Tugas Respirasi Pengkajian Pada Anak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan pernapasan, perawat perlu
melakukan intepretasi dan pemeriksaan terhadap berbagai prosedur. Status kesehatan
klien dengan gangguan pernapasan perlu dilakukan wawancara, pemeriksaan fisik dan
tindakan kolaboratif dalam pemeriksaan penunjang untuk memaksimalkan data yang
dikumpulkan tanpa harus menambah distress pernapasan klien. Setelah itu pemeriksaan
yang sesuai dengan tingkat distress pernapasan yang klien alami. Pemeriksaan
pernapasan mengandung aspek penting dalam mengevaluasi kesehatan klien. Sistem
pernapasan terutama berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asam-basa.
Setiap perubahan dalam sistem pernapasan akan mempengaruhi sistem tubuh yang
lainnya. Pada penyakit pernapasan kronis, perubahan status pulmonal terjadi secara
lambat, sehingga memungkinkan tubuh klien untuk beradaptasi terhadap hipoksia.
Namun demikian, pada perubahan pernapasan akut seperti pneumotoraks atau pneumonia
aspirasi, hipoksia terjadi secara mendadak dan tubuh tidak mempunyai waktu
beradaptasi, sehingga dapat menyebabkan kematian.
Sistem pernapasan berfungsi untuk mempertahankan pertukaran oksigen dan
karbondioksida dalam paru-paru dan jaringan serta untuk mengatur keseimbangan asambasa. Setiap perubahan dalam sistem pernapasan akan mempengaruhi sistem tubuh
lainnya. Sehingga perlu mengumpulkan data-data yang diperlukan dalam melakukan
pengkajian riwayat sehat-sakit klien. Apabila data-data yang telah kita kaji dari hasil
pemeriksaan fisik telah didapatkan, maka kita dapat mengetahui apakah keadaan klien
sedang dalam keadaan normal atau abnormal.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan fisik?
2. Apa tujuan pemeriksaan fisik?
3. Apa saja macam-macam pemeriksaan fisik?
4. Bagaimana pengkajian sistem respirasi pada anak?
5. Bagaimana pengkajian dan disfungsi pernafasan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian pemeriksaan fisik
2. Untuk mengetahui tujuan pemeriksaan fisik
1

3. Untuk mengetahui macam-macam pemeriksaan fisik


4. Untuk mengetahui pengkajian sistem respirasi pada anak
5. Untuk mengetahui pengkajian dan disfungsi pernafasan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan fisik pada
2

sistem pernapasan merupakan satu dari komponen proses keperawatan yang merupakan
suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem
pernafasan dari klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang
klien secara sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Pemeriksaan
fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki pada setiap sistem
tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan memungkinkan perawat
untuk membuat penilaian klinis. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah
proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis
penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari
bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan secara sistematis
tersebut disebut teknik Head to Toe. Setelah pemeriksaan organ utama diperiksa dengan
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes khusus mungkin diperlukan seperti
test neurologi.
Adanya petunjuk yang didapat selama dilaksanakan pemeriksaan riwayat dan fisik,
ahli medis dapat menyusun sebuah diagnosis diferensial, yakni sebuah daftar penyebab
yang mungkin menyebabkan terjadinya gejala tersebut. Beberapa tes akan dilakukan
untuk meyakinkan penyebab tersebut. Sebuah pemeriksaan yang lengkap akan terdiri diri
penilaian kondisi pasien secara umum dan sistem organ yang spesifik. Dalam prakteknya,
tanda vital atau pemeriksaan suhu, denyut dan tekanan darah selalu dilakukan pertama
kali.
B. Tujuan Pemeriksaan Fisik
Tenaga medis dalam hal ini perawat melakukan pemeriksaan fisik memiliki tujuan-tujuan
tertentu yang berhubungan dengan status kesehatan klien. Tujuan tersebut meliputi halhal berikut ini:
1. Mengetahui kondisi sistem respirasi normal atau tidak
2. Mengetahui adanya gangguan pada sistem respirasi
3. Menentukan rencana yindakan keperawatan yang tepat
4. Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera
5. Sebagai tindakan kesehatan preventif
C. Macam-Macam Pemeriksaan Fisik
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan proses observasi dengan menggunakan mata. Inspeksi
dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang berhubungan dengan status fisik
klien sebagai data dasar. Inspeksi dilakukan saat pertama kali bertemu dengan klien

