Mak Comblang - Nikolai Gogol
Mak Comblang - Nikolai Gogol
Mak Comblang - Nikolai Gogol
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
MAK COMBLANG
: Nikolai Gogol
BABAK I
AKHMAD : Kupikir ini suatu kemestian. Pikir punya pikir aku sampai pada satu
keputusan, bahwa seseorang mesti kawin. Orang tak bisa terus
membujang seperti ini. Bikin bosan ! Aku memang kelewatan. Aku biarkan
waktu nyelonong begitu saja. Pembicaraan pertama sudah lama banget
dilakukan. Mak Comblang sudah datang tiga bulan yang lewat. Betul- betul
aku mesti malu sama aku punya diri.
( MEMANGGIL ) Karta ! ( KARTA MASUK ) Di mana itu Mak Comblang,
Karta?
AKHMAD : Nyonya Elya, tentu. Apa pagi ini dia tidak datang ?
AKHMAD : Aku kira dia pasti bertanya; ”Tuan Akhmad mau kawin, toch?”.
AKHMAD : Ah masak. Yaasku itu bukan satu-satunya yang dia kerjakan bukan ?
1
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARTA : Ya, tuan. Bergelantungan di mana-mana dalam dia punya kamar, tuan.
AKHMAD : Jasku yang paling bagus. Yang lain kurang bagus kwalitetnya bukan ?
KARTA : Oh iya, tuan. Yas tuan yang paling bagus, tuan.
AKHMAD : Ha, jasku paling bagus. Itu sebabnya itu tukang jahit tanya sama kau;
“Kenapa kau punya tuan suruh bikin jaas baru dari bahan yang begitu
tinggi kwalitetnya ?”. Bukan begitu ?
AKHMAD : Apa ?
AKHMAD : Kau tidak bilang, bahwa aku ambtenaar yang tinggi pangkatnya ?
KARTA : Dia bilang; “Kasih tahu sama tuan Akhmad, bahwa aku akan bikin gembira
hatinya”.
AKHMAD : Terima kasih, Karta. Kau boleh pergi ( KARTA PERGI ). Aku seneng itu
penjahit mau bikin aku gembira aku punya hati ... Memang, buat bikin
neces, menjaga tata krama, yaas item tak ada bandingannya. Orang lain
lebih seneng sama warna-warni tentu, tapi orang macam apa ? Orang tak
punya kedudukan, pegawai negri tingkat rendah, borjuis-borjuis kecil, wong
cilik. Seorang ambtenaar mesti tahu harga diri, memperhatikan adat dan
aturan. Dan aku, seibarat seorang Kolonel dalam ketentaraan. Aku punya
derajat sama dengan Kolonel, cuma aku tidak pakai epolet, bintang dan
ombyok di pundak. Karta ! ( KARTA MASUK ) Sudah beli semir sepatu ?
2
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARTA : Ya, tuan.
AKHMAD : Bagus ?
KARTA : Bagus sekali, tuan.
AKHMAD : Aku senang. Waktu kau terima itu semir, apa pelayan itu bertanya;
“Kenapa tuanmu perlu itu semir ?”.
AKHMAD : Ya, kau boleh pergi. Baiklah, sepatu tidak begitu penting. Tapi kalau
sepatu kurang bagus bikinannya, tidak disemir baik-baik, apa kita akan
diperlakukan dengan hormat di masyarakat ? Tentu tidak ! Sepatu itu
penting ! Ada lagi, aku paling benci sama kerut ! Karta !
AKHMAD : Sudah kau katakan pada tukang sepatu itu, supaya sepatuku jangan
sampai berkerut ?
AKHMAD : Ya, kau boleh pergi ( KARTA KELUAR ). Hal-hal kecil, sopan santun,
tanggung jawab. Kerjakan ini, kerjakan itu dan jangan lupa yang lain.
Kawin, Akhmad sayang, mudah diucapkan, susah dilaksanakan. Karta !
( KARTA MUNCUL ) Aku mau bilang ... ...
AKHMAD : Tungu apa lagi ? Suruh dia masuk. ( KARTA KELUAR ) Kawin itu Akhmad
sayang, bisa digambarkan seperti proses yang berat. ( ELYA MASUK ) Ah,
apa kabar nyonya Elya ? Silahkan masuk dan ceritakan. Siapa namanya ?
Molani ?
3
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AKHMAD : Ambarita ? Ya, ya. Perawan tua, kukira. Empat puluh barangkali.
ELYA : Jangan terburu-buru. Kalau sudah kawin sama dia, saban jam, cinta tuan
akan bertambah. Tuan akan berterimakasih sama Tuhan Yang Maha
Murah, karena tuan dapatkan permata yang begitu elok bagi tuan.
AKHMAD : Bagaimana perihal mas kawin. Belum jelas bagiku. Segera kita bicarakan
sekarang juga.
ELYA : Ooo, mas kawin. Satu rumah di jalan bantul, tak ubahnya seperti pelikan
emas. Dan penyewa-penyewanya ? Tuan Toko menyewa sejumlah 700
gulden. Gudang di pinggir rumah juga disewakan tiga ratus. Di belakang
rumah ada pekarangan luas yang subur dan bisa ditanami sayur mayur.
Baik buat kesehatan. Tiap dokter tentu akan menganjurkan itu, sebab
sayur mayur mengandung bermacam vitamin yang sudah maupun belum
diketemukan. Itu kata tetangga saya yang jadi apoteker di ... ...
ELYA : Bulan dan bintang. Ross dan melati. Saya kekurangan kata, tuan Akhmad.
Saya Cuma bisa bilang, kalau tuan tidak sampai berlutut dalam kegirangan
dan berterimakasih yang setulus-tulusnya dari hati sanubari yang sedalam-
dalamnya padaku sembari mengucap syukur kepada langit yang membiru
... ... yaaa ... ... jangan panggil aku nyonya Elya.
AKHMAD : Cuma susahnya, Nyonya adalah seorang penipu besar, nyonya Elya.
ELYA : O, bukan tuan. Saya benci pada penipu-penipu. Saya kelewat tua buat
menipu.
AKHMAD : Nyonya tentu mengerti. Aku ini seorang opseter, karena itu saya minta ...
ELYA : Tentu saya mengerti. Sudah ada opseter yang lain. Ia tolak. Gadis itu tak
suka kepadanya. Ia orang yang rupawan tetapi istimewa. Setiap kali ia
buka mulut, tiupan angin yang keluar. Ya ... Tuhan menciptakan kita
semua. Orang itu tak bisa berbuat apa-apa.
AKHMAD : Nyonya Elya, apa nyonya tidak punya calon yang lain ?
4
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AKHMAD : Benar-benar yang terbaik yang kau bisa dapat ?
ELYA : Yang paling baik dari yang terbaik, terpilih dari yang tersaring. Tuan boleh
jelajahi seluruh dunia, tuan tak bakal jumpa tandingannya.
AKHMAD : Kalau begitu, aku mesti pikir dulu. Datanglah besok lusa. Kita bicarakan
nanti. Aku berbaring di dipan itu dan nyonya bercerita.
ELYA : Ya Tuhan ... Sudah tiga bulan begini-begini saja. Kapan selesainya ? Tuan
cuma mondar-mandir dalam kamar sembari peluk bantal.
AKHMAD : Nyonya, apa nyonya pikir kawin itu sama dengan memakai sepatu lalu
jalan-jalan ? Tidak, nyonya. Orang mesti pikir masak-masak dan
mempertimbangkannya dalam-dalam.
ELYA : Panggil Karta dan suruh tolong kenakan pakaina tuan. Pergilah ke rumah
Ambarita selagi masih pagi.
AKHMAD : Sekarang ? Cuaca begini buruk. Kalau aku keluar, aku pasti kehujanan.
ELYA : Terserah sama tuan. Tuan punya rambut sudah mulai memutih. Berapa
lama lagi tuan masih nampak muda. Kedudukan tuan sebagai opseter tak
bakal lagi menolong. Saya akan mudah mencari pasangan lain yang lebih
baik. Tuan pasti bakal gigit jari nanti. Kesempatan begini tak bakal kembali.
AKHMAD : Apa ? Apa maksud nyonya mengatakan rambutku sudah memutih ? Aku
tak tahu aku sudah ubanan ( IA MERABA RAMBUTNYA ).
ELYA : Tentu tuan sudah ubanan. Kenapa tidak ? Kapan tuan lahir ? Dan tuan
masih bertanya apa masih ada orang lain ? Baik, kalau begitu. Biar saya
coba. Mayor Infanteri ... kepala dan bahunya lebih kekar ketimbang tuan.
Dan dia punya suara ... seperti trombone.
AKHMAD : Bohong, nyonya bohong ! Mana itu cermin ? Apa yang membikin nyonya
berfikir bahwa aku sudah ubanan. Karta ! Kaca ! Tidak, aku akan ambil
sendiri. Ya Tuhan, ini lebih jahat ketimbang cacar ! ( AKHMAD KELUAR
DAN MASUK KARIM TERGESA – GESA )
KARIM : Diamana Akhmad ? ( MELIHAT ELYA ) Apa kerjamu di sini ? Siapa suruh
kau carikan bini buat aku ?
KARIM : Surga ? Perkawinan itu neraka, Nyonya. Pokoknya aku bisa hidup sonder
kawin.
KARIM : Kurang ajar. Dia tidak bilang apa-apa padaku. Licik dia ... ...
( AKHMAD MASUK DENGAN SEBUAH CERMIN, MELIHAT KEDALAM
NYA . KARIM MENDEKATI DARI BELAKANG )
5
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AKHMAD : Kaca apa yang kau buat ganti ? Pasti aku jadi 10 tahun lebih tua dalam
kacamu itu. Mukaku akan jadi peyat peyot.
