Askep BBLR

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO,
1961).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat
badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat,
2005).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,
2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah
prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.
B. Tujuan
Unuk mengetahui tentang BBLR dan bagaimana asuhan keperawatan
pada BBLR.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang
dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).
B. Etiologi BBLR
Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran
bayi berat badan lahir rendah, yaitu:

Factor genetik atau kromosom


Infeksi
Bahan toksik
Insufisiensi atau disfungsi plasenta
Radiasi
Faktor nutrisi
Factor lain seperti merokok, peminum alkohol, bekerja berat pada masa
kehamilan, plasenta previa, kehamilan ganda, obat-obatan, dan

sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah
yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Paritas
Abortus spontan sebelumnya
Infertilitas
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun

Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,

perokok
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
Infeksi congenital (missal : rubella)
4. Faktor yang masih belum diketahui
C. Patofisiologi BBLR
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral,
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi
terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh.
BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar
108 kkal/kg/hari
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap
dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia,
belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi
preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase
pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan
karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34
minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu
makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan
dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan
insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)

D. Tanda dan Gejala BBLR


Menurut Huda dan Hardhi. (2013), tanda dan gejala dari bayi berat badan lahir
rendah adalah:
1. Sebelum bayi lahir
Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus

prematurus, dan lahir mati.


Pembesaran uterus tidak sesuai tuanya kehamilan.
Pergerakan janin pertama terjadi lebih lambat, gerakan janin lebih lambat

walaupun kehamilannya sudah agak lanjut


Pertambahan berat badan ibu lambat dan tidak sesuai menurut seharusnya.
Sering dijumpai kehamilan dengan oligradramnion gravidarum atau

perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 50 kali / menit.
13. Nadi 100 140 kali / menit.
E. Penatalaksanaan BBLR
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat
terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada
pengaturan suhu , pemebrian makanan bayi, Ikterus , pernapasan, hipoglikemi dan
menghindari infeksi
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.

Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi
karena pusat pengaturasn panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah
dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak
ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahhankan.
2. Makanan bayi premtur.
Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencrnaan belum
matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB
sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minumbayi sekitar 3 jam
setelahn lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih
lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sesikit dengan
frekwensi yang lebih sering. Asi merupakan makanan yasng paling utama
sehingga ASI lah ynag paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan lahan atau dengan
memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus
dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kfBB/hari
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat
4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan
5. Hipoglikemi

Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur
6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)

F. Komplikasi BBLR
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayani, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,
hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data
subyektif terdiri dari:
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis

kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau

kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat


Riwayat kesehatan

1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,

kardiovaskuler dan paru.


Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,

kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.


Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak

teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.


Hari pertama hari terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan

postdate atau preterm).


Riwayat natalkomplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat

dengan permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :


Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta previa.
Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.

2. Riwayat post natal


Yang perlu dikaji antara lain :
Agar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)

asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.


Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).

Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial

aesofagal.
Pola nutrisiYang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat

intravena.
Pola eliminasiYang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,

jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah


Latar belakang sosial budayaKebudayaan yang berpengaruh terhadap
BBLR kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama
jenis psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol,

kebiasaan ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu.


Hubungan psikologisSebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif

2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
Keadaan umum : Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus

yang baik.
Tanda-tanda Vital : Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi
bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C

37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40

60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
Kulit : Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,

pada bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.


Kepala : Kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal
haematom, ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya

peningkatan tekanan intrakranial.


Mata : Warna conjunctiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjunctiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukkan refleksi terhadap

cahaya.
Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan

lendir.
Mulut : Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Lleher : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
Thorax: Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara

wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae

pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti

adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi

karena GI Tract belum sempurna.


Umbilikus: Tali pusat layu, perhatikan ada pendarahan atau tidak, adanya

tanda tanda infeksi pada tali pusat.


Genitalia: Pada neonatus aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan
letak muara uretra pada neonatus laki laki, neonatus perempuan lihat labia

mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
Anus: Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar

serta warna dari faeses.


Ekstremitas : Warna biru, gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya
patah tulang atau adanya kelumpuhan syaraf atau keadaan jari-jari tangan serta

jumlahnya.
Refleks : Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang

Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR
yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan,
dan ketidakseimbangan metabolik
2.
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur
(pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan
berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah,
4.

dan refleks lemah.


Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang

5.

tidak efektif
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan
berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak,

ginjal imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.


6.
Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau
hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen)
yang berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis
imatur.
7.
Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
8.
Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan
dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan
9.

dengan orang tua.


Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,

kelembaban kulit.
10.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi
bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.
Intervensi

10

1.

Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat

pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan, dan


ketidakseimbangan metabolik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan, pola napas kembali efektif
Kriteria hasil:
Neonatus akan mempertahankan pola pernapasan periodik
Membran mukosa merah muda
Intervensi
Mandiri:

Kaji frekwensi dan pola


pernapasan, perhatikan adanya apnea
dan perubahan frekwensi jantung

Isap jalan napas sesuai kebutuhan

Posisikanm bayi pada abdomen


atau posisi telentang dengan gulungan
popok dibawah bahu untuk
menghasilkan hiperekstensi

Tinjau ulang riwayat ibu terhadap


obat-obatan yang akan memperberat
depresi pernapasan pada bayi
Kolaborasi :

Pantau pemeriksaan laboratorium


sesuai indikasi

Berikan oksigen sesuai indikasi

Berikan obat-obatan yang sesuai


indikasi

2.

Rasional

Membantu dalam membedakan


periode perputaran pernapasan normal
dari serangan apnetik sejati, terutama
sering terjadi pad gestasi minggu ke-30

Menghilangkan mukus yang


neyumbat jalan napas

Posisi ini memudahkan pernapasan


dan menurunkan episode apnea,
khususnya bila ditemukan adanya
hipoksia, asidosis metabolik atau
hiperkapnea

Magnesium sulfat dan narkotik


menekan pusat pernapasan dan aktifitas
SSP

Hipoksia, asidosis netabolik,


hiperkapnea, hipoglikemia,
hipokalsemia dan sepsis memperberat
serangan apnetik

Perbaikan kadar oksigen dan


karbondioksida dapat meningkatkan
funsi pernapasan
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur (pusat

regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan, penurunan


lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan berkeringat, cadangan
metabolik buruk).
Tujuan : termoregulasi menjadi efektif sesuai dengan perkembangan
Kriteria hasil :
Mempertahankan suhu kulit atau aksila (35 37,50C)
Intervensi
Mandiri :

Kaji suhu dengan memeriksa


suhu rektal pada awalnya,

Rasional

Hipotermia membuat bayi cenderung


merasa stres karena dingin, penggunaan

11

selanjutnya periksa suhu aksila atau


gunakan alat termostat dengan dasar
terbuka dan penyebar hangat.

Tempatkan bayi pada inkubator


atau dalam keadaan hangat

Pantau sistem pengatur suhu ,


penyebar hangat (pertahankan batas
atas pada 98,6F, bergantung pada
ukuran dan usia bayi)

Kaji haluaran dan berat jenis


urine

Pantau penambahan berat badan


berturut-turut. Bila penambahan
berat badan tidak adekuat,
tingkatkan suhu lingkungan sesuai
indikasi.

Perhatikan perkembangan
takikardia, warna kemerahan,
diaforesis, letargi, apnea atau
aktifitas kejang.
Kolaborasi :

Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi (GDA,
glukosa serum, elektrolit dan kadar
bilirubin)

Berikan obat-obat sesuai dengan


indikasi : fenobarbital

12

simpanan lemak tidak dapat diperbaruai


bila ada dan penurunan sensivitas untuk
meningkatkan kadar CO2 atau penurunan
kadar O2.
Mempertahankan lingkungan
termonetral, membantu mencegah stres
karena dingin
Hipertermi dengan peningkatan laju
metabolisme kebutuhan oksigen dan
glukosa serta kehilangan air dapat terjadi
bila suhu lingkungan terlalu tinggi.
Penurunan keluaran dan peningkatan
berat jenis urine dihubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode
stres karena rasa dingin
Ketidakadekuatan penambahan berat
badan meskipun masukan kalori adekuat
dapat menandakan bahwa kalori
digunakan untuk mempertahankan suhu
lingkungan tubuh, sehingga memerlukan
peningkatan suhu lingkungan.
Tanda-tanda hip[ertermi ini dapat
berlanjut pada kerusakan otak bila tidak
teratasi.
Stres dingin meningkatkan kebutuhan
terhadap glukosa dan oksigen serta dapat
mengakibatkan masalah asam basa bila
bayi mengalami metabolisme anaerobik
bila kadar oksigen yang cukup tidak
tersedia. Peningkjatan kadar bilirubin
indirek dapat terjadi karena pelepasan
asam lemak dari meta bolisme lemak
coklat dengan asam lemak bersaing
dengan bilirubin pada pada bagian ikatan
di albumin.
Membantu mencegah kejang
berkenaan dengan perubahan fungsi SSP
yang disebabkan hipertermi
Memperbaiki asidosis yang dapat
terjadi pada hiportemia dan hipertermia