atau pemeriksaan yang dilakukan pertama kali. Saat melakukan tindakan ini amati
secara cermat mengenai tingkah laku dan keadaan tubuh klien.
2. Palpasi
Palpasi adalah tindakan yang dilakukan menggunakan sentuhan dan rabaan.
Palpasi merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukkan dengan menggunakan tangan
untuk meraba struktur di atas atau di bawah permukaan tubuh. Palpasi dilakukan
untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi abnormalitas,
mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal atau tactile premitus (vibrasi).
Selama palpasi perawat harus mengkaji adanya krepitus (udara dalam jaringan
subkutan), nyeri tekan dinding dada, tonus otot edema, dan fremitus taktil atau
vibrasi gerakan udara melalui dinding dada ketika klien sedang bicara.
Metode palpasi dilaksanakan untuk mendeterminasi ciri-ciri jaringan atau
organ. Palpasi toraks berguna untuk mengetahui abnormalitas yang dikaji saat
inspeksi seperti massa, lesi, dan bengak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama
jika pasien mengeluhkan adanya nyeri. Perlu diperhatikan juga adanya getaran atau
tidak pada dinding dada yang dihasilkan ketika berbicara (vocal premitus). Palpasi
dinding dada posterior saat klien mengucapkan kata-kata yang menghasilkan vibrasi
yang relative keras. Vibrasi ditransmisikan dari laring melalui jalan napas dan dapat
dipalpasi pada dinding dada. Intensitas vibrasi pada kedua sisi disbandingkan
terhadap simetrisnya. Vibrasi terkuat teraba di atas area yang terdapat konsolidasi
paru misalnya Pneumonia.
Terdapat dua jenis palpasi, yaitu palpasi ringan dan palpasi dalam. Palpasi
ringan banyak digunakan dalam pengkajian dengan cara ujung jari pada satu atau
dua tangan yang digunakan secara simultan. Tangan diletakkan pada area yang akan
dipalpasi dan jari-jari ditekan ke bawah perlahan-lahan sampai ditemukan hasil.
Palpasi dalam dilakukan untuk mengetahui keadaan atau isi abdomen. Biasanya
dilakukan dengan menggunakan dua tangan yang disebut bimanual. Satu tangan
digunakan untuk merasakan bagian yang dipalpasi sedangkan tangan lainnya untuk
menekan ke bawah. Dengan posisi relaks, jari-jari tangan kedua diletakkan melekat
pada jari-jari pertama. Tekanan dilakukan oleh puncuk tangan ke sendi Intrapalngeal
distal. Tekanan dilepas sebelum pindah area kecuali untuk mengetahui adanya nyeri
tekan.
3. Perkusi
Perkusi merupakan metode pemeriksaan fisik dengan cara mengetuk. Tujuan
perkusi adalah untuk menentukan batas-batas organ atau bagian tubuh dengan cara
merasakan vibrasi yang ditimbulkan akibat adanya gerakan yang diberikan ke bawah
4

jaringan. Metode perkusi dapat membedakan apa yang ada di bawah jaringan seperti
udara, cairan atau zat padat.
4. Auskultasi
Auskultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencangkup
mendengar suara napas normal dan suara tambahan (abnormal) dengan
menggunakan stetoskop. Perawat menggunakan stetoskop untuk mendengarkan
bunyi jantung, paru-paru, bunyi bising usus serta untuk mengukur tekanan darah dan
denyut nadi. Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan
napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
D. Pengkajian Sistem Respirasi pada Anak
Merupakan pengkajian yang dilakukan pada anak yang bertujuan untuk memperoleh
data status kesehatan anak serta dapat dijadikan sebagai dasar dalam menegakkan
diagnosis keperawatan, adapun pengkajian fisik keperawatan meliputi:
1. Pengkajian keadaan umum
Pada pengkajian ini terdiri dari pemeriksaan secara umum seperti pemeriksaan status
kesadaran, status gizi, tanda-tanda vital, dan lain-lain.
2. Pemeriksaan kesadaran
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menilai status kesadaran anak, status kesadaran ini
dilakukan dengan dua penilaian yaitu penilaian secara kualitatif dan penilaian secara
kuantitatif
3. Pemeriksaan Status Gizi
Penilaian tentang status gizi dapat dilakukan dengan melakukan beberapa
pemeriksaan seperti pemeriksaan antropometri meliputi pemeriksaan berat badan,
tinggi badan, lingkar lengan atas, pemeriksaan klinis dan laboratorium.
4. Pemeriksaan Nadi
Dalam melakukan pemeriksaan nadi seharusnya dilakukan dalam keadaan tidur atau
istirahat, pemeriksaan nadi dapat disertai dengan pemeriksaan denyut jantung untuk
mengetahui adanya pulsus deficit yang merupakan denyut jantung yang cukup kuat
untuk menimbulkan denyut nadi sehingga dneyut jantung lebih tinggi dari denyut
nadi.
5. Pemeriksaan Tekanan Darah
Dalam melakukan pemeriksaan tekanan darah, hasilnya sebaiknya dicantumkan
dalam posisi atau keadaan apa seperti tidur, duduk, berbaring, atau menangis sebab
posisi akan mempengaruhi hasil penilaian tekanan darah yang dilakukan.
Pemeriksaan yang sering kita lakukan adalah pemeriksaan secara tidak langsung
dengan menggunakan tensimeter yang dapat dilakukan secara palpasi atau secara
auskultasi dengan bantuan stetoskop.
6. Pemeriksaan Pernapasan

Pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara menilai frekuensi pernapasan, irama
pernapasan, kedalaman pernapasan dan tipe atau pola pernapasan.
7. Pemeriksaan Suhu
Pemeriksaan ini dapat dilakukan melalui rectal, aksila, dan oral yang digunakan
untuk menilai keseimbangan suhu tubuh yang digunkan untuk membantu
menentukan diagnosis dini suatu penyakit.
8. Pemeriksaan Kuku, Kulit, Rambut, Kelenjar Getah Bening
a. Pemeriksaan Kulit
Pemeriksaan kulit ini dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus,
eczema, pucat, purpura, eritema, macula, papula, pesikula, pustula, ulkus, turgor
kulit, kelembapan kulit, tekstur kulit dan edema.Pemeriksaan warna kulit ini
untuk mengetahui adanya pigmentasi kulit, kondisi normal dapat disebabkan
karena melanin pada kulit.
b. Pemeriksaan Kuku
Pada pemeriksaan kuku ini dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap
warna, bentuk dan keadaan kuku.Adanya jari tabuh yang menunjukkan penyakit
pernapasan kronik atau penyakit jantung serta bentuk kuku yang cekung atau
cembung menunjukkan adanya cedera, defisinsi besi, dan infeksi.
c. Pemeriksaan rambut
Pada pemeriksaan rambut ini dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan,
distribusi dan karakteristik lainnya dari rambut.Keadaan normal adalah rambut
menutupi semua kecuali telapak tangan dan kaki, permukaan labia sebelah
dalam dan rambut kepala seperti berkilauan seperti sutra dan kuat.Adanya
rambut kering rapuh kurang pigmen dapat menunjukkan adanya kekurangan
gizi, adanya kurang tumbuh rambut dapat menunjukkan adanya malnutrisi,
penyakit hipotiroidisme, efek obat dll.
d. Pemeriksaan Kelenjar Getah Bening
Pemeriksaan getah bening dengan cara melakukan palpasi pada daerah leher
atau inguinal yang lain, apabila terjhadi pembesaran dengan diameter >10mm
menunjukkan adanya kemungkinan tidak normal atau indikasi penyakit tertentu.
9. Pemeriksaan Kepala dan Leher
a. Kepala
Pada pemeriksaan ini menilai tentang lingkaran kepala, apabila didapatkan
lingkar kepala yang lebih besar dari normal dinamakan Makrosefali biasanya
dapat ditemukan pada penyakit hidrocephalus dan mikrocefali dimana lingkar
kepala kurang dari normal. Pemeriksaan yang lain adalah ubun-ubun atau
fontanel.
b. Wajah

Pemeriksaan wajah ynag dilakukan pada anak dapat dilihat tentang adanya
asimetri atau tidak, asimetri pada wajah dapat disebabkan karena adanya
c.

paralisis fasialis, kemudian menilai adanya pembengkakan pada wajah.


Mata
Pada pemeriksaan mata ini menilai adanya visus atau ketajaman penglihatan,
pada pemeriksaan visus ini dapat dilakukandengan pemberian rangsangan

cahaya pada umur neonates.


d. Telinga
Dalam pemeriksaan telinga dapat dilakukan mulai dari telinga bagian luar,
telinga bagian tengah dan telinga bagian dalam. Pada pemeriksaan telinga bagian
luar dapat dimulai dengan pemeriksaan daun telinga dan liang telinga.
Pemeriksaan liang telinga ini dapat dilakukan dengan bantuan otoskop kemudian
selanjutnya pemeriksaan membrane timpani dimana dikatakan normal
membrane timpaninya adalah sedikit cekung dan mengkilat kemudian dilihat
juga adanya perforasi atau tidak, kemudian pemeriksaan mastoid dengan melihat
adanya pembengkakan pada daerah mastoid kemudian dilakukan pemeriksaan
pendengaran apakah mengalami gangguan atau tidak dengan bantuan alat garpu
tala.
e. Hidung
Pada pemeriksaan hidung untuk menilai adanya kelainan bentuk dari hidung
atau juga untuk menentukan ada tidaknya etistaksis, pemeriksaan yang dapat
digunakan adalah pemeriksaan rhinoskopi anterior maupun posterior.
f. Mulut
Pada pemeriksaan mulut dapat ditemukan ada tidaknya trismus, halitosis,
ladiostosis.Selanjutnya adalah pemeriksaan gusi dapat ditentukan adanya edema
atau tanda-tanda radang.Pemeriksaan lidah juga dapat ditentukan apakah terjadi
kelaianan kongengital atau tidak. Pada pemeriksaan gigi khususnya pada anak
kadang-kadang gigi tumbuh dan mudah lepas dan perkembangan gigi susu
dimulai tumbuh pada umur 5bulan tetapi kadang-kadang 1 tahun. Dalam
pemeriksaan selanjutnya dapat diketahui adanya pengeluaran saliva dengan
melihat banyaknya saliva yang dikeluarkan.
g. Faring
Pemeriksaan ini untuk melihat adanya hyperemia, edema, dan adanya abses baik
retrofaringeal atau peritonsilar atau lainnya.Adanya edema faring umunya
ditandai dengan mukosa yang pucat dan sembab pada difteri dapat ditentukan
adanya bercak putih abu-abu yang sulit diangkat.
h. Laring