KARIM : Jangan begiti sobat. Aku sebenarnya yang mesti memaki kau. Kau
menyembunyikan sesuatu dariku.
AKHMAD : Mana ?
KARIM : ( MENUNJUK ELYA ) Itu dia. Perlambang hidup perkawinan. Baik, aku
akan urus ( PADA ELYA ) Katakan padaku, siapa namanya dan
bagaimana rupanya. Siapa ayahnya ? Ningrat, Pedagang, Pegawai Negri ?
siapa namanya ?
ELYA : Ambarita.
ELYA : Masuk Jalan Bantul, lewat penjagaan polisi dan rumah itu persis
didepanmu. Maksud saya, didepanmu itu rumah. Tapi bukan itu rumahnya.
Itu rumah pacar seorang anggota Volksrad. Jangan masuk. Rumah di
sebelah kanannya, dari batu, itu rumah nona Ambarita.
KARIM : Bagus, bagus nyonya yang baik hati. Serahkan semuanya padaku, dan
sekarang tinggalkan rumah ini. Nyonya tak diperlukan lagi.
6
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
ELYA : Apa, kau kira kau bisa urus perkawinan itu sendiri ?
KARIM : Tepat sekali. Aku nasehatkan agar nyonya tak ikut campur.
ELYA : Ini bukan pekerjaanmu, nak. Ini pekerjaan perempuan ... ...
ELYA : Dasar perampok nasi. Kalau aku tahu, aku akan tutup mulut.
KARIM : sudah tutup mulut. Sebelum kau tahu, kau sudah kukawinkan.
AKHMAD : Sekarang ?
KARIM : Hidup membujang, apa baiknya buatmu. Lihat kamarmu ini. Apa yang kita
lihat ? Sepatu berlumpur, meja penuh abu tembakau, dipan hanya dengan
seorang laki-laki ... ... Aku sangsi ...
KARIM : Nah kau setuju denganku. Sekarang pikir bagaimana semua ini bakal
berubah sama sekali kapan engkau kawin. Kau tak akan kenal tempat ini,
bahkan kau tak akan kenal dirimu sendiri. Dipan baru, bantal yang empuk.
Anjing kecil yang bagus meringkuk di dipan, burung kenari kecil mungil
menyanyi dalam sangkar kuning dengan riang. Keranjang jahitan istrimu di
sini, di sana, di mana-mana. Coba bayangkan ... ... Kau berbaring di dipan
dan istrimu di sampingmu. Dia letakkan tangannya yang mungil kedalam
tanganmu, dan dia ... ...
AKHMAD : Tangan perempuan ... Kecil mungil ... Halus, kuning, bagaikan gading.
Ya Tuhan ... ...
KARIM : Nah, beres kalau begitu. Kita tinggal pikirkan detail-detailnya. Jangan
pusing-pusing. Aku urus hidangan perkawinan. Coba, selusin tuwak, ya ...
tuwak. Tentang makanannya ... ... aku kenal seorang tukan masak yang
pandai sekali bikin makanan lejat. Hingga orang tak punya waktu untuk
mengunyah makanan itu saking inginnya makan itu meluncur ke perut
mereka.
7
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AKHMAD : Karim, aku hargai kegembiraanmu itu. Tapin aku belum tentu akan kawin.
AKHMAD : Maksudku tak lain dari ... ... Kawin tidak sejelek yang digambarkan orang.
KARIM : Ya Tuhan, kita akan bereskan soal itu ... ... Kenapa sih kau ?
Kau tidak setuju perkawinan ... ... sebagai institusi ?
KARIM : Nah, aku tak habis pikir, apa keberatanmu ? Apa masalahmu ?
AKHMAD : Tak ada masalah apa-apa. Cuma perkawinan ... ... nampak sangat aneh.
AKHMAD : Aneh bagiku. Aku bujangan. Belum pernah kawin. Jadi kawin itu barang
baru bagiku. Asing.
KARIM : Kau mestinya malu pada dirimu. Kita mesti berbicara dari hati ke hati,
antara ayah dan anak. Pandang dirimu. Aku mau kau memandang dirimu
seterang kau memandangku. Tanyakan pada dirimu. Siapa aku ini ? Aku
bahkan akan menggigil mendengar jawabannya. Aku tak mau teruskan.
KARIM : Kau bisa tahan itu ? Kau bisa tanya pada dirimu sendiri; “Kenapa aku
hidup ?”. Lihat dalam kaca. Lihat ! Nah, begitu. Apa yang kau lihat ?
KARIM : Akan ku katakan. Kau lihat seorang yang tahan. Ya, orang ini. Tapi itulah
sebabnya aku di sini. Buat mengatakan kepadamu, bahwa kau tak perlu
kecil hati. Kau adalah seorang lelaki yang penuh tenaga, tak kurang
barang sedikitpun. Berbuatlah dan berkembanglah. Ingat bahwa pada
waktunya akan datang Akhmad-Akhmad baru. Satu, dua, tiga ... ...
setengah lusin. Dan semua itu akan mirip seperti kau. Seperti pinang
dibelah 100. Nah, masalahmu sudah dipecahkan, bukan ?
Sekarang ini apa yang ada ? Kau seorang ambtenaar. Seorang opseter.
Tapi apa di hari kemudian kelak ? Banyak ambtenaar, banyak opseter.
Dari celana pendekmu itu bakal berkembang sejumlah manusia, cukup
buat mengisi Gubernemen. Dan sejarah bakal bersambung. Sudah bisa
kau bayangkan itu bayi-bayi ? Perhatikan setan-setan kecil itu. Mereka
akan menarik-narik kumismu. Dan apa yang kau lakukan pada tengkuk-
tengkuk mereka.
8
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : Ya, kau akan menggonggong kecil seperti anjing; “ Huk, huk ... ...”
( MENGHELA NAPAS BAHAGIA ) O, karunia Tuhan ... ...
AKHMAD : Setan-setan kecil tentu akan membikin ribut. Mereka akan memecahkan
segala sesuatu. Mencampur baurkan surat-suratku ... ...
KARIM : Mungkin, barangkali. Sementar itu ingatlah ... Mereka mereka mirip seperti
engkau.
AKHMAD : ( SENANG ) Mirip seperti aku ? Tak bisa aku bayangkan. Setan kecil mirip
aku, sungguh lucu.
KARIM : Tak ada yang lebih menggembirakan dari itu. Kita pergi sekarang ?
KARIM : Aku pergi sendiri ? Kau gila ? Siapa di antara kita yang mau kawin ? Kau
atau aku ?
AKHMAD : Kau benar. Aku tak menyangkal. Tapi aku kurang semangat.
KARIM : Apa ?
KARIM : Besok ? Ben ye gek ! Lihat, sudah berpakaian, sudah siap, mendadak
kurang semangat. Mad, aku benci mengatakannya, tapi kau seperti seekor
babi, ezel ?
AKHMAD : Mungkin. Tapi apa yang dapat kulakukan, Rim ? Biarkan aku sendiri.
KARIM : Kesimpulanku, kau orang gila. Kau orang sinting yang kebetulan jadi
opseter.
9
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : Aku menghabiskan waktu buat kau, karena aku ada perhatian sama kau,
walaupun kau tak ada perhatian sama aku. Mad, kalau kau tak hati-hati,
orang lain bakal menyerobot itu gadis.
AKHMAD : Itu kelewatan, kau tahu ! ( PELAN PADA KARIM ) Tak kau lihat pelayanku
ada disini ? Rem sedikit omonganmu.
KARIM : Tak ada orang yang selunak aku dalam omonganku. Tapi kau yang
memaksa aku. ( TERIAK ) Gila ... ... ! ( LEMAH ) Aku terpaksa berteriak.
Orang lain juga bakal berteriak kepadamu. Kau sudah putuskan. Kau
orang jujur, calon mempelai yang baik, mendengarkan suara akal, lalu tiba-
tiba saja menjadi gila, persis di depan mataku. ( TERIAK ) Gila ! Kau gila !
Nenek-nenek tua ! ( LEMAH ) Kau berangkat ?
AKHMAD : Sungguh Rim, kau sedikit sinting. Buat apa kau gunakan kata-kata yang
tak senonoh itu ? Aku kuatir kau tak tahu sopan santun.
____________________
10
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
B A B A K II
AMBAR : Bepergian lagi Bibi Arina ? Raja batu permata menaruh perhatian ... ... air
mata ... ... surat percintaan ... ... Ini sebelah kiri ada King Klover,
menunjukkan peranan yang sebenarnya. Api ada perempuan yang licik
merintangi jalannya.
ARINA : Tentu dia. Badrun rambutnya hitam. Mirip benar dengan King Klover.
AMBAR : Tidak sama sekali. Pedagang bukannya Raja. Ini tentu seorang priyayi.
ARINA : Anakku sayang, apa kata ayahmu kalau ia dengar kata-katamu itu. Dia
akan pukul meja keras-keras dan berteriak; “Gadisku tak aku kasihkan
sama anak kolong, biarpun dia kolonel adanya. Siapa disini yang malu
menjadi pedagang, akan aku ludahi matanya. Saban orang boleh pilih
semaunya, tetapi anak lelakimu tak akan menjadi pegawai negri. Apa yang
diperlukan oleh negri ini adalah pedagang”. Itulah kata-kata ayahmu.
Tangannya besar, tapi marahnya lebih besar lagi. Aku yakin dialah yang
menjadi sebab kematian ibumu.
AMBAR : Nah, aku tak sepantasnya memilih pedagang. Mereka tak kenal sopan
santun.