3.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan

penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah,


dan refleks lemah.
Tujuan : nutrisi terpenuhi sesuai kebutuhan
Kriteria hasil :
Bayi mendapat kalori dan nutrien esensial yang adekuat
Mempertahankan pertumbuhan dan peningkatan berat badan dalam kurva
normal dengan penambahan berat badan tetap, sedikitnya 20-30 gram/hari.
Intervensi
Mandiri :

Kaji maturitas refleks berkenaan


dengan pemberian makan
(misalnya : mengisap, menelan, dan
batuk)

Auskultasi adanya bising usus,


kaji status fisik dan statuys
pernapasan

Kaji berat badan dengan


menimbang berat badan setiap hari,
kemudian dokumentasikan pada
grafik pertumbuhan bayi

Pantau masuka dan dan


pengeluaran. Hitung konsumsi kalori
dan elektrolit setiap hari

Kaji tingkat hidrasi, perhatikan


fontanel, turgor kulit, berat jenis
urine, kondisi membran mukosa,
fruktuasi berat badan.

Kaji tanda-tanda hipoglikemia;


takipnea dan pernapasan tidak
teratur, apnea, letargi, fruktuasi suhu,
dan diaphoresis. Pemberian makan
buruk, gugup, menangis, nada tinggi,
gemetar, mata terbalik, dan aktifitas
kejang.
Kolaborasi :

Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi :
Glukas serum. Nitrogen urea darah,

13

Rasional

Menentukan metode pemberian


makan yang tepat untuk bayi

Pemberian makan pertama bayi


stabil memiliki peristaltik dapat
dimulai 6-12 jam setelah kelahiran.
Bila distres pernapasan ada cairan
parenteral di indikasikan dan cairan
peroral harus ditunda

Mengidentifikasikan adanya
resiko derajat dan resiko terhadap
pola pertumbuhan. Bayi SGA
dengan kelebihan cairan ekstrasel
kemungkinan kehilangan 15% BB
lahir. Bayi SGA mungkin telah
mengalami penurunan berat badan
dealam uterus atau mengalami
penurunan simpanan
lemak/glikogen.

Memberikan informasi tentang


masukan aktual dalam
hubungannya dengan perkiraan
kebutuhan untuk digunakan dalam
penyesuaian diet.

Peningkatan kebutuhan
metabolik dari bayi SGA dapat
meningkatkan kebutuhan cairan.
Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi.
Pemberian cairan intravena
mungkin diperlukan untuk

4.

kreatin, osmolalitas serum/urine,


elektrolit urine
Berikan suplemen elektrolit
sesuai indikasi misalnya kalsium
glukonat 10%

memenuhi peningkatan kebutuhan,


tetapi harus dengan hati-hati
ditangani untuk menghindari
kelebihan cairan

Karena glukosa adalah sumber


utama dari bahan bakar untuk otak,
kekurangan dapat menyebabkan
kerusakan SSP
permanen.hipoglikemia secara
bermakna meningkatkan mobilitas
mortalitas serta efek berat yang
lama bergantung pada durasi
masing-masing episode.
Kolaborasi :

Hipoglikemia dapat terjadi pada


awal 3 jam lahir bayi SGA saat
cadangan glikogen dengan cepat
berkurang dan glukoneogenesis
tidak adekuat karena penurunan
simpanan protein obat dan lemak.

Mendeteksi perubahan fungsi


ginjal berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrien dan
kadar cairan akibat malnutrisi.

Ketidakstabilan metabolik pada


bayi SGA/LGA dapat memerlukan
suplemen untuk mempertashankan
homeostasis.
Resiko infeksi yang berhubungan dengan pertahanan imunologis yang tidak

efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Suhu 350C
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Leukosit 5.000 10.000
Intervensi
Mandiri :

Kaji adanya tanda tanda


infeksi

Lakukan isolasi bayi lain yang


menderita infeksi sesuai kebijakan

Rasional
Untuk mengetahui lebih dini
adanya tanda-tanda terjadinya
infeksi

Tindakan yang dilakukan untuk


meminimalkan terjadinya

14

5.

insitusi
infeksi yang lebih luas
Sebelum dan setelah menangani
Untuk mencegah terjadinya
bayi, lakukan pencucian tangan
infeksi
Yakinkan semua peralatan yang
Untuk mencegah terjadinya
kontak dengan bayi bersih dan steril
infeksi
Cegah personal yang mengalami
Untuk mencegah terjadinya
infeksi menular untuk tidak kontak
infeksi yang berlanjut pada bayi
langsung dengan bayi.
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat

ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal
imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Bebas dari tanda dehidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi
Mandiri :

Bandingkan masukan dan


pengeluaran urine setiap shift dan
keseimbangan kumulatif setiap
periodik 24 jam

Pantau berat jenis urine setiap


selesai berkemih atau setiap 2-4 jam
dengan menginspirasi urine dari popok
bayi bila bayi tidak tahan dengan
kantong penampung urine.

