Formasi Tanjung merupakan batuan sedimen Tersier tertua di Cekungan Barito yang terdiri atas berbagai jenis batuan seperti batupasir, batulempung, dan batubara. Formasi ini terbentuk pada zaman Paleosen hingga Eosen dalam lingkungan fluviatil hingga laut dangkal. Batubara ditemukan pada berbagai lajur dengan ketebalan antara 50-450 cm.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
3K tayangan19 halaman
Formasi Tanjung merupakan batuan sedimen Tersier tertua di Cekungan Barito yang terdiri atas berbagai jenis batuan seperti batupasir, batulempung, dan batubara. Formasi ini terbentuk pada zaman Paleosen hingga Eosen dalam lingkungan fluviatil hingga laut dangkal. Batubara ditemukan pada berbagai lajur dengan ketebalan antara 50-450 cm.
Formasi Tanjung merupakan batuan sedimen Tersier tertua di Cekungan Barito yang terdiri atas berbagai jenis batuan seperti batupasir, batulempung, dan batubara. Formasi ini terbentuk pada zaman Paleosen hingga Eosen dalam lingkungan fluviatil hingga laut dangkal. Batubara ditemukan pada berbagai lajur dengan ketebalan antara 50-450 cm.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
100%(1)100% menganggap dokumen ini bermanfaat (1 suara)
Formasi Tanjung merupakan batuan sedimen Tersier tertua di Cekungan Barito yang terdiri atas berbagai jenis batuan seperti batupasir, batulempung, dan batubara. Formasi ini terbentuk pada zaman Paleosen hingga Eosen dalam lingkungan fluviatil hingga laut dangkal. Batubara ditemukan pada berbagai lajur dengan ketebalan antara 50-450 cm.
Hak Cipta:
Attribution Non-Commercial (BY-NC)
Format Tersedia
Unduh sebagai DOC, PDF, TXT atau baca online dari Scribd
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 19
BAB I
GEOLOGI REGIONAL
I. Fisiografi Regional
Cekungan Barito meliputi daerah seluas 70000 kilometer persegi di
Kalimantan Selatan bagian tenggara dan terletak di sepanjang batas tenggara Lempeng Mikro Sunda. Cekungan Barito merupakan cekungan bertipe foreland yang berumur Tersier, berhadapan langsung dengan Pegunungan Meratus (Satyana dan Silitonga, 1994).
Di bagian utara, Cejungan Barito dipisahkan dengan Cekungan Kutai
oleh Sesar Adang. Sedangkan di bagian timur dipisahkan dengan Cekungan Asem-asem oleh Tinggian Meratus yang memanjang dari arah Baratdaya samapi Timurlaut. Di bagian selatan merupakan batas tidak tegas dengan Cekungan Jawa Timur Utara dan di bagian barat berbatasan dengan Konplek Schwaner yang merupakan basement.
Suatu penampang melintang melalui Cekungan Barito memperlihatkan
bentuk cekungannya yang asimetrik. Hal ini disebabkan oleh adanya gerak naik ke arah barat dari Pegunungan Meratus. Sedimen-sedimen Neogen ditemukan paling tebal sepanjang bagian timur Cekungan Barito, yang kemudian menipis ke arah barat. Gambar 1. Peta Geologi Regional Kalimantan (Satyana dkk, 1999)
Formasi Tanjung merupakan batuan sedimen Tersier tertua yang
terdapat di Cekungan Barito bagian timur. Cekungan Barito di daerah ini dialasi oleh batuan sedimen Kelompok Pitap, batuan vulkanik Kelompok Haruyan, Formasi Batununggal dan Paniungan, Granit Belawaian, dan batuan ultrabasa (Heryanto dan Hartono, 2003). Cekungan ini, sebagai salah satu cekungan tempat berakumulasinya sumber daya energi, memiliki endapan batubara dengan sebaran yang sangat luas. II. Stratigrafi Regional
Urutan stratigrafi daerah cekungan Barito menurut N. Sikumbang dan
R. Heryanto (1994), yaitu cekungan Barito terdiri dari batuan termuda aluvium dan endapan gambut yang berada diatas Formasi Dahor dan tersusun dari batupasir kuarsa lepas berbutir sedang, lempung, dan juga dijumpai lignit serta konglomerat, berumur Plio-Plistosen.
Susunan stratigrafi dapat dibagi tiga, pra-Tersier, Tersier dan Kuarter.