AMBAR : Aku tak mau dia, habis perkara. Kalau dia sudah mulai makan, hiii ... ...
Mulutnya bersuara seperti kusir sedang mengaduk makanan kuda. Jijik
aku.
ARINA : Lalu bagaimana bisa kau dapatkan yang lebih baik lagi ?
AMBAR : dengan pertolongn Nyonya Elya, bibiku sayang. Dia janjikan padaku
seorang suami yang amat baik.
11
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
ELYA : Aku sudah banting tulang untukmu, tapi apa upahku ? Umpatan !
AMBAR : O, Nyonya Elya. Apa kabar ? bagaimana ? Berhasil ?
ELYA : Berhasil ? Bukan satu, tapi setengah lusin. Semuanya dari kwaliteit
tertinggi. Tapi biar aku bernapas sebentar. Aku capek betul. Aku bekerja
seperti kuda. Keluar masuk kantor-kantor, rumah-rumah, gudang, tangsi-
tangsi serdadu, departemen-departemen, gedung Volksraad. Dan hampir
aku dapat gebugan dari Mak Sagu. Ituuu ... ... nenek Kebayan tua yang
mengawinkan nyonya sama tuan Jauhari. Dia menyerang aku, “Kau curi
nasi dari mulutku. Kau boleh tinggal di daerahmu, ini daerah
kekuasaanku”, katanya. Aku jawab; “Baik ... Tapi buat nona Ambarita, aku
sanggup masuk api. Apalagi Cuma masuk daerah kekuasaannya. Jadi,
minggir ! Dan lelaki seperti apa yang sudah kukumpulkan untukmu ?
Sepanjang sejarah belum pernah ada satu kumpulan calon suami seperti
yang aku himpun. Dan mereka bakal datang kesini hari ini juga. Karenanya
aku lari-lari ke sini buat memberi tahu.
ELYA : Jangan, tak apa-apa. Biasa saja. Mereka pandang kau, dan kau pandang
mereka. Kalau tak ada kecocokan, masing-masing boleh undurin diri,
bercerai. Itulah kehidupan.
ARINA : Sudah terang stu gerombolan orang-orang jalang yang kau kumpulkan itu.
Aku yakin.
ELYA : Enam. Enam orang mahluk-mahluk kuat dalam keadaan yang sangat
menguntungkan.
ELYA : ini tak perlu menakutkan kau, sayang. Bukankah selalu baik buat memilih-
milih dulu dalam segala hal yang bersifat dagang ?
ELYA : Mereka semua terhormat. Belum pernah aku lihat bangsawan rupawan,
satria yang tampan seperti mereka.
ELYA : Mereka semua pilihan. Angka 10. Kau tak bakal lihat yang lebih baik dari
mereka. Tuan Tigor misalnya, ia pernah jadi matroos. Pria yang gagah.
Mestinya kau ambil dia. Dia bilang sama aku; “ Aku mesti dapatkan
seorang isteri yang montok. Aku benci sama perempuan yang seperti
kerangka jalan”.
Kalau kau inginkan bangsawan yang sebenarnya, kau mesti memilih
Raden Tatang. Ia pegawai negri yang mempunyai kedudukan tinggi. Dia
12
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
jadi Jaksa. Besar seperti gunung, tapi rasa kemanusiaannya sangat besar.
Dia mengeledek; “Dengan aku, kau mesti jujur. Apa budelnya dan berapa
uang kontannya”. Akupun membuallah. Dia menggeledek lagi; “Kau
bohong, kau ... ...”. Ia gunakan kata-kata yang kelewat kotor. Sebaiknya
tak kukatakan. Cuma kubilang, ia orang yang amat penting.
AMBAR : Siapa lagi ?
ELYA : Ada yang bernama tuan Arjuna. Satu contoh keelokan dengan bibir yang
mungil seperti murbei. “Aku inginkan isteri”, katanya ... “Yang tidak saja
cantik, tetapi juga berpendidikan. Aku mau isteri yang bisa bicara Inggris”.
Benar-benar orag berkebudayaan. Sangat halus dan sangat lemah.
Pahanya sebesar tangan gadis. Tapi dia jangkung.
AMBAR : Jangkung ? Orang jangkung, tidak ... ... Aku tak suka orang jangkung.
ELYA : Kalau begitu, ambil saja Raden Tatang. Dia juga seorang priyayi seperti
yang lain juga. Dia besar sekali. Hampir tak masuk di lawang pintu.
ELYA : Sama sekali belum tua. Begitulah, tak lebih tua dari 50. mungkin kurang.
ELYA : Serabi.
AMBAR : Siapa ?
ELYA : Serabi itu nama ayahnya. Namanya sendiri Tatang bin Serabi.
ELYA : Kalau saja ambil saja Tuan Tigor. Dia juga baik.
ELYA : Bagus.
ELYA : Seperti itulah. Yang jelas, dia tidak punya apa-apa. Satu tongkatpun. Dia
tak punya. Kamarnya telanjang seperti bayi baru lahir. Tak ada apa-
apanya, kecuali sebuah bale-bale reyot.
ELYA : Seorang ambtenaar, tuan Marto. Sedikit groyok, tapi tahu sopan santun.
AMBAR : Ah, nyonya, para priyayi itu. Tentu mereka minum seperti ikan.
13
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
ELYA : ya, dia minum sesekali. Tak mengapa bukan ? Dia punya kedudukan
tinggi. Lagi pula mereka halus seperti sutra.
ELYA : Sekarang tinggal seorang calon lagi, nona Ambar. Dan aku mesti
tambahkan bahwa dia agak ... ... tatapi Tuhan telah menciptakan dia.
Ambillah yang lain saja.
AMBAR : Tapi siapa yang satu orang ini ? Baru ada lima. Katanya enam.
ELYA : Lima sudah cukup. Begitu rakus. Belum selang beberapa lama. Lima
sudah kebanyakan buatmu.
ARINA : Pilih saja pedagang Badrun kau belum lihat kalau dia lagi pakai kaca
matanya ?
ELYA : Dan kalau lagi ketemu sama tuan di epolet; “Ada apa kau di sini, tukang
warung”, teriak mereka. Lalu jawab pedagang Badrun itu; “Ya, tuan, maaf
tuan ... “. Dan mereka tambahkan; “Buka kamu punya topi, keledai !”.
ARINA : Tapi tuan-tuan itu bilang; “Aku akan ambil setelan baru dari Badrun”. Lalu
Badrun menjawab; “Tidak sekarang, tuan-tuan yang terhormat”. Dan tuan-
tuan itu terpaksa pergi dengan telanjang.
ELYA : Dan mereka akan pukul itu pedagang dengan tongkat mereka.
ELYA : Dan tuan-tuan itu akan adukan itu pedagang sama Bupati.
ARINA : Tidak bisa berbuat apa-apa, sebab Gubernur lebih tinggi dari bupati. Dan
tuan-tuan itu tak bisa lagi membeli dengan kredit sama itu pedagang.
( TERDENGAR BEL BERDERING )
ARINA : Siapa ?
14
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
ARINA : Ya Tuhan ... ... Pakai baju yang lain ( SITI KELUAR. TERDENGAR PINTU
TERBUKA, SUARA-SUARA. KETIGA PEREMPUAN MENGINTIP,
MENCOBA BERSAMA-SAMA DARI LOBANG KUNCI. AMBAR
MENJERIT ) Mengapa ?
ELYA : Dia datang, cepat. ( SEMUA KELUAR CEPAT. SERABI DAN SITI
MASUK )
SERABI : Aku mesti tunggu, ha. Aku meninggalkan kantor cuma buat beberapa
menit, dan sekarang aku mesti tunggu. Bagaimana kalau Kanjeng Tuan
bertanya; “Dimana Serabi ?”. Dan mereka menjawab; “Baru saja keluar
untuk beberapa menit dengan pengharapan kawin”. Kanjeng Tuan tentu
bakal marah sekali. Ya, biarlah aku baca lagi keterangannya. ( IA
MENGELUARKAN KERTAS DAN KACA PEMBESAR, LALU MEMBACA )
Rumah batu, lantai separo tanah, separo ubin. Atap seng, bocor di sebuah
tempat. Persis di atas tempat tidur. Hmm, bisa ditambal. Dokar dua buah,
yang satu rodanya cuma sebelah. Ini bisa dijual. Kuda dua, Mak dan anak,
perawan, umur sembilan bulan. Peduli amat, anak kuda ya kuda. Pakai
perawan segala. Empat tempat tidur, dua dobel, dua singel.
( MELANCIPKAN MULUTNYA ) Kebaya, selusin sutra dan 2 lusin katun.
Dua baju mandi ... ... Mengapa 2, satu kan sudah cukup, yang satu lagi
buat siapa ? ( MEMBACA TIDAK JELAS ) Hhmmmm hmmmmm hmmmm.
Meja, kursi ( LIHAT KANAN KIRI ) Si nenek bilang baru, buktinya barang
loakan. Aku mesti hati-hati, jangan-jangan kalau sudah kawin, hartanya
cuma ranjang reyot. ( BEL BERBUNYI. SITI MELINTASI KAMAR MENUJU
KELUAR. SUARA ARJUNA MASUK DI ANTAR SITI )
ARJUNA : Oh, selamat siang. Apa benar saya mendapat kehormatan untuk diterima
sama ayah nona ... ...
ARJUNA : Oh, saya sudah membuat kekeliruan. Sudikah tuan memaafkan saya ?
SERABI : ( KE SAMPING ) Aku tak percaya sama dia barang sekelumitpun. Menilik
mukanya yang pucat itu, dia tentunya datang untuk tujuan yang sama.
