SIADH
SIADH
SIADH
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
McGregor, R. et. al. (2011). Highly Specific Role of Hypocretin (Orexin) Neurons: Differential Activation as a
Function of Diurnal Phase, Operant Reinforcement versus Operant Avoidance and Light Level. The Journal of
Neuroscience, 31(43): 15455-15467.
Lobus anterior berkembang dari evaginasi atap Rathkes pouch, sedangkan lobus
posterior berkembang dari evaginasi dasar diensefalon. Lobus anterior (adeno hipofisis)
merupakan kelenjar endokrin dan lobus posterior merupakan bagian dari otak yang terdiri
dari serabut saraf, pembuluh darah serta sel-sel glia. Kedua bagian tersebut saling
berhubungan satu dengan yang lainnya sehingga menyebabkan adanya saling keterlibatan
antara sistem saraf dengan sistem endokrin.5
Neurohipofisis memperoleh suplai darah dari dua arteri hipofisial inferior dan
beberapa cabang dari regio intermedial. Sedangkan adeno hipofisis mendapatkan suplai dari
pembuluh darah portal, bukan berasal dari suplai arteri secara langsung.5
volume
sirkulasi
melalui
osmoreseptor
dan
baroreseptor.
mengakibatkan
peningkatan
pelepasan
ADH.
Antidiuretic
SIADH adalah suatu karakteristik atau ciri dan tanda yang disebabkan oleh
ketidakmampuan ginjal mengabsorpsi atau menyerap air dalam bentuk ADH yang berasal
dari hipofisis posterior. SIADH adalah gangguan pada hipofisis posterior yang menyebabkan
peningkatan pengeluaran ADH sebagai respon terhadap peningkatan osmolaritas darah dalam
tingkat yang lebih ringan.1
Syndrome inappropiate antidiuretic hormone secretion biasanya disebabkan
hipersekresi ADH yang tidak sesuai baik itu akibat dari hipothalamus yang tidak normal
maupun produksi ektopik. Penyebab dari SIADH ini dibagi atas 4 kategori besar yaitu
gangguan sistem saraf, neoplasma, penyakit paru, dan drug induced.1
Gangguan sistem saraf yang dapat menyebabkan terjadinya SIADH antara lain :
meningitis, ensefalitis, pendarahan subarakhnoid, abses otak, trombosis sinus kavernosus,
atropi serebral ataupun serebellar, multiple sklerosis dan lain sebagainya.1
Syndrome inappropiate antidiuretic hormone secretion dikarakteristikkan dengan
ditemukannya keadaan hiponatremia, peningkatan konsentrasi natirum di urine dengan
volume intravaskular yang normal atau sedikit meningkat.13
Disebut hiponatremia apabila kadar natrium serum < 135 mEq/L. Hiponatremia
sangat sering ditemukan pada pasien pasien dengan gangguan neurologis dibandingkan
pasien pasien lainnya. Dilaporkan bahwa keadaan hiponatremia ini ditemukan lebih dari
70% pada kasus meningitis dan sekitar 34% pada kasus pendarahan subaraknoid.2
Hiponatremia yang terjadi akan mengakibatkan hipoosmolalitas yang akhirnya
mengakibatkan edema serebral. Kemudian akan terjadi perbaikan volume otak melalui
mekanisme adaptasi dari sel otak yang dikenal dengan osmoregulasi, dengan mengeluarkan
elektrolit dan organik organik yang memepengaruhi osmolalitas tersebut. Oleh karena itu
pasien dengan gangguan neurologis lebih rentan terhadap edema serebral dihubungkan
dengan adanya gangguan osmoregulasi pada pasien dengan lesi patologis di otak. Sehingga
serebral edema pada pasien dengan gangguan neurologi ditemukan lebih agresif
dibandingkan dengan pasien tanpa gangguan neurologis. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
keadaan hiponatremia yang disertai gangguan neurologis akan meningkatkan resiko iskemia
serebral dan meningkatkan angka kematian.2
II.3.2.
