Eksplorasi KPC

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 21

PENDAHULUAN Endapan-endapan batubara yang berpotensi di Indonesia serta berjumlah cukup besar terdapat terutama di Kalimantan dan Sumatera.

Lapisan-lapisan batubara di Indonesia umumnya tergolong usia muda yaitu kala tersier bahkan diantaranya berasal dari tersier muda. Cekungan-cekungan (basin) tersier di bagian barat paparan (shelf) Sunda sesuai sejarah tektoniknya terdiri dari cekungan antara pegunungan (intra mountain basin) berumur eosen dan cekungan dalam belakang (back deep basin) Neogen yang terletak di atas cekungan antar pegunungan. Lapisan batubara terdapat dalam endapan non-marine dari transgresi pre-marine ke dalam cekungan antar pegunungan. Di dalam cekungan-cekungan Neogen dalam belakang dan cekungan Neogen berbentuk delta di Kalimantan Timur, lapisan betubara tersebut terdapat dalam urutan endapan yang disebabkan regresi air laut. Lapisan batubara uap dengan cadangan prospektif yang tebal dan datar dengan mutu rendah atau sedang, sering kali terdapat dalam jumlah besar di Kalimantan Tenggara, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah maupun di daerah dataran rendah Sumatera bagian timur. Lapisan batubara yang terdapat dalam cekungan antar pegunungan terdapat dalam jumlah terbatas, walaupun mutunya tergolong baik. Akan tetapi dengan batubara ini masih berumur muda dan berjenis lignit kecuali daerah terdapat peningkatan mutu oleh sebab intrusi batuan magma (andesit, umpamanya) seperti batubara jenis antrasit di daerah Bukit Asam. Bukti lain daripada peningkatan mutu ini adalah perbedaan mutu batubara di sekitar Kubah Pinang di bagian utara terhadap batubara di daerah Separi-Santan di Kalimantan Timur. Kedua endapan batubara tadi mempunyai umur yang sama, yaitu berasal dari kala Miosen , tetapi mutu batubara dari Kubah Pinang jauh lebih unggul sedangkan mutu batubara daerah Separi-Santan tergolong lebih rendah yaitu mengandung kadar air lebih tinggi dan nilai panas lebih rendah. Nyatanya kedua endapan batubara sama-sama termasuk Fornasi Balikpapan yang merupakan bagian dari cekungan Kutai. Diperkirakan bahwa batubara di sekitar Kubah Pinang telah kena pengaruh peningkatan mutu (amelioration) disebabkan intrusi batuan dalam yang telah mengangkat dan membentuk sejenis kubah di sekeliling mana endapan batubara bermutu tinggi tadi terjadi. Usaha eksplorasi yang telah dilakukan oleh instansi-instansi pemerintah maupin sektor swasta (terutama oleh kontraktor batubara) dalam waktu 15 tahun terakhir ini telah berhasil menemukan cadangan sebesar 32 milyar ton, sebagian besar cadangan tersebut terdapat di cekungan-cekungan yang berada di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan (lihat tabel 10). Usaha eksplorasi dengan maksud menambang lapisan

batubara yang terdapat di dalamnya memerlukan penelitian dan persiapan yang matang. Langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Penyelidikan umum Dimulai dengan studi kepustakaan meliputi hal-hal yang menyangkut keadaan geologi secara regional dan keasaan tektoniknya. Kemudian disusul dengan pemeriksaan lapangan guna diusahakan menemukan adanya singkapan (out crop) batubara serta mengambil beberapa contoh batubara. 2. Penyelidikan pendahuluan Pada tahap ini diadakan pemetaan daerah kegiatan, baik dengan jalan pemetaan topografi maupun dengan pemetaan udara. Penyelidikan geplogi dengan menggunakan peta permukaan dan peta udara dimaksudkan untuk melakukan interpretasi struktur singkapan-singkapan batubara yang ditemukan, juga dilakukan beberapa pemboran untuk mengetahui stratigrafi endapan batubara yang bertujuan untuk mendapatkan data yang berhubungan dengan ketebalan dan kedudukan formasi batubara, disamping memperoleh data pendahuluan mengenai kualitas batubara. Pada akhir program ini, bila sekiranya endapan tersebut merupakan endapan yang mempunyai nilai ekonomis, maka akan diperoleh data sebagai berikut :Hasil perhitungan cadangan sampai tingkat indikatif a. Perkiraan tentang kualitas b. Interpretasi tentang geometri dan strutur endapannya c. Laporan tentang sumber cadangan secara lengkap cukup untuk keperluan studi finansial. 3. Penyelidikan secara mendetail Pada tingkat ini kegiatan eksplorasi lebih terpusat pada kegiatan pemboran yang bertujuan untuk lebih mengetahui bentuk geometri dari endapan batubara, kualitas dari endapan batubara dan kemungkinan adanya anomali-anomali geologis. Pada akhir kegiatan program ini akan dihasilkan data sebagai berikut : a. Perhitungan cadangan sampai tingkat yang dihasilkan (recoverable reserves) b. Data lengkap mengenai kualitas termasuk keterangan mengenai kandungan air, abu,dan sebagaimya. c. Dara tentang penggunaannya yang ddilengkapi dengan hasil percobaan pembakaran (burning test) baik pada skala laboratorium maupunskala komersial. d. Data yang menyangkut tingkat penyucian batubara (washability test) Tingkat selanjutnya adalah pengumpulan data mengenai penambangan dan masalah yang menyangkut engineering seperti masalah geoteknik, masalah hodrologi dan perencanaan proses pencucian serta hal-hal yang menyangkut pengangkutan dan penimbunan batubara. Semua data tersebut akan disusun dan akan dijadikan bahan untuk membuat studi kelayakan pengembangan endapan batubara tersebut ke arah pembukaan tambang.

Sebagai contoh kami sajikan pengalaman usaha eksplorasi yang cukup sukses pada endapan batubara di daerah kerja PT Kaltim Prima Coal, di Kalimantan Timur. EKSPLORASI ENDAPAN BATUBARA DI KALIMANTAN TIMUR Tulisan ini membahas secara teknig pengalaman PT Kaltim Prima Coal (KPC) dalam usaha eksplorasi batubara Kalimantan Timur antara tahun 1982 dan 1986. KPC adalah perusahaan patungan antara CRA dari Australia dan British Petroleum (BP) dari Inggris, bertindak sebagai kontraktoe Perum Tambang Batubara sejak 18 April 1982 dan sejak penggabungan BUMN tersebut pada akhir 1990, beralih menjadi kontraktor PT Tambang Batubara Bukit Asam (PTBMA), Wilayah kerja awal KPC luasnya sekitar 8000 Km persegi, terletak di Kalimantan Timur . Usaha eksplorasi ini berhasil menemukan sejumlah cadangan yang bermilai ekonomis yang terpenting diantaranya adalah endapan Kubah Pinang. Taha[an-tahapan eksplorasi yang dilakukan oleh KPC meliputi : perancangan program, peninjauan awal, eksplorasi lanjut dan evaluasi prospek. Uraian dalam tulisan ini disusun sesuai dengan urut-urutan ini. Tahapan pertama : Perancangan Program Sejarah eksplorasi KPC bermula tahun 1976 yaitu ketika RTZ/CRA melaluia anak perusahaannya PT. Riotimto Indonesia (RTI) dan BP bekerjasama untuk melakukan pencarian endapan batubara di Indonesia. 1. Merumuskan Tujuan Sebagai tujuan eksplorasi ditetapkan untuk mencari endapan batubara yang besar (di atas 100 juta ton) dengan mutu ekspor, dapat dipakai sebagai pembangkit tenaga uap yang dapat ditambang secara tanbang terbuka. Dalam hal ini ditetapkan bahea yang dimaksud dengan batubara nutu ekspor adalah batubara dengan nilai kalori 6.500 kkal/kg (kering udara) dan kadar kelembaban dan kadar belerang totalnya maksimumj masing-masing 14 % dan 15 %. Tujuan ini berubah sedikit menyesuaikan kebijakan pemerintah mengenai energi pada tahun 1978 dimana direncanakan sejumlah PLTU baru yang mengguinakan batubara bermutu (rank) lebih rendah. Berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh RTI mengenai potensi batubara di Indonesia pada waktu itu pilihan jatuh pada Kalimantan Selatan dan Timur. 2. Memilih Daerah Langkah berikutnya setelah menentukan tujuan adalah memilih daerah yang paling prospektif di Kalimantan selatan dan Timur. Hal ini dilakukan sengan cara pengkajian pustaka dari lembaga seperti : a. Direktorat Geologi dan badan yang kemudian merumuskan yaitu Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi dan Direktorat Sumber Daya Mineral. b. Direktorat Batubara c. Pertamina / kontraktornya Sebagian laporan yang ditelaah KPC adalah arsip tua dari Dinas Pertambangan Hindia Belanda yang tersimpan dengan baik di Direktorat Deologi Bandung. Data