( PADA ARJUNA ) Tuan ada urusan dagang sama nyonya rumah ?
15
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
ARJUNA : Urusan dagang ? Oh, tidak. Kebetulan saya lewat, saya pikir apa salahnya
mampir barang sebentar.
SERABI : Dia pikir aku percaya sama dia ? Kelihatan jelas dari tampangnya. Dia juga
mau melamar. ( BEL BERDERING LAGI. SITI MELINTAS LAGI, LALU
MASUK BERSAMA TIGOR )
TIGOR : Bersihkan bajuku, neng. Bukan main debu di jalanan. Ya, ya, disapu. ( DIA
BERPUTAR ) Coba tengok, ada laba-labanya tidak ? Tidak ada ?
Sekarang lengan. Ya, terima kasih neng manis. ( SAMBIL MENGHAPUS
LENGAN BAJUNYA, IA MELIRIK SERABI DAN ARJUNA ) Baju lawon ... ...
Tahan hujan dan panas. Dibeli di Hongkong tahun 1924, waktu kapal saya
lewat sana. Itu waktu matroos klas II. Naik pangkat, matroos klas I tahun
1925. Dionslag tahun 1927, karena mogok. Baju ini sementara itu aku
pakai terus, nampak selalu baru. ( SERABI DAN ARJUNA MEMIJIT
HIDUNG MASING-MASING ) Yang bau itu bukan bajuku, tapi kranjang
sampah di halaman. Terima kasih, neng. Neng manis sungguh, kapan kita
melancong ?
TIGOR : Pendidikan mereka tinggi. Tidak seperti gadis-gadis di sini. Seibarat putri-
putri istana. Saya jalan-jalan dengan saya punya uniform, putih bersih,
baru diseterika. Sepatu mengkilat dan saya lihat ke kiri dan kanan. Apa
yang saya lihat ? Roos, melati, kemuning dan kenanga.
ARJUNA : Oh, yang anda maksud gadis-gadis ? Ha ha ha ... ... ( SERIUS ) Mereka
berpakaian sopan ?
TIGOR : Segala rasa keindahaan mereka curahkan sama pakaian. Masih terbayang
di mata saya ... dengan anting-anting, gelang, kalung ... Gaun disobek
sampai sisni ( MENUNJUK PADA PINGGANGNYA, ARJUNA MELONGO )
... ... Ayam panggang sungguh.
ARJUNA : Sungguh menakjubkan. Tetapi apa mereka juga bisa omong Inggris ?
TIGOR : Semua. Saya satu Minggu di sana. Tak satu patahpun bahasa Melayu
saya dengar.
TIGOR : Tidak sepatahpun bahasa Melayu. Belum lagi para priyayinya. Tidak, ambil
saja petani yang paling bodoh. Bilang sama dia bahasa Melayu yang
paling gampang, kasih roti sedikit. Orang itu akan geleng kepala. Kita
harus salin pertanyaan itu menjadi; “Loti liki ya ko ... “. Dan orang itu akan
menjawab dengan bahasa sebagus-bagusnya; “Ansyoo a luu mint luu”.
16
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
SERABI : Hidup di negri orang memang penting tentu. Aku senang berkenalan sama
tuan, sama siapa aku mendapat kehormatan buat omong-omong.
TIGOR : Tigor nama saya. Onslagan Matroos klas I. Nama tuan ... ... ?
TIGOR : Ah, terima kasih. Saya baru saja sarapan gado-gado ulek dengan ketupat.
TIGOR : Masya Allah ... ... Maaf seribu maaf, saya agak tuli. Tuan mesti mengerti.
TIGOR : Nama memang sering aneh-aneh. Di kapal saya ada yang punya nama
Sambat, ada juga yang namanya Sambit. Stoker kapal punya nama Rabat,
sedang masinisnya bernama Rabit. Kapten kapal itu suka tereak; “Mana itu
maknya si rabit ... ... !”.
( BEL BERBUNYI. NYONYA ELYA MELINTAS PANGGUNG )
SERABI : Selamat siang, nyonya.
ELYA : ( SAMBIL LARI ) Pagi, pagi, pagi ... ... ( ELYA MEMBUKA PINTU,
TERDENGAR IA BERBICARA ) Tuan kan tidak banci. ( ELYA, KARIM
DAN AKHMAD MASUK )
ELYA : Jangan kita menepuk air di dulang. Tak semua orang mentereng punya
uang di sakunya.
KARIM : Tapi banyak kantong besar yang berlobang ( KERAS ) Di mana putri itu ?
Ah ... ... pintu kamar tidurnya ( IA PERGI KE PINTU )
KARIM : Ooo, belum siap berpakaian. Aku akan catat keterangan ini.
( IA MENGINTIP LEWAT LUBANG KUNCI )
17
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
SERABI : Ya, nyonya. Sebenarnya saya baca koran bahwa nyonya bersedia
meneken kontrak penjualan papan-papan. Lantaran saya jadi opseter dari
BOW, maka saya datang untuk dapatkan keterangan yang lebih jauh.
ARINA : Oh, saya rasa ada kekeliruan, tapi tak apalah. Saya senang menerima
Tuan-tuan. Tuan bernama ... ...
ARINA : Serabi ?
SERABI : Serabi.
TIGOR : Saya membaca di surat kabar, tetapi lupa apa, nyonya. Tapi sya pikir,
biarlah saya mampir. Cuaca begitu bagus ... ... Matahari bersinar emas,
burung berkicau ... ...
TIGOR : Tigor Kuda Laut. Pelaut pensiunan. Bicara jujur. Di kapal ada orang lain
yang bernama Tigor, nyonya, tapi tidak ada sangkut paut keluarga dengan
saya. Luka sedikit di bawah lututnya, sebuah peluru menembus urat,
menembus seperti jarum, nyonya. Dia orang yang aneh, saya tidak pernah
merasa aman di dekatnya. Saya selalumerasa akan kena tendang
lututnya, nona.
ARINA : Silahkan duduk, tuan. ( PADA ARJUNA ) Dan tuan, apa yang membawa
tuan kemari ?
ARINA : Kalau begitu tuan tinggal di rumah keluarga Amrin, di seberang jalan ?
ARJUNA : Tidak nyonya, saya tinggal di Jalan Botak, tetapi saya tetangga nona juga,
dalam semangat. Ha ha ha ha ha ha ... ...
18
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : Nyonya tentu sudah kenal saya. Dan nona Ambar juga.
KARIM : Coba nona tengok di lubuk ingatan nona yang sedalam-dalamnya. Nona
tentu bakal ingat bahwa nona pernah jumpa dengan saya.
AMBAR : Sungguh ? Mungkin keluarga Mansur.
KARIM : Saya tak ingat, apakah dia kawin atau kakinya patah.
KARIM : Karim, nyonya. Saya masih famili sama nyonya. Saya sudah banyak
dengar perihal nyonya dari isteri saya. Dan lagi ( MENDESAK AKHMAD
KE DEPAN ) saya kepingin memperkenalkan teman saya, opzichter
Akhmadin Akhmad. Nama yang selalu disebut-sebut kalau orang
menyebut nama Gemeente.
KARIM : Ya, saban bagian tentu ada kepalanya, nyonya. Tetapi dia yang
mengerjakan segala pekerjaan.
SERABI : Cuaca aneh sekali hari ini. Pagi tadi seperti mau hujan, dan sekarang ...
hmmmmm, seperti tak akan hujan.
TIGOR : Ini mengingatkan saya pada Sydney di Australia. Kami dengan kapal kami
singgah di sana, nona. Kalau tidak salah, bulan Pebruari. Mereka namakan
musim itu musim bunga. Matahari bersinar dan kami jalan-jalan. Kemudian
nampak seperti mau hujan, dan kami melihat ke udara. Dan kemudian
hujan. Kami tergesa-gesa masuk rumah.
19
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
SERABI : Tapi tak mengapalah kalau kita tak mau pergi sendiri dalam cuaca seperti
itu. Kalau tidak, awan mungkin akan sangat berlainan. Tapi bagi orang
yang membujang, tentu ini ... ...
KARIM : Saya juga. Sungguh suatu siksaan. Kita harap kita mati saja. Semoga
Tuhan menjauhkan kita dari nasib seperti itu. ( PAUSE )
SERABI : Nona Ambar, saya tidak biasa untuk terburu-buru. Pria macam manakah
yang menarik perhatian nona ? Ambtenaar dari departemen apakah yang
nona inginkan sebagai suami ?
TIGOR : Apakah nona tidak menginginkan seseorang yang telah mengarungi tujuh
samudera ini ?
KARIM : Tidak, tidak. Yang paling baik ialah dia yang memperlihatkan keberanian
untuk menyelesaikan pekerjaan pembangunan seorang diri.
ARJUNA : Maafkan saya, nona Ambar. Tetapi perkenankanlah saya demngan hormat
memuji macam pria – biarpun ia pernah bekerja pada kantor Raad van
Indie yang sedikit mengetahui tentang kebudayaan dan dapat bergerak
dengan bebas dalam masyarakat sopan.
ELYA : ( BERBISIK PADA AMBARITA ) Tidak baik seperti itu. Bilang; “Tuan-tuan
membikin hati saya jadi bingung”. ( DIAM ) Bilang saja, terima kasih
banyak.
AMBAR : Aku tidak bisa, sungguh. Aku pergi saja. Mak saja ... !
AMBAR : Aku tidak bisa pikir apa yang mereka pikir ( IA PERGI. ELYA DAN ARINA
MENYUSUL )
20
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
ELYA : Mungkin tuan-tuan membikin dia malu. Dia lari buat menyembunyikan
malunya. Ia minta tuan-tuan suka memaafkannya. Dan dia bilang, apakah
tuan-tuan mau kembali sore nanti ? ( DIA PERGI )
SERABI : Sore nanti. Tak lain dari pada mengundur-undur. Aku tak suka melamar.
