Achmad Barnendi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Tugas Stratigrafi Indonesia

Makalah Lempeng Tektonik dan Cekungan Sedimen

Achmad Barnendi P.
270110120129
Geologi A

Jurusan Teknik Geologi


Fakultas Teknik Geologi
Universitas Padjajaran
Jatinangor
2015

1. Teori Tektonik Lempeng

Lempeng tektonik merupakan teori yang relative baru dan berkembang bagaimana
geologis berpikir tentang Bumi. Berdasarkan teori, permukaan bumi terpisah menjadi lempenglempeng besar. Posisi dan ukuran dari lempeng tersebut selalu berubah. Ujung lempeng tersebut,
dimana lempeng-lempeng tersebut saling bergerak, adalah tempat yang sering terjadi aktivitas
geologi, seperti gempabumi, gunungapi, dan pegunungan. Lempeng tektonik merupakan
gabungan dari dua ide, continental drift dan sea-floor spreading. Continental drift adalah
gerakan dari benua di permukaan bumi dan perubahan posisi relative antar lempeng. Sea-floor
spreading adalah terbentuknya lempeng samudera baru di mid-ocean ridges dan pergerakan
lempeng yang menjauh dari mid-ocean ridges.
Pengertian lempeng tektonik itu sendiri adalah pergerakan lempeng-lempeng bumi yang
menimbulkan lekukan, lipatan, rekahan, dan patahan yang biasanya diiringi dengan goncangan
yang disebut gempabumi. Lempeng tektonik adalah penyebab terbentuknya bumi seperti yang
kita lihat. Lempeng adalah lembaran-lembaran raksasa yang berupa kerak benua dan samudera
yang bergerak dan mengapung diatas astenosfer. Tektonik adalah proses gerakan pada kerak
bumi.
Bukti awal adanya Continental Drift
-

Benua-benua terlihat seperti pecahan puzzle

Litologi batuan antar benua memiliki korelasi ( antar samudera)


Fosil tumbuhan yang telah punah, Glossopteris, yang tumbuh di temperatur tinggi,

ditemukan di Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australatia.


Reptil punah, Mesosaurus, ditemukan di Brazil dan Afrika Selatan. Mesosaurus
hanya hidup di air jernih, dan tidak dapat berenang menyeberangi samudera

Endapan glasial purba di Amerika Selatan, Afrika, India, Antartika, dan Australia
mengindikasiakn benua-benua terseubt berada di dekat daerah polar.

Bukti baru untuk Continental drift


-

Paleomagnetism, menyelidiki magnetic bumi dari waktu ke waktu; geologis melihat

arah magnetic mineral pada batuan.


The continental slope, Jika continental slope dihitung, lempeng akan saling cocok
GPS technology, dapat menghitunng kecepatan benua (1-16 cm/tahun)

Jenis-Jenis Pertemuan Tektonik Lempeng


Pergerakan lempeng kerak bumi ada tiga tipe yaitu pergerakan lempeng Divergen,
konvergen dan transform.

Tipe utama batas-batas lempeng (USGS/Jose F. Vigil dari This Dynamic Planet)
1. Pergerakan Lempeng Divergen
Lempeng divergen yaitu area pertemuan antar lempeng yang bergerak saling menjauhi,
sehingga pada model pertemuan ini akan terbentuklapisan asthenosphere yang baru dan

menyebabkan makin meluasnya area dari lempeng tersebut. Ada 2 (dua) macam kejadian
lempeng divergen, bisa terjadi antara 2 (dua) lapisan oceanic asthenosphere yang bertemu pada
lantai dasar samudera sehingga terbentuk muka laut yang baru. Tempat pertemuan dua batas
lempeng dengan tipe Lempeng divergen biasa disebut seafloor spreading atau spreading centre.
Contohnya terdapat pada pertemuan antara lempeng Amerika Utara dan lempeng Eurasia di
Samuera Antartika, sedangkan tipe lempeng divergen yang terjadi antara dua lempeng benua
menyebebkan terjadinya rekahan yang cukup besar pada daratan dan rekahan itu menjadi terus
meluas setiap tahunnya, sebagai contoh yang terjadi di Afrika Timur yang dikenal sebagai Great
Rift Valley.