Pada pemeriksaan laring sangat berhubungan dengan pemeriksaan pernapasan


apabila adanya obstruksi pada laring maka seseorang mengalami stridor yang
disertai dengan batuk dan suara serak.
i. Leher
Pada pemeriksaan leher untuk menilai adanya tekanan vena jugularis, dengan
cara meletakkan pasien dalam posisi terlentang dengan kepala dan dada diangkat
setinggi 15-30o kemudian pemeriksaan yang lain adalah ada tidaknya massa
dalam leher.
10. Pemeriksaan Dada
Pada pemeriksaan dada yang perlu diketahui adalah garis atau batas di dada
dan dalam melakukan pemeriksaan adalah IPPA (inspeksi, palpasi, perkusi, dan
auskultasi). Pada penilaian bentuk dada diantaranya:
a. Pertama, funnel chest yang merupakan bentuk dada dimana sternum bagian
bawah serta iga masuk ke dalam terutama saat inspirasi, yang dapat disebabkan
hipertropi adenoid yang berat.
b. Kedua, pigeon chest merupakan bentuk dada dimana bagian sternum menonjol
kea rah luar, dimana biasanya disertai dengan depresi ventrikel pada daerah
kostokodral.
c. Ketiga, barrel chest merupakan bentuk dada dimana dada berbentuk bulat seperti
tong yang mana sternum terdorong kearah depan dengan iga-iganya horizontal
yang dapat ditemukan pada penyakit obstruksi paru.
11. Payudara
Pemeriksaan payudara pada anak digunakan untuk mengetahui perkembangan dan
kelainan payudara anak, diantaranya mengatahui ada tidaknya ginekomastia
patologis terjadi galaktore, sebelum anak mengalami masa pubertas.
12. Paru
Pada pemeriksaan paru langkah pertama adalah inspeksi untuk melihat apakah
terdapat kelainan patologis ataukah hanya fisiologis dengan melihat pengembangaan
paru saat bernapas. Sedangkan untuk pemeriksaan secara palpasi dapat dinilai:
a. Simetri atau asimetri dada yang dapat diperoleh karena adanya benjolan yang
abnormal, pembesaran kelenjar limfe pada aksila.
b. Adanya premitus suara yang merupakan getaran pada daerah toraks saat anak
bicara, atau menangis yang sama dalam kedua sisi toraks. Caranya dnegan
meletakkan telapak tangan kanan dan kiri pada daerah dada atau punggung.
c. Adanya krepitasi subkutis yang merupakan adanya udara pada daerah bawah
jaringan kulit, adanya krepitasi ini dapat terjadi spontan, setelah trauma atau
tindakan trakeostomi.