geologi tersebut merupakan hasil pemetaan geologi regional dan ada pula hasil pengamatan terhadap beberapa singkapan betubara termasuk hasil analisa kelembaban, abu, nilai kalori, zat terbang dan kadang-kadang belerang. Studi pustaka ini memberikan kesimpulan sebagai berikut : - Batubara dari kala Pliosen Pleistosen umumnya tebal-tebal namun mempunyai kelenbaban tinggi. - Batubara Eosen di Kalimantan Tenggara mempunyai kelenbaban yang paling rendah, ketebalan 1,5 m 11,0 m. Lapisan abu dan belerang yang tinggi. - Batubara Miosen umumnya mempunyai nilai kalori sekitar 6.500 kkal/kg dan kadar abunya rendah. Kebanyakan lapisannya tipis-tipis karena terbentuk di lingkungan delta yang bergeser cepat ke arah laut. - Di daerah Kubah Pinang terlihat penyinpangan dari sifat umum di atas di mana terdapat beberapa singkapan lapisa batubara dengan ketebalan sampai dengan 7.000 kkal/kg dan dengan kadar abu yang rendah. Daerah yang terakhir ini jelas menarik dan memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tahun 1978 RTI mengirin seorang ahli grologi ke daerah Kubah Pinang untuk mengadakan penyelidikan geologi. Dalam penyelidikan ini ditemukan dan dianbil contoh beberapa lapisan batubara diantaranya dengan ketebalan sampai 6 m. Pengamatan lapangan ini bersamaan dengan analisa batubara membenarkan kesimpulan di atas. Pengkajian lebih lanjut terhadap beberapa log geofisika dari lubang bor pencarian minyak bumi di sekitar Kubah Pinang menunjukkan banyak lapisan batubara dan ini menambah keyakinan akan potensi daerah ini. Bersama dengan daerah sekitarnya yang membentang dari Balikpapan sampai Sangkulirang (kecuali Taman Nasional Kutai) daerah ini telah diusulkan kepada pemerintah ketika pemerintaj mengadakan tender untuk mengembangkan potensi batubara di Indonesia pada tahun 1978. 3. Perencanaan dan Rancangan Program Sebelum program dapat dimulai suatu strategi eksplorasi harus ditentukan dan metode eksplorasi yang tepat harus dipilih. Demikian pula biaya serta logistik haruslah tetap direncanakan. Adapum strategi yang diambil KPC adalah penyelidikan bersistem yang meliputi seluruh daerah kontrak. Ditetapkan demikian karena dirasakan daerah kontrak belum pernah dijajaki dengan menyeluruh dan cukup rinci untuk dapat menentukan daerah potensial yang meyakinkan. Sebagai sarana eksplorasi yang utama dipilih cara pemetaan geologi dan pengambilan contoh lapisan batubara. Hal ini didukung oleh pengalaman bahwa lapisan batubara umumnya merupakan singkapan lain yang biasanya umum terdapat.

Kondisi lapangan menunjukkan adanya beberapa kemungkinan jalan masuk untuk melakukan pangamatan geologi yaitu : - jalan raya - jalan pengusahaan kayu - sungai Kemudian ternyata bahwa sungai dan alur-alur kecil sangat berguna untuk pemetaan ini karena tidak saja merupakan tempat yang terbaik untuk singkapan tetapi juga sebagai jalan untuk masuk ke lapangan tujuan. Pekerjaan pemetaan geologi yang dilakukan meliputi : - pemetaan batuan sepanjang lintasan pengamatan - pengukuran jurus dan kemiringan lapisan - pemetaan secara rinci suatu singkapan batubara - pengenalan/pengamatan lingkungan pengendapan - pengambilan contoh batubara Untuk menunjang perbekalan kerja dan memudahkan hubungan dibuat kemahkemah kerja. Kemah ini didirikan pada suatu sistem jalan angkut yang terluas. Untuk blok Samarinda diperlukan dua buah kemah yang didirikan di tepijalan dan untuk blok Lembak diperlukan dua buah kemah induk yang didirikan di tepi sungai.ditentukan pula bahwa pekerjaan dimulai pada blok Samarinda dengan pertimbangan untuk dapat mencapainya lebih mudah. Hal ini dianggap penting karena banyak anggota tim kerja belum pernah berpengalaman dalam operasi semacam ini. Jadi tahap awal dari pekerjaan lapangan ini merupakan program latihan baik secara perorangan maupun kelompok.

Tahapan Kedua : Peninjauan Dalam bulan Juni 1982, dua bulan setelah kontrak kerja ditandatangani (8 April 1982), setelah semua formalitas resmi dipenuhi, organisasi perusahaan telah dibentuk dan strategi eksplorasi telah ditetapkan, KPC siap dengan program peninjauan lapangan. 1. Persiapan Peta topografi dan foto uadara yang dapat diandalkan untuk daerah kontrak hanya sebagian kecil saja tersedia. Peta ini penting untuk perencanaan program perpetaan yaitu : - Untuk perencanaan lintasan pengamatan - Untuk perencanaan lintasan pengamatan - Untuk dijadikan peta dasar untuk mencantumkan hasil pemetaan, percontohan dan data-data lapangan lainnya.