Hari ini tidak bisa, besok saja. Kalau tidak, lusa saja. Kami perlu pikir-pikir.
Apa yang harus dipikir ? Aku banyak urusan. Tak guna buang-buang
waktu.
ARJUNA : Betul, manis betul. Tapi apa dia kenal kebudayaan? Dia bisa bicara Inggris
dan main piano ?
ARJUNA : Bagaimana saya bisa ? Ayah saya seorang yang sangat kejam. Dia tidak
peduli bahasa Inggris. Sungguh memalukan.
ARJUNA : Tentu ... kalau ayah saya mengajar saya. Mestinya ia pukuli saya begitu
rupa sampai saya bisa bicara Inggris dalam tempo pendek. Tapi dia kejam,
dia tak pernah pukuli saya.
TIGOR : Nah, beres. Tuan tak bisa, diapun tak perlu bisa.
ARJUNA : Oh, tidak. Dia perempuan. Perempuan yang tidak bisa bahasa Inggris
bukanlah perempuan.
SERABI : ( KE SAMPING ) Inggris, Perancis, ha ... siapa peduli ? Buatku, atur rumah
dari luar dan dalam. Kalau semua beres, baru bicara. Sore ini akan aku
selesaikan urusan ini. Apa yang kukuatirkan dari orang-orang semacam
ini? Perempuan terpercaya punya selera yang lebih indah. ( SERABI
KELUAR )
21
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
TIGOR : aku mau jalan-jalan sambil mengusap pipa. Tuan ikut ? Diman tuan
tinggal?
ARJUNA : Ooo, tinggal ? Ya, di Jalan Botak.
TIGOR : Tidak sejurusan dengan saya. Tapi all right, kita jalan bersama.
AKHMAD : Tidak, tidak. Hidungnya kelewat besar dan dia tidak bicara Inggris.
KARIM : Apa ?
KARIM : Mad, pakai otakmu. Sebelum mereka kasih komentar, kau bilang dia cantik
sekali.
KARIM : Tak sadarkah kau bahwa mereka mengatakan begitu hanya untuk
menyingkirkan engkau ? Akupun akan berbuat begitu. Aku tak mengerti
apa yang mereka pandang pada gadis itu. Ini namanya perang urat syaraf,
perang dingin. Kenyataannya Mad, sangat berlainan. Perhatikan matanya.
Begitu hidup dan bicara. Oh, matanya ... Dan hidungnya, halus ... lebih
halus dari pada sutra. Coba kau perhatikan yang benar.
KARIM : Tentu. Nah, aku ada pikiran. Sekarang mereka pergi. Mari kita temui dia.
Bicara sekali lagi, dan bikin beres sekalian.
AKHMAD : Aku, aku tak begitu berani. Yang melamar banyak. Biarlah dia pilih sendiri.
KARIM : Yang melamar banyak ? Bragajul-bragajul itu ? Kenapa kau takut ? Aku
akan hadapi mereka.
22
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : Itu aku punya aturan. Tapi berjanji kau tak bakal menangis kelak ?
AKHMAD : Aku tak bakal menangis. Kenapa aku mesti nangis ? Aku mau kawin.
KARIM : Sumpah ?
____________________
23
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
B A B A K III
AMBAR : Soalnya sungguh bikin pusing kepalaku. Kalau Cuma ada satu pelamar,
atau dua ... atau paling banyak tiga ... ada empat.
Tuan Arjuna tidak jelek walaupun ia kurus. Tuan Akhmad juga tidak buruk.
Tuan Serabi orang yang menarik juga walaupun ia gendut. Apa yang mesti
aku lakukan ? Tuan Tigor juga menatik. Aku bingun sekali. Kalau bisa
digabungkan ... bibir Arjuna dan hidung Akhmad atau kepercayaan diri dari
Tigor dengan kekuatan Serabi, akan sangat mudah bagiku untuk memilih.
Keadaannya sekarang ini sunguh-sungguh bikin kepalaku sakit. Aku tahu
apa yang harus kulakukan ... dilotre ... dan pasrah pada Tuhan ...
mendapatkan suami dengan jalan menarik lotre. Tulis tiap nama pada
secarik kertas, kertas digulung ... kacau gulungan itu, kemudian ...
kehendak Tuhan berlaku. ( IA MENUJU MEJA, SELEMBAR KERTAS
DENGAN POTONGAN KECIL, MENULIS TIAP NAMA DALAM
POTONGAN-POTONGAN KERTAS ITU, LALU DIGULUNG SAMBIL
TERUS BERBICARA )
Oh, aku takut. Hidup seorang gadis tak akan bahagia, lebih-lebih bila ia
lagi dimabuk cinta. Laki-laki tak pernah mengerti apa yang di rasakannya,
laki-laki bahkan tidak mau mencoba ... ...
Nah, sekarang aku siap. Aku masukkan ini ke dalam piring, aku tutup
mataku, lalu kehendak Tuhan akan berlaku baik di dunia maupun di surga.
( IA LETAKKAN GULUNGAN KERTAS DI PIRING DAN DIKACAUNYA )
Oh, aku takut. Aku harap betul tuan Arjuna. Tak mengapa kan aku bilang
begitu ? aku harap tuan Akhmad. Benarkah ini ? Mengapa, mengapa dia ?
Apa salahnya dengan yang lain ? Oooooohhhhh ( IA LUPA BERNAPAS
KARENA TEGANG ) Semua ... ... Tuhan memberikan semua kepadaku.
Tidak, omong kosong ... ... Hatiku berdetak seperti budak. Semua ... ?
Tidak, ini namanya poliandri. Monogami ... ... Seorang suami untuk
seorang isteri. Aku mesti membati diri sama satu orang. ( KARIM MASUK
SEMBUNYI-SEMBUNYI. IA SUDAH BERDIRI DI BELAKANG AMBARITA )
Ooooo, aku harap tuan Tigor. Tidak, tuan Arjuna yang aku pilih. Tapi mana
lotnya ? ( IA KAGET SENDIRI ) Tidak, aku mesti jadi gadis yang baik.
Biarlah nasib yang menentukannya.
KARIM : Apa salahnya nona ? saya kan famili nona juga, jadi tak usah hiraukan
saya. Nona lagi menguji pengetahuan nona tentang firasat manusia
bukan?
24
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AMBAR : ( MENGINTIP DARI SELA JARINYA ) Bagaimana yang lain ? Tuan Arjuna,
dia juga cakap.
AMBAR : Begitu ?
KARIM : Betul. Akhmad itu ... ... Ya, semesta alam ini boleh bangun dan berkata
pada separuh dunia ini, “Inilah laki-laki !”.
KARIM : Berkelakuan baik ? Nona mesti lihat mereka dalam keadaan sebenarnya.
Kasar, petualang. Maafkan saya, sebetulnya saya tak perlu bilang. Tetapi
apakah nona suka dipukul saat malam perkawinan ?
KARIM : Malu ? Mengapa ? Katakan pada mereka, nona belum cukup umur buat
kawin.
25
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : Kalau begitu, boleh ambil sikap boleh ambil sikap yang tegas. Gunakan
akal.
KARIM : Benar, tetapi dengan begitu nona tak bakalmelihat mereka lagi. Jadi apa
salahnya ?
KARIM : Biar saja mereka marah. Mereka tokh tak bakal berani berbuat apa-apa.
Paling-paling mereka akan meludahi muka nona.
AMBAR : Meludahi ?
KARIM : Muka. Bisa saja terjadi. Beberapa kwawan saya pernah diludahi. Saya
ingat satu peristiwa. Seorang pegawai muda terus-terusan mengganggu
sepnya buat kenaikan pangkat dan gaji. Sepnya tak mau mengabulkan,
tetapi pegawai itu terus saja mendesak dan tak mau pergi sampai itu sep
kelewat marah dan bertereak di mukanya; “Nah, ini tambahan gajimu.
Sekarang kau pergi, setan !”. Mesti begitu ... ...
Pada hari gajihan ternyata gaji pegaai itu dinaikkan. Jadi buat sesuatu
orang mesti bersakit-sakit dahulu. Gaji sebagai pengganti ludah. Harapan
besar selalu didahului sama pengorbanan yang sangat besar. Dunia ini
memang begitu. Untung saja kita kenal sapu tangan. Lihat, sapu tangan
nona manis sekali, kecil ... mungilllll ... Sangat berguna dalam keadaan
susah. ( BEL BERDERING )
Nah, itu salah satu pelamar nona. Saya tak akan hadir dalam pertemuan
itu. Ada pintu keluar yang lain ?
AMBAR : Ya, itu, pintu itu. Pintu belakang. Oh, saya menggigil ...
KARIM : Jangan bingung. Kalem saja. Akan beres semuanya. Sampai ketemu lagi.
( KESAMPING ) Saya akan segera ambil Akhmad.
AMBAR : Oh, selamat datang tuan serabi. Boleh saya bertanya ... ...
SERABI : Saya takut saya datang kelewat siang, ijinkan saya menerangkan. Saya
mesti bicara sama nona sendirian. Hm hm ... Kedudukan saya sebagai
Ambtenaar tentu nona sudah tahu. Saya ini kepingin, nona saya suruh dan
perintah. Sepanjang hari saya suruh dan perintah. Hidup saya senang.
Disukai sama saya punya sep dan ditakuti sama bawahan. Nona, saya
tidak punya teman, kawan, sahabat buat selama hidup. ( PAUSE ) Nona
26
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
tentu mengerti saya punya maksud. Bilang terus terang ... Nona bilang,
ya?
