Zakat Investasi

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 3

Nur Hazimah Alimuddin

A31116321 Akuntansi Zakat

ZAKAT INVESTASI

Zakat Investasi adalah zakat yang dikeluarkan dari hasil investasi. Investasi adalah
menyediakan barang untuk dijual manfaatnya bukan dijual fisiknya, seperti mobil, rumah,
tanah yang disewakan atau hotel.

Dengan demikian, zakat investasi dikeluarkan dari hasilnya bukan dari modalnya.
Hasil investasi dikeluarkan zakatnya karena hasil investasi merupakan bagian dari mal atau
harta yang memenuhi tiga kriteria, yaitu:

a. Mempunyai nilai ekonomi, yaitu nilai tukar, bukan sesuatu yang gratis untuk
mendapatkannya boleh dibantu dengan imbalan kecuali sesuatu itu di-tabarru’-
kan;
b. Setiap orang cenderung menyukainya dan memerlukannya;
c. Dibenarkan pemanfaatannya secara syar’i

Karena adanya kemiripan yang berlaku antara hasil tani dengan investas,
penghitungan zakat investasi dilakukan dengan cara menganalogikan dengan zakat hasil tani
dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Nisab zakat investasi adalah 5 ausuq sama dengan 653 kg beras. Jika beras per
kilogramnya adalah Rp.5.000,00 maka 653 kg x Rp.5.000,00 = Rp.3.265.000,00
2. Kadarnya sebanyak 5% dari penghasilan bruto atau 10% dari penghasilan netto
atau setelah dikurangi beban operasional yang terkait dengan investasi tersebut
3. Dibayarkan ketika panen/menghasilkan.

Bagaimana Cara Menetapkan Zakat Gedung, Pabrik, dan lain-lain

Menurut Yusuf Qardawi, Kekayaan yang mengalami pertumbuhan yang oleh islam
diwajibkan zakat ada dua macam. Pertama, kekayaan yang dipungut zakatnya dari pangkal
dan pertumbuhannya, yaitu dari modal dan keuntungan investasi, setelah setahun, seperti
yang berlaku pada zakat ternak dan barang dagang. Hal itu oleh karena hubungan antara
modal dengan keuntungan dan hasil investasi itu sangat jelas. Besar zakatnya adalah 2.5%.
Kedua adalah kekayaan yang dipungut zakatnya dari hasil investasi dan keuntungannya saja
pada saat keuntungan itu diperoleh tanpa menunggu masa setahun, baik modal itu tetap
seperti tanah pertanian maupun tidak tetap seperti lebih madu. Besar zakatnya adalah 10%
atau 5%

Dua Pendapat Lama tentang Zakat Gedung-Gedung dan sejenisnya yang diinvestasi.

1. Pendapat pertama : Dinilai dan Disaakan Zakatnya dengan Zakat Dagang


Menurut pendapat ini pemiliki gedung yang diinvestasi, kapal terbang dan kapal laut
dagang dan sejenisnya diperlakukan seperti pemiliki barang dagang. Berdasarkan hal itu
gedung harus dinilai harganya steiap tahun kemudian ditambahkan keuntungannya yang
ada, baru dikeluarkan zakatnya sebesar 2.5% seperti zakat dagang
2. Pendapat kedua: dikeluarkan zakatnya dari hasil Investasi yang sudah diterima, sebagai
zakat uang:
Nur Hazimah Alimuddin
A31116321 Akuntansi Zakat

Pendapat kedua yang ditemukan dalam kitab-kitab fikih kita investan-investan itu
dalam bentuk lain, yang oleh karena itu zakat tidak dipungut dari total harga setiap tahun,
tetapi dipungut dari keuntungan dan hasil investasi

Nisab Zakat Investasi Gedung dan Lain-lain

Menurut Yusuf Qardawi, Para ulama yang mengemukakakn pendapat tidak


menjelaskan ketentuan tentang nisab gedung dan pabrik itu, berapa dan bagaimana cara
menghitungnya, apakah dihitung berdasarkan besar nisab hasil tanaman yaitu 5 wasaq ( 5 kila
Mesir), apakah dihitung berdasaekan nilai bijian, buahan yang terendah, pertengahan, atau
terbaik kualitasnya, apakah kecenderungan di atas lebih berat untuk menghitungnya
berdasarkan produksinya dengan ukuran produksi tanaman, ataukah dihitung berdasarkan
nisab uang, yaitu dengan nilai deharga 85 gr emas berdasaran bahwa emas adalah satuan
harga pada setiap masa. Tampaknya perhitungan secara terakhir inilah yang ebih benar dan
lebih mudah di lakukan, oleh karena agama memandang orang yang memiliki kekayaan
sebesar itu adalah kaya dan mengenakan zakat atasnya, sedangkan atas orang yang memiliki
di bawah dari itu tidak mewajibkannya. Dan selama pemilik gedung dan pabrik itu
memegang produksinya dalam bentuk uang, maka yang lebih baik adalah menghitung nisab
itu berdasarkan uang pula