Evaluasi turgor kulit, membran


mukosa, dan keadaan fontanel anterior.

Pantau tekanan darah, nadi, dan


tekanan arterial rata-rata (TAR)
Kolaborasi :

Pantau pemeriksaan laboratorium


sesuai dengan indikasi Ht

Berikan infus parenteral dalam


jumlah lebih besar dari 180 ml/kg,
khususnya pada PDA, displasia
bronkopulmonal (BPD), atau entero
coltis nekrotisan (NEC)

Berikan tranfusi darah.

15

Rasional

Pengeluaran harus 1-3 ml/kg/jam,


sementara kebutuhan terapi cairan kirakira 80-100 ml/kg/hari pada hari
pertama, meningkat sampai 120-140
ml/kg/hari pada hari ketiga postpartum.
Pengambilan darah untuk tes
menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.

Meskipun imaturitas ginjal dan


ketidaknyamanan untuk
mengonsentrasikan urine biasanya
mengakibatkan berat jenis yang rendah
pada bayi preterm ( rentang
normal1,006-1,013). Kadar yang rendah
menandakan volume cairan berlebihan
dan kadar lebih besar dari 1,013
menandakan ketidakmampuan masukan
cairan dan dehidrasi.

Kehialangan atau perpindahan


cairan yang minimal dapat dengan cepat
menimbulkan dehidrasi, terlihat oleh
turgor kulit yang buruk, membran
mukosa kering, dan fontanel cekung.

Kehilangan 25% volume darah


mengakibatakan syok dengan TAR < 25

mmHg menandakan hipotensi.


Dehidrasi meningkatkan kadar Ht
diatas normal 45-53% kalium serum

Hipoglikemia dapat terjadi karena


kehilangan melalui selang nasogastrik
diare atau muntah.

Penggantian cairan darah


menambah volume darah, membantu
mengenbalikan vasokonstriksi akibat
dengan hipoksia, asidosis, dan pirau
kanan ke kiri melalui PDA dan telah
membantu dalam penurunan komplikasi
enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.

Mungkin perlu untuk


mempertahankan kadar Ht/Hb optimal
dan menggantikan kehilangan darah.
Resiko cedera akibat bervariasinya aliran darah otak, hipertensi atau

6.

hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang
berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan
memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen
otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau
perdarahan intraventrikel.
Intervensi

Kurangi rangsangan lingkungan

Organisasikan asuhan selama


jamsibuk normal sebanyak mungkin

Tutup dan buka kelambu dan lampu


tidur

Tutup inkubator dengan kain dan


pasang tanda jangan diganggu

Kaji dan tangani nyeri


menggunakan metode farmakologis dan
non-farmakologis

Kenali tanda stres fisik dan


stimulasi berlebih

Hindari obat dan larutan hipertonis

16

Rasional

Respons stres, terutama


peningkatan tekanan darah, dapat
miningkatkan resiko peningkatan TIK

Untuk meminimalkan gangguan


tidur dan kebisingan intermiten yang
sering

Untuk memungkinkan jadwal siang


dan malam

Untuk mengurangi cahaya dan


tidak membangunkan periode istirahat
bayi

Nyeri meningkatkan tekanan darah

Untuk segera memberi intervensi

yang memadai
Akan meningkatkan tekanan darah

otak

Hipoksia akan meningkatkan aliran


darah otak tekanan intrakranial

Akan mengurangi aliran arteri


karotis dan oksigenasi ke otak
7.
Nyeri yang berhubungan dengan prosedur, diagnosis dan tindakan.
Tujuan: pasien tidak memperlihatkan adanya nyeri yang dirasakan
Kriteria hasil :
Pasien tidak merintih/menagngis kesakitan
Pasien tidak memperlihatkan tanda nyeri atau tanda nyeri yang minimal

Pertahankan oksigenasi yang


adekuat
Hindari memutar kepala ke
samping tiba-tiba

Intervensi
Rasional
Kaji keefektifan upaya kontrol
Beberapa upaya (misalnya
nyeri non farmakologis
menggosok) dapat meningkatkan