AMBAR : Oh, tuan, saya kira saya belum cukup umur ... ( SERABI MAU PROTES )
maksud saya, saya tidak pikir kawin buat saat ini.
SERABI : Tidak pikir kawin ? Apa gunanya itu Mak Comblang keluar masuk ini
rumah? ( MENAHAN DIRI ) Maafkan saya nona, saya belum mengerti
maksud nona sebenarnya ( BEL BERBUNYI ) Orang lagi ... aku lagi ada
urusan ...
TIGOR : Saya takut saya agak terlalu pagi, bukan begitu ? ( MELIHAT SERABI )
Ha, tuan Serabi ? Apa kabar, tuan ?
SERABI : Kau lihat dia, aku mau muntah. ( KERAS ) Jadi bagaiman nona ? Ya atau
tidak ? ( BEL BERBUNYI ) Ya Tuhan ... ( MASUK ARJUNA )
ARJUNA : Barangkali nona Ambar, saya agak terlalu pagi dari kebiasaan orang-orang
terhormat. Tetapi ... ... ( KETIKA DIA MELIHAT ORANG LAIN, DIA JADI
AGAK CANGGUNG ) Ahhhh ... ...
AMBAR : ( KE SAMPING ) Aku tak tahu harus berkata apa. ( KERAS ) Sungguh,
saya tidak pikir ... maksud saya, sungguh saya pikir ... Tuan, mengapa
tuan tidak pergi ?
SERABI : Pergi ?
SERABI : Nona bilang pergi ? Saya tak kenal perkataan itu. Saya bakal cari di
woorden boek atawa wet boek van Strafrecht. Perkataan itu belum pernah
diucapkan di mukaku. Nona mengerti maksud saya ? ( IA MENDEKATI
AMBAR DENGAN SIKAP MENGANCAM )
ARINA : ( MENJERIT ) Dia mau pukul kita, mau pukul kita ! ( LARI KE LUAR )
AKHMAD : Tali sepatuku lepas. Kau dulu masuk, aku segera menyusul.
KARIM : Macam-macam. Tali sepatu lah, ini lah, itu lah ...
27
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
SERABI : Coba bilang sama aku, apa itu gadis tidak sehat ?
SERABI : Neraka dunia. Dia lari ke luar sambil berteriak-teriak; “Dia mau pukul aku,
pukul aku !”. Apa kesimpulan tuan tentang ini ?
KARIM : Oh, dia memang sering begitu. Memang rada-rada sinting, tuan.
KARIM : Ya.
KARIM : Apa ?
KARIM : Tuan tahu, saya ini ada bau-baunya. Tante ibu saya ada apa-apanya sama
dia punya ayah. Dan dia punya ayah ada apa-apanya sama tante saya
punya ibu. Saya tidak tahu, tanya saja sama isteri saya.
KARIM : Selalu. Ibunya sudah mengeluh tiga bulan sebelum Ambar dilahirkan.
SERABI : Sebenarnya saya inginkan gadis yang agak berotak. Tetapi biarlah, yang
penting asal harta bendanya banyak.
SERABI : Apa ?
KARIM : Rumah macam apa ? Dindingnya cuma bata-bata, selebihnya tak lain dari
pada rongsokan. Kayu-kayunya dimakan bubuk. Tak ada tangganya.
KARIM : Betul. Tuan tahu, rumah jaman sekarang dibikin dari apa ? Kayu dan
kertas dari keranjang sampah. Apa itu rumah ? rumah Cuma didirikan buat
digadaikan.
KARIM : Bukan saja digadaikan, tapi bunganya sudah dua tahun tidak dibayar. Dan
Abangnya sudah siap buat menyerobotnya. Dia seorang ningrat, penjudi
dan perampok. Ibunya sendiri dirampok habis-habisan ...
28
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
SERABI : Tapi, tapi ... Nyonya Elya bilang ... kalau begitu dia penipu ... penipu besar!
( KE SAMPING ) Tapi bisa juga orang ini yang bohong. Aku mesti selidiki.
ARJUNA : Lantaran saya sendiri tidak bisa bicara bahasa Inggris, maka bakal susah
bagi saya untuk mengetahui apakah seseorang bisa bahasa Inggris.
Umpama nona Ambar, bisakah dia bahasa Inggris ?
KARIM : Sepatahpun tidak. Isteriku dan nona Ambar sama-sama bersekolah. Isteri
saya ahli bahasa yang menakjubkan. Saya mesti perkenalkan dia sama
tuan. Tuan bisa bicara bahasa Tionghoa ?
ARJUNA : Tidak.
KARIM : Biar isteri saya bicara bahasa Tionghoa sama tuan. Nona Ambar selama
bersekolah menghabiskan waktunya dengan berdiri di sudut. Itu buat guru
Inggris tidak cukup. Dia bahkan mesti dionslag.
ARJUNA : ( KE SAMPING ) Aku benar. Pertama kali kulihat dia, aku tahu dia tak bisa
bicara bahasa Inggris.
SERABI : Apa itu Inggris segala. Yang ingin ku tahu, apa itu Mak Comblang ... tentu
ia Kuntilanak, mulutnya penuh kebohongan. Rumahnya, sendok peraknya,
dokarnya, kapan saja tuan mau melancong, siap sedia, katanya.
Perempuan itu bisa dongeng kayak wartawan-wartawan kita. Bagus,
tunggu sampai ia ketangkap. ( MASUK ELYA. KARIM DAN ARJUNA
SAMA-SAMA BICARA )
Nah, itu dia setannya !
ELYA : Kalau tuan tidak bicara berbareng seperti ini barangkali saya bisa
menangkap apa yang tuan omongkan.
ELYA : Lho, bukan saya yang bikin. Barangkali memang harus begitu. Seharusnya
tuan salahkan arsiteknya.
29
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
ARJUNA : Tapi nyonya, nyonya bilang dia pandai bahasa Inggris. Dia pernah sekolah.
Dia tahu semua, Inggris, Perancis, Jerman, Ilmu Bumi, Ilmu ... ... Saya pikir
nyonya ini sangat licik.
ELYA : Dia mestinya tahu bahasa Inggris. Dia pernah sekolah. Dia tahu semua,
Inggris, Perancis, Jerman, Ilmu Bumi, Ilmu ... ...
ARJUNA : Nyonya tak pernah dengar dia berbicara selain bahasa melayu bukan ?
ELYA : Apa salahnya bahasa Melayu ? Saya bicara bahasa Melayu, tuan omong
Melayu bahkan Dewapun berbahasa Melayu.
ELYA : Aku mesti hati-hati. Kalau ada orang yang suka pukul perempuan, lebih
baik aku menjauh saja.
ELYA : ( PADA SERABI YANG SUDAH MENGHILANG ) Dia bilang bahwa kau ini
... ... ( KEPADA YANG LAIN ) Karena dia gendut seperti babi, dia kira dia
orang penting.
ARJUNA : Sungguh nyonya Elya, dengan sedih saya mengatakan, nyonya itu
pengkhianat. Pengkhianat yang licik ! nyonya tahu benar bahwa kalau saya
tahu nona Ambar tidak terpelajar, maka saya pantang menginjak lantai
rumah ini. Saya sungguh tersesat ... ahhh ...
ELYA : Pendidikan itu seperti arak, sobat. Tuan mudah sekali minum terlalu
banyak. ( KARIM TERTAWA ) Mengapa tertawa ? ( KARIM MENUNJUK
PADA ELYA SAMBIL TERUS TERTAWA) Dia gila ... !
KARIM : ( TERUS TERTAWA ) Ooo aku payah, aku meledak ... ( TIGOR IKUT
TERTAWA ) aku mati lantaran ketawa ( DIA REBAH MEGAP-MEGAP DI
KURSI )
TIGOR : Saya hargai kegembiraan yang tuan bawa. Mengingatkan saya kepada
matroos Mochtar Bahak. Dan ketawanya itu menular. Siapa saja yang
melihat dia tertawa tentu bakal ikut tertawa.
KARIM : Tentu.
30
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
TIGOR : Ya Tuhan, orang yang diperlukan. Kawinkan saya dengan nona Ambar.
KARIM : Sungguh-sungguh ?
KARIM : Baik, saya akan kawinkan dengan nona Ambar, dengan satu perjanjian.
KARIM : Berapa lama ? Ah, urusan kecil seperti ini cuma soal jam.
TIGOR : Wah hebat. Tapi tuan tentu perlukan apa-apanya tertulis. Surat pekerjaan
saya, diploma saya ... dia tentu bakal menanyakan sesuatu. Biarlah saya
mengambil surat-surat itu.
KARIM : Tak perlu sama sekali ( MEMBAWA TIGOR KE PINTU ) Pulang, duduk
seenaknya, dan tunggu ( TIGOR KE LUAR ) Kemana si Akhmad ini. Lama
benar ia betulkan tali sepatu. Aku lihat sebentar ( AMBARITA MASUK )
AMBAR : Saya gemetar sekujur badan. Tuan Serabi itu sungguh menakutkan. Oh,
calon bininya tentu bakal dipukuli. Saya kawatir dia akan datang kembali.
KARIM : Tidak, nona. Menurut taksiranku, nona tak bakal lagi lihat Serabi atau
Arjuna.
TIGOR : Aku mesti dengar apa yang dia katakan tentang diriku dengan mulutnya
yang kuncup seperti mawar itu. Mesti ... !
KARIM : Siapa ?
AMBAR : Tigor.
31
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
TIGOR : Apa ini ?
KARIM : Lebih jahat dari itu. Saya tak bisa gambarkan barang sedikit bagaimana
sifatnya yang rendah itu.