Setiap satuan diberi nama dan diperkirakan secara litostratigrafi berdasarkan tata-nama yang telah berlaku di daerah Cekungan Kalimantan Selatan yang mengikuti rekomendasi Sandi Stratigrafi Indonesia (1975). Tatanan stratigrafi regional dari tua ke muda, adalah sebagai berikut :
Di atas Formasi Pitap diendapkan secara tidak selaras batuan Formasi
Tanjung, yang berumur Eosen dan terdiri atas batupasir kuarsa dan batulempung dengan sisipan batubara, setempat bersisipan batugamping, dan mengandung fosil. Formasi Tanjung terendapkan dalam lingkungan fluviatil sampai dengan laut dangkal; ketebalannya sampai 750 m.
Di atas Formasi Tanjung diendapkan secara selaras batuan Formasi
Berai , yang berumur Oligosen dan terdiri atas batugamping fosil foram besar dan bersisipan napal. Formasi ini terendapkan dalam lingkungan neritik dengan ketebalan sekitar 1000 m. Di atas Formasi Berai diendapkan selaras batuan Formasi Warukin berumur Miosen Tengah sampai Miosen Akhir, terdiri atas batupasir kuarsa dan batulempung dengan sisipan batubara dan diendapkan dalam lingkungan fluviatil, ketebalan sekitar 400 meter.
Di atas Formasi Warukin diendapkan secara tidak selaras Anggota
Layang Formasi Dahor, berumur Pliosen. Anggota Layang terdiri atas konglomerat aneka bahan berkomponen semua batuan lebih tua dengan ukuran kerikil-bongkah. Sedimen pada formasi ini diendapakan ke dalam rapidly subsiding basin akibat pengangkatan kontinental bagian barat dan pengangkatan Penggunungan Meratus di bagian timur Di atas Anggota Layang Formasi Dahor terendapkan Formasi Dahor, berumur Plio - Plistosen Awal. Formasi Dahor terdiri atas batupasir kuarsa lepas berbutir sedang terpilah buruk, konglomerat lepas dengan komponen kuarsa, batulempung lunak, setempat dijumpai lignit dan limonit; terendapkan dalam lingkungan fluviatil dengan ketebalan sekitar 250 m.
Di atas Formasi Dahor terendapkan batuan aluvial terdiri atas
batulempung kaolinit dan batulanau bersisipan pasir, gambut, kerakal dan bongkahan lepas, merupakan endapan sungai dan endapan rawa. Endapan gambut yang berasal dari berbagai jenis tetumbuhan yang mati dan terakumulasi pada daerah-daerah pedataran rendah dan lembah-lembah dalam cekungan dengan kondisi dan lingkungan yang basah relatif stabil dan tenang. Kondisi ini terjadi terus menerus berulang-ulang pada waktu yang lama. Gambar 2. Tektonostratigrafi dari Cekungan Barito (dialihbahasakan dari Satyana dan Silitonga, 1994)
Kedudukan geologi endapan batubara termasuk pada Cekungan Barito.
Cekungan ini merupakan cekungan pendalaman belakang (back deep basin). Unsur struktur di daerah ini adalah, struktur sesar dan lipatan yang berarah Timurlaut - Baratdaya. Jenis sesar diduga berupa sesar geser dan sesar normal. Kegiatan tektonik yang diketahui adalah pada paska Miosen dan diduga telah berlangsung sebelum Tersier yang diperkirakan mempengaruhi Formasi Dahor. BAB II
FORMASI TANJUNG
II.1 Definisi dan Anggota Formasi
Formasi Tanjung adalah batuan sedimen Tersier tertua yang
ditemukan di Barito sub cekungan, dimana diendapkan tidak selaras di atas basement Pra-Tersier dan diatasnya terdapat batugamping Formasi Berai. Formasi Tanjung berumur Paleosen hinga Eosen. Formasi Tanjung tersingkap secara luas di bagian utara dari basin dan di bagian timur sepanjang sayap barat dari pegunungan Meratus.
Formasi Tanjung ini tersusun oleh batupasir kasar dan konglomerat di
bagian bawah, batulempung dengan sisipan batubara dan batupasir di bagian tengah, dan perselingan batulanau dan batupasir halus dengan struktur sedimen laminasi sejajar, serta lapisan wavy - lenticular dan flaser bersisipan batupasir berbutir sedang sampai kasar di bagian atas. Seluruh runtunan batuan tersebut ditindih oleh Anggota Batulempung Formasi Tanjung.