Kemudian pemeriksaan secara perkusi dapat dilakukan dengan cara langsung


atau tidak langsung, cara langsung dengan mengetukkan ujung jari atau jari telunjuk
langsung ke dinding dada, sedangkan cara tidak langsung dengan cara meletakkan
satu jari pada dinding dada dan mengetuknya dengan jari tangan lainnya yang
dimulai dari atas ke bawah dan kanan atau ke kiri dengan membandingkannya. Hasil
penilaian pemeriksaan ini adalah:
Pertama, sonor merupakan suara paru yang normal, kedua adalah redup atau
pekak suara perkusi yang berkurang normalnya pada daerah scapula, diafragma,
hati, jantung.Suara pekak atau redup ini biasanya terdapat konsolidasi jaringan paru
seperti pada atelektasis, pneumonia lobaris, dll. Khusus untuk pekak pada daerah
hati ini terdapat setinggi iga ke 6 pada garis aksilaris media kanan yang
menunjukkan adanya gerakan pernapasan yakni menurun pada saat inspirasi dan
naik pada ekspirasi dan pada anak ini akan mengalami kesulitan khususnya dibawah
2tahun. Ketiga adalah hipersonor atau timpani yang terjadi apabila udara dalam paru
bertambah seperti emfisema paru atau pneumotoraks.Pemeriksaan paru selanjutnya
adalah pemeriksaan auskulatasi untuk menilai suara napas dasar dan suara napas
tambahan, yang dapat dilakukan seluruh dada dan punggung.Caranya adlah dari
kanan atau ke kiri dengan membandingkannya kemudian dari bagian atas ke bawah
dan menekan daerah stetoskop yang kuat. Khususnya pada bayi suara napas akan
lebih keras karena dinding dada masih tipis. Hasil penilaian dari auskultasi meliputi
adanya suara napas dasar dan suara napas tambahan seperti dibawah ini :
Suara Napas Dasar
Merupakan suara napas biasa, yang meliputi suara napas pesikuler, bronchial,
amforik, cog wheel breath sound dan metamorphosing breath sound
a. Suara napas pesikuler: suara napas normal dimana adanya udara masuk dan
keluar melalui jalan napas dan suara inspirasi lebih keras dan panjang daripada
suara ekspirasi, apabila suara pesikuler melemah maka terjadi penyempitan pada
daerah bronkus, atau keadaan ventilasi yang kurang seperti pada atelektasis,
peneumonia, edema paru, efusi pleura, emfisema, pneumotoraks dan pesikuler
mengeras apabila konsolidasi bertambah seperti pneumonia, adanya tumor dll,
khusus pada asma suara pesikuler pada ekspirasi yang memanjang.
b. Suara napas bronchial: merupakan suara napas dimana inspirasi keras kemudian
disusul dengan ekspirasi yang keras pula, suara ini normal terdengar pada daerah
bronkus besar kanan dan kiri, di daerah parasternal atas di dada depan dan di

daerah interskapula di belakang, akan tetapi apabila terjadi pada daerah lain
maka kemungkinan terjadi konsolidasi paru.
c. Suara napas amforik: merupakan bunyi suara dimana suara tersebut menyerupai
suara tiupan diatas mulut botol kosong.
d. Suara napas cog wheel breath sound merupakan suara napas yang terdengar
secara berputus-putus, tidak terus-menerus pada saat inspirasi maupun saat
ekspirasi, yang dapat terjadi pada kelainan bronkus kecil.
e. Metamorphosing breath sound merupakan suara napas dimana suaranya dimulai
dari yang halus kemudian mengeras dan dapat dimulai dari suara vesicular
kemudian menjadi bronchial.
Suara Napas Tambahan
Merupakan suara napas yang dapat didengar melalui bantuan auskultasi yang
meliputi roonki basah (rales) atau roonki kering, wheezing, suara krepitasi, bunyi
gesekan pleura (pleural friction rub).
a. Roonki basah (rales) atau roonki kering : roonki basah terkenal dengan suara
rales yang mempunyai arti bahwa suara napas seperti vibrasi terputus-putus yang
tidak terus-menerus yang terjadi akibat getaran oleh karena cairan dalam jalan
napas yang dimulai oleh udara. Suara roonki kering atau juga disebut sebagai
rhonchi merupakan suara terus-menerus yang terjadi karena jalan napas yang
menyempit akibat proses penyempitan jalan napas atau adanya jalan napas yang
obstruksi.
b. Suara wheezing suara napas yang termasuk dalam roonki kering akan tetapi
terdengar secara musical atau sonor.
c. Suara krepitasi suara napas yang terdengar akibat membukanya alveoli. Suara
krepitasi terdengar normal pada daerah belakang bawah dan samping pada saat
inspirasi yang dalam, sedangkan patofisiologis terdapat pada pneumonia.
d. Bunyi gesekan pleura (plural friction rub) merupakan suara akibat gesekan
pleura yang terdengar kasar seolah-olah dekat dengan telinga pemeriksaan yang
dapat terjadi pada inspirasi maupun saat ekspirasi lebih jelas pada akhir
inspirasi.
13. Jantung
a. Inspeksi dan palpasi, pertama denyut apek atau aktivitas ventrikel lebih dikenal
dengan nama ictus kordis merupakan denyutan jantung yang dapat dilihat pada
daerah apek yaitu sela iga ke 4 pada garis mid klapikularis kiri sedikit lateral.
Kedua, letak pulmonal yang merupakan detak jantung apabila tidak teraba pada
bunyi jantung ke 2 dalam keadaan normal, apabila bunyi jantung 2 mengeras