Dengan demikian diputuskan untuk melakukan pembuatan foto udara yang mencakup sekitar 70 % (5.500 km persegi) dari luas daerah kontrak. Survei ini dilaksanakan dalam bulan Juni 1982 dengan biayaUS $30 per km persegi. Foto yang dihasilkan berskala 1 : 20 umumnya berkualitas baik dengan beberapa daerah sebagian-sebagian ditutupi oleh awan. Dari foto udara ini dibuat : - Mosaik foto tanpa kontrol dengan skala yang sama - Peta dasar tanpa kontrol dengan skala 1 : 50.000 - Peta interpretasi geologi dengan skala 1 : 50.000 2. Pemetaan Geologi a. Perencanaan Lintasan Kebanyakan dari lintasan geologi dibuat menjelang melakukan pekerjaan lapangan dan kadang-kadang dirubah sesuai situasi lapangan. Pemilihan lintasan geologi berdasarkan faktor di bawah ini : - Adanya jalan masuk (acces means), baik itu jalan pengusahaan kayu, jalan setapak atau sungai/alur. Ini dapat dilihat dari peta-peta foto udara yang tersedia. - Arah bentangan lintasan itu sendiri. Dipilih lintasan yang arahnya memotong struktur. b. Perekaman Data Untuk merekam data-data lapangan digunakan sistem kartu yang bernomor. Hal ini memungkinkan pengambilan informasi dari suatu pengamatan pada suatu titik dapat dilakukan dengan mudah. Ada dua kartu yang dipergunakan dalam hal ini : 1. Kartu pengamatan lintasan (gambar 4) 2. Kartu singkapan batubara (gambar 5 dan 6) Kartu Pengamatan Lintasan Pada kartu ini dicatat senmua pengamatan geologi termasuk litologi, jurus dan kemiringan lapisan, struktur geologi yang penting, berurut-urut sesuai titik survey di lintasan pengamatan. Seperti terlihat pada kartu tersebut setiap kartu mempunyai nomor dengan jelas dicantumkan nomor lintasan geologi dan dari titik berapa ke titik berapa pengamatan dilakukan. Pada bagian belakang kartu digambar sketsa geologi dari singkapan yang penting serta data-data lain yang tidak bisa dimuat di halaman depan maupun komentar geologis. Kartu Singkapan Batubara Pada kartu ini dicatat dengan rinci hasil pengamatan terhadap singkapan batubara. Termasuk yang dianati adalah ketebalan lapisan, tipe batubara, jurus dan kemiringan lapisan dan adanya batuan pemisah atau mineral tertentu. Yang penting sekali adalah pencatatan lokasi pengamatan (sesuai dengan nomor titik

dan lintasan geologi) serta nomor kartu pengamatan geologi yang berhubungan. Bagian bawah dari kartu disediakan untuk menggambar sketsa penampang geologi dan kalau perlu sketsa situasi lokasi. Bagian belakang kartu dipakai untuk mencatat pengamatan ply demi ply, baik ketebalannya, tipe batubaranya, nomor contoh dan lain-lain. (ply adalah suatu lapisan batubara yang dibatasi oleh sisipan-sisipan/ interklasi lempung. c. Sarana Transport Untuk mencapai tempat dimulainya lintasan dan sering juga seterusnya dipakai untuk melakukan pengamatan dipergunakan berbagai sarana diantaranya adalah : - Jalan kaki - Sepeda motor - Mobil jip/pickup 4x4 - Perahu motor Kendaraan yang dipakai ini dipilih tergantung kondisi jalan/ keadaan medan dan banyaknya / kesinambungan singkapan. Kadang-kadang juga dilakukan cara kombinasi misalnya dengan membawa sepeda motor dengan perahu. Apabila tempat yang diperlukan cukup jauh untuk pulang pergi dalam satu hari maka didirikan tenda kerja di daerah pemetaan. d. Peralatan Tidak berbeda dengan pemetaan- pemetaan geologi lainnya peralatan lapangan yang dipakai antara lainadalah palu geologi, kaca pembesar, kompas prismatik, kompas geologi, klinometer, pita ukur atau lebih serting topofil. Alat-alat gali yang sederhana seperti cangkul dan linggis biasanya dibawa untuk melakukan penggalian singkapan yangkecil. Untuk singkapan yang memerlukan penggalian yang dalam sering ditugaskan satu tim khusus untuk itu. Di jalanjalan tua pengusahaan hutan, untuk mengatasi halangan berupa pohon tumbang biasanya diperlukan gergaji rantai (chainsaw). e. Survey Lintasan Semua lintasan diukur dengan kompas dan topofil/pita ukur oleh pembantu lapangan. Titik-titik penting di sepanjang lintasan ini seperti titik awal, percabangan lintasan, adanya singkapan batubara dll. Diberi tanda dengan lembaran kecil aluminium dengan mencantumkan nomor titik survey dan nomor lintasan padanya. Untuk mendapatkan laporan yang lengkap di sekitar lintasan khususnya untuk mencari singkapan batubara dipekerjakan dua atau tiga orang setempat yang sudah terlatih untuk itu. Singkapan yang ditemukan dengan cara ini kemudian dikaitkan dengan survey lintasan yang ada disitu dengan membuat lintasan cabang. 3. Pengambilan Contoh Batubara

Pengambilan contoh batubara adalah merupakan salah satu tujuan utama dalam program peninjauan. Patokan yang diterapkan untuk melakukan pengambilan contoh batubara adalah ketebalan minimum 1 meter, kecuali di daerah sekitarnyta tidak terdapat singkapan yang lain maka batubara yang lebih tipis dari 1 meter pun akan dicontoh. Hal ini penting untuk dilakukan agar dapat diketahui peringkat dari batubara daerah itu serta dengan harapan ada lapisan batubara yang lain yang lebih tebal terdapat di daerah tersebut. Biasanya lapisan batubara memerlukan penggalian untuk mencapai bagian yang tidak lapuk. Penggalian dapat berupa parit atu sumur dengan lebar biasanya sekitar 1 meter. Untuk lapisan yang cukup tebal biasanya penggalian dilakukan oleh satu kelompok pekerja yang terdiri dari 4 atau 6 orang termasuk satu orang pengawasnya. Penggalian dapat memakan waktu dari beberapa hari sampai dua minggu. Untuk penggalian dalam waktu yang lama biasanya para penggali ini berkemah di tempat dekat penggalian. Ahli geologi diperlukan untuk memeriksa galian tersebut untuk memberikan petunjuk dari waktu ke waktu. Apabila penggalian telah selesai, sebelum lapisan tersebut diambil contohnya, seorang ahli geologi akan memerikan (describe) lapisan batubara tersebut dengan mengisi kartu singkapan batubara seperti telah disinggung di bagian atas dan memberikan petunjuk tentang batas setiap contoh ply (lapisan) dan cara pengambilan contoh beserta mengawasinya. Contoh diambil berupa contoh lajur (chanel sample) dengan ukuran baku lebar 15 cm dan dalamnya 10 cm. Contoh lajur demikian untuk setiap 1 metr lajur akan memberikan contoh seberat 20 kg. Lajur dibuat dengan palu geologi dan kapak serta serpihan lajur itu ditampung dengan terpal dan diletakkan di dasar galian. Bahan serpihandari contoh ply (lapisan) kemudian dimasukkan lagi ke dalam kantong kain blacu dan sepotong kain kraft yang disisipkan diantara bungkusan plastik. 4. Penyiapan Contoh dan Uji Analisa Fasilitas penyiapan dibangun di kantor KPC Samarinda. Disini contoh batubara dihaluskan menurut langkah-langkah seperti diterangkan dalam gambar. Contoh yang telah disiapkan ini dikirim ke laboratorium di Jakarta atau Bandung dalam botol plastik yang ditutup rapat. Semua contoh pada tahap permulaan dianalisa untuk : - Kelembaban - Abu - Belerang total - Berat jenis Untuk lapisan batubara yang mempunyai ketebalan lebih dari 1,5 m dengan kelembaman kering udara kurang dari 10 %, kadar abu lebih kecil dari 10 % dan kadar belerangnya lebih kecil dari 2 % dibuat contoh gabungan (komposit) dari contoh-contoh lapisan yang bersangkutan. Contoh gabungan ini kemudian dianalisa secara proksimat, belerang total, kapasitas menahan air (moisture holding capacity) dan nilai kalori.

