
Agar makalah ini dapat dipahami pembaca, maka penulis membuat sistematika penulisan
makalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
BAB IV PENUTUP
BAB II
PEMBAHSAN
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang semu. Di daerah
Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di Madura disebut sebagai
temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari mana temulawak ini menyebar
ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia Tenggara dapat ditemui pula di Cina,
IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di Amerika Serikat dan Beberapa Negara Eropa.
Klasifikasi :
v Divisi : Spermatophyta
v Kelas : Monocotyledonae
v Ordo : Zingiberales
v Keluarga : Zingiberaceae
v Genus : Curcuma
Deskripsi :
Tanaman terna berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m tetapi kurang dari 2m,
berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk dengan sempurna dan bercabang
kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai daun 2 9 helai dengan bentuk bundar
memanjang sampai bangun lanset, warna daun hijau atau coklat keunguan terang sampai
gelap, panjang daun 31 84cm dan lebar 10 18cm, panjang tangkai daun termasuk helaian
43 80cm. Perbungaan lateral, tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9
23cm dan lebar 4 6cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau
sebanding dengan mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8
13mm, mahkota bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah dadu atau
merah, panjang 1.25 2cm dan lebar 1cm.
Tanaman ini ditanam secara konvensional dalam skala kecil tanpa memanfaatkan teknik
budidaya yang standard, karena itu sulit menentukan dimana sentra penanaman temulawak di
Indonesia. Hampir di setiap daerah pedesaan terutama di dataran sedang dan tinggi, dapat
ditemukan temulawak terutama di lahan yang teduh.
1. Iklim
Secara alami temulawak tumbuh dengan baik di lahan-lahan yang teduh dan terlindung dari
teriknya sinar matahari. Di habitat alami rumpun tanaman ini tumbuh subur di bawah
naungan pohon bambu atau jati. Namun demikian temulawak juga dapat dengan mudah
ditemukan di tempat yang terik seperti tanah tegalan. Secara umum tanaman ini memiliki
daya adaptasi yang tinggi terhadap berbagai cuaca di daerah beriklim tropis.
Suhu udara yang baik untuk budidaya tanaman ini antara 19-30 oC. Tanaman ini
memerlukan curah hujan tahunan antara 1.000-4.000 mm/tahun.
2. Media Tanam
Perakaran temulawak dapat beradaptasi dengan baik pada berbagai jenis tanah baik tanah
berkapur, berpasir, agak berpasir maupun tanah-tanah berat yang berliat. Namun demikian
untuk memproduksi rimpang yang optimal diperlukan tanah yang subur, gembur dan
berdrainase baik. Dengan demikian pemupukan anorganik dan organik diperlukan untuk
memberi unsur hara yang cukup dan menjaga struktur tanah agar tetap gembur. Tanah yang
mengandung bahan organik diperlukan untuk menjaga agar tanah tidak mudah tergenang air.
3. Ketinggian Tempat
Temulawak dapat tumbuh pada ketinggian tempat 5-1.000 m/dpl dengan ketinggian tempat
optimum adalah 750 m/dpl. Kandungan pati tertinggi di dalam rimpang diperoleh pada
tanaman yang ditanam pada ketinggian 240 m/dpl. Temulawak yang ditanam di dataran
tinggi menghasilkan rimpang yang hanya mengandung sedikit minyak atsiri. Tanaman ini
lebih cocok dikembangkan di dataran sedang.
1. Pembibitan
1) Persyaratan Bibit
Rimpang untuk bibit diambil dari tanaman tua yang sehat berumur 10 -12 bulan.
2) Penyiapan Bibit
Tanaman induk dibongkar dan bersihkan akar dan tanah yang menempel pada rimpang.
Pisahkan rimpang induk dari rimpang anak.
Rimpang induk dibelah menjadi empat bagian yang mengandung 2-3 mata tunas dan
dijemur selama 3-4 jam selama 4-6 hari berturut-turut. Setelah itu rimpang dapat langsung
ditanam.