2. Pergerakan Lempeng Konvergen


Pergerakan Lempeng kovergen yaitu daerah pertemuan lempeng yang bergerak saling
mendekati sampai akhirnya bertumbukan hingga menyebabkan salah satu dari lempeng akan
tersubduksi ke dalam mantel dan mengakibatkan berkurangnya area dari lempeng tersebut.Ada 3
model dari tipe lempeng konvergen, yaitu :
1. Pertemuan antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang mengakibatkan
salah satu lempeng akan tersubduksi ke arah mantel sehingga pada daerah pertemuan
tersebut akan terbentuk daerah kepulauan yang terdiri dari gunung-gunung laut dan
pertemuan lempeng yang seperti ini biasanya terjadi daerah laut dalam dengan kedalaman
lebih dari 11000 meter, contohnya adalah rangkaian kepulauan yang dipenuhi gunung api
sepanjang Mariana Trench di bagian barat Samudera Pasifik.

2. Model yang kedua dari tipe lempeng kovergen adalah pertemuan antara lempeng
samudera dengan lempeng benua yang mengakibatkan lempeng samudera tersubduksi ke
arah mantel dan menyebabkan terbentuknya gunung-gunung api aktif di daratan benua.
Pada daerah tipe konvergen seperti ini yang memiliki aktivitas seismik yang cukup tinggi,
bahkan kebanyakan gelombang Tsunami yang terjadi akibat aktivitas seismik pada tipe
ini yang ditimbulkan dari gempa-gempa besar yang dapat memicu terjadinya Tsunami.
Contoh tipe ini terdapat di daerah zona penyusupan di sepanjang pantai barat sumatera
dan di sepanjang pantai selatan Jawa.
3. Model terakhir dari tipe ini adalah pertemuan antara lempeng benua dengan lempeng
benua yang mengakibatkan terjadinya lipatan yang semakin lama areanya semakin luas
dan semakin tinggi, sebagai contoh adalah pembentukan pegunungan Himalaya dan
daerah dataran tinggi Tibet.
3. Pergerakan Lempeng Transform

Tipe pertemuan antara dua lempeng tektonik yang bergerak secara horisontal dan
berlawanan arahnya. Pada tipe ini tidak ada pembentukan lapisan asthenosphere baru atau
terjadinya penyusupan yang dilakukan oleh salah satu lempeng terhadap lainnya, contohnya
adalah yang terjadi antara lempeng samudera dengan lempeng samudera yang disebabkan karena
patahnya jalur seafloor spreading yang mengakibatkan terbentuknya tipe ini, daerahnya biasa
disebut sebagai Mid-Ocean Ridges, sedangkan pertemuan antara lempeng benua dengan
lempeng benua untuk tipe ini terjadi akibat pergeseran dua buah lapisan secara horisontal yang

muncul hingga permukaan, contohnya adalah yang terjadi pada patahan San Andreas di
California.

Bagian lapisan luar, interior bumi dibagi menjadi lapisan litosfer dan lapisan astenosfer
berdasarkan perbedaan mekanis dan cara terjadinya perpindahan panas. Llitosfer lebih dingin
dan kaku, sedangkan astenosfer lebih panas dan secara mekanik lemah. Selain itu, litosfer
kehilangan panasnya melalui proses konduksi, sedangkan astenosfer juga memindahkan panas
melalui konveksi dan memiliki gradien suhu yang hampir adiabatik. Pembagian ini sangat
berbeda dengan pembagian bumi secara kimia menjadi inti, mantel, dan kerak. Litosfer sendiri
mencakup kerak dan juga sebagian dari mantel.
Suatu bagian mantel bisa saja menjadi bagian dari litosfer atau astenosfer pada waktu
yang berbeda, tergantung dari suhu, tekanan, dan kekuatan gesernya. Prinsip kunci tektonik
lempengan adalah bahwa litosfer terpisah menjadi lempengan-lempengan tektonik yang berbedabeda.