2.2 Karakteristik Formasi
Secara litostratigrafis, Formasi Tanjung di daerah ini dibagi dari tua ke muda menjadi bagian bawah, tengah, atas, dan Anggota Batulempung (Haryanto, 2008). Bagian bawah Formasi Tanjung terdiri atas perselingan batupasir berbutir kasar, batupasir konglomeratan, dan konglomerat, dengan ketebalan berkisar antara 20 – 50 cm. Kemudian diikuti oleh batupasir berbutir kasar berlapis tebal sampai pejal. Di beberapa tempat, dalam batupasir kasar dijumpai struktur sedimen perlapisan silang-siur dan sejajar, selain itu juga dijumpai sisipan batulumpur warna kelabu sampai kehitaman mengandung lapisan tipis batubara.
Selanjutnya, bagian tengah didominasi oleh batulempung kelabu
berselingan dengan lapisan batubara, setempat dijumpai sisipan batupasir. Batulempung kelabu, setempat sampai kehitaman, mengandung sisipan tipis (1 - 3 cm) batupasir halus warna kelabu, kompak. Sisipan batupasir (100 - 300 cm), berbutir sedang – kasar, warna kelabu terang, setempat menunjukkan struktur sedimen silang- siur. Batubara warna hitam, mengilap (bright - bright banded), gores warna hitam, dengan pecahan konkoidal, dan ringan. Batubara ini dijumpai sebagai sisipan dengan ketebalan antara 50 sampai 450 cm. Di beberapa tempat dijumpai perselingan batulanau dengan batupasir berbutir halus (1 - 3 cm), dengan struktur sedimen perairan sejajar, serta perlapisan wavy-lenticular dan flaser.
Bagian atas Formasi Tanjung didominasi oleh perselingan tipis
batulanau dan batupasir halus yang memperlihatkan struktur sedimen wavy dan lenticular bedding, serta juga flaser. Selain itu, dijumpai sisipan batupasir berbutir halus berlapis tipis, tebal 2 sampai 5 cm, dengan struktur sedimen perarian sejajar. Selanjutnya, dijumpai pula sisipan batupasir berbutir kasar dengan ketebalan berkisar antara 1 sampai 5 m.
Anggota Batulempung Formasi Tanjung terdiri atas batulempung
warna kelabu kehijauan, setempat dijumpai batulanau-batupasir halus mengandung oksida besi dan juga gampingan, baik sebagai sisipan ataupun sebagai lensa dengan tebal 5 sampai 10 cm. Bagian bawah Anggota Batulempung ini tidak gampingan, tetapi makin ke atas secara berangsur berubah menjadi gampingan. Gambar 3. Penampang terukur bagian bawah, tengah, atas, dan Anggota Batulempung Formasi Tanjung (Heryanto,2008).
Formasi Tanjung di daerah penelitian tersingkap di tiga lajur yang satu
sama lain terpisahkan oleh sesar, yaitu Lajur Barat, Tengah, dan Timur. Formasi Tanjung di Lajur Barat, tersingkap mulai dari sebelah timur Astambul Kabupaten Banjar di selatan, menyebar ke arah timur laut sampai ke daerah Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan di luar daerah penelitian.
Lajur Tengah menempati Sungai Mengkaok, mulai dari muaranya di
Sungai Riam Kiwa di bagian selatan daerah penelitian, menyebar ke arah timur laut sampai dengan sebelah timur Gunung Kupang di utara daerah penelitian. Lajur Timur tersingkap di daerah Rantaunangka bagian timur. 2.3 Batubara dan Lingkungan Pengendapan
Batubara Formasi Tanjung dijumpai di Lajur Barat, Tengah, dan Timur
dengan ketebalan 50 sampai 450 cm. Runtunan batuan sedimen pembawa batubara di Lajur Barat teramati di lokasi 07RH10 dan 07RH11, di Lajur Tengah teramati di daerah Mengkaok, yaitu di lokasi 07YO07 dan 07AM05, sedangkan di Lajur Timur teramati di daerah Rantaunangka di lokasi 07RH01 dan 07KD02.
Gambar 4. Korelasi penampang terukur lapisan pembawa batubara Formasi
Tanjung di daerah Binuang dan sekitarnya. 2.2.1Lajur Barat
Lajur Barat teramati di lokasi 07RH10 dan 07RH11.
Runtunan batuan dari bawah ke atas dimulai dari batupasir
berbutir kasar berlapis tebal yang merupakan endapan saluran, diikuti oleh runtunan yang terdiri atas perulangan antara batu- pasir berbutir kasar yang juga merupakan endapan saluran, berselingan dengan runtunan batulumpur dan batupasir halus dengan struktur sedimen laminasi, serta perlapisan wavy, lenticular, dan flaser yang menunjukkan endapan pasang surut.
Gambar 5. Singkapan batupasir berbutir kasar yang merupakan
endapan saluran, menindih lapisan batubara. Lokasi 07RH11.