Epidemiologi
Hampir dari dua pertiga pasien dengan SIADH mengalami neoplasma. Keganasan
yang paling sering berhubungan dengan sindrom ini adalah kanker paru, kanker duodenum
dan pankreas, limfoma, timoma, dan mesotelioma. Beberapa zat kemoterapi, seperti sisplatin,
siklofosfamid, vinblastin, dan vinkristin telah menunjukkan adanya pelepasan hormon ADH
yang tidak mencukupi.10
8
II.3.3.
Etiologi
SIADH sering terjadi pada pasien gagal jantung atau pasien dengan gangguan
hipotalamus (bagian dari otak yang berkoordinasi langsung dengan kelenjar hipofisa dalam
memproduksi hormon). Pada kasus lainnya, misal: beberapa keganasan (di tempat lain dari
tubuh) bisa merangsang produksi hormon anti diuretik, terutama keganasan di paru dan
kasus-kasus lainnya seperti dibawah ini:10
1. Kelebihan vasopressin
2. Peningkatan tekanan intrakranial baik pada proses infeksi, tumor, maupun trauma
pada otak
3. Obat yang dapat merangsang atau melepaskan vasopressin, seperti: vincristin,
cisplatin, dan ocytocin
4. Penyakit endokrin seperti insufislensi adrenal dan insufisiensi pituitary anterior
5. Tumor pituitary terutama karsinoma bronkogenik / karsinoma pankreatik yang dapat
mensekresi ADH secara ektopik
6. Cedera kepala
7. Pembedahan (dapat memunculkan SIADH sesaat)
8. Obat- obatan, seperti:
a. Chlorpropamid (obat yang menurunkan gula darah)
b. Carbamazepine (obat anti kejang)
c. Tricilyc antidepresan
d. Vasopressin dan oxytocin (hormon antidiuretik buatan)
Faktor Pencetus :10
Trauma Kepala
Meningitis
9
Ensefalitis
Neoplasma
Cedera Serebrovaskuler
Pembedahan
Penyakit Endokrin
II.3.4. Klasifikasi
10
SIADH terjadi saat sekresi AVP tidak ditekan saat konsentrasi natrium plasma jatuh
dibawah ambang osmotik untuk sekresi AVP fisiologis. Namun, Zerbe et al. mampu
memanfaatkan pengukuran plasma AVP dengan RIA awal untuk menggambarkan empat jenis
SIADH yang dikategorikankan oleh pola sekresi AVP di berbagai osmolalities plasma:10
1. Tipe A, adalah bentuk paling umum dari SIADH. Beberapa laporan menunjukkan
bahwa tipe A terjadi pada 40% SIADH, meskipun pada beberapa sumber menunjukkan
bahwa tipe A bertanggung jawab untuk proporsi yang lebih tinggi dari SIADH, yaitu
sekitar 60-70%. Ditandai dengan ketika pasien tipe A menunjukkan sekresi AVP yang
berlebihan, acak dengan hilangnya hubungan antara osmolalitas plasma dan plasma
AVP. Tipe A umum dijumpai pada kanker paru-paru. Penelitian in vitro telah
menunjukkan bahwa beberapa tumor paru mensintesis AVP, dan dengan pewarnaan
jaringan yang positif bagi AVPmRNA. Konsentrasi AVP plasma dalam tipe A SIADH
tidak ditekan secara fisiologis dengan minum, hal ini membuat pasien rentan terhadap
terjadinya hiponatremia berat. Studi juga telah menunjukkan ambang osmotik rendah
untuk rasa haus. Jenis ini juga merupakan karakteristik tumor nasofaring, yang juga
menghasilkan pewarnaan positif bagi AVPmRNA.10
2. Tipe B juga merupakan tipe yang umum ( 20-40 % ). Ambang batas osmotik untuk
sekresi AVP diturunkan oleh sebuah 'reset osmostat ' sehingga sekresi AVP terjadi pada
osmolalities plasma yang lebih rendah dari normal. Karena AVP ditekan di bawah
osmolalities plasma yang lebih rendah, ambang reset, overhydration lanjut
menyebabkan penekanan sekresi AVP, yang melindungi terhadap kejadian hiponatremia
berat. Meskipun sebagian besar tumor memanifestasikan satu jenis SIADH, beberapa
tumor juga dapat muncul dengan tipe B SIADH, sehingga pola sekresi AVP normal
tidak bisa digunakan untuk memprediksi penyebab dari SIADH.10
3. Tipe C adalah suatu kondisi langka yang ditandai dengan kegagalan untuk menekan
sekresi AVP pada osmolalities plasma dibawah ambang batas osmotik. Konsentrasi
plasma AVP tidak tinggi pada osmolalities plasma yang rendah, tapi ada hubungan yang
normal antara osmolalitas plasma dan AVP plasma pada osmolalities plasma yang
fisiologis. Varian ini mungkin karena adanya disfungsi penghambatan neuron di
hipotalamus, yang menyebabkan tingkat sekresi rendah dari AVP basal.10
4. Tipe D merupakan tipe SIADH yang langka SIADH dengan tingkat AVP rendah yang
tidak terdeteksi dan tidak ada kelainan yang terdeteksi dalam respon sirkulasi AVP.