10

dapat diraba pada sela iga ke 2 tepi kiri sternum maka keadaan tersebut dapat
dikatakan sebagai detak pulmonal. Ketiga, getaran bising merup[akan getaran
dinding dada akibat bisisng jantung yang keras, yang terjadi pada kelainan
organic.
b. Perkusi, dilakukan untuk menilai adanya pembesaran pada jantung serta batasan
organ jantung tersebut yang dilakukan daerah sekitar jantung.
c. Auskultasi, dengan cara mendengarkan mulai dari apeks kemudian ke tepi kiri
sternum bagian bawah, bergeser ke atas sepanjang tepi kiri sternum, tepi kanan
sternum daerah infra dan supraklapikular kanan atau kiri.
14. Pemeriksaan Abdomen
Dilakukan dengan cara inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi. Inspeksi untuk
menilai ukuran dan bentuk perut, auskultasi mendengarkan melalui stetoskop dengan
cara mendengarkan adanya suara peristaltic usus normal terdengar setiap 10-30 detik.
Perkusi pada daerah abdomen dilakukan melalui epigastrium secara simetris menuju
kemudian bawah abdomen. Pemeriksaan palpasi dapat dilakukan dengan cara
monomanual (satu tangan) atau bimanual (dua tangan) seperti pada palpasi pada
lapangan atau dinding abdomen seperti adanya nyeri tekan, ketegangan dinding
perut, palpasi pada hati, palpasi limfa dan palpasi ginjal.
15. Pemeriksaan Genetalia
Khusus pada laki-laki dapat diperiksa dengan memperhatikan ukuran, bentuk penis,
testis serta kelainan yang ada.Sedangkan pada perempuan dapat diperhatikan adanya
epispadia (terbelahnya mons pubis dan klitoris dan urethra membuka di bagian
dorsal) adanya tanda-tanda sex sekunder dll serta cairan yang keluar dari lubang
genetalia.
16. Pemeriksaan Tulang Belakang dan Ekstremitas
Pada pemeriksaan tulang ektremitas pada anak dapat dilakukan dengan cara inspeksi
terhadap adanya kelainan tulang belakang seperti lordorsis, kiposis, skoliosis.
17. Pemeriksaan Neurologis
Pertama kali dapat dilakukan secara inspeksi dengan mengamati adanya kejang,
tremor atau gemetaran, twitching, parese, paralesis, diplegia, paraplegia, tetraplegia,
dan hemiparese.
E. Pengkajian dan Disfungsi Pernafasan
1. Pneumonia
Pengkajian
a. Usia
Pneumonia sering terjadi pada bayi dan anak.Kasus terbanyak terjadi pada anak
berusia di bawah 3 tahun dan kematian terbanyak terjadi pada bayi yang berusia
kurang dari 2 bulan.

11

b. Keluhan utama: sesak napas.


c. Riwayat penyakit:
1) Pneumonia virus
Didahului oleh gejala-gejala infeksi saluran napas, termasuk rhinitis dan
batuk, serta suhu badan lebih rendah daripada pneumonia bakteri. Pneumonia
virus tidak dapat dibedakan dengan pneumonia bakteri dan mukuplasma
2) Pneumonia stafilokokus (bakteri)
Didahului oleh infeksi saluran pernapasan bagian atas atau bawah dalam
beberapa hari hingga 1 minggu, kondisi suhu tinggi, batuk dan mengalami
kesulitan pernapasan.
d. Riwayat penyakit terdahulu
1) anak sering menderita penyakit saluran pernapasan bagian atas
2) riwayat penyakit campak/fertusis (pada bronkopneumonia)
e. Pemeriksaan fisik:
1) Inspeksi.
Perlu diperhatikan adanya tahipne, dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan
cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi
produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada
anak 2 bulan 12 bulan adalah 50 kali/menit atau lebih, sementara untuk
anak berusia 12 bulan-5bulan adalah 40 kali/menit atau lebih. Perlu
diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam akan tampak jelas.
2) Palpasi.
Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba
mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami
peningkatan (trachicardia)
3) Perkusi.
Suara redup pada sisi yang sakit
4) Auskultasi.
Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke
hidung/mulut bayi. Pada anak yag pneumonia akan terdengar stridor.
Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi
halus pada sisi yang sakit dan ronkhi yang basah pada masa resolusi.
Pernapasan bronkial, egotomi, bronkofoni, kadang-kadang terdengar bising
gesek pleura.
f. Penegak diagnosis:
1) Pemeriksaan laboratorium
a) leukosit 18.000-40.000/mm2
b) Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri
c) LED meningkat
2) X-foto dada
3) Terdapat bercak-bercak infiltrate yang terbesar (bronco pneumonia) atau yang
meliputi satu/sebagian besar lobus/lobulus
12