Contoh gabungan kemudian dianalisa pula untuk kandungan khlor, fosfor, bentuk belerang, analisa ultimat,analisa abu, temperatur lebur abu (ash fusion temperature), indeks gerus Hardgrove dan kadang-kadang juga untuk komposisi masaral, reflektasi viyrinit dan indeks mengembang bebas (free swelling indeks). 5. Pengaturan Data Selain dari kartu pengamatan lintasan dan singkapan batubara satu lagi lembaran datayang dipakai dalam tahapan ini, taitu lembar data tipe batubara dan hasil analisa. Dalam lembaran ini dimasukkan hasil analisa lapisan demi lapisan atau gabungan akalau ada. Untuk merekam pengamatan geologi lapangan dipergunakan peta dasar dengan skala 1 : 20.000. Peta dasar ini dibuat berdasarkan kerangka yang didapat dari mosaik foto udara dan hasil survey lintasan yang dilakukan oleh pembantu lapangan. Banyak survey lintasan yang harus dikoreksi secara berimbang sebelum dapat dipasang di peta tersebut untuk mendapatkan kecocokan. Setelah peta dasar didapat, berturut-turut peta lain dibuat dengan skala yang sama (1 : 20.000) yaitu : - Peta informasi lintasan : Menunjukkan semua lintasan yang dibuat dilengkapi dengan nomor lintasan dan titik-titik survey. - Peta struktur : Menunjukkan jurus kemiringan - Peta geologi lintasan : Menunjukkan litologi sepanjang lintasan - Peta lokasi batubara : Memberikan informasi lokasi batubara dengan nomor kartu singkapan dan nomor contoh batubara - Peta analisa batubara : Menunjukkan hasil analisa perlapisan Selain itu untuk keperluan analisa kecenderungan struktur dan kuantitas batubara dibuat peta berskala 1 : 50.000. 6. Penilaian Data dan Pemilihan Sasaran Akhir tahun 1983 seluruh daerah seluas hampir 8.000 km persegi telah disurvey dengan beaya rata-rata sekitar US $ 280/km persegi. Sekitar 350 singkapan batubara telah dicontoh. Untuk menilai suatu daerah parameter pokok endapan batubara dibagi-bagi dalam kelas sebagai berikut : Tabel 11. Pembagian kelas menurut parameter cebakan batubara Kelas Tinggi Sedang Rendah (1) (2) (3) Nilai kalori, adb* >6500 5500<5500 (kkal/kg) 6500 Belerang total,adb <1% 1-2 % >2% Kelembaban,adb <10% 10-15 % >15% Abu,adb <5% 5-10 % >10%

Ketebalan >4% Kemiringan lapisan <10 (derajad) *)adb : air dried basis (dasar kering udara)

2-4 % 10-20

<2% >20

Dengan memperhatikan faktor di atas, sesuai dengan persyaratan kontrak baha 40 % dari keseluruhan daerah harus dikembalikan kepada pemerintah setelah program peninauan selesai maka daerah sebelah selatan Samarinda dan bagian utara dari blok Lembajk dikembalikan (gambar 9). Bagian selatan Samarinda yang mempunyai endapan dari kelas sedang sampai kelas rendah dengan struktur yang curam, sedangkan bagian utara blok Lembak tidak mengandung batubara dan banyak batugamping dan bagian lainnya hanya mengandung batubara peringkat rendah. Daerah yang dipertahankan seluas 3.600 km persegi dievaluasi berdasarkan kelas parameter cebakan seperti yang dibicarakan di atas, hasilnya terlihat seperti dqalam daftar di bawah ini : Tabel 12. Penilaian daerah-daerah berdasarkan kelas parameter endapan Parameter Sapari Santan Pinang-Barat Melawan/ Pinang Utara Bengalon Nilai kalori 2 1-2 1 2 1-2 Belerang 1 1-3 1 1 1-3 Kelembaban 2 1-2 1 2 1-2 Abu 1 1 1 1 1 Kemiringan 1-2 2 1-2 2 1-2 tebal 1-3 1-3 1-3 1-3 1-3 Non geologi 3 2 1 1 2

Seperti terlihat jelas di atas bahwa daerah Pinang Barat Menunjukkan kelebihan ditinjau dari semua parameter tersebut dalam tabel. Dari segi kualitas daerah ini mempunyai batubara dengan nilai kalori antara 6.400-7.450 kkal/kg, abu di bawah 5 %, belerang 0,2-o,7 % dengan lebih dari 20 lapisan batubara yang tebalnya melebihi 2 m, 4 diantaranya melebihi 4 m dan mempunyai struktur yang relatif cukup cocok. Meskipun daerah Melawan Pinang Utara potensinya relatif sama dengan daerah Separi atau Bengalon, tetapi karena letaknya yang berdekatan dengan daerah Pinang, membuat Prospek daerah Melawan manjadi lebih penting. Berdasarkan kesimpulan di atas diputuskan untuk melaksanakan program eksplorasi lanjut di daerah Pinang Barat dan sekitarnya (seterusnya di sebut daerah Pinang).

Tahapan Ketiga : Eksplorasi Lanjut Eksplorasi lanjut di daerah Pinang dimulai pada akhir 1983, sebagai tujuan utama adalah : - Untuk menentukan kecenderungan sifat-sifat dan kualitas - Mendapat gambaran yang jelas tentang cadangan yang ada sampai pada tahap terukur (measured status). - Membuat penilaian awal tentang potensi ekonomi dari endapan batubara yang ada. Secara geologi tujuan pertama dan kedua di ats menyangkut bidang-bidang di bawah ini : a. Stratigrafi b. Korelasi (kesinambungan lateral) c. Struktur (kemiringan patahan) d. Ketebalan lapisan e. Kualitas batubara Pekerjaan yang dilaksanakan untuk mendapat informasi ini meliputi perpetaan geologi lanjut, perpetaan topografi, pemboran pendahuluan dengan memakai bor kecil yang dapat dipikul, program percontohan batubara yang ekstensif. Sejak bulan Juli 1984 program pengeoran lubang terbuka dan inti yang dilengkapi dengan logging geofisika. Sampai bulan 1985 dari pengeboran lubang terbuka dan inti sejumlah 42.000 m telah dibor pada sejumlah 340 lubang dan dari program pemboran pendahuluan telah dibor sebanyak 9.000 m sejumlah 360 lubang. Sehubungan dengan ketiga tujun utama di atas beberapa studi ekonomi dan teknis permulaan telah dilaksanakan bersamaan dengan penelitian geologi. Untuk memberi gambaran yang jelas tentang eksplorasi lanjut KPC sebelumnya akan disajikan sedikit latar belakang geologi daerah Pinang. 1. Geologi Daerah Pinang Daerah Pinang terletak antara Sungai Bengalon dan Sungai Sangatta, berada di sebelah utara timur dari cekungan Kutai. Batuan di daerah Pinang ini diendapkan dalam kala Miosen. adapun endapan batubara Pinang terdapat dalam formasi berumur Miosen tengah sampai atas. Secara regional batuan ini terlipat lemah dengan struktur sinklin dan antiklin yang sumbunya mempunyai arah umum utara timur-selatan barat daya. Di daerah Pinang sendiri struktur regional dicampuri struktur kubah dan di sebelah barat kubah ini terdapat sinklin Lembak yang menunjam ke utara. Dibagian sinklin inilah lapisan-lapisan batubara yang dijumpai merupakan bagian utama dari endapan (gambar 10 dan 11). Bentang alam di daerah ini dicirikan oleh bukit-bukit yang tidak teratur dengan ketinggian sekitar 250 m di atas permukaan laut. Lapisan batubara di daerah ini terdapat dalam formasi Balikpapan yang sebagian besar terdiri dari batulumpur dan lanau dengan sedikit batupasir. Pengamatan lapangan menunjukkan bahwa batuan tersebut diendapkan dalam lingkungan pengendapan delta atas (upper deltaic) sampai dengan laut dangkal (shallow marine).