Diperkirakan bahwa SIADH nephrogenic (NSIAD) mungkin berperan pada tipe ini.
Peningkatan mutasi pada reseptor V2 mengarah ke SIADH, dengan tingkat AVP tidak
11
Patofisiologi
Hormon antidiuretik (ADH) bekerja pada sel-sel duktus koligentes ginjal untuk
meningkatkan permeabilitas terhadap air. Ini mengakibatkan peningkatan reabsorbsi air tanpa
disertai reabsorbsi elektrolit. Air yang direabsorbsi ini meningkatkan volume dan
menurunkan osmolaritas cairan ekstraseluler (CES). Pada saat yang sama keadaan ini
menurunkan volume dan meningkatkan konsentrasi urine yang diekskresi.9,10
12
Pengeluaran berlebih dari ADH menyebabkan retensi air dari tubulus ginjal dan
duktus. Volume cairan ekstra seluler meningkat dengan hiponatremi delusional. Dimana akan
terjadi penurunan konsentrasi air dalam urin sedangkan kandungan natrium dalam urin tetap,
akibatnya urin menjadi pekat.10
Dalam keadaan normal, ADH mengatur osmolaritas serum. Bila osmolaritas serum
menurun, mekanisme feedback akan menyebabkan inhibisi ADH. Hal ini akan
mengembalikan dan meningkatkan ekskresi cairan oleh ginjal untuk meningkatkan
osmolaritas serum menjadi normal.10
Terdapat berapa keadaan yang dapat mengganggu regulasi cairan tubuh dan dapat
menyebabkan sekresi ADH yang abnormal. Tiga mekanisme patofisiologi yang bertanggung
jawab pada SIADH, yaitu:10
1. Sekresi ADH yang abnormal dari sistem hipofisis. Mekanisme ini disebabkan oleh
kelainan system saraf pusat, tumor, ensafalitis , sindrom Guillain Barre. Pasien yang
mengalami syok, status asmatikus, nyeri hebat atau stress tingkat tinggi, atau tidak
adanya tekanan positif pernafasan juga akan mengalami SIADH.
2. ADH atau substansi ADH dihasilkan oleh sel-sel diluar sistem supraoptik hipofisis,
yang disebut sebagai sekresi ektopik ( misalnya pada infeksi).
3. Kerja ADH pada tubulus ginjal bagian distal mengalami peningkatan. Bermacammacam obat dapat menstimulasi atau mempotensiasi pelepasan ADH. Obat-obat
tersebut termasuk nikotin, transquilizer, barbiturate, anestesi umum, suplemen kalium,
diuretic tiazid, obat-obat hipoglikemia, asetominofen, isoproterenol, dan empat anti
neoplastik, seperti : sisplatin, siklofosfamid, vinblastine dan vinkristin.
Hiponatremia
Mual, muntah, diare
Takipnea
Retensi air yang berlebihan
Letargi
Penurunan kesadaran
13
kurang terlarut.
