Lempeng Tektonik
Lempeng Tektonik
Lempeng Tektonik
(Tectonic Plate)
Menurut teori Lempeng Tektonik, lapisan terluar bumi kita terbuat dari suatu lempengan tipis
dan keras yang masing-masing saling bergerak relatif terhadap yang lain. Gerakan ini terjadi
secara terus-menerus sejak bumi ini tercipta hingga sekarang. Teori Lempeng Tektonik muncul
sejak tahun 1960-an, dan hingga kini teori ini telah berhasil menjelaskan berbagai peristiwa
geologis, seperti gempa bumi, tsunami, dan meletusnya gunung berapi, juga tentang
bagaimana terbentuknya gunung, benua, dan samudra.
Lempeng tektonik terbentuk oleh kerak benua (continental crust) ataupun kerak samudra
(oceanic crust), dan lapisan batuan teratas dari mantel bumi (earth's mantle). Kerak benua dan
kerak samudra, beserta lapisan teratas mantel ini dinamakan litosfer. Kepadatan material pada
kerak samudra lebih tinggi dibanding kepadatan pada kerak benua. Demikian pula, elemen-
elemen zat pada kerak samudra (mafik) lebih berat dibanding elemen-elemen pada kerak
benua (felsik).
Di bawah litosfer terdapat lapisan batuan cair yang dinamakan astenosfer. Karena suhu dan
tekanan di lapisan astenosfer ini sangat tinggi, batu-batuan di lapisan ini bergerak mengalir
seperti cairan (fluid).
Litosfer terpecah ke dalam beberapa lempeng tektonik yang saling bersinggungan satu dengan lainnya.
Berikut adalah nama-nama lempeng tektonik yang ada di bumi, dan lokasinya bisa dilihat pada Peta
Tektonik.
Lempeng Tektonik
Pasifik Arab
Eurasia Fiji
Indo-Australia Kokos
India Skotia
Peta Tektonik yang dibuat berdasarkan kondisi bumi pada abad 20.
Sumber: The Dynamic Earth, USGS
1. Batas Divergen
Terjadi pada dua lempeng tektonik yang bergerak saling memberai (break apart).
Ketika sebuah lempeng tektonik pecah, lapisan litosfer menipis dan terbelah,
membentuk batas divergen.
Pada lempeng samudra, proses ini menyebabkan pemekaran dasar laut (seafloor
spreading). Sedangkan pada lempeng benua, proses ini menyebabkan terbentuknya
lembah retakan (rift valley) akibat adanya celah antara kedua lempeng yang saling
menjauh tersebut.
Wilayah dimana suatu lempeng samudra terdorong ke bawah lempeng benua atau
lempeng samudra lain disebut dengan zona tunjaman (subduction zones). Di zona
tunjaman inilah sering terjadi gempa. Pematang gunung-api (volcanic ridges) dan parit
samudra (oceanic trenches) juga terbentuk di wilayah ini.
3. Batas Transform
Terjadi bila dua lempeng tektonik bergerak saling menggelangsar (slide each other),
yaitu bergerak sejajar namun berlawanan arah. Keduanya tidak saling memberai
maupun saling menumpu. Batas transform ini juga dikenal sebagai sesar ubahan-bentuk
(transform fault).
*Gambar-gambar diambil dari The Dynamic Earth, USGS.
Batas transform umumnya berada di dasar laut, namun ada juga yang berada di daratan, salah
satunya adalah Sesar San Andreas (San Andreas Fault) di California, USA. Sesar ini merupakan
pertemuan antara Lempeng Amerika Utara yang bergerak ke arah tenggara, dengan Lempeng
Pasifik yang bergerak ke arah barat laut.
Sumber: The Dynamic Earth, USGS
Batas Konvergen
Batas konvergen ada 3 macam, yaitu 1) antara lempeng benua dengan lempeng
samudra, 2) antara dua lempeng samudra, dan 3) antara dua lempeng benua.
Pegunungan Andes di Amerika Selatan adalah salah satu pegunungan yang terbentuk
dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Nazka dan
Lempeng Amerika Selatan.
Pulau Aleutian di Alaska adalah salah satu contoh pulau vulkanik dari proses ini. Pulau
ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng Pasifik dan Lempeng Amerika Utara.
Salah satu lempeng benua menunjam ke bawah lempeng benua lainnya. Karena
keduanya adalah lempeng benua, materialnya tidak terlalu padat dan tidak cukup berat
untuk tenggelam masuk ke astenosfer dan meleleh. Wilayah di bagian yang
bertumbukan mengeras dan menebal, membentuk deretan pegunungan non vulkanik
(mountain range).
Pegunungan Himalaya dan Plato Tibet adalah salah satu contoh pegunungan yang
terbentuk dari proses ini. Pegunungan ini terbentuk dari konvergensi antara Lempeng
India dan Lempeng Eurasia.