TIGOR : ( KERAS ) Dengar tuan Karim ... Tuan bicara terbalik. Seharusnya tuan
bicara baik-baiktentang kwliteit saya. Puji kebaikan saya, you know ? Tapi
sungguh, tuan bicara kebalikan. Sungguh berlainan. Saya tuduh tuan
bukan kawan. Siapa yang tidak pro kita, anti kita, you know ?
KARIM : ( KE SAMPING ) Tigor ... ? Ada apa di sini ? ( PELAN PADA AMBARITA )
Lihat, apa yang saya katakan ? Dia hampir tak bisa berdiri, mabuk ! Nona
mesti usir dia ! ( KE SAMPING ) Di mana Akhmad ? ( KE LUAR )
TIGOR : Aku tahu sekarang. Dia janji bicara buat aku, tapi justru dia menjelekkan
aku. Sinting ! Nina Ambar, saya ... ...
AMBAR : Oh, saya merasa tak enak badan ... Pusing kepala ...
AMBAR : Saya senang ... maksud saya ... saya tak peduli.
TIGOR : Kulit saya ... tampak baik sekali kalau pakai hitam. Lihat !
32
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : Dia tidak lihat kita. Nampaknya sedih.
AKHMAD : Rim, aku berduka cita bersama mereka. Sungguh sedih ditolak.
AKHMAD : Tetapi aku hampir tak percaya bahwa dia bilang kepadamu bahwa kaulah
pilihannya.
KARIM : Semua itu tak berarti kalau dibandingkan dengan apa yang akan kau alami
nanti. Kalau kalian sudah kenal satu sama lain, kalau kalian sudah kawin
nanti.
AKHMAD : Sungguh ?
KARIM : Jangan buang-buang waktu. Buka hatimu lebar-lebar dan lamarlah dia
sekarng juga.
KARIM : Sekarang juga ! ( PINTU TERBUKA ) Itu dia ... ( AMBARITA MASUK )
Nona Ambar, saya bawa seorang mahluk, lebih dari semua mahluk yang
memuji nona setinggi angkasa raya. Belum pernah ada seorang pria yang
cintanya terhadap perempuan begitu besar hingga ... ( PERLAHAN PADA
AKHMAD ) Serahkan padaku ... ( PELAN PADA AMBARITA ) Dia pemalu,
nona mesti bijaksana. Berbuatlah biar besar hatinya dan hilang malunya.
Kedip sma nona punya mata, tundukkan matanona secara sopan ke
bawah dan mendadak melihat dengan mata tajam. Sekali ia tertangkap
mata nona, dia bakal jadi penurut, percayalah. Atau unjukin sedikit betis
nona, mungkin dia tak tahan dan bakal menyergap. Mengapa nona tidak
memakai kebaya tipis ? tapi itupun cukup. ( KERAS ) Saya mesti pergi,
nona. Boleh saya tinggal nona dalam pertemuan yang lebih akrab. Apa
meja nona sudah bersih dan siap ? Makanan lezat yang saya pesan bakal
diantar orang. Selamt tinggal, sampai berjumpa lagi. ( PELAN PADA
AKHMAD ) Desak terus, jangan gagal. Sukses ... !!! ( KARIM PERGI.
AKHMAD DAN AMBARITA DUDUK DIAM )
33
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AMBAR : Naik perahu, tuan Akhmad ?
AMBAR : Oh ...
AKHMAD : Tentunya, kita tak bisa harapkan cuaca bakal tetap baik.
AMBAR : Tentu, kita tak tahu apa cuaca tak bakal berubah.
AMBAR : Saya paling suka ... hari yang terang benderang ... ( SEPI )
AMBAR : O ya, saya suka. Saya paling suka ... bunga-bunga indah.
AKHMAD : Saya juga. ( PAUSE ) Bunga apa yang paling nona sukai ?
AMBAR : Oh saya tidak tahu benar bunga apa yang saya sukai. O ya, ... ada juga ...
bunga roos.
AMBAR : Ya, saya kira begitu. Tapi saya tidak tahu betul, apakah benar ada bunga
yang benar-benar saya sukai, tuan Akhmad. ( PAUSE ) tuan pergi ke
gereja tentunya.
AKHMAD : Ya, ya, tentu ... ... bukan maksud saya ke mesjid.
AKHMAD : Di gereja, di mesjid atau di candi ... doa kita menuju ke Tuhan bukan ?
Bukan nona selalu bilang begitu ?
AMBAR : Ya.
34
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AKHMAD : Tapi kurang sebulan dihitung dari hari ini.
AKHMAD : Ya, sudah dekat sekali. Nona ... mau ikut ... berkedok ?
AKHMAD : Orang bilang, ada waktu bertemu, ada waktu berpisah. ( PAUSE ) Mauka
nona memaafkan saya ? Saya menjemukan nona.
AMBAR : Tidak. Sungguh saya menikmati tiap detik bercakap-cakap dengan tuan.
AKHMAD : Kalau begitu nona, apakah boleh saya mengharap ... nona bakal
membolehkan saya ... mengusulkan ...
AMBAR : Tentu, tentu, tuan mesti datang lagi. ( MEREKA BERSALAMAN, AKHMAD
KE LUAR ) Oh, sungguh laki-laki yang baik. Senang aku mengenalnya.
Aku terpaksa suka kepadanya. Dia berkelakuan baik dan pandai.
Temannya itu berkata benar. Sayangnya dia bergegaspergi. Kuingin ia
lebih lama tinggal di sini. Omong-omong sama dia kelewat menyenangkan.
Tapi lagi-lagi aku tak bisa bicara. Aku mau bicara banyakl perihal segala
sesuatu, tapi aku takut dan malu. Hatiku dag dig dug seperti lonceng.
Lelaki baik, aku mesti bilang sama bibi. Bibi ... bibi ... ! ( AMBARITA
KELUAR. MASUK KARIM DAN AKHMAD )
35
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : Kau tak membukakan perasaan hatimu, yang lain-lain itu tak ada gunanya.
AKHMAD : Dengar kawan, bagaimana aku bisa ? Begitu masuk, duduk dan bilang;
“Nona Ambar, mari kita kawin”.
KARIM : Setengah jam kau berduaan sama dia. Apa saja yang kalian obrolkan ?
KARIM : Rupanya kau suka bikin jalan buntu. Satu jam sebelum kawin dan kau
belum² inangnya. Kau masih saja ngobrol tentang tetek bengek dan
duduk enak-enak.
KARIM : Betul.
KARIM : Kau bilang, kau bakal siap kalau yang lain sudah pergi. Naaah, mereka
sudah pergi semua. Tak ada lagi yang menghalangi.
AKHMAD : Aku memang tetap pada pendirianku. Aku tak bakal menjilat kembali aku
punya ludah. Cuma aku minta waktunya diundur sedikit. Sebulan atau 6
minggu.
KARIM : Tak mungkin. Penghulu sudah kukasih tahu. Saksi sudah siap. Jangan
begitu tolol, Mad. Kawin !
AKHMAD : Aku mengert Rim, tapi aku tak bisa. Sungguh menyesal.
KARIM : Apa yang sulit ? Sudah waktunya kau mengurus diri. Atur hidupmu,
kuatkan dirimu. Mengerti ?
36
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AKHMAD : Aku mengerti. Kaluau mungkin, buat menyenangkan hatimu ... ...
KARIM : ( BERLUTUT ) Aku berlutut, aku mohon, aku minta, kudesak ... Jangan
tolol !
KARIM : Kau gila. Tak ada orang yang lebih tolol, lebih gila di dunia ini yang seperti
kau !
KARIM : Buat apa kulakukan semua ini ? Buat apa, buat siapa ? Buat kau ! Kau
sontoloya sinting ! Aku tak mau urus kau lagi.
KARIM : Tapi susahnya, tanpa pertolonganku, kau tak bakal bisa maju barang
sedikit. Kalau tak kukawinkan kau bakal sinting selama hidupmu.
AKHMAD : Aku mengerti maksudmu. Lalu apa gunanya kau pikirkan juga aku ?
37
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
mendengkur di dipannya. Mahluk najis ! Dari semua muka yang kubenci,
dialah yang paling kotor ! Tuhan tak bakal menciptakan mahluk yang lebih
kotor dari dia, aku tahu. ( IA KELUAR BERLARI. AMBARITA MASUK )
AMBAR : Hatiku masih berdetak. Kemana saja mukaku kuhadapkan, disana berdiri
tuan Akhmad. Orang bilang, manusia tidak bisa menghindari nasibnya. Aku
mulai mengerti maksudnya. Aku sudah mencoba melenyapkannya dari
pikiranku, aku mencoba menggulung wool, merenda, tapi selalu saja ia
muncul dari tiap bayangan. ( PAUSE ) Kesucian perawan, selamat tinggal.
Mereka akan membawku ke penghulu, menyerahkan aku sama tuan
Akhmad. Mereka akan meninggalkanku seorang diri, Cuma dengannya
saja ... ... Oh, aku gemetar ... ( IA MENANGIS ) Masa remaja nan damai,
selamat tinggal. Selamat datang kesukaran. Anak laki-laki selalu
bertengkar, dan anak perempuan cepat sekali dewasa sebelum kau
menoleh. Kemudian calon suami mesti dicarikan buat mereka. Mudah-
mudahan mereka memperoleh calon suami yang baik. Kalau mereka kawin
sama penjudi atau pemabuk, aku tak sanggup memikul deritanya. Gadis-
gadisku kawin sama ... ... oooo. ( MENANGIS LAGI ) Seakan aku belum
lama sendirian, baru 27 tahun, belum lagi aku merasakan kesenangan
hidup membujang ... ... ( SUARA BERUBAH ) Tapi dimana Akhmad ?