Ekskresi natrium melalui urine yang berkelanjutan
Penurunan osmolalitas serum dan cairan ekstraselular
Menurut Sylvia (2005), tanda dan gejala yang dialami pasien dengan SIADH tergantung
pada derajat lamanya retensi air dan hiponatremia. Perlu dilakukan pemeriksaan tingkat
osmolalitas serum, kadar BUN, kreatinin, natrium, kalium, klorida, dan tes kapasitas
pengisian cairan:9,10
Na serum >125 mEq/L
o Anoreksia
o Gangguan penyerapan
o Kram otot
Na serum = 115 120 mEq/L
o Sakit kepala, perubahan kepribadian
o Kelemahan dan letargia
o Mual dan muntah
o Kram abdomen
Na serum < 115 mEq/L
o Kejang dan koma
o Reflek tidak ada atau terbatas
o Tanda babinski
o Papiledema
o Edema di atas sternum
14
II.3.7. Diagnostik
Diagnosis SIADH biasanya berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan laboratorium yang sesuai. Kriteria diagnosis untuk SIADH ini dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel 3. Kriteria diagnostik SIADH 2
15
II.3.8. Penatalaksanaan
Penatalaksaan SIADH tergantung pada manifestasi klinis yang dijumpai,
kadar konsentrasi natrium serum, onset hiponatremia, dan penyakit yang mendasari.10,13
Walaupun pengobatan penyakit yang mendasari penting terhadap managemen
SIADH, tetapi terkadang hal ini sulit dilakukan. 10,13
Restriksi cairan merupakan first-line treatment pada hiponatremia ringan yang
asimtomatik (konsentrasi natrium serum > 125 mEq/L), hal ini secara umum terbukti
bermanfaat dengan disertai kombinasi dengan pengobatan terhadap penyakit dasar. Restriksi
dilakukan dari intake cairan sebesar 800 dan 1000 mL/hari. Jika tidak dijumpai respon, cairan
dapat direstriksi dengan tambahan sebesar 500-600 mL/hari, tetapi biasanya compliance
pasien terhadap hal ini sulit dijaga. Untuk meningkatkan compliance, harus dilakukan
penjelasan pada pasien bahwa makanan biasa telah mengandung 700-1000 air. 10,13
Pada hiponatremia ringan yang simtomatik, obat loop diuretics (bukan golongan
thiazides) dapat diberikan sebagai tambahan pada restriksi cairan. Loop diuretics berpengaruh
pada efek ADH di collecting tubule dengan cara menghambat reasorbsi cairan, dan dapat
mengakibatkan keseimbangan cairan yang negatif. Perhatian khusus harus diberikan saat
menggunakan obat-obatan loop diuretics untuk mencegah hilangnya elektrolit. 10,13
Jika infus saline digunakan untuk mengobati hiponatremia pada SIADH, osmolalitas
infus saline secara umum akan mempengaruhi osmolalitas urine pasien. Karena itu, infus
saline isotonik (osmolalitas: 308 mOsm/L) tidak direkomendasikan untuk pasien SIADH
dengan osmolalitas urine 308 mOsm/L, karena malah dapat memperberat keadaan
hiponatremia. Pada kasus seperti ini, ginjal akan mengekskresikan zat pelarut dari saline pada
urine, dimana volume yang tidak diekskresikan merupakan cairan, sehingga akan terjadi
peningkatan cairan yang memperburuk hiponatremia. 10,13
Bagaimanapun juga, sebuah penelitian telah mendemonstrasikan bahwa saline
isotonik terbukti
SIADH, sepanjang konsentrasi natrium dan kalium urine tidak meningkatkan konsentrasi
natrium saline isotonik (154 mEq/L). 10,13
16
Pasien dengan hiponatremia berat (konsentrasi natrium serum < 125 meq/L) mungkin
memerlukan saline hipertonik sebagai tambahan terapi restriksi cairan. Saline hipertonik
dapat diberikan melalui pump dengan monitoring, dan kadar osmolalitas urine tetap dipantau.
Saline hipertonik dapat diganti dengan saline isotonik, saat osmolalitas urine kurang
dari 300 mOsm/L. Kewaspadaan tetap harus ada saat mengoreksi hiponatremia, karena
koreksi yang terlalu agresif dan terlalu ceat dapat memicu central pontine myelinosis, yaitu
suatu keadaan demyelinating pada neuron pontin dan extrapontine, yang dapat menyebabkan
quadriplegia, pseudobulbar palsy, seizure, koma, atau bahkan kematian. Pasien dengan resiko
tinggi terhadap central pontine myelinosis adalah pasien-pasien dengan hipokalemia atau luka
bakar, pasien dengan pengobatan thiazide, alkoholik, dan pasien usia tua. Untuk menghindari
komplikasi ini, level natrium serum harus dinaikkan dengan kecepatan tidak melebihi 1-2
mEq per jam, dan tidak lebih tinggi dari 8-12 mEq per hari. Saat natrium serum meningkat
diatas 125 mEq/L, resiko seizure dan kematian berkurang dan koreksi
17
7 hari terakhir.