Simpan rimpang anak yang baru diambil di tempat lembab dan gelap selama 1-2 bulan
sampai keluar tunas baru. Penyiapan bibit dapat pula dilakukan dengan menimbun rimpang di
dalam tanah pada tempat teduh, meyiraminya dengan air bersih setiap pagi/sore hari sampai
keluar tunas. Rimpang yang telah bertunas segera dipotong-potong menjadi potongan yang
memiliki 2-3 mata tunas yang siap ditanam. Bibit yang berasal dari rimpang induk lebih baik
daripada rimpang anakan. Sebaiknya bibit disiapkan sesaat sebelum tanam agar mutu bibit
tidak berkurang akibat penyimpanan.
2. Pengolahan Media Tanam
1) Persiapan Lahan
Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan
lahan untuk kebun temulawak sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam.
2) Pembukaan Lahan
Lahan dibersihkan dari tanaman-tanaman lain dan gulma yang dapat mengganggu
pertumbuhan kunyit. Lahan dicangkul sedalam 30 cm sampai tanah menjadi gembur.
3) Pembentukan Bedengan
Lahan dibuat bedengan selebar 120-200 cm, tinggi 30 cm dan jarak antar bedengan 30-40
cm. Selain dalam bentuk bedengan, lahan dapat juga dibentuk menjadi petakan-petakan agak
luas yang dikelilingi parit pemasukkan dan pembuangan air, khususnya jika temulawak akan
ditanam di musim hujan.
Pupuk kandang matang dimasukkan ke dalam lubang tanam sebanyak 1-2 kg. Keperluan
pupuk kandang untuk satu hektar kebun adalah 20-25 ton karena pada satu hektar lahan
terdapat 20.000-25.000 tanaman.
3. Teknik Penanaman
Penanaman dilakukan secara monokultur dan lebih baik dilakukan pada awal musim hujan
kecuali pada daerah yang memiliki pengairan sepanjang waktu. Fase awal pertumbuhan
adalah saat dimana tanaman memerlukan banyak air.
3) Cara Penanaman
Satu bibit dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan posisi mata tunas menghadap ke atas.
Setelah itu bibit ditimbun dengan tanah sedalam 10 cm.
4) Perioda Tanam
Masa tanam temulawak yaitu pada awal musim hujan untuk masa panen musim kemarau
mendatang. Penanaman pada di awal musim hujan ini memungkinkan untuk suplai air yang
cukup bagi tanaman muda yang memang sangat membutuhkan air di awal pertumbuhannya.
4. Pemeliharaan Tanaman
1) Penyulaman
Tanaman yang rusak/mati diganti oleh bibit yang sehat yang merupakan bibit cadangan.
2) Penyiangan
Penyiangan rumput liar dilakukan pagi/sore hari yang tumbuh di atas bedengan atau petak
bertujuan untuk menghindari persaingan makanan dan air. Peyiangan pertama dan kedua
dilakukan pada dua dan empat bulan setelah tanam (bersamaan dengan pemupukan).
Selanjutnya penyiangan dapat dilakukan segera setelah rumput liar tumbuh. Untuk mencegah
kerusakan akar, rumput liar disiangi dengan bantuan kored/cangkul dengan hati-hati.
3) Pembubunan
4) Pemupukan
a. Pemupukan Organik
Pada pertanian organic yang tidak menggunakan bahan kimia termasuk pupuk buatan dan
obat-obatan, maka pemupukan secara organic yaitu dengan menggunakan pupuk kompos
organic atau pupuk kandang dilakukan lebih sering disbanding kalau kita menggunakan
pupuk buatan. Adapun pemberian pupuk kompos organic ini dilakukan pada awal
pertanaman pada saat pembuatan guludan sebagai pupuk dasar sebanyak 60 80 ton per
hektar yang ditebar dan dicampur tanah olahan. Untuk menghemat pemakaian pupuk kompos
dapat juga dilakukan dengan jalan mengisi tiap-tiap lobang tanam di awal pertanaman
sebanyak 0.5 1kg per tanaman. Pupuk sisipan selanjutnya dilakukan pada umur 2 3 bulan,
4 6 bulan, dan 8 10 bulan. Adapun dosis pupuk sisipan sebanyak 2 3 kg per tanaman.