Di daerah Pinang terdapat 7 lapisan batubara utama yang diberi nama : Prima, Bintang, Sangatta, Pinang, P1, P4dan Kedapat. Ketebalan dari lapisan-lapisan ini berkisar antara 2,5 m sampai dengan 9,0 m. Dari ketuju lapisan dan beberapa lapisan yang lain jumlah batubara yang terhitung yang bisa ditambang adalah sekitar 160 juta ton. Sedangkan jumlah cadangan sevara geologi yang belum terhitung pasti (indicated dan iferred) ada sekitar 670 juta ton. Sifat yang istimewa dari batubara daerah ini adalah rendahnya kadar abu yang disebabkan oleh jarangnya terdapat sisipan batuan di dalam lapisan batubara. Umumnya kadar belerang sangat rendah (0,2 %) dan nilai kalori berkisar antara 6.250 sampai 7.000 kkal/kg (atas kering udara) 2. Pemetaan Geologi Rinci Untuk mendapatkan gambaran yang baik mengenai stratigrafi daerah Pinang, telah dilakukan pengukuran penampang rinci sepanjang sungai sebanya 85 lintasan. Pekerjaan ini memakan waktu selama 1 tahun. Penampang stratigrafi ini diukur dengan kompas, clinometer dan pita ukur. Beberapa diantara penampang yang penting sebagian besar dari titik-titik surveinya diukur dengan theodolit dan penyipat datar. Yang diukuir dari pekerjaanini adalah jarak, sudut tegak dan arah antara dua titik pengamatan, jurus dan kemiringan lapisan serta pengamatan batuan yang biasa dilakukan termasuk tebal dan lapisan sebenarnya apabila itu bisa diukur. Tebal sebenarnya dari lapisan yang diukur (terletak diantara dua titik ukur) dapat diukur dengan perhitungan geometri yang telah diprogram ke dalam kalkulator saku yang dapat diprogram. Setelah dihitung penampang ini kemudian digambarkan menjadi kolom stratigrafi berskala 1 : 500 dan juga dimasukkan ke dalam peta geologi berskala 1 : 10.000. Pada tahap-tahap berikutnya untuk bagianbagian tertentu dari kolom stratigrafi yang tidak ada informasinya dilakukan pengeboran dangkal. Kedua jenis peta ini bersama-sama data yang lain kemudian sangat berguna dalam memberikan gambaran yang mendalam mengenai geologi setempat dan padaperencanaan program pengeboran.

3. Pemetaan Topografi Untuk program pengeboran dan geologi rinci diperlukan peta dasar yang lebih terperinci daripada peta dasar tanpa kontrol yang dipakai dalam peninjauan umum. Untuk ini diperlukan pekerjaan fotogrametri pada skala 1 : 10.000 dengan selang garis ketinggian 5 m yang ditafsirkan dari foto udara 1: 20.000 yang ada. Pemetaan ini memerluka titik-titik kontro theodolit dan penyipat datar. Titik ini dipasang sepanjang jalan angkut kayu yang utama dan dikaitkan dengan titik patok ukur nasional. Pada tempat-tempat yang sukar dihubungkan dengan survey biasa didirikan stasiun satelit Doppler atau dilakukan pengamatan barometer yang sangat teliti. Mengingat daerah yang diukur tidak terlampau luas maka diputuskan untuk menggunakan sistem koordinat grid lokal. Pekerjaan ini yang meliputi daerah seluas 290 km persegi memakan waktu 5 bulan. Dari pengukuran-pengukuran yang dilakukan kemudian hari ternyata peta topografi yang dihasilkan cukup teliti pada daerah-daertah yang tidak banyak

ditutupi oleh banyak pepohonan tetapi mempunyai kesalahan mencapai 20 m di daerah yang ditutupi oleh hutan lebat seperti di daerah lembah dan sungai-sungai. Setelah selesai membuat jaringan kontrol utama pekerjaan berikutnya meliputi : - Lintasan grid timur barat dengan jarak setiap 1 km - Pengukuran sepanjang jalan yang ada - Pengukuran sepanjang alur / sungai penting - Pengukuran lokasi pengambilan contoh - Pengukuran patok kontrol untuk lintasan geologi / penampang trukur yang penting - Pengukuran lokasi bor

4. Program Pengeboran a. Bor besar Dua cara pengeboran yang biasa dilakukan selama pelaksanaan program eksplorasi KPC yaitu pengeboran putar (rotary drilling) lubang terbuka dan pengeboran inti (core drilling). Pengeboran putar lubang terbuka hanya memerlukan mata bor yang berbentuk pahat yang diputar oleh batang / pipa bor. Potongan batuan keluar berupa serpihan pada leher lubang bor. Pengamatan litologi dapat dilakukan terhadap contoh serpihan yang keluar namun kita tidak dapat menentukan dengan teliti kedalaman lapisan contoh. Untuk mengatasi hal ini biasanya dilakukan logging geofisika terhadap lubang yang bersangkutan. Kombinasi kedua pengamatan ini akan membarikan informasi litologi lubang serta ketebalan lapisan batubara dengan kedalaman / ketebalan yang akurat. Pada pengeboran inti akan dihasilkan inti batuan yang didapat akibat bentuk dari mata bor yang mepunyai lubang di tengah. Pengamatan litologi dari bagian fornasi yang ditembus dengan mudah dilakukan terhadap inti yang didapat. Kedalaman inti yang diambil bisa ditentukan dengan telti sesuai kedalaman pengeboran. Namun demikian untuk memastikan kedalaman berdasarkan hitungan panjang pipa bor dilakukan juga logging geofisika untuk lubanglubang inti ini. Perbedaan yang penting antara pemboran lubang terbuka dengan pemboran inti adalah : - Contoh batuan yang diperoleh berupa serpihan pada pemboran putar lubang terbuka, berupa inti berbentuk silinder pada pemboran inti. - Kedalaman dari batuan serpihan yang keluar tidak akurat sehingga diperlukan logging geofisika untuk mendapatkan informasi litologi dan kedalaman yang tepat pada pengeboran pada lubang terbuka. - Kecepatan penembusan yang jauh lebih cepat untuk pemboran lubang terbuka daripada pemboran inti. Dengan demikian ongkos operasi menjadi sangat berbeda.

