Jual Beli Salam Dan Syaratnya

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 2

Jual Beli Salam Dan Syaratnya (2/4): Hukum

Jual Beli Salam


Feb 04, 2011 Artikel, Fikih Kontemporer, Hukum Perdagangan 0

Hukum jual beli salam


Jual beli salam diperbolehkan dalam syariat Islam, berdasarkan dalil-dalil Alquran dan As-Sunnah
sertaijma, juga sesuai dengan analogi akal yang benar (al-qiyas ash-shahih).
Pertama: Dalil dari Alquran adalah firman Allah Taala,













Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak cara tunai untuk
waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (QS. Al-Baqarah:282)
Sahabat yang mulia, Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma, menjadikan ayat ini sebagai dasar
bolehnya jual beli salam. Beliau berkata,

>>





Saya bersaksi bahwa jual-beli as-salaf, yang terjamin hingga tempo yang ditentukan,
telah dihalalkan dan diizinkan oleh Allah dalam Alquran. Allah taala berfirman (yang
artinya), Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak dengan
cara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. (Hadis ini
dinilai sahih oleh Al-Albani dalam kitab Irwa Al-Ghalil, no. 340, dan beliau katakan, Hadis ini
dikeluarkan oleh Imam Asy-Syafii, no. 1314; Al-Hakim, 2:286; Al-Baihaqi, 6:18)
Kata apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai bersifat umum; meliputi tidak tunai dalam
pembayaran dan tidak tunai dalam pemberian barang dagangannya. Apabila tidak tunai dalam
pemberian barangnya maka dinamakan salam. (Lihat keterangan Syekh Ibnu Utsaimin tentang hal
ini di Syarhu Al-Mumti, 9:49)
Kedua: Dalil dari As-Sunnah adalah hadis Abdullah bin Abbas radhiallahu anhuma yang
berbunyi,




- -

Ketika Nabi shallallahu alaihi wa sallam tiba di kota Madinah, sedangkan penduduk
Madinah telah biasa memesan buah kurma dalam tempo waktu dua tahun dan tiga
tahun, maka beliau bersabda, Barang siapa yang memesan sesuatu maka hendaknya ia

memesan dalam jumlah takaran yang telah diketahui (oleh kedua belah pihak) dan
dalam timbangan yang telah diketahui (oleh kedua belah pihak), serta hingga tempo
yang telah diketahui (oleh kedua belah pihak) pula. (Muttafaqun alaih)
Ketiga: Ulama Islam telah ber-ijma (berkonsensus) tentang kebolehan sistem jual beli salam ini,
seperti diungkapkan oleh Imam Ibnu Al-Mundzir dalam kitab Al-Ijma, hlm. 93. Ibnu
Qudamah rahimahullahmenyetujui penukilan ijma ini, dengan menyatakan, Semua ulama, yang
kami hafal, telah sepakat menyatakan bahwa as-salam itu boleh. (Al-Mughni, 6:385)
Keempat: Kebolehan akad jual beli salam ini juga sesuai dengan analogi akal dan kemaslahatan
manusia, sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Prof. Dr. Shalih bin Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah,
dalam ungkapan beliau, Analogi akal dan hikmah menuntut bolehnya jual beli ini, karena kebutuhan
dan kemaslahatan manusia bisa sempurna dengan jual beli salam. Orang yang membutuhkan uang
akan terpenuhi kebutuhannya dengan pembayaran uang kontan, dan pembeli mengambil keuntungan
dengan mendapatkan barang lebih murah serta dengan nilai harga di bawah (harga) pada umumnya.
Kemaslahatan kembali kepada keduanya. (Min Fiqhi Al-Muamalat, hlm. 150).
Oleh karena itu, Syekh Prof. Dr. Shalih bin Abdillah Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan,
Kebolehan muamalah ini (yaitu jual beli salam) termasuk kemudahan dan kemurahan syariat Islam
karena muamalah ini berisi hal-hal yang mempermudah orang dan mewujudkan maslahat bagi
mereka, di samping bebas dari riba dan terhindar dari seluruh larangan Allah. (Al-Mulakhash AlFiqh, 2:60).
Artikel www.PengusahaMuslim.com

Anda mungkin juga menyukai