Mengapa dia terlambat ? ( MASUK AKHMAD DIDORONG KARIM )
AKHMAD : Saya kembali untuk menerangkan sesuatu. Tapi saya kira nona bakal
merasa aneh, bukan ?
AKHMAD : Kalau nona merasa aneh, tentu nona bakal berfikir aneh bukan ?
AMBAR : ( MENELAN LUDAH ) Oh tidak, saya pasti bahwa yang tuan katakan tentu
baik.
AKHMAD : Tetapi ini sesuatu yang belum lagi nona dengar ( AMBAR MAKIN
MENUNDUK. KARIM AMJU MENDEKATI ) Begini ... Ah tidak ... Biar saya
katakan lain kali saja.
AKHMAD : Sebetulnya, nona Ambar ... saya mau mengatakan terus terang, tapi
sayang, kata-katanya tak mau keluar.
KARIM : ( KE SAMPING ) Kau bukan laki-laki banci. Bikin malu ! Laki-laki sandal
nenek tua !
38
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
KARIM : ( KERAS ) Hentikan ocehan itu. Nona Ambar, maksud yang penuh rahasia
itu tak lain dari pada pengakuan Akhmad, bahwa dia tak dapat hidup lebih
lama lagi tanpa nona di sampingnya. Siang malam ia bermimpi-mimpi,
memimpikan kecantikan nona. Sukakah nona menerima ia sebagai suami?
AKHMAD : ( HAMPIR TAK BISA MENGUASAI DIRI, PELAN DISIKUTNYA KARIM ) Ini
sudah keterlaluan, kawan.
KARIM : ( TAK MENGHIRAUKAN ) Jadi apa jawab nona ? Nona setuju untuk
membuat dia bahagia ?
AMBAR : Seorang gadis tak bakal menyatakan cintanya lebih dahulu. Tapi saya
setuju.
AKHMAD : Ya, ya betul nona. Nona mesti membiarkan saya mencium nona ( DIA
MAU MENCIUM TAPI DIHALANGI KARIM )
KARIM : Jangan. Tadi aku cuma bilang, menurut saya. Tapi sensor dan penonton
tak bakal membolehkan ( AMBAR MENUNDUK MALU )
AKHMAD : Nona Ambar, tangan nona kecil mungil. Mengapa tangan nona begitu
indah ? Saya harap perkawin segera dilangsungkan. Segera.
AMBAR : Segera ? Oh, secepat itu ?
AKHMAD : Lebih cepat dari itu. Saya mau dikawinkan sekarang juga.
KARIM : Hidup ! Horrreee ! Lebih baik nona cepat tukar pakaian. Saya pesan taksi
dan tamu-tamu sudah diundang. Mereka menunggu di mesjid. Pakaian
pengantin nona sudah siap ?
AKHMAD : Rim, aku boleh mengucapkan terima kasih ke padamu. Terima kasih dari
hati sanubariku. Aku baru tahu artinya teman baik itu. Percayalah, tahun
depan aku akan tengok kuburan ayahmu.
AKHMAD : ( MENYANYI ) Ah, sweet mistery of life ... at last I found then. Dunia baru
membuka dimukaku, bersemi mengguruh, bergelora, hingga hari ini, aku
39
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
tidak melihat, sedang semua itu di mukaku. Aku tak melihat diriku sendiri,
kawan. Seperti seorang buta aku berjalan. Hari demi hari, aku hidup dalam
liku-liku yang tak ada artinya dan membosankan. Tidak tahu apa-apa.
KARIM : Hidup dimulai dari bali putus harap. Aku lihat dulu, apa santapannya itu
sudah datang. Aku segera kembali. ( KESAMPING ) tapi ada baiknya aku
bawa topinya. Siapa tahu ... ( IA KELUAR SAMBIL MEMBAWA TOPI
AKHMAD )
AKHMAD : ( TERMENUNG ) Aku tak tahu apa-apa. Hidup orang bujang berarti sama
seperti mati. Hidup ... apa artinya bagiku sampai sekarang ? Setiap hari
kekantor, duduk di meja, telan makanan, ngorok selagi tidur. Hampa
membosankan. Hidup tanpa bini itu sama sekali bukan hidup. Kalau aku
jadi Raja yang berkuasa, aku perintahkan agar semua orang mesti kawin.
Hidup membujang kularang sama sekali dengan keras. ( PAUSE ) Pikiran
akan kawin, pikiran kawin dalam tempo pendek ... Aku akan segera
mengecap kegairahan dongeng romans. Hhemmm ( MENYAPU JIDAT )
Tentu ada seginya yang berduri. Biar bagaimana, sedikit menakutkan juga.
Mengikat diri buat selama-lamanya. Tidak bisa mundur, tak bisa dicabut
kembali. Nasi sudah menjadi bubur, sekarang sudah telat. Nasib sudah
digores. Taksi sudah menunggu. Dalam beberapa menit aku sudah harus
di mesjid, perhelatan segera dimulai. Nasibku sudah dipastikan. Tak bisa
diubah ? Tak mungkin. Lewat pintu itupun tak mungkin. Orang bakal teriak;
“ Kemana ? Buat apa ? ... “. Bagaimana lewat jendela itu ? Ah ... tak
sopan. Tapi jendela terbuka itu memanggil-manggil. Tidak, tidak sopan ...
Tinggi lagi. ( MENDEKATI JENDELA ) Tapi sebenarnya tidak terlalu tinggi.
Orang lain pernah loncat dari jendela yang lebih tinggi. Diman topiku ?
Hilang ? Sial ... Aku tak pernah jalan zonder topi ( PAUSE ) Tapi itu bukan
undang-undang. Kalau perlu kebiasaan itu bisa dirubah. ( PAUSE ) (
MENDADAK IA MELONCAT DARI JENDELA SEPERTI DIGERAKKAN
OLEH SESUATU ) Tanpa topipun jadi. Kehendak Tuhan mesti berlaku
( TERDENGAR SEPERTI IA JATUH ) Ya Tuhan ... ... Aduh kakiku sakit ...
Delman, delman ... !
AMBAR : Kenapa ? Heran. Aku gemetaran lagi. Aku malu. Kalau dia tidak ada,
baragkali aku tenang. Mudah-mudahan dia keluar buat ambil sesuatu.
( MENENGOK BERKELILING MENCARI CARI ) Dia tak ada. Keman ?
Kemana dia, pergi ? ( MEMBUKA PINTU DAN MEMANGGIL MANGGIL )
Nyonya Elya, di mana tuan Akhmad ? Dia pergi ?
40
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
AMBAR : Di mana ?
ELYA : Aneh. Dia tidak ke luar. Saya menunggu di gang. Tidak lihat dia.
ELYA : Apa dia pergi lewat pintu belakang ? Sama bibi nona barangkali.
AMBAR : Bibi ... bibi Arina ... ... ( ARINA MASUK DALAM PAKAIAN BAGUS )
KARIM : Dia tidak pergi dan dia tidak ada di sini ? Saya jaga di muka pintu.
KARIM : Bagaimana dia bisa hilang kalau dia tidak perg ? Dia tentu sembunyi .
Mad, jangan main gila. Ayuh, muncul ! Jangan sembunyi. Kau tak akan
dibunuh, paling paling dihukum seumur hidup. Penghulu sudah siap
jatuhkan putusan ( DIA TENGOK DI BAWAH LEMARI, MEJA, KURSI DAN
DI MANA-MANA) Aneh betul. Dia tak bisa pergi. Topinya masih di kamar
sebelah. Dia tak pernah jalan tanpa topi.
ARINA : Si siti tentu tahu. Dia baru saja di jalan, baru ulang dari warung ( SITI
MASUK ) Siti, kowe kihat tuan Akhmad ? Dia pergi.
SITI : TUAN Akhmad ? Oh ya, dia loncat dari jendela 5 menit yang lalu. ( AMBAR
MENJERIT )
SITI : Tidak nyonya, tidak tuan. Coba tanya sama tukang warung dia orang juga
lihat.
41
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
dari pada melakukan penipuan seperti ini. ( PADA AMBAR ). Mari sayang.
Tangisilah sepuas-puasmu. Nanti kalau sudah habis kau punya air mata,
kita bakal undang pedagang Badrun buat sama-sama minum kopi. ( IA
KELUAR BERSAMA-SAMA AMBARITA. KARIM BINGUNG TERPAKU )
ELYA : ( PADA KARIM ) Memang tuan pandai carikan jodoh buat seseorang
( PADA PENONTON ) Kalau seorang laki-laki pergi, urusan selalu bisa
dibikin beres kembali. Tapi kalau pengantin laki-laki loncat jendela,
perkawinan bakal susah diteruskan.
LAYAR TURUN
42
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
MAK COMBLANG
Praktek Comblang merupakan hal yang amat lumrah dimana saja di dunia ini, bahkan
pada abad modern sekarang ini. Gogol menyindir dengan keras praktek Comblang
semacam itu, juga orang-orang yang mabuk kekayaan, feodalisme dan mabuk
kekuasaan.
Dramatic personae :
- Akhmadin Akhmad
- Karta
- Karim
- Ny. Eliya
- Tigor
- Rd.Tatang Serabi
- Arjuna
- Ambarita Ruwanti
- Arina
- Siti
43
Perpustakaan Unit Kegiatan Mahasiswa Bidang Seni (UKMBS)
Universitas Lampung
www.sastra-indonesiaraya.blogspot.com
Mak Comblang
Adaptasi dari “ The Marriage “
Karya : Nikolai Gogol
44