Lempengan

ini

bergerak

menumpang

di

atas

astenosfer

yang

mempunyai viskoelastisitas sehingga bersifat seperti fluida. Pergerakan lempengan bisa


mencapai 1040 mm/a (secepat pertumbuhan kuku jari) seperti di Mid-Atlantic Ridge, ataupun
bisa mencapai 160 mm/a (secepat pertumbuhan rambut) seperti di Lempeng Nazca.

Lempeng-lempeng utama
Peta lempeng-lempeng tektonik
Lempeng-lempeng tektonik utama yaitu:

Lempeng Afrika, meliputi Afrika - Lempeng benua

Lempeng Antarktika, meliputi Antarktika - Lempeng benua

Lempeng Australia, meliputi Australia (tergabung dengan Lempeng India antara 50


sampai 55 juta tahun yang lalu)- Lempeng benua

Lempeng Eurasia, meliputi Asia dan Eropa - Lempeng benua

Lempeng Amerika Utara, meliputi Amerika Utara dan Siberia timur laut - Lempeng
benua

Lempeng Amerika Selatan, meliputi Amerika Selatan - Lempeng benua

Lempeng Pasifik, meliputi Samudera Pasifik - Lempeng samudera

2. Cekungan Sedimen
2.1 Pengertian
Cekungan berdasarkan aspek geomorfolgi, cekungan didefinisikan sebagai suatu wilayah
dengan suatu bentuk bentang alam rendah yang dikelilingi oleh suatu tinggian. Sedangkan
Cekungan sedimen adalah suatu tempat berbentuk cekungan dimana sedimen diendapkan.
Cekungan sedimen adalah suatu daerah rendahan, yang terbentuk oleh proses tektonik,
dimana sedimen terendapkan. Dengan demikian cekungan sedimen merupakan depresi

sehingga sedimen terjebak di dalamnya. Depresi ini terbentuk oleh suatu proses nendatan
(subsidence) dari permukaan bagian atas suatu kerak. Berbagai penyebab yang menghasilkan
nendatan, di antaranya adalah: penipisan kerak, penebalan mantel litosper, pembebanan
batuan sedimen dan gunungapi, pembebanan tektonik, pembebanan subkerak, aliran
atenosper dan penambahan berat kerak.
Menurut Allen dan Allen (1990) Cekungan Sedimen adalah bagian permukaan bumi yang
mengalami penurunan berkepanjangan. ". Mekanisme penyebab subsidence (penurunan)
berkaitan dengan proses yang terjadi pada lithosfera dimana lithosfera ini terdiri atas
beberapa lempeng, maka cekungan sedimen sangat berkaitan erat dengan pergerakan
lempeng-lempeng.
2.2 Klasifikasi Cekungan Sedimen
Pembentukan cekungan sedimen erat hubungannya dengan gerakan
kerak dan proses tektonik yang dialami lempeng. Ingersol dan Busby (1995)
menunjukkan bahwa cekungan sedimen dapat terbentuk dalam 4 (empat)
tataan tektonik: divergen, intraplate, konvergen dan transform). Menurut
Dickinson, 1974 dan Miall, 1999; klasifikasi cekungan sedimen dapat
berdasarkan pada:

1. tipe dari kerak dimana cekungan berada,


2. posisi cekungan terhadap tepi lempeng,
3. untuk cekungan yang berada dekat dengan tepi lempeng, tipe interaksi
lempeng yang terjadi selama sedimentasi,
4. Waktu pembentukan dan basin fill terhadap tektonik yang berlangsung,
5. Bentuk cekungan.