Pemberian pupuk kompos ini biasanya dilakukan setelah kegiatan penyiangan dan bersamaan
dengan kegiatan pembubunan.
b. Pemupukan Konvensional
Pemupukan Awal
Pupuk dasar yang diberikan saat tanam adalah SP-36 sebanyak 100 kg/ha yang disebar di
dalam larikan sedalam 5 cm di antara barisan tanaman atau dimasukkan ke dalam lubang
sedalam 5 cm pada jarak 10 cm dari bibit yang baru ditanam. Larikan atau lubang pupuk
kemudian ditutup dengan tanah. Sesaat setelah pemupukan tanaman langsung disiram untuk
mencegah kekeringan tunas.
Pemupukan Susulan
Pada waktu berumur dua bulan, tanaman dipupuk dengan pupuk kandang sebanyak 0,5
kg/tanaman (10-12,5 ton/ha), 95 kg/ha urea dan 85 kg/ha KCl. Pupuk diberikan kembali pada
waktu umur tanaman mencapai empat bulan berupa urea dan KCl dengan dosis masing-
masing 40 kg/ha. Pupuk diberikan dengan cara disebarkan merata di dalam larikan pada jarak
20 cm dari pangkal batang tanaman lalu ditutup dengan tanah.
Pengairan dilakukan secara rutin pada pagi/sore hari ketika tanaman masih berada pada
masa pertumbuhan awal. Pengairan selanjutnya ditentukan oleh kondisi tanah dan iklim.
Biasanya penyiraman akan lebih banyak dilakukan pada musim kemarau. Untuk menjaga
pertumbuhan tetap baik, tanah tidak boleh berada dalam keadaan kering.
penyakit.
7) Pemulsaan
Sedapat mungkin pemulsaan dengan jerami dilakukan diawal tanam untuk menghindari
kekeringan tanah, kerusakan struktur tanah (menjadi tidak gembur/padat) dan mencegah
tumbuhnya gulma secara berlebihan. Jerami dihamparkan merata menutupi permukaan tanah
di antara lubang tanaman.
1. Hama
Pengendalian:
2. Penyakit
v Jamur Fusarium
Penyebab:
F. oxysporum Schlecht dan Phytium sp. serta bakteri Pseudomonas sp. Berpotensi untuk
menyerang perakaran dan rimpang temulawak baik di kebun atau setelah panen.
Gejala:
Fusarium menyebabakan busuk akar rimpang dengan gejala daum menguning, layu, pucuk
mengering dan tanaman mati. Akar rimpang menjadi keriput dan berwarna kehitam-hitaman
dan bagian tengahnya membusuk. Jamur Phytium menyebabkan daun menguning, pangkal
batang dan rimpang busuk, berubah warna menjadi coklat dan akhirnya keseluruhan tanaman
menjadi busuk.
Pengendalian:
Melakukan pergiliran tanaman yaitu setelah panen tidak menanam tanaman yang berasal
dari keluarga Zingiberaceae. Fungisida yang dapat dipakai adalah Dimazeb 80 WP atau
Dithane M-45 80 WP dengan konsentrasi 0.1 - 0.2 %.
v Penyakit layu
Penyebab:
Pseudomonas sp.
Gejala:
kelayuan daun bagian bawah yang diawali menguningnya daun, pangkal batang basah dan
rimpang yang dipotong mengeluarkan lendir seperti getah.
Pengendalian:
3. Gulma
Gulma potensial pada pertanaman temu lawak adalah gulma kebun antara lain adalah
rumput teki, alang-alang, ageratum, dan gulma berdaun lebar lainnya.
Dalam pertanian organik yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia berbahaya melainkan
dengan bahan-bahan yang ramah lingkungan biasanya dilakukan secara terpadu sejak awal
pertanaman untuk menghindari serangan hama dan penyakit tersebut yang dikenal dengan
PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yang komponennya adalah sbb:
1) Mengusahakan pertumbuhan tanaman yang sehat yaitu memilih bibit unggul yang sehat
bebas dari hama dan penyakit serta tahan terhadap serangan hama dari sejak awal pertanaman
3) Menggunakan varietas-varietas unggul yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit.