Imunisasi Campak
Imunisasi Campak
Imunisasi Campak
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
Campak (RECAM) pada tahun 2000. Beberapa negara seperti Amerika, Australia
dan beberapa negara lainnya telah memasuki tahap eliminasi campak. Pada
sidang CDC/PAHO/WHO tahun 1996 menyimpulkan bahwa campak
dimungkinkan untuk dieradikasi, karena satu-satunya pejamu (host) atau
reservoir campak hanya pada manusia dan adanya vaksin dengan potensi yang
cukup tinggi dengan effikasi vanksin 85%. Diperkirakan eradikasi akan dapat
dicapai 10 – 15 tahun setelah eliminasi. Program imunisasi campak di Indonesia
dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam pengembangan program imunisasi.
Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah mencapai UCI secara nasional.
Dengan keberhasilan Indonesia mencapai UCI tersebut memberikan dampak
positip terhadap kecenderungan penurunan insidens campak, khususnya pada
Balita dari 20.08/10.000 – 3,4/10.000 selama tahun 1992 – 1997 (ajustment data
rutin SST). Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI namun dibeberapa
daerah masih terjadi KLB campak, terutama di daerah dengan cakupan imunisasi
rendah atau daerah kantong.
B. Masalah
Dalam makalah ini kami akan membahas tentang penyakit campak dan
bagaimana pencegahan penyakit campak dengan imunisasi campak.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
2
D. Metode Penelitian
Metode yang digunakan pada penyusunan makalah ini adalah Metode Studi
Literatur, dimana penyusun mengumpulkan data dari berbagai sumber seperti
internet, buku dan referensi lainnya.
E. Sistematika Penulisan
Dalam makalah ini terdapat empat BAB, yaitu BAB I, II, dan III. Dimana BAB
I merupakan Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah,
Tujuan Umum dan Khusus, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
Kemudian BAB II merupakan Tinjauan Teori yang terdiri dari Penyakit Campak
dan Pencegahan dengan Imunisasi Campak, serta KIPI (Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi). Dan BAB III merupakan Penutup yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.
3
BAB II
TINJAUAN TEORI
Penyakit Campak
Definisi
Penyakit Campak adalah satu penyakit berjangkit. Campak (Rubeola, Campak
9 hari) atau dikenal dengan sebutan Gabagen (dalam bahasa Jawa); atau Keremut
(dalam bahasa Banjar). Dalam istilah medisnya disebut juga dengan Morbili,
Measles.
Campak adalah suatu infeksi virus yang sangat menular, yang ditandai dengan
demam, lemas, batuk, konjungtivis (peradangan selaput ikat mata/ konjungtiva)
dan bintik merah dikulit (ruam kulit).
1. Etiologi
Campak, rubeola, atau measles Adalah penyakit infeksi yang sangat mudah
menular atau infeksius sejak awal masa prodromal, yaitu kurang lebih 4 hari
pertama sejak munculnya ruam. Campak disebabkan oleh paramiksovirus ( virus
campak). Virus ini terdapat dalam darah dan sekret (cairan) nasofaring (jaringan
antara tenggorokan dan hidung) pada masa gejala awal (prodromal) hingga 24 jam
setelah timbulnya bercak merah di kulit dan selaput lendir. Virus dalam jumlah
sedikit saja dapat menyebabkan infeksi pada individu yang rentan. Penyakit
4
campak sangat infeksius selama masa prodromal yang ditandai dengan demam,
malaise, mata merah, pilek dan trakeobronktis dengan manifestasi batuk. Infeksi
campak pertama kali terjadi pada epitalium saluran pernafasan dari nasofaring,
kongjungtiva, dengan penyebaran ke daerah limfa. Viremia primer tejadi 2-3 hari
setelah individu terpapar virus campak,diikuti viremia sekunder 3-4 hari kemudian.
Viremia sekunder menyebabkan infeksi dan relikasi virus lebih lanjut pada kulit
kongjungtiva, saluran pernafasan dan organ lainnya. Replikasi virus memerlukan
watu 24 jam. Jumlah virus dalam darah mencapai pncaknya pada hari 11-14
setelah trpapar dan emudian menurun cepat 2-3 hari kemudian.
2. Karakteristik Virus Campak
Virus campak atau morbili adalah virus RNA anggota family
paramyxoviridae. Secara morfologi tidak dapat dibedakan dengan virus anggota
family paramyxoviridae. Virus campak trdiri atas nukleokapsid berbentuk heliks
yang dikelilingi oleh selubung virus. Sifat infeksius virus c ampak ditunjukkan
dengan tingginya sensitivitas dan aktivitas hemolitiknya.
.
3. Tanda dan Gejala
a. Tanda-Tanda Penyakit Campak
Tanda khas penyakit campak adalah adanya Koplik spots (kemerahan
dengan putih di tengah) di selaput lendir pipi yang tampak 1-2 hari sebelum
timbulnya rash. Rash adalah kemerahan kulit yang biasanya muncul pada hari
ke 14 setelah terpapar, kemudian menyebar dari kepala ke anggota badan
selama 3-4 hari. Setelah 3-4 hari rash akan menghilang meninggalkan noda
kehitaman. Rash merupakan manifestasi reaksi hipersensitivitas yang tidak
akan terlihat pada orang yang mengalami penekanan sistem imunitas seluler.
Sel yang terinfeksi virus campak mampu berfusi membentuk sel raksasa
multinuklear (multinuclear giant cells), yang merupakan tanda patologis
infeksi virus campak.
b. Gejala – Gejala
Gejala mulai timbul dalam waktu 7-14 hari setelah terinfeksi, yaitu
berupa: - Panas badan - nyeri tenggorokan - hidung meler ( Coryza ) - batuk
( Cough ) - Bercak Koplik - nyeri otot - mata merah ( conjuctivitis ), 2-4 hari
kemudian muncul bintik putih kecil di mulut bagian dalam (bintik Koplik).
Ruam (kemerahan di kulit) yang terasa agak gatal muncul 3-5 hari setelah
5
timbulnya gejala diatas. Ruam ini bisa berbentuk makula (ruam kemerahan
yang mendatar) maupun papula (ruam kemerahan yang menonjol). Pada
awalnya ruam tampak di wajah, yaitu di depan dan di bawah telinga serta di
leher sebelah samping. Dalam waktu 1-2 hari, ruam menyebar ke batang
tubuh, lengan dan tungkai, sedangkan ruam di wajah mulai memudar.
Pada puncak penyakit, penderita merasa sangat sakit, ruamnya meluas
serta suhu tubuhnya mencapai 40° Celsius. 3-5 hari kemudian suhu tubuhnya
turun, penderita mulai merasa baik dan ruam yang tersisa segera menghilang.
Demam, kecapaian, pilek, batuk dan mata yang radang dan merah selama
beberapa hari diikuti dengan ruam jerawat merah yang mulai pada muka dan
merebak ke tubuh dan ada selama 4 hari hingga 7 hari.
4. Cara Penularan
Penularan terjadi melalui percikan ludah dari hidung, mulut maupun
tenggorokan penderita campak (air borne disease). Masa inkubasi adalah 10-
14 hari sebelum gejala muncul. Cara penularan melalui droplet dan kontak,
yakni karena menghirup percikan ludah (droplet) dari hidung, mulut maupun
tenggorokan penderita morbili/campak. Artinya, seseorang dapat tertular
Campak bila menghirup virus morbili, bisa di tempat umum, di kendaraan atau
di mana saja. Penderita bisa menularkan infeksi ini dalam waktu 2-4 hari
sebelum rimbulnya ruam kulit dan selama ruam kulit ada. Masa inkubasi
adalah 10-14 hari sebelum gejala muncul. Sebelum vaksinasi campak
digunakan secara meluas, wabah campak terjadi setiap 2-3 tahun, terutama
pada anak-anak usia pra-sekolah dan anak-anak SD. Jika seseorang pernah
menderita campak, maka seumur hidupnya dia akan kebal terhadap penyakit
ini. Kekebalan terhadap campak diperoleh setelah vaksinasi, infeksi aktif dan
kekebalan pasif pada seorang bayi yang lahir ibu yang telah kebal
(berlangsung selama 1 tahun).
Orang-orang yang rentan terhadap campak adalah:
• bayi berumur lebih dari 1 tahun
• bayi yang tidak mendapatkan imunisasi
• remaja dan dewasa muda yang belum mendapatkan imunisasi kedua.
5. Komplikasi
6
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
1. Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi telinga tengah
2. Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit),
sehingga pendeita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
3. Ensefalitis (inteksi otak) terjadi pada 1 dari 1,000-2.000 kasus.
7
adalah jalan utama untuk mencegah dan menurunkan angka kematian anak-
anak akibat campak.
Imunisasi ada dua macam, yaitu imunisasi aktif dan pasif. Imunisasi aktif
adalah pemberian kuman atau racun kuman yang sudah dilemahkan atau
dimatikan dengan tujuan untuk merangsang tubuh memproduksi antibodi
sendiri. Contohnya adalah imunisasi polio atau campak. Sedangkan imunisasi
pasif adalah penyuntikan sejumlah antibodi, sehingga kadar antibodi dalam
tubuh meningkat. Contohnya adalah penyuntikan ATS (Anti Tetanus Serum)
pada orang yang mengalami luka kecelakaan. Contoh lain adalah yang
terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi tersebut menerima berbagai
jenis antibodi dari ibunya melalui darah placenta selama masa kandungan,
misalnya antibodi terhadap campak.
Dengan cara :
1. Vaksin Campak dilarutkan dulu sebelum saat
pelayanan akan dimulai.
2. Buka tutup torak dan tutup jarum.
3. Tusukkan jarum tersebut ke vial vaksin. Pastikan
ujung jarum selalu berada didalam cairan vaksin, jauh dibawah
permukaan cairan vaksin, sehingga tidak ada udara yang masuk
kedalam semprit.
9
4. Tarik torak perlahan-lahan agar cairan vaksin masuk
kedalam semprit, sampai torak terkunci secara otomatis, torak tidak
dapat ditarik lagi.
5. Cabut jarum dari vial, keluarkan udara yang tersisa
dengan cara mengetuk alat suntik dan mendorong torak sampai pada
skala 0,5 cc.
6. Bersihkan kulit dengan air hangat, kemudian suntikan
vaksin secara intramuskular (lakukan aspirasi sebelumnya untuk
memastikan apakah jarum tidak menembus pembuluh darah). Alat
suntik yang telah dipakai langsung dibuang kedalam insinerator tanpa
penutup jarum dan penutup torak.
Perhatian !
Alat suntik ini bersifat sekali pakai (autodestruct), maka torak tidak boleh
ditarik sebelum jarum tersebut ditusukkan kedalam vial vaksin. Torak yang
sudah ditarik sebelum diisi vaksin tidak akan dapat digunakan lagi.
e. Efek Samping
Hingga 15 % pasien dapat mengalami demam ringan dan
kemerahan selama 3 hari yang dapat terjadi 8 - 12 hari setelah vaksinasi.
10
Terjadinya Encephalitis setelah vaksinasi pernah dilaporkan yaitu
dengan perbandingan 1 kasus per 1 juta dosis yang diberikan.
f. Kontraindikasi
Terdapat beberapa kontraindikasi yang berkaitan dengan pemberian
vaksin campak. Walaupun berlawanan penting untuk mengimunisasi
anak yang mengalami malnutrisi. Demam ringan, infeksi ringan pada
saluran nafas atau diare, dan beberapa penyakit ringan lainnya jangan
dikategorikan sebagai kontraindikasi. Kontraindikasi terjadi bagi
individu yang diketahui alergi berat terhadap kanamycin dan
erithromycin. Karena efek vaksin virus campak hidup terhadap janin
belum diketahui, maka wanita hamil termasuk kontraindikasi.
Individu Pengidap Virus HIV (HUMAN IMMUNODEFFICIENCY
VIRUS). Vaksin Campak kontraindikasi terhadap individu-individu
yang mengidap penyakit immune deficiency atau individu yang diduga
menderita gangguan respon imun karena leukimia, lymphoma atau
generalized malignancy. Bagaimanapun penderita HIV, baik yang
disertai gejala ataupun tanpa gejala harus diimunisasi vaksin campak
sesuai jadual yang ditentukan.
g. Penyimpanan dan Daluarsa
Vaksin Campak beku-kering harus disimpan pada suhu dibawah 8
°C (kalau memungkinkan di bawah 0 °C) sampai ketika vaksin akan
digunakan. Tingkat stabilitas akan lebih baik jika vaksin (bukan pelarut)
disimpan pada suhu -20 °C. Pelarut tidak boleh dibekukan tetapi
disimpan pada kondisi sejuk sampai dengan ketika akan digunakan.
Vaksin harus terlindung dari sinar matahari.
Daluarsa : 2 tahun
h. Kemasan
Vaksin tersedia dalam kemasan vial 10 dosis + 5 ml pelarut dalam
ampul.
11
C. KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi)
a. Definisi KIPI
Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penaggulangan KIPI (KN
PP KIPI), KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi
dalam masa 1 bulan setelah imunisasi. Pada keadaan tertentu lama
pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca
vaksinasi rubella), atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-
strain pada pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak, dan polio
paralitik serta infeksi virus polio vaccine-strain pada resipien non
imunodefisiensi atau resipien imunodefisiensi pasca vaksinasi polio).
Pada umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan
reaksi simpang (adverse events), atau kejadian lain yang bukan terjadi
akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang vaksin antara lain dapat
berupa efek farmakologi, efek samping (side-effects), interaksi obat,
intoleransi, reaksi idoisinkrasi, dan reaksi alergi yang umumnya secara
klinis sulit dibedakan.efek farmakologi, efek samping, serta reaksi
12
idiosinkrasi umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan
reaksi alergi merupakan kepekaan seseorang terhadap unsure vaksin
dengan latar belakang genetic. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein
telur (vaksin campak, gondong, influenza, dan demam kuning), antibiotik,
bahan preservatif (neomisin, merkuri), atau unsure lain yang terkandung
dalam vaksin.
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi
karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan dan distribusi serta
penyimpanan vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan
imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul secara kebetulan. Sesuai
telaah laporan KIPI oleh Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine
(IOM) USA menyatakan bahwa sebagian besar KIPI terjadi karena
kebetulan saja. Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering adalah
akibat kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan (pragmatic errors).
Etiologi
Tidak semua kejadian KIPI disebabkan oleh imunisasi karena sebagian
besar ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Oleh karena itu unutk
menentukan KIPI diperlukan keterangan mengenai:
Besar frekuensi kejadian KIPI pada pemberian vaksin tertentu
Sifat kelainan tersebut lokal atau sistemik
Derajat sakit resipien
Apakah penyebab dapat dipastikan, diduga, atau tidak terbukti
Apakah dapat disimpulkan bahwa KIPI berhubungan dengan vaksin, kesalahan
produksi, atau kesalahan prosedur
KN PP KIPI membagi penyebab KIPI menjadi 5 kelompok faktor etiologi
menurut klasifikasi lapangan WHO Western Pacific (1999), yaitu:
1. Kesalahan program/teknik pelaksanaan (programmic errors)
13
a. Dosis antigen (terlalu banyak)
b. Lokasi dan cara menyuntik
c. Sterilisasi semprit dan jarum suntik
d. Jarum bekas pakai
e. Tindakan aseptik dan antiseptik
f. Kontaminasi vaksin dan perlatan suntik
g. Penyimpanan vaksin
h. Pemakaian sisa vaksin
i. Jenis dan jumlah pelarut vaksin
j. Tidak memperhatikan petunjuk produsen
2. Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi
suntikan langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada
tempat suntikan, sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa
takut, pusing, mual, sampai sinkope.