Untuk bahan pembilas pada pemboran bisa dipakai air dengan vampuran lumpur bor atau udara. Pengalaman lapangan menunjukkan bahwa penggunaan udara sebagai bahan pembilas memberi manfaat lebihbanyak daripada manggunakan air sebagai bahan pembilas. Dalam melakukan pembilasan dengan pembilas udara menggunakan kompresor dengan kekuatan 170 p.s.i 450 c.f.m. yang menghasilkan udara pada jumlah dan takanan yang umumnya cukup untuk pemboran sampai kedalaman 150 m dalam kondisi air tanah yang normal. Kompresor tersebut ditaruh di atas traktor sehingga dengan bebas dapat bergerak sendiri. Jenis kendaran yang membaa mesin bor sangat menentukan keberhasilan kerja. Biasanya kendaraan yang paling cocok adalah buldoser karena mempunyai trek. Mesin bor dipasang di atas buldoser dapat beroperasi sepanjang cuaca, tidak seperti kendaraan lain yang harus menunggu keringnya jalan agar bisa bergerak pindah, selain itu kendaraan ini stabil tidak mudah terguling. Untuk mempersiapkan lokasi dan jalan masuk dipergunakan dua buah buldoser dan satu grader. Adalah sangat beruntung sekali KPC mendapat daerah kerja yang mempunyai jalan operasi pengusahaan hutan (kayu). Hal ini sangat memudahkan pekerja pembuatan jalan ke lokasi pengeboran. Beberapa kendaraan jip dan pickup 4x4 diperlukan untuk pengangkutan alat logging geofisika, bahan bakar dan tenaga kerja. b. Bor kecil Dalam program pemboran ini peranan bor kecil tidak bisa diabaikan. Bor ini terdiri dari satu unit penggerak motor bensin dua tak (mesin chainsaw), gigi/sproket reduksi dan sebuah swivel (alat putar air). Untuk pembilasan digunakan air yang dipompa ke dalam sistem bor dengan pompa air sentrifugal yang mempunyai head yang besar. Bor kecil ini digunakan untuk : - Mengikuti penyebaran lapisan sepanjang jurus - Mengisi bagian yang kosong pada bagian pemetaan kolom stratigrafi - Menentukan dengan teliti ketebalan singkapan batubara. Bor kecil ini dilayani oleh sekitar 8 orang yang diperlukan untuk mengangkut peralatan waktu pindah lokasi maupun untuk memegang tegak bor serta memberikan tekanan ke bawah dengan berat badan mereka. Kedalaman maksimum dibatasi oleh kedalaman tenaga mencabut pipa bor yaitu biasanya sekitar 50 m. Kecepatan rata-rata perhari (8 jam) adalah sekitar 30 40 m. c. Pola pengeboran Tahap awal dari program pemboran dilakukan dengan mengebor sepanjang lintasan bor timur barat untuk menembus tiga lapisan utama yang telah diketahui pada saat itu pada kedalaman sekitar 50 m. Jarak antara lintasan bor yang satu dengan yang lain adalah 1 km. Lokasi bor dipilih pada tempat yang palng mudah untuk dicapai. Pengeboran ini disusul dengan pengeboran stratigrafi di sepanjang beberapa lintasan bor yang ada untuk mendapatkan gambaran stratigrafi yang lengkap di

daerah ini. Lokasi bor dipilih agar terdapat sekitar 30 m tumpang tindih kolom litologi antara lubang bor yang satu dengan lubang yang berdekatan untuk keperluan peliputan kolom yang lengkap. Cara penetapan dan penyelesaian lokasi bor dapat dipilih pada diagram berikut ini (gambar 13). Tahap kedua dari program adalah : - Penyisipan bor diantara dua lubang bor sepanjang lintasan bor atau diantara dua lintasan bor untuk mendapatkan korelasi yang meyakinkan. - Pengeboran lubaang untuk memecahkan persoalan geologi tertentu misalnya pada patahan, washout, dll. - Memperpanjang lintasan bor ke timur untuk mempelajari stratigrafi formasi di bawah lapisan Sangatta. - Pengeboran inti untuk mendapatkan contoh batubara pada lubang-lubang yang menembus lapisan batubara yang penting. Di daerah yang berdekatan dengan Pinang barat hanya dilakukan pengeboran stratigrafi sepanjang beberapa lintasan pengeboran untuk memastikan hasil pemetaan geologi yang menunjukan potensi yang tidak sebaik daerah Pinang barat.

Pengintian
Pada tahap awal dari program eksplorasi batubara informasi mengenai kualitas batubara dapat dipenuhi dengan kombinasi cara pengintian (coring) yang terbatas, serpihan bor dan log geofisika. Pengintian menjadi lebih penting pada tahap evaluasi yang lebih lanjut untuk keperluan pelaksanaan uji kualitas yang bermacam-macam, untuk mempelajari sifat-sifat geoteknik dari batuan di sekitar lapisan batubara. Dalam pengintian lapisan batubara penghematan biaya yang cukup besar diperoleh dengan melakukan apa yang dinamakan pengintian sebagian. Hal ini dilaksanakan dengan cara membor selang bukan batubara sampai beberapa meter di atas lapisan batubara dengan cara lubang terbuka dan baru melaksanakan pengintian hanya pada lapisan batubara saja. Untuk mengetahuio pada kedalaman berapa lapisan batubara itu berada diperlukan beberapa lubang pemandu beberapa meter disamping lubang yang akan diinti tersebut. Dalam praktek di lapangan biasanya rencana lokasi lubang inti dengan mudah dibuat setelah lubang terbuka dengan mempertimbangkan lapisan batubara yang ada di dalam lubang-lubang tersebut serta penyebaran data yang diperlukan. Selama program eksplorasi lanjut untuk daerah Pinang (terutama Pinang Barat) sekitar seratus lubang inti telah dibor. Beberapa diantaranya adalah lubang inti yang dibuat untuk keperluan studi geoteknik. d. Biaya pengeboran Di bawah ini terlihat perbandingan biaya pengeboran dari beberapa jenis mesin bor yang pernah dipakai. Tabel 13. Perbandingan biaya pengeboran Jenis Bor Kec. penetrasi Biaya langsung Bahan dipaka Log geoPembuat an jalan Biaya total

m/hari* Mayhew1000 Lubang terbuka pengeboran inti Dando 250 Lubang terbuka pengeboran inti Bor kecil Lubang terbuka 175 35

** 11,5 80,0

i *** 5,3 6,5

fisika 2,0 10,0 3,4 17,0 22,2 113,5

130 30

6,5 26,5

1,5 2,5

3,0 12,0

4,6 18,5

15,6 59,5

35

4,9

1,0

9,9

Angka-angka dalam US $/m kecuali disebutkan * Termasuk pindah bor, waktu stand by, dll, 10 jam kerja / hari ** Tidak termasuk biaya mobilisasi / demobilisasi *** Matabor, lumpur bor, polimer, bahan bakar solar, juga termasuk ongkos pasok air untuk mayhew Angka di atas menunjukkan bahwa pengeboran lubang terbuka bisa 4-5 kali lebih cepat daripada pengeboran inti dan biaya 3-5 kali lebih murah. Perbedaan biaya ini akan lebih besarbila diperhitungkan biaya yang timbul akibat berbedanya waktu penyelesaian seperti biaya operasi kemah, makanan, biaya administrasi kantor dsb. 5. Logging Geofisika Lubang Bor Sampai dengan awal dekade 70-an untuk mengetahui ketebalan dan kedalaman batubara masih digunakan cara observasi serpihan bor atau dalam jumlah lebih sedikit dengan menggunakan inti (core sample). Belakangan dengan berkembangnya teknik logging lubang bor geofisika, informasi mengenai ketebalan kedalaman lapisan batubara bisa ditentukan dengan teliti bahkan kandungan abu dari lapisan tersebut bisa ditentukan secara kasar. Dalam program eksplorasi batubara KPC menggunakan cara logging geofisika yang membuat log berat jenis, gamma alami, kaliper dan kadang-kadang sonik. Log netrin pernah dilakukan untuk beberapa ratus lubang namun karena informasinya tidak begitu berguna maka logging ini ditiadakan. Alat yang dipakai memungkinkan dilakukan pengukuran parameter berat jenis, gamma alami dan kaliper direkam pada sitiap perubahan kedalaman sebesar 1 cm secara digital. Pada saat bersamaan dihasilkan grafik log dari ketiga parameter tersebut pada selajur kertas pada skala yang dapat dipilih. (gambar 14) Log berat jenis memberikan data mengenai berat jenis dari informasi sepanjang lubang. Karena batubara dan batuan penutup lainnya sangat berbeda berat jenisnya maka log yang dihasilkan dengan jelas menunjukkan perbedaan ini. Ada tiga macam log berat jenis yang direkam yang tergantung dari jarak antara sumber radioaktif dan detektor. Yang kecil dipergunakan untuk menentukan batas