2. Asma
Asma ialah suatu proses obstruksi pernapasan yang reversible, yang ditandai
oleh proses periode eksaserbasi dan remisi, terjadi spasme bronchial yang
mengakibatkan obstruksi jalan napas. Kondisi ini biasanya muncul sebelum usia 5
tahun, dan sebelum usia remaja, lebih sering pada anak laki- laki disbanding
perempuan.
Serangan asma umumnya disebabkan oleh factor intrinsic (alergi bulu
binatang, serbuk, asak rokok atau debu).
Pengkajian Penyakit Asma :
a. Respirasi
1) Napas pendek
2) ekspirasi yang memanjang
3) Retraksi dada
4) Takipnea
5) Batuk kering
6) Ronki
7) Pernapasan Cuping Hidung
b. Kardiovaskuler:Takikardia
1) Neurologis
a) Gelisah
b) Cemas
c) Sulit tidur
d) Muskuluskeletal
e) Tidak mampu beraktivitas
2) Integument
a) Sianosis
b) Pucat
c) Psikososial
d) Tidak patuh dengan pengebotan
3. Bronkiolitis
Suatu inflamasi infeksi virus pada bronkiolus yang menyebabkan obstruksi
akut jalan napas dan penurunan pertukaran gas alveoli. Penyakit ini biasanya
disebabkan oleh respiratory syncytial virus (rsv), biasanya terjadi pada anak usia 2
12 bulan, terutama selama musim dingin dan awal musim semi.
Infeksi ditandai dengan edema mukosa, peningkatkan sekresi mucus, obstruksi
bronkiolus, dan distensi alveoli yang berlebihan. Komplikasi gangguan ini mencakup
penyakit paru kronis dan bahkan kematian.
Pengkajian penyakit bronkiolitis :
a. Respirasi
1) Takipnea
2) Retraksi
3) Pernapasan cuping hidung
4) Dispnea
5) Pernapasan dangkal

13

6) Penurunan bunyi napas


7) Ronki kering
8) Ekspirasi memanjang
9) Batuk
b. Kardiovaskuler
Takikardia
c. Neurologis
1) Iritabilitas
2) Kesulitan tidur
d. Gastrointestinal
Kesulitan makan
e. Integument
1) Peningkatan suhu tubuh
2) Sianosis
f. Psikososial
Cemas
4. Displasiabrinkoplumonar
Penyakit paru kronis, bersifat progresif dan etiologinya tidak diketahui, yang
ditandai dengan edema paru, hipertrofi, bronkiolus dan alveolus, serta memerlukan
oksigen sepanjang waktu.Penyakit ini khususnya terjadi pada bayi premature yang
mengalami syndrome kegawatan pernapasan yang dilakukan intubasi endotrakeal,
pemberian oksigen konsentrasi tinggi, ventilasi dengan tekanan positif tinggi dalam
waktu yang lama.
Komplikasi bpd meliputi penyakit pernapasan kronis, infeksi pernapasan yang
sering, pneumotoraks, gagal jantung, hipertensi pulmonal, dan syndrome kematian
mendadak pada bayi (sudden infant death syndrome, sids).
Pengkajian penyakit displasia brinkoplumonar :
a. Respirasi
1) Kesukaran pernapasan
2) Retraksi
3) Dispnea
4) Crackles
5) Ronki
6) Mengi
7) Atelektasis
b. Kardiovaskuler
1) Waktu pengisian kapiler memanjang
2) Gagal jantung kanan
c. Gastrointestinal
1) Kesulitan makan
2) Penurunan berat badan
d. Muskuloskeletal
1) Kelelahan
2) Pertumbuhan yang tertunda
e. Integumen
1) Pucat
14

2) Sianosis sirkumoral
f. Psikososial
Perkembangan yang tertunda
5. Batuk rejan
Yang disebut juga laringotrakeobronkitis, adalah infeksi saluran napas bagian
atas dan bawah, yang menyebabkan edema subglotis, dan peradangan pita suara,
yang kadang kadang menyebabkan kesukaran pernapasan (spasme laring, dispnea,
dan batuk yang menyalak), stridor, retraksi, dan sianosis.
Penyakit ini biasanya terjadi setelah infeksi saluran napas bagian
atas.Penyebabnya yang paling umum adalah respiratory syncytial virus, adenovirus,
dan viru parainfluenza.Penyakit ini biasanya menyerang anak yang berusia diantara 3
bulan dan 3 tahun.Terapi biasanya meliputi pemberian antibiotic dan cairan serta
anak dijauhkan terhadap udara yang dilembabkan, untuk mempertahankan fungsi
pernapasan.
Pengkajian penyakit batuk pejan :
a. Respirasi
1) Riwayat gejala flu berlangsung 1 2 hari
2) Tanda dan gejala kesukaran pernapasan
3) Dispnea
4) Retraksi
5) Sianosis
6) Batuk yang menyalak
7) Suara yang keras saat inspirasi
b. Kardiovaskuler
Takikardia
c. Neurologis
1) Gangguan tingkat kesadaran
2) Gelisah
3) Sakit kepala
4) Kebingungan
5) Gangguan tidur
d. Gastrointestinal
Kesulitan makan
e. Integument
Meningkatnya suhu tubuh (biasanya < 39oc), bergantung pada metode yang
digunakan untuk pengukuran suhu tubuh
f. Psikososial
Kecemasan
6. Fibrosis kistik
Merupakan penyakita autosomal yang resesif, fibrosis kistik adalah penyakit
genitik yang paling sering mengancam kehidupan pada anak kulit putih, di amerika
serikat.Fibrosis kistik menyebabkan sekresi mucus dari kelenjar eksokrin untuk
menghasilkan sekresi yang kental dan bertambah. Secara khusus, lender yang kental