Selley (1988) memberikan klasifikasi cekungan sedimen secara sederhana seperti dalam
Tabel. , sedang Boggs (2001) membagi cekungan sedimen lebih rinci dan lebih komplit.
Mekanisme penendatan disariakan dari Dickinson (1993 dan Ingersol dan Busby (1995)
Penipisan kerak (crustal Perenggangan, erosi selama pengangkatan, dan penarikan
thinning):

akibat magmatisme

Penebalan

mantel Pendinginan litosper yang diikuti penghentian perenggangan

litosper

(mantle- atau pemanasan akibat peleburan adiabatik atau naiknya

lithospheric thickening):

Pembebanan

lelehan astenosper

batuan Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan

sedimen

dan litosper regional, tergantung kegetasan litosper,

gunungapi(sedimentary

selama

sedimentasi dan kegiatan gunungapi

and volcanic loading):

Pembenan

Kompensasi isostatik lokal dari kerak dan perenggangan

tektonik(tectonic

litosper regional, tergantung kegetasan dibawah litosper,

loading):

selama pensesaran naik (overthrusting) dan/atau tarikan


(underpulling)

Pembenan

subkerak kelenturan litosper selama underthrusting dari litosper padat

(subcrustal loading):

Aliran

pengaruh dinamik aliran astenosper, umumnya karena

astenosper(asthenospheric penunjaman litosper


flow):

Penambahan

berat Peningkatan berat jenis kerak akibat perubahan tekanan/

kerak(crustal

temperatur dan/atau pengalihan tempat kerak berberat-jenis

densification):

tinggi ke kerak berberat-jenis rendah

Klasifikasi cekungan sedimen (Selley, 1988)


PROSES PENYEBAB

TIPE CEKUNGAN

TATAAN

TEKTONIK

LEMPENG
TERBENTUKNYA
Crustal sag

Cekungan intrakraton

Intra-plate collapse

Puntir (tension)

Epicratonic downward

Tepian lempeng pasif (passive


plate margin)

Rift
Sea-floor spreading

Tekanan (compression)

Palung (trench)
Busur depan (fore-arc)

Subduksi (tepian lempeng aktif)

Busur belakang (back-arc)

Wrenching

Strike-slip

Gerakan mendatar lempeng

Klasifikasi cekungan menurut Boggs (2001)


TATAAN

TIPE CEKUNGAN

TECTONIK

Divergen

Antarlempeng

Cekungan beralaskan kerak benua/peralihan: cekungan intrakraton,


paparan benua, sembulan benua (continental rises) dan undak, pematang
benua.
Cekungan beralaskan kerak samodra: cekungan samodra aktif,
kepulauan samodra, dataran tinggi dan bukit aseismik (aseismic rigde
and plateau)

Konvergen

Cekungan akibat subduksi: palung, cekungan lereng palung, cekungan


busur depan, cekungan intra-busur, cekungan busur belakang.

Cekungan

akibat

tabrakan: cekungan retroac

forels, peripheral

foreland basin, cekungan punggung babi (piggyback basin), broken


forland
Tranform

Cekungan

akibat

sesar

mendatar: cekungan transextensional,

transpressional, transrotaional
Hybrid

Cekungan akibat berbagai sebab: cekungan-cekungan intracontinental


wrench, aulacogen, impactogen, successor

Buku ini tidak membahas secara rinci semua jenis cekungan sedimen, akan tetapi beberapa
cekungan yang dianggap penting di Indonesia akan dibahas secara singkat di bawah ini (sebagian
besar disarikan dari Boggs, 2001).
Cekungan Intrakraton (Intracratonic Basin)
Cekungan intrakraton umumnya cukup besar terletak di tengah suatu benua yang jauh
dari tepian lempeng. Subsiden pada cekungan jenis ini umumnya disebabkan oleh penebalan
mantel-litosfir dan bembebanan oleh batuan sedimen atau gunungapi (Boggs, 2001). Beberapa
cekungan intrakraton ini diisi oleh endapan klastika laut, karbonat, atau sedimen evaporit yang
diendapkan mulai dari laut epikontinental sampai darat. Cekungan tua jenis ini di antaranya
adalah Cekungan Amadeus dan Carpentaria di Australia, Cekungan Parana di Amerika Latin, dan
Cekungan Paris di Perancis. Sedangkan contoh cekungan modern jenis ini adalah Cekungan
Chad di Afrika.
Renggang (Rift)
Cekungan akibat perenggangan ini umumnya sempit tetapi memanjang, dibatasi oleh
lembah patahan. Ukuran berkisar dari beberapa km sampai sangat lebar seperti pada Sistem