14
4. Faktor kebetulan (koinsiden)
Seperti telah disebutkan di atas maka kejadian yang timbul ini terjadi
secara kebetulan saja setelah diimunisasi. Indicator faktor kebetulan ini
ditandai dengan ditemukannya kejadian yang sama disaat bersamaan pada
kelompok populasi setempat dengan karakterisitik serupa tetapi tidak
mendapatkan imunisasi.
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat dan dapat dibagi
menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi lainnya.
Pada umumnya makin cepat KIPI terjadi makin cepat gejalanya.
Limfadenitis
Ensefalopati
Ensefalitis
Meningitis
Kejang
15
Lain-lain Reaksi alergi: urtikaria, dermatitis, edema
Reaksi anafilaksis
Syok anafilaksis
Artralgia
Episode hipotensif-hiporesponsif
Osteomielitis
Mengingat tidak ada satupun jenis vaksin yang aman tanpa efek samping, maka
apabila seorang anak telah mendapatkan imunisasi perlu diobsevasi beberapa
saat, sehingga dipastikan tidak terjadi KIPI (reaksi cepat). Berapa lama observasi
sebenarnya sulit ditentukan, tetapi pada umumnya setelah pemberian setiap jenis
imunisasi harus dilakukan observasi selama 15 menit.untuk menghindarkan
kerancuan maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka
waktu tertentu timbulnya gejala klinis.
16
Pertusis whole cell Syok anafilaksis 4 jam
(DPwT)
Ensefalopati 72 jam
KIPI yang paling serius terjadi pada anak adalah reaksi anafilaksis. Angka
kejadian reaksi anafilaktoid diperkirakan 2 dalam 100.000 dosis DPT, tetapi yang
17
benar-benar reaksi anafilaksis hanya 1-3 kasus diantara 1 juta dosis. Anak yang
lebih besar dan orang dewasa lebih banyak mengalami sinkope, segera atau
lambat. Episode hipotonik/hiporesponsif juga tidak jarang terjadi, secara umum
dapat terjadi 4-24 jam setelah imunisasi.
Hal ini harus segera dilaporkan kepada Pokja KIPI setempat dan KN PP KIPI
dengan mempergunakan formulir pelaporan yang telah tersedia untuk
penanganan segera
Pada dasarnya jadwal imunisasi bayi kurang bulan sama dengan bayi cukup
bulan. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada bayi kurang bulan adalah:
a) Titer imunitas pasif melalui transmisi maternal lebih rendah dar pada
bayi cukup bulab
b) Apabila berat badan bayi sangat kecil (<1000 gram) imunisasi ditunda
dan diberikan setelah bayi mencapai berat 2000 gram atau berumur 2
bulan; imunisasi hepatitis B diberikan pada umur 2 bulan atau lebih
kecuali bila ibu mengandung HbsAg
c) Apabila bayi masih dirawat setelah umur 2 bulan, maka vaksin polio
yang diberikan adalah suntikan IPV bila vaksin tersedia, sehingga tidak
menyebabkan penyebaaran virus polio melaui tinja
3. Pasien imunokompromais
18
panjang). Jenis vaksin hidup merupakan indikasi kontra untuk pasien
imunokompromais dapat diberikan IVP bila vaksin tersedia. Imunisasi tetap
diberikan pada pengobatan kortikosteroid dosis kecil dan pemberian dalam
waktu pendek. Tetapi imunisasi harus ditunda pada anak dengan pengobatan
kortikosteroid sistemik dosis 2 mg/kg berat badan/hari atau prednison 20 mg/
kg berat badan/hari selama 14 hari. Imunisasi dapat diberikan setelah 1 bulan
pengobatan kortikosteroid dihentikan atau 3 bulan setelah pemberian
kemoterapi selesai.