Runtunan batuan sedimen pembawa batubara di lajur ini
menunjukkan lingkungan pasang - surut yang berasosiasi dengan endapan saluran atau tidal channel ataupun lingkungan delta. Dalam runtunan ini terlihat bahwa lapisan batupasir lebih dominan dibandingkan dengan batulumpur. Jadi, lingkungan yang tepat adalah lingkungan delta bagian atas (upper delta plain).
Lapisan batubara di Lajur Barat kurang berkembang baik dengan
ketebalan kurang dari 1 m. Hal ini dikarenakan bagian tengah dan bagian bawah Formasi Tanjung telah tersesarkan. Secara megaskopis, lapisan batubara Formasi Tanjung di lajur ini berwarna hitam, mengilap (bright - bright banded dominan bright banded), gores warna hitam, dengan pecahan konkoidal, dan ringan.
2.2.2 Lajur Tengah
Lapisan pembawa batubara di Lajur Tengah teramati secara
lengkap di daerah Mengkaok, yaitu di lokasi 07YO07 dan 07AM05. Runtunan batuan pembawa batubara bagian bawahnya dikuasai oleh perselingan batulumpur dengan batupasir berbutir halus yang memperlihatkan struktur sedimen laminasi sejajar, serta perlapisan wavy, lenticular, dan flaser yang menunjukkan endapan pasang surut.
Sebagai perselingan (50 - 250 cm), dijumpai lapisan batupasir
berbutir sedang sampai kasar, setempat dijumpai struktur sedimen silang - siur yang menunjukkan endapan saluran, dan juga sisipan batulempung batubaraan, dengan ketebalan 200 cm, yang menunjukkan endapan rawa. Pada bagian atas hadir perselingan antara batulempung batubaraan dan lapisan batubara, dengan tebal perlapisan batubara mulai dari puluhan sampai 300 cm. Gambar 6. Singkapan endapan rawa pantai (coastal marsh) berupa coaly shale dan batubara berwarna hitam, berasosiasi dengan dataran pasang surut (tidal flat), terdiri atas batulempung, batulanau, dan batupasir halus berwarna kelabu, serta saluran pasang surut (tidal channel) yang berupa perlapisan batupasir kuarsa berwarna putih kecoklatan
Runtunan batuan pembawa batubara pada lokasi 07YO07, secara
umum hampir sama dengan lokasi sebelumnya, namun pada lokasi ini yang lebih dominan adalah batulumpur dengan sisipan tipis batupasir (0,5 - 5 cm) yang merupakan endapan paparan banjir. Sebagai sisipan dijumpai lapisan batubara dengan ketebalan 250 - 450 cm di bagian bawah, dan 30 - 50 cm di bagian atas.
Runtunan perselingan batulumpur dengan batupasir halus yang
memperlihatkan struktur sedimen laminasi sejajar, serta perlapisan wavy, lenticular, dan flaser, dijumpai di bagian tengah penampang terukur. Runtunan ini menunjukkan endapan pasang surut. Sisipan lainnya adalah batupasir berbutir sedang sampai kasar dengan ketebalan perlapisan 100 sampai 300 cm, setempat hadir struktur sedimen silang - siur yang menunjukkan endapan saluran.
Kedua lokasi ini menunjukkan bahwa lingkungan pengendapan
batuan sedimen pembawa batubara Formasi Tanjung pada Lajur Tengah adalah asosiasi lingkungan dataran banjir, rawa, dan pasang surut yang dipengaruhi oleh adanya saluran limpahan (crevasse splays). Lingkungan pengendapan yang sesuai dengan asosiasi tersebut adalah lingkungan delta, dengan bagian yang didominasi oleh batulumpur adalah lower delta plain, sedangkan yang dipengaruhi oleh endapan saluran (sisipan batupasir) adalah upper delta plain.
Berdasarkan kandungan dalam batuan sedimen pembawa
batubara (batulempung karbonan) dapat ditentukan kedua daerah ini lingkungan pengendapannya adalah backmangrove sampai rawa air tawar. Dengan demikian, berdasarkan runtunan batuan sedimen pembawa batubara dan petrografi organik, lingkungan pengendapan batubara di Lajur Tengah termasuk ke dalam backmangrove (sampai rawa air tawar) pada zona upper sampai lower delta plain, dan dalam kondisi genang laut.
2.2.3 Lajur Timur
Runtunan batuan sedimen pembawa batubara Formasi Tanjung
di Lajur Timur teramati di daerah Rantaunangka pada lokasi 07RH01 dan 07KD02 (Gambar 2&4). Dari bawah ke atas, runtunan ini dimulai dari lokasi 07KD02, dengan dijumpainya batubara setebal lebih dari 3 m, mempunyai sisipan lempung batubaraan yang menunjukkan endapan rawa.