Dorong orang tua untuk


distres bayi prematur

Sebagai orang tua bayi,


memberikan upaya kenyamanan
bila mungkin
kenyamanan lebih efektif diberikan

Tunjukkan sikap sensitif dan


langsung oleh orang tua kepada
kasih sayang pada bayi
bayinya

Seorang bayi sangat


membutuhkan kasih sayang,
khususnya dari orang tua
8.
Resiko gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang berhubungan

dengan kelahiran premature, lingkungan NICU tidak alamiah, perpisahan dengan


orang tua.
Intervensi
Berikan nutrisi yang maksimal
Berikan periode istrahat yang
teratur tanpa gangguan

Kenali tanda stimulus yang


berlebihan (terkejut, menguap, aversi
aktif, menangis)

Tingkatkan interaksi orang tua-bayi

9.

Rasional
Untuk menjamin penambahan berat
badan dan pertunbuhan otak yang tetap

Untuk mengurangi panggunaan


O2 dan kalori yang tidak perlu

Untuk membiarkan istirahat bayi


denagn tenang

Sangat penting untuk pertumbuhan


dan perkembangan normal
Resiko gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan imobilitas,

kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh
Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi

17

Intervensi

Observasi tekstur dan warna kulit.

Jaga kebersihan kulit bayi.

Ganti pakaian setiap basah.

Jaga kebersihan tempat tidur.

Lakukan mobilisasi tiap 2 jam.

Rasional

Untuk mengetahui adanya kelainan


pada kulit secara dini

Meminimalkan kontak kulit bayi


dengan zat-zat yang dapat merusak kulit
pada bayi

Untuk meminimalisir terjadinya


iritasi pada kulit bayi

Untuk mencegah kerusakan kulit


pada bayi
10. Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya ditandai
dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi bayinya, dan
berharap agar bayinya cepat sembuh.
Tujuan: keluarga mendapat informasi tentang kemajuan kondisi bayinya
Kriteria hasil:
Orang tua/ keluarga mengekpresikan perasaan dan keprihatinan mengenai
bayi dan prognosis serta memperlihatkan pemahaman dan kjeterlibatan
dalan asuhan
Intervensi

Kaji tingkat pemahaman klien


berikan instruksi /informasi pada
klien maupun keluarga tentang
penyakitnya, baik tertulis atau lisan.

Jelaskan proses penyakit individu.


Dorong orang terdekat menanyakan
pertanyaan

Jelaskan tentang dosis obat,


frekwensi, tujuan pengobatan dan
alasan tentang pemberian obat kepeda
keluarga

Kaji potensial efek samping


pengobatan
D.

Rasional

Belajar tergantung pada emosi dan


kesiapan fisik dan diingatkan pada tahapan
individu

Menurunkan ansietas dan dapat


menimbulkan perbaikan partisipasi pada
rencana pengobatan.

Meningkatkan kerjasama dalam


program pengobatan dan mencegah
penghentian obatsesuai perbaikan kondisi
pasien.

Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
sehubungan dengan terapi dan
meningkatkan kerjasam dalam program

Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah

direncanakan, mencakup tindakan mandiri dan kolaborasi.


Tindakan mandiri adalah tindakan keperawatan berdasarkan analisis dan
kesimpulan perawat dan bukan atas petunjuk tenaga kesehatan lain.

18

Tindakan kolaborasi adalah tindakan keperawatan yang didasarakan oleh


hasil keputusan bersama dengan dokter atau petugas kesehatan lain.
E.

Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan

tujuan yang hendak dicapai.

19

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah. BBLR
Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang
dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah
prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.

20

DAFTAR PUSTAKA

Betz, L C dan Sowden, L A. 2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. Jakarta :

EGC.
Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.

Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid

1. Jakarta : EGC.
Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
WWW. Pediatric.com
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan

Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Jakarta: Depkes RI


http://www.scribd.com/doc/47352330/Inkubator-Bayi
http://www.scribd.com/doc/86864688/26-Incubator-Perawatan
http://lianerako.blogspot.com/2014/01/askep-bblr-berat-badan-lahirrendah-dan.html

21

ASUHAN KEPERAWATAN BBLR

22

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang ASKEP BBLR. mudah-mudahan makalah ini bisa membantu bagi
mahasiswa untuk bekal nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.

Sukabumi, April 2015


Penulis

23

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.

Definisi BBLR...........................................................................................2
Etiologi BBLR...........................................................................................2
Patofisiologi BBLR...................................................................................3
Tanda dan Gejala BBLR............................................................................4
Penatalaksanaan BBLR.............................................................................5
Komplikasi BBLR.....................................................................................7

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN .............................................................8


BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................23

24

Anda mungkin juga menyukai