19
JADWAL IMUNISASI 2008
REKOMENDASI IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA (IDAI) PERIODE
2008
20
Keterangan Jadwal Imunisasi Periode 2008
Vaksin Vaksin Keterangan
Keterangan Hib Diberikan mulai umur 2 bulan
dengan interval 2 bulan.
BCG Diberikan sejak lahir. Apabila
Diberikan terpisah atau
umur > 3 bulan harus
kombinasi.
dilakukan uji tuberkulin
terlebih dulu, BCG diberikan Pneumokokus Pada anak yang belum
apabila uji tuberkulin negatif. ( PCV ) mendapat PCV pada umur > 1
tahun PCV diberikan dua kali
Hepatitis B HB diberikan dalam waktu 12
dengan interval 2 bulan. Pada
jam setelah lahir, dilanjutkan
umur 2 - 5 tahun PCV
pada umur 1 dan 3-6 bulan.
diberikan satu kali.
Interval dosis minimal 4
minggu. Influenza Umur < 8 tahun yang
mendapat vaksin influenza
Polio Polio-0 diberikan saat
trivalen (TIV) pertama kalinya
kunjungan pertama. Untuk
harus mendapat 2 dosis
bayi yang lahir di RB/RS OPV
dengan interval minimal 4
diberikan saat bayi
minggu.
dipulangkan (untuk
menghindari transmisi virus MMR MMR dapat diberikan pada
vaksin kepada bayi lain). umur 12 bulan, apabila belum
mendapat campak 9 bulan.
DTP Diberikan pada umur ³ 6
Umur 6 tahun diberikan untuk
minggu, DTwP atau DTaP
ulangan MMR maupun catch-
atau secara kombinasi dengan
up immunization.
Hep B program BIAS SD
kelas VI. atau Hib. Ulangan Tifoid Tifoid polisakarida injeksi
DTP umur diberikan pada umur ³ 2 tahun,
diulang setiap 3 tahun.
Campak Campak-1 umur 9
bulan,campak-2 diberikan Hepatitis A Hepatitis A diberikan pada
pada program BIAS pada SD umur > 2 tahun, dua kali
kl 1, umur 6 tahun. dengan interval 6-12 bulan.
HPV Vaksin HPV diberikan pada
umur >10 tahun dengan
jadwal 0, (1-2) dan 6 bulan
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di
Indonesia –
21
IDAI Edisi III, 2008
BAB III
STUDI KASUS
A. Contoh Kasus
22
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penyakit campak disebabkan oleh virus morbilli. Tanda khasnya berupa
Koplik spot di selaput lendir pipi, dan rash kulit yang muncul pada hari ke 14
setelah terpapar virus campak. Imunisasi campak efektif untuk memberi
kekebalan terhadap penyakit campak sampai seumur hidup.
Penyakit campak yang disebabkan oleh virus yang ganas ini dapat
dicegah jika seseorang mendapatkan imunisasi campak. Jumlah pemberian
imunisasi campak diberikan sebanyak 2 kali; 1 kali di usia 9 bulan, 1 kali
di usia 6 tahun. Dianjurkan, pemberian campak ke-1 sesuai jadwal. Selain
karena antibodi dari ibu sudah menurun di usia 9 bulan, penyakit campak
umumnya menyerang anak usia balita. Jika sampai 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, maka pada usia 12 bulan harus
diimunisasi MMR (Measles Mump Rubella).
Imunisasi campak terdiri dari dosis 0,5 ml yang disuntikkan secara
Subkutan, lebih baik pada lengan atas. Pada setiap penyuntikan harus
menggunakan jarum dan syringe yang steril.
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
25