Renggangan Afrika Timur, dimana mempunyai lebar 30-40 km dan panjang hampir 300 km.
Cekungan ini dapat terbentuk oleh berbagai tataan tektonik, namun yang paling umum oleh
divergen. Perenggangan lempeng benua seperti antara Amerika Utara dan Eropa terjadi pada
Trias menghasilkan Punggungan Tengah Atlantik (Mid-Atlantic Ridge). Sistem renggangan pada
Afrika Timur merupakan contoh sistem renggangan modern.

Aulakogen (Aulacogen)
Aulakogen adalah jenis khusus dari renggangan yang menyudut besar terhadap tepian
benua, dimana umumnya dianggap sebagai renggangan tetapi gagal dan kemudian diaktifkan
kembali selama tektonik konvergen. Palung yang sempit tapi panjang dapat menggapai sampai
kraton benua dengan sudut besar dari lajur sesar. Sedimen yang mengisi cekungan jenis ini dapat
berupa sedimen darat (misalnya kipas aluvium), endapan paparan, dan endapan yang lebih dalam
seperti endapan turbit. Contoh aulakogen di antaranya Renggangan Reelfoot yang berumur
Paleozoik dimana Sungai Misisipi mengalir dan Palung Benue yang berumur Kapur dimana
Sungai Niger membelahnya.
Cekungan tepian benua
Cekungan tepian benua dicirikan oleh kehadiran baji yang sangat besar dari sedimen
yang ke arah laut dibatasi oleh lereng landai dari benua dan sembulan. Ketidakterusan struktur
dijumpai di bawah sistem ini, antara kerak benua normal dan kerak peralihan. Sedimen
terendapkan pada sistem ini: pada paparan berupa pasir neritik dangkal, lumpur, kabonat dan
endapan evaporasi; pada lerengan terdiri atas lumpur hemipelagik; dan pada sembulan benua
berupa endapan turbit. Cekungan renggangan (rift basin) dapat berhubungan dengan cekungan
tepian benua. Contoh yang baik dari cekungan jenis ini adalah pantai Amerika dan bagian
selatan-timur Kanada (Cekungan Blake Plateau, Palung Lembah Baltimor, Cekungan George
Bank dan Cekungan Nova Scotian) yang terbentuk pada akhir Trias- awal Jura oleh renggangan
dan terpisahnya Pangea. Beberapa cekungan itu terpisahkan dari laut membentuk lapisan tebal
dari endapan klastik arkosik dan endapan lakustrin; berselingan dengan batuan gunungapi basa.