1. Masa Penghitungan Nisab


Bila nisab mutlak perlu dihitung, oleh karena merupakan batas minimal seseorang
yang mempunyainya bisa disebut kaya, maka perlu ditentukan bila nisab dihitung.
Apakah dihitung setiap bulan sehingga produksi sebulan perlu dihitung apakah cukup
senisab, ataukah setiap tahun sehingga produksi tiap bulan dijumlahkan sampai setahun
dan bila cukup senisab dikeluarkanlah zakatnya ? penghitungan tiap bulan mempunyai
keuntungan tersendiri, yaitu kemungkinan mereka yang berpendapat sedikit karena
perusahaannya kecil yang penghasilannya sebulan tidak cukup senisab, dapat bebas dari
kewajiban zakat, dan hal itu merupakan keringanan bagi pengusaha lemah tersbut. Tetapi
peritungan berdasarkan tahun lebih menguntungkan fakir miskin dan mereka yang
berhak lainnya, karena memperbesar kemungkinan terkena terkena zakat dan kekayaan
yang terkena itu sendiri, mengingat dalam keadaan seperti itu keasaan yang terkena
menjadi besar karena pendapatan bulan demi bulan dijumlahkan dehingga sampai cukup
senisab. Perhitungan seperti inilah agaknya yang lebih benar, oleh karena pendapatan
seseorang, seperti juga pendapatan negara,dihitung setiap tahun bukan setiap bulan dan
kebiasaan dahulu orang menyewakan rumahnya pertahun. Oleh karena itulah kita
memberikan catatan atas pendapat ulama yang mengatakan bahwa kekayaan penggunaan
wajib zakat bila sudah dipegang di tangan, yaitu bila sewa gedung itu dalam setahun
sudah cukup senisab.
Menghitung seperti itu, produksi bulanan, misalnya produsi tanaman dan kurma yang
berbuah berkali-kali, ditambahkan terus, demikian pendapat Ahmad. Ia mengatakan
dalam al-Mugni, “seluruh hasil tanaman dalam satu tahun harus dijumlahkan, baik yang
waktu berbuah dan panennya sama tau berbeda. Bila satu tanaman tumbuh kemudian
diikuti yang lain lalu habis buahya, maa hasil keduanya harus ditambahkan, dan bila satu
kurma misalnya dalam setahun berbuah dua kali, maka kedua hasil harus ditambahkan.”
Nur Hazimah Alimuddin
A31116321 Akuntansi Zakat

Bedasarkan hal itulah cara menghitung zakat gedung-gedung dan pabrik. Tetapi pada
pabrik hanya dihitung hasil bersih selama setahun bukan perbulan.
2. Ongkos-ongkos dan Hutang terlbih dahulu dikeluarkan
Dalam hal ini Yusuf Qardawi berpendapat bahwa zakat hanya dipungut dari
penghasilan bersih, artinya setelah ongkos-ongkos dan biaya biaya seperi gaji, pajak,
ongkos perawatan, dan lain-lain dikeluarkan. Juga dikeluarkan terlebih dahulu hutang-
hutang yang pasti kebenarannya. Pengeluaran biaya-biaya ini sesuai dengan pendapat
‘Atha dan lain-lain tentang hasil pertanian dan buahan. ‘Atha berkata, “keluarkan
terlebih dahulu biasa yang kau keluarkan barulah dikeluarkan zakat sisa.” Pendapat ini
didukung dan dipandang oleh Ibnu arabi dalam Syarh at-Tirmidzi lebih benar
3. Membebaskan kebutuhan hidup minimal
Ada satu persoalan terakhir tentang zakat gedung-gedung ini, yaitu tetang kedudukan
biaya hidup minimal pemilik dan keluarganya bila mereka tidak mempunyai sumber
mata pencarian lain, apakah zakat teta diwajibkan atas penghasilan berish tanpa
membebaskan suatu jumlah kebutuhan hidup minimal pemiliki dan keluarganya dalam
setahun itu sesuai dengan istilah ulama ulama fikih sebagai kebutuhan dasar mereka,
ataukah kebutuhan pokok itu dipotong terlbih dahulu. Sebagimana diketahui banyak
orang yang tidak mempunyai sumber penghidupan yang lain selainrumah yang
disewakan atau pabrik kecil yang dijalnkannya sendiri atau dengan seorang
pembantunya, dan bahkan kadang-kadang pabrik atau rumah itu kepunyaan seorang
kakek, anak yatim, atau janda. Dibebaskanlah bagi orang-orang itu pendapatan sebesar
kebuthan hidup mereka dan zakat haya dikenakan atas penghasilan bersih ataukah tidak
dipungut dari seluruh pendapatan itu?
Yang lebih sesuai dengan prinsip keasilan islam adalah bahwa sejumlah minimal
biaya hidup itu dibebaskan dari kewajiban zakat, sesuai dengan benar yang ditetapkan
oleh para ahlinya tentang hal itu, dan bahwa zakat hanya dipungtu dari pendapatan bersih
selama setahun bila cukup senisab. Ini hanya berlaku dari pendapatan besih selama
setahun bila cukup senisab. Ini hanya berlaku bagi mereka yang tidak mempunyai
sumber pendapatan lain selain itu. Alasan atas hal itu sebagai berikut:
 Para ulama fikh memandang kekayaan yang dibutuhkan oleh pemiliknya sebagai
kebutuhan pokok itu berarti tidak ada menurut kaca mata adama. Mereka
menyamkaan kekayaan seperti itu sama dengan air yang sangat dibutuhkan oleh orang
yang membolehkannya bertayammum sekalipun air itu ada, oleh karena ia dengan
kebutuhannya yang sangar penting itu dipandang sama dengan orang yang tidak
mempunyai air
 Hadis hadis mengenai hal itu, yang sudah kita turunkan, misalnya mengenai
penaksiran buah kurma dan angggur dengan memberikan keringannan dan
kemudahan bagi pemiliknya dan bahwa Nabi s.a.w. tentang hal itu bersabda
“Tinggalkan sepertiga, bila tidak sepertiga seperempat!” Artinya sejumlah sepertiga
atau seperempat itu dibebaskan dari zakat, yaitu jumlah yang menjadi kebuthan
mereka. Berdasarkan hadis itu adalah lebih tepat dan ringan bila sepertiga atau
seperempat pendapatan itu dibebaskan dari zakat.

Anda mungkin juga menyukai