15

ini menyumbat membrane sel yang berfungsi dan mengurangi transfer membrane sel
ke organ organ seperti paru, pancreas, dan hati, sehingga menyebebkan kesulitan
pernapasan, infeksi pernapasan yang kronis, deficit nutrisi, dan sirosis.
Pengkajian penyakit fibrosis kistik
a. Respirasi
1) Mengi
2) Batuk yang tidak produktif
3) Hemopetisis
4) Atelektasis
5) Dispnea
6) Barrel chest
7) Trakeobronkitis
8) Takipnea
b. Gastrointestinal
1) Kegagalan pertumbuhan
2) Feses berbau busuk, berukuran besar, atau diare yang kronis
3) Nafsu makan meningkat
4) Luka
c. Genitourinaria
Infeksi vagina
d. Musculoskeletal
1) Kelelahan
2) Postur pendek
e. Mata,telinga,hidung, dan tenggorokan
1) Sinusitis
2) Polip hidung
f. Integumen
1) Memar
2) Sianosis
3) Permukaan kulit terasa bergaram
4) Jari jari tabuh / clubbing finger
g. Psikososial
1) Perkembangan yang terhambat
2) Kecemasan
3) Marah (potensial)
4) Depresi (potensial)
7. Epiglotis
Infeksi yang dapat menyebabkan obstruksi saluran napas, yang ditandai
dengan gangguan pernapasan akut, yang berlangsung dengan cepat, dan terjadi
peradangan dari epiglotis.Infeksi ini sering disebabkan oleh haemophilus influenza
tipe b, dan memiliki serangan dengan cepat.Secara khusus, anak tidak menunjukan
tanda waktu tidur, namun saat terbangun anak langsung mengalami kesulitan dalam
menelan saat bangun dan sakit tenggorokan. Deman dan letargi berlangsung dengan
cepat, diikuti oleh dispnea

16

Kondisi ini biasanya mempengaruhi anak antara usia 2 dan 5 tahun. Terapi
yang diberikan termasuk pemberian ventilator mekanis atau trakeostomi.Antibiotic
juga digunakan.
Pengkajian penyakit epiglotis
a. Respirasi
1) Riwayat sakit tenggorokan dengan awitan kesukaran pernapasan yang terjadi
tiba tiba (dispnea, takipnea, retraksi, mengi)
2) Pernapasan mulut
3) Stridor pada inspirasi
4) Hipoksia
b. Kardiovaskuler
1) Takikardia
2) Denyut nadi kecil
c. Gastrointestinal
1) Mengeluarkan air liur
2) Ketidak mampuan menelan
d. Musculoskeletal
1) Postur tubuh tegak lurus dengan dagu terangkat
2) Gelisah
e. Integument
Peningkatan suhu tubuh
f. Psikososial
1) Kecemasan
2) Ketakutan
8. Tuberkolosis
Disebabkan oleh infeksi dari mycobacterium tuberculosis.Seorang anak yang
reaksi kulitnya positif terhadap uji skrining tb memerlukan foto toraks untuk
menentukan lesi aktif dan perluasannya. Anak sangat rentan selama tahun pertama
dari 3 tahun kehidupan, dan kambuh kembali pada tahun sebelum,selama,dan segera
setelah pubertas.
Pengkajian penyakit tuberkolosis:
a. Respirasi
1) Batuk
2) Efusi pleura
3) Klasifikasi yang nampak pada foto toraks
b. Integument
1) Demam
2) Mengigil
c. Gastrointestinal
Penurunan berat badan
d. Neurologis
Meningitis
e. Musculoskeletal
Infeksi tulang

17

BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Pemeriksaan fisik adalah sebuah proses dari seorang tenaga kesehatan dalam
memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Pemeriksaan fisik pada
sistem pernapasan merupakan satu dari komponen proses keperawatan yang merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali permasalahan sistem pernafasan dari
klien meliputi usaha pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara
sistematis, menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan.
Tujuan pemeriksaan fisik adalah :
1.
2.
3.
4.
5.

Mengetahui kondisi sistem respirasi normal atau tidak


Mengetahui adanya gangguan pada sistem respirasi
Menentukan rencana yindakan keperawatan yang tepat
Sebagai skrining rutin untuk meningkatkan perilaku sejahtera
Sebagai tindakan kesehatan preventif

Pengkajian Sistem Respirasi pada AnakMerupakan pengkajian yang dilakukan pada


anak yang bertujuan untuk memperoleh data status kesehatan anak serta dapat dijadikan
sebagai dasar dalam menegakkan diagnosis keperawatan

18

Anda mungkin juga menyukai