Murid sekolah yang sekelas dengan pasien.
Petugas kesehatan yang ada kontak langsung dengan sekret mulut dan
hidung pasien dalam 7 hari terakhir.
18
d. PAS
atau
Para
Amino
Salicilyc
Acid
diberikan
dengan
dosis
Terapi non-farmakologi:10,13
Pembatasan cairan (pantau kemungkinan kelebihan cairan)
Pembatasan sodium
Terapi farmakologi:10,13
Penggunaan diuretik untuk osmolaritas plasma rendah
Penggunaan obat demeloculine, untuk menekan vosopresin
Hiperosmolaritas, menurunkan volume edema
Ketidakseimbangan sistem metabolik, kandungan dari hipertonik saline 3% secara
perlahan-lahan mengatasi hiponatremi dan peningkatan osmolaritas serum dengan
peningkatan overload cairan
Prosedur pembedahan
Pengangkatan jaringan yang mensekresikan ADH, apabila ADH berasal dari produksi
tumor ektopik, maka terapi ditujukan untuk menghilangkan tumor tersebut.
20
21
II.3.9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat muncul dapat berupa gejala-gejala neurologis dapat berkisar
dari nyeri kepala hingga penurunan kesadaran (koma) dan juga dapat terjadi intoksikasi
air.10,13
22
II.3.10. Prognosis
Kecepatan dan durasi respon terapi sangat bergantung pada penyebabnya. SIADH
biasanya berkurang dengan regresi tumor, tetapi dapat menetap walaupun tumor primer telah
terkontrol. Gangguan neurologis akibat intoksikasi air biasanya bersifat reversibel dan tidak
memerlukan rehabilitas jangka panjang.10,13
SIADH yang disertai hiponatremia, apalagi dengan derajat yang makin berat dan
ditambah terlambatnya penanganan akan sangat berkontribusi terhadap berat ringannya angka
mortalitas dan morbiditas pasien. 10,13
Angka mortalitas pasien disertai hyponatremia 12.5% lebih tinggi dibandingkan
pasien tanpa hiponatremi. Angka mortalitas bertambah 2 x lipat (25%) bila pasien konsentrasi
serum Na < 120 mmol/L dibanding pasien degan hiponatremia ringan. 10,13
Angka mortalitas pasien dewasa berkisar 5-50% bila terdapat penurunan drastis serum
Na secara akut, tergantung derajatnya. Sementara pasien anak angka mortalitas hanya 8%.
Bayi dalam kandungan akan merespon edema yang terjadi diotak dengan lebih baik, karena
lebih luasnya volum kranium. Hiponatremi paskaoperasi bisa menyebabkan angka mortalitas
dan mormeningkat pada kedua jenis kelamin, karena tidak adekuatnya adaptasi otak dengan
volum luas dan lambatnya berobat. 10,13
23
BAB III
KESIMPULAN
Syndrome inappropiate antidiuretic hormone secretion (SIADH) dikarakteristikkan
dengan ditemukannya keadaan hiponatremia, peningkatan konsentrasi natirum di urine
dengan volume intravaskular yang normal atau sedikit meningkat.
Disebut hiponatremia apabila kadar natrium serum < 135 mEq/L. Hiponatremia
sangat sering ditemukan pada pasien pasien dengan gangguan neurologis dibandingkan
pasien pasien lainnya.
Dilaporkan bahwa keadaan hiponatremia ini ditemukan lebih dari 70% pada kasus
meningitis dan sekitar 34% pada kasus pendarahan subaraknoid.
Penataksanaan SIADH dapat meliputi pengobatan terhadap penyakit yang mendasari,
mengurangi retensi cairan yang berlebihan, serta penatalaksanaan penurunan tingkat
kesadaran.
24
DAFTAR PUSTAKA
25