lapisan batubara dengan batuan lain sedang yang berjarak besar berguna untuk menentukan berat jenis dari formasi secara teliti karena jangkauan pengamatannya yang relatif jauh dan ti dak terlalu dipengaruhi oleh keadaan lubang (misalnya adanya ruang runtuhan kecil). Yang berjarak sedang bersifat menengah antara yang diuraikan di atas. Gamma alami dipancarkan oleh sinar gamma dari mineral lempung yang ada dalam batuan. Karena ada perbedaan mineral lempung dari tiap batuan dan rekaman gamma alami ini akan dapat menunjukkan secara relatif batas antara litologi misal antara lapisan batupasir dan batulumpur atau batubara. Batubara ytang mengandung abu maupun sisipan berlumpur di dalam lapisan batubara akan dapat dengan jelasa terlihat. Lubang bukaan lubang bor diukur secara mekanis oleh lengan kapiler. Log kapiler akan menunjukkan bagian lubang yang runtuh hingga penafsiran log-log lainnya dapat lebih teliti dilakukan. Log netron menunjukkan banyaknya kandungan air serta porositas formasi. Adapun log sonik diperkirakan untuk perkiraan sifat geoteknik dari formasi dengan cara perbandingan beberapa log sonik lubang bor serupa yang diperiksa kekuatan batuannya di laboratorium. Log geofisika membantu dalam pekerjaan berikut ini : - Menentukan ketebalan dan kedalaman lapisan batubara - Gabungan pengamatan serpihan bor dan log geofisika memberikan penafsiran litologi formasi lubang bor yang tepat. - Mengetahui kualitas batubara dan sisipan batuan lain yang ditunjukkan oleh log berat jenis serta gamma alami yang menunjukkan adanya campuran mineral lempung. - Membuat korelasi lapisan antara lubang bor dengan cara membandingkan secara langsung log-log dari lubang yang bersangkutan. 6. Pengambilan Contoh dan Uji Analisa Selama program eksplorasi lanjut ti8ga cara pengambilan contoh yang dilakukan adalah : - pengambilan contoh lajur terhadap singkapan batubara - pengambilan contoh inti dari pengeboran inti - pengambilan contoh serpihan dari pengeboran lubang terbuka Dua cara yang pertama di atas dilakukan untuk mengetahui kecenderungan kualitas dengan teliti dan cara ketiga dilakukan secara cepat untuk mengetahui peringkat dan kandungan belerang dari batubara yang ditembus pada lubang eksplorasi di tempat-tempat terpencil sekitar Pinang. Dalam program ini telah dilakukan pengambilan contoh singkapan batubara sebanyak 120 lokasi sebagai tambahan dari 55 lokasi yang diambil dalam program peninjauan umum.Cara pengambilan contoh lajur ini telah dibicarakan dalam bagian terdahulu. Semua lapisan batubara yang telah dibor ini lebih dari1,5 m diambil contohnya oleh ahli geologi di lapangan, kemudian dibagi dalam bagian yang relatif homogen (menurut ply interval yaitu bagian lapisan batubara yang dibatasi oleh

sisipan lempung). Penyiapan contoh ini sudah diterangkan pada bagian terdahulu, yaitu proses pengeringan udara dan penghakusan sampai ukuran lebih kecil dari 212 mikron. Sebagian kecil dari contoh ini dikirim ke laboratorium perusahaan di Jakarta untuk diuji mengenai kandungan air, abu, belerang totar dan berat jenisnya. Berdasarkan analisa bagian lapisan tadi, disiapkan gabungan dari bagian tersebut untuk keseluruhan lapisan batubara. Bagian lapisan sebelah atas atau bawah keseluruhan lapisan batubar dengan ketebalan lebih dari 15 cm yang mempunyai kandungan abu yang tinggi, tidak dimasukkan kedalam contoh karena pada penambangan kelak bagian ini akan ditangani secara terpisah. Contoh gabungan ini akan dianalisa secara proksimat, ultimat, nilai kalori, jenis belerang, temperatur leleh abu, komposisi abu, khlorin dan indeks hardgrove. Untuk beberapa contoh diperiksa juga indeks abrasinya. Semua hasil contoh inti di atas kemudian dicantumkan dalam penampang rinci lapisan batubara. Sewaktu bor putar dilakukan contoh serpihan dikumpulkan pada setiap selang 1 m. Contoh dari lubang tertentu dikirim ke laboratorium penyiapan di Samarinda dimana contoh ini dipisahkan secara apung/tenggelam dengan berat jenis 1,9 untuk memisahkan serpihan batuan bukan batubara dengan serpihan batubara. Selanjutnya contoh ini dikeringkan udara dan dihaluskan menurut prosedur yang sama dari contoh lainnya. Contoh ini dikirim ke Jakarta untuk diuji kadar kelembebennya, abu dan belerang total. Seperti disebutkan di atas maksud dari pengambilan contoh ini adalah merupakan cara yang murah dan cepat untuk mengetahui peringkat dan kandungan belerang dari lapisan yang penting yang ditemukan dalam program pengeboran peninjauan stratigrafi di daerah yang jarang terdapat singkapan. Perbandingan antara hasil analisa contoh serpihan atau contoh dari inti atau singkapan yang di lakukan kemudian menunjukkan kecocokan yang baik bagi batubara yang mempunyai kelembaban yang lebih besar dari 11 %. Untuk batubara yang mempunyai kelembaban yang lebih besar dari 11 % hasil analiosa bisa mengacaukan karena sering kelembaban terjadi lebih kecil dari yang sebenarnya. Hal ini terjadi karena telah terjadi pengeringan yang berlebihan pada proses pengeringan contoh serpihan di udara terbuka karena bentuk dari serpihan itu sudah berupa potongan-potongan kecil yang mempunyai jumlah permukaan relatif jauh lebuh luas dari contoh yang bersal dari singkapan atau inti. Pengeringan tidak berpengaruh terhadap kandungan belerang. 7. Batu Teroksidasi dan Terbakar Batubara biasanya mengalami pelapukan yang menyebabkan penurunan kualitas. Di daerah ini walaupun beriklim tropis, cepatnya erosi dan tingginya kelembaban menghasilkan profil pelapukan yang tidak dalam. Walaupun demikian di beberapa tempat singkapan batubara dapat terbakar di dekat permukaan. Dalam hal ini sering singkapan yang ada habis ditempatnya diganti oleh batuan sedimen atap yang terpanggang dan berwarna merah bata. Sebab dari kebakaran tidak secara persis diketahui, namun dapat terjadi karena penyulutan spontandan mungkin juga karena sambaran petir, sedang yang disebabkan manusia akhir-akhir ini juga sering terjadi.