Di atasnya ditindih oleh batulempung – batulanau warna kelabu
kecoklatan, setempat terserpihkan, dengan sisipan tipis batupasir halus yang menunjukkan endapan paparan banjir. Selanjutnya, ke arah atas dijumpai perselingan antara batulempung batubaraan dengan batubara yang menunjukkan endapan rawa.
Runtunan batuan tersebut berlanjut ke lokasi 07RH01, tempat
batubara ditindih oleh batulempung warna kelabu sampai kehitaman dengan sisipan lempung batubaraan yang menunjukkan lingkungan rawa dan paparan banjir. Selanjutnya, ke arah atas lagi terdapat perselingan antara batulumpur dan batupasir halus dengan struktur sedimen perarian sejajar, serta perlapisan wavy, lenticular, dan flaser yang menunjukkan endapan pasang surut. Di antara runtunan tersebut banyak dijumpai sisipan batupasir berbutir sedang sampai kasar, yang setempat memperlihatkan struktur sedimen silang-siur. Sisipan batupasir tersebut menunjukkan endapan saluran. Gambar 7 . Singkapan lapisan batubara di Lajur Timur (daerah Rantaunangka). Batubara warna hitam, mengilap (bright - bright banded), gores warna hitam, dengan pecahan konkoidal, dan ringan. Lokasi: 07KD02.
Kandungan dalam batulempung karbonan pada percontoh batuan
07RH01B dan 07RH01N, mencerminkan lingkungan rawa air tawar. Lapisan batubara di Lajur Timur dijumpai dengan ketebalan mulai dari 100 sampai 250 cm. Secara megaskopis, lapisan batubara Formasi Tanjung di lajur ini berwarna hitam, mengilap (bright - brightbanded, dominan bright), gores warna hitam, dengan pecahan konkoidal, dan ringan.
Atas dasar karakteristik runtunan batuan sedimen pembawa batubara
dan petrografi organik, batubara di Lajur Timur terendapkan dalam fasies wet forest swamp (rawa air tawar) pada lingkungan paparan banjir dan dalam kondisi genang laut. BAB III Kesimpulan
Dari pembahasan laporan diatas, dapat disimpulkan:
1. Formasi Tanjung merupakan batuan sedimen Tersier tertua yang terdapat di Cekungan Barito bagian timur di Provinsi Kalimantan Selatan. Formasi Tanjung secara tidak selaras berada di atas Formasi Pitap dan secara selaras berada di bawah formasi Berai. 2. Formasi Tanjung berumur Paleosen Akhir – Eosen Tengah. 3. Formasi Tanjung ini tersusun oleh batupasir kasar dan konglomerat di bagian bawah. Di bagian tengah tersusun dari batulempung dengan sisipan batubara dan batupasir. Di bagian bawah terdapat perselingan batulanau dan batupasir halus dengan struktur sedimen laminasi sejajar, serta lapisan wavy – lenticular, dan flaser bersisipan batupasir berbutir sedang sampai kasar di bagian atas. 4. Lingkungan pengendapan untuk Formasi Tanjung lajur barat, adalah lingkungan delta bagian atas (upper delta plain). Hal ini dikarenakan dalam runtunan ini terlihat bahwa lapisan batupasir lebih dominan dibandingkan dengan batulempung sehingga tuntunan batuan sedimen pembawa batubara di lajur ini menunjukkan lingkungan pasang - surut yang berasosiasi dengan endapan saluran atau tidal channel ataupun lingkungan delta.
Lingkungan pengendapan untuk Formasi Tanjung Lajur Tengah
termasuk ke dalam backmangrove (sampai rawa air tawar), pada zona upper sampai lower delta plain, dan dalam kondisi genang laut, dengan bagian yang didominasi oleh batulumpur adalah lower delta plain, sedangkan yang dipengaruhi oleh endapan saluran (sisipan batupasir) adalah upper delta plain. Pada Formasi Tanjung Lajur Timur, kandungan dalam batulempung karbonan pada percontoh batuan 07RH01B dan 07RH01N, mencerminkan lingkungan rawa air tawar. Atas dasar karakteristik runtunan batuan sedimen pembawa batubara dan petrografi organik, batubara di Lajur Timur terendapkan dalam fasies wet forest swamp (rawa air tawar) pada lingkungan paparan banjir dan dalam kondisi genang laut.
Geologi Dan Pola Penyebaran Seam Batubara Berdasarkan Lobang Bor Pada Tambang Terbuka Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah PDF