Cekungan yang lain berhubungan dengan laut, membentuk sedimen yang berkisar dari endapan
evaporit sampai delta, turbit, dan serpih hitam.
Cekungan berhubungan dengan subduksi
Subduksi ditunjukkan dengan aktifnya tepian benus yang mana umumnya dicirikan oleh
adanya palung laut dalam, busur gunungapi aktif, rumpang parit-busur (arc-trench gap) yang
memisahkan ke duanya. Tataan subduksi terjadi lebih banyak pada tepian benua dibandingkan
pada besur samodra.
Sedimen terendapkan pada sistem subduksi ini lebih dikuasai oleh endapan silisiklastik yang
umumnya berupa batuan gunungapi berasal dari busur gunungapi. Endapan ini dapat berupa
pasir dan lumpur yang terendapkan pada paparan, lumpur dan endapan turbit terendapkan dalam
air yang lebih dapam pada lereng, cekungan, dan parit. Sedimen pada parit dapat berupa endapan
terigen yang terangkut oleh arus turbit dari daratan, bersamaan dengan sedimen dari lempeng
samodra yang tersubduksikan. Ini umumnya membentuk kompleks akrasi. Batuan campuraduk
(melange) dapat terbentuk pada daerah akrasi ini, yang dicirikan oleh percampuran dari batuan
berbagai jenis yang tertanam pada masa dasar yang mengkilap (sheared matrix).
Contoh yang baik dari sistem subduksi ini adalah subduksi Sumatra, Jepang, Peru, Chili dan
Amerika Tengah. Contoh cekungan busur muka purba di antaranya adalah cekungan busur muka
Great Valley, Kalifornia; Midland Valley, Inggris dan Coastal range, Taiwan. Contoh cekungan
busur belakang di antaranya terjadi pada Jura Akhir Awal Kapur terbentuk di belakang Busur
Andean di Chili selatan.
Cekungan berhubungan patahan mendatar/transform
Patahan yang dapat membentuk cekungan ini adalah patahan mendatar yang menoreh
dalam kerak sampai membatasai dua lempeng yang berbeda (transform fault) dan patahan yang
terbatas dalam suatu lempeng dan hanya menoreh bagian atas kerak (Sylvester, 1988). Cekungan
yang berhubungan dengan patahan mendatar regional terbentuk sepanjang punggung pemekaran,
sepanjang batas patahan antar lempeng, pada tepian benua dan daratan dalam lempeng benua.

Gerakan sepanjang patahan mendatar regional dapat membentuk berbagai cekungan nendatar
(pull-apart basin). Cekungan yang dibentuk karena patahan mendatar umumnya kecil, garis
tengahnya hanya beberapa puluh kilometer, walaupun ada beberapa yang sampai 50 km. Karena
patahan mendatar terbentuk pada berbagai tataan geologi, cekungan ini dapat diisi sedimen laut
maupun darat. Ketebalan sedimen cenderung sangat tebal, karena kecepatan sedimentasi yang
tinggi yang dihasilkan oleh erosi dari daerah sekitarnya yang berelevasi tinggi, dan boleh jadi
ditandai dengan banyaknya perubahan fasies secara lokal. Di Indonesia Cekungan jenis ini
banyak terdapat sepanjang Patahan Sumatra.
Jumlah Cekungan di Indonesia
Indonesia memiliki 60 cekungan. Di antaranya 22 cekungan telah dieksplorasi secara
ekstensif, dan 14 cekungan produktif menghasilkan minyak dan gas bumi. Batuan sumber yang
terdapat di cekungan-cekungan Indonesia pada umumnya adalah jenis lakustrin, fluvio-deltaik,
marina, dan pra-tersier.
Nama Cekungan di Indonesia
Beberapa di antaranya yang produktif:

Cekungan Arjuna

Cekungan Barito

Cekungan Bintuni

Cekungan Bula

Cekungan Jatibarang

Cekungan Kutei

Cekungan Laut Jawa sebelah Timur

Cekungan Natuna Barat

Cekungan Salawati

Cekungan Sumatera Selatan

Cekungan Sumatera Tengah

Cekungan Sumatera Utara

Cekungan Sunda

Cekungan Tarakan

Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Tektonika_lempeng
http://www.ahmadsains.com/2013/05/blog-post_1961.html
http://volcano.oregonstate.edu/oldroot/education/vwlessons/plate_tectonics/introducti

on.html
http://www.livescience.com/37706-what-is-plate-tectonics.html
http://geologylearn.blogspot.co.id/2015/08/tectonics-concepts-introduction-plate.html
http://hurtingmusic.blogspot.co.id/2013/01/sedikit-cerita-tentang-sedimentologi.html
http://jojogeos.blogspot.co.id/2014/09/analisa-cekungan-sedimen-para-ahli.html
https://gprgindonesia.wordpress.com/2014/04/18/ringkasan-cekungan-sedimen-

based-on-sam-boggs-jr/
https://gunoso.wordpress.com/2012/03/20/klasifikasi-cekungan-sedimen/

Anda mungkin juga menyukai