Di daerah Pinang umumnya lapisan yang utama telah digerogoti oleh kebakaran, kadang-kadang sejaug 300 m ke arah kemurungannya dan ini menyebabkan kekurangan cadangan batubara yang dangkal. Untuk perhitungan cadangan yang teliti besarnya cadangan ini haruskah ditentukan baik dengan cara umujm yaitu pengeboran dan dapat juga diduga dengan cara eksplorasi geomagnetik. Pemakaian cara geomagnetik dapat dilakukan mengingat batuan yang terbakar mempunyai kepekaan magnetis yang tinggi sampai 200 juta satuan SI, sedangkan batubara dan juga batuan lainnya mempunyai respon yang boleh diabaikan. Percobaan-percobaan dilakukan sepanjang lintasan lurus yang memotong singkapan terbakar dan kemudian diperiksa dengan pengeboran (gambar 15). Ternyata hasilnya cukup memuaskan untuk zone terbakar tunggal tetapi untuk zone terbakar ganda sering grafik yang dihasilkan terlalu rumit untuk ditafsirkan. Dengan demikian survey geofisika dapat digunakan secara terbatas, paling tidak mengurangi jumlah bor yang diperlukan untuk menentukan batas batubara terbakar. 8. Pengolahan Data Cara perekaman data-data geologi permukaan dan anlisa singkapan telah dibicarakan terlebih dahulu di bagian depan. Dalam tahap eksplorasi lanjut ini untuk mengolah data di samping menggunakan cara manual juga dipergunakan cara komputer. a. Cara manual Observasi dan data geologi yang diperlukan dalam tahap eksplorasi lanjut dipetakan dalam lembar-lembar berikut : - Peta geologi permukaan skala 1 : 10.000 - Peta singkapan dan contoh skala 1 : 10.000 - Peta lokasi bor kecil skala 1 : 10.000 - Peta lokasi Mahyew/Dando skala 1 : 10.000 - Kolom lintasan stratigrafi skala 1 : 500 - Penampang lintasan bor skala 1 : 2.500 - Rekaman log geofisika bor, litologi skala 1 : 100 - Rekaman log geofisika bor, ketebalan skala 1 : 20 - Penampang rinci lapisan batubara skala 1 : 20 Pengamatan litologi serpihan bor dan inti setelah digabungdengan log geofisika lubang bor diisikan dengan menggunakan huruf singkatan/ kode ke dalam lembaran khusus. Data teknis pengeboran seperti ukuran garis tengah lubang, keadaan lubang , adanya gas serta juru bor dan ahli geologi dll, diisi ke dalam lembar ringkasan lubang bor. b. Cara Komputer Untuk menyimpan dan menampilan data dipergunakan data base. Tujuan terpenting dari sistem ini adalah kecepatan pemanggilan dan penampilan data yang diinginkan menurutsusunan format tertentu.

Data-data survey dari lubang bor yang terdiri dari koordinat dan elevasi lubang dimasukkan dalam database survey. Sistem database survey ini dapat menampilkan peta lokasi bor dari seluruh lubang atau lubang yang dipilih berdasarkan nama atau daerah. Untuk log geofisika disamping rekaman berupa gambar di kertas juga dihasilkan data digital yang direkam dalam pita magnetik. Data digital ini setelah do masukkan dalam sistem database akan dapat ditampilkan dalam layar komputer atau dicetak satu per satu atau beberapa lubang dipilih sesuai dengan kebutuhan khususnya untuk keperluan korelasi atau menggambar penampang. Data litologi yang sudah terekam dalam bentuk kode dimasukkan dalam sistem batabase litologi. Sistem database litologi ini bisa menam[ilkan daftar dari lubang-lubang yang menembus lapisan yang dipilih membuka kolom lubang bor litologi yang dipilih berdasarkan daerahnya, lapisan yang ditembus atau nomor lubang tertentu. Database kualitas berfungsi untuk menyimpan data hasil analisa termasuk proksimat, ultimat, temperatur leleh debu, analisa pencucian, analisa abu, dll. Semua data di atas dapat ditampilkan sekaligus dalam 1 tabel. c. Evaluasi Data Setelah program eksplorasi lanjut ini selesai, dilakukan evaluasi data lubang bor dan data lain yang berhubungan. Tujuan dari studi ini adalah untuk mendapat perkiraan cadangan di tempat. Pada tahap awal dengan perhitungan manual ini dapat dilihat dalam lamp. A. Keuntungan cara ini adalah dapat dibetulkan langsung pada waktu perhitungan dan jarang terjadi kekeliruan yang besar. Dengan demikian ia dapat dipergunakan untuk menguji hasil hitungan yang dilakukan komputer. Namun demikian cara manual ini memakan waktu. Perhitungan cadangan dengan komputer dilakukan di Jakarta segera setelah semua data dimasukkan dalam database komputer. Suatu perangkat lunak khusus dipergunakan untuk mengerjakan perhitungan ini yang terdiri dari beberapa tahap. Pada tahap pertama dibuat model topografi, yaitu model dari semua data survei yang ada termasuk nilai garistinggi dari peta topografi. Tahap kedua membuat model struktur lapisan batubara. Titik perpotongan lapisan batubara dalam tiap lubang bor serta batas penyebaran lapisan digunakan untuk pembuatan model ini. Model ini memberikan perkiraan ketebalan dan kedudukan batubara pada tiap titik. Pembuatan model ini menyangkut perbaikan database baik karena kesalahan pemasukan ataupun kesalahan awal dan sering pemodelan dilakukan berulang-ulang sampai model yang dihasilkan memuaskan. Untuk mempertimbangkan model apa yang dibuat cukup baik model ini dibandingkan dengan model yang dibuat secara manual termasuk penampang lintasan pengeboran. Tahap berikutnya membuat peta kontur perbandingan tebal tanah penutup dengan tebal tanah batubara.Dari sini dapat dilihat bagian mana saja yang mempunyai perbandingan yang tinggi yang tidak ekonomis untuk ditambang. Blok cadangan dipilih dengan mengambil bagian batubara yang terletak pada bagian yang mempunyai tebal tanah penutup dan tebal batubara lebih kecil dari 12 : 1. Blok cadangan juga memperhatikan cadangan seperti sungai.

Sampai saat ini cadangan batubara di tempat dan isi tanah penutup yang berhubungan dengan blok yang ditentukan sudah bisa ditentukan, Hitungan cadangan ini dapat dibagibagi menurut kepuasan (stripping ratio = m kubil tanah/ton batubara) atau ketinggian. Pembatasan blok cadangan pada garis perbandingan tebal tanah penutup dengan tebal batubara 12 : 1 menurut pengalaman KPC untuk daerah Pinang akan menghasilkan perbandingan kepuasan 6 : 1, satu batas yang dianggap ekonomis untuk blok yang akan ditambang secara tambang terbuka . Apabila menginginkan kualitas total untuk 1 blok maka diperluikan model dari tiap parameter kualitas misal model abu, belerang, nilai kalori, dsb. Model ini menunjukkan perkiraan-perkiraan parameter kualitas batubara di setiap titik.

Anda mungkin juga menyukai