Askep BBLR
Askep BBLR
Askep BBLR
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah (WHO,
1961).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat
badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat,
2005).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan
berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong,
2009).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah
prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.
B. Tujuan
Unuk mengetahui tentang BBLR dan bagaimana asuhan keperawatan
pada BBLR.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi BBLR
Bayi berat badan lahir rendah ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir
kurang dari 2500 gram ( WHO, 1961 ). Berat badan lahir rendah adalah bayi
dengan berat badan kurang dari 2500 gram pada waktu lahir. (Huda dan Hardhi,
NANDA NIC-NOC, 2013).
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 2.500 gram tanpa memperhatikan usia gestasi (Wong, 2009).
BBLR Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang
dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).
B. Etiologi BBLR
Menurut Huda dan Hardhi dalam NANDA NIC-NOC (2013). Penyebab kelahiran
bayi berat badan lahir rendah, yaitu:
sebagainya.
Selain penyebab diatas ada beberapa penyebab kelahiran berat badan lahir rendah
yang berhubungan, yaitu :
1. Faktor ibu
a. Paritas
Abortus spontan sebelumnya
Infertilitas
Gizi saat hamil yang kurang, umur kurang dari 20 tahun atau diatas 35
tahun
Jarak hamil dan persalinan terlalu dekat, pekerjaan yang terlalu berat
Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,
perokok
2. Faktor kehamilan
Hamil dengan hidramnion, hamil ganda, perdarahan antepartum
Komplikasi kehamilan : preeklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini
3. Faktor janin
Cacat bawaan, infeksi dalam rahim.
Infeksi congenital (missal : rubella)
4. Faktor yang masih belum diketahui
C. Patofisiologi BBLR
Menurunnya simpanan zat gizi. Hampir semua lemak, glikogen, dan mineral,
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng dideposit selama 8 minggu terakhir
kehamilan. Dengan demikian bayi preterm mempunyai peningkatan potensi
terhadap hipoglikemia, rikets dan anemia. Meningkatnya kkal untuk bertumbuh.
BBLR memerlukan sekitar 120 kkal/ kg/hari, dibandingkan neonatus aterm sekitar
108 kkal/kg/hari
Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan. Koordinasi antara isap
dan menelan, dengan penutupan epiglotis untuk mencegah aspirasi pneumonia,
belum berkembang dengan baik sampai kehamilan 32-42 minggu. Penundaan
pengosongan lambung dan buruknya motilitas usus sering terjadi pada bayi
preterm. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang diperlukan untuk
mencerna dan mengabsorbsi lemak , dibandingkan bayi aterm. Produksi amilase
pankreas dan lipase, yaitu enzim yang terlibat dalam pencernaan lemak dan
karbohidrat juga menurun. Kadar laktase juga rendah sampai sekitar kehamilan 34
minggu. Paru-paru yang belum matang dengan peningkatan kerja bernafas dan
kebutuhan kalori yang meningkat. Masalah pernafasan juga akan mengganggu
makanan secara oral.
Potensial untuk kehilangan panas akibat luasnya permukaan tubuh dibandingkan
dengan berat badan, dan sedikitnya lemak pada jaringan bawah kulit memberikan
insulasi. Kehilangan panas ini meningkatkan keperluan kalori. (Moore, 1997)
perdarahan anterpartum.
2. Setelah bayi lahir
Bayi dengan retadasi pertumbuhan intra uterin
Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
Bayi small for date sama dengan bayi retardasi pertumbuhan intrauterine.
Bayi premature kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya.
Selain itu ada gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Berat kurang dari 2500 gram.
2. Panjang kurang dari 45 cm.
3. Lingkar dada kurang dari 30 cm.
4. Lingkar kepala kurang dari 33 cm.
5. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu.
6. Kepala lebih besar.
7. Kulit tipis, transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang.
8. Otot hipotonik lemah.
9. Pernapasan tak teratur dapat terjadi apnea.
10. Eksremitas : paha abduksi, sendi lutut / kaki fleksi-lurus.
11. Kepala tidak mampu tegak.
12. Pernapasan 40 50 kali / menit.
13. Nadi 100 140 kali / menit.
E. Penatalaksanaan BBLR
Dengan memperhatikan gambaran klinik dan berbagai kemungkinanan yang dapat
terjadi pada bayi prematuritas maka perawatan dan pengawasan ditujukan pada
pengaturan suhu , pemebrian makanan bayi, Ikterus , pernapasan, hipoglikemi dan
menghindari infeksi
1. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas /BBLR.
Bayi prematur dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi hipotermi
karena pusat pengaturasn panas belum berfungsi dengan baik metabolisme rendah
dan permukaan badan relatif luas oleh karena itu bayi prematuritas harus dirawat
dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim , apabila tidak
ada inkubator bayi dapat dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol
berisi air panas sehingga panas badannya dapat dipertahhankan.
2. Makanan bayi premtur.
Alat pencernaan bayi belum sempurna lambung kecil enzim pencrnaan belum
matang sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori 110 kal;/kgBB
sehingga pertumbuhan dapat meningkat. Pemberian minumbayi sekitar 3 jam
setelahn lahir dan didahului derngan menghisap cairan lambung , reflek masih
lemah sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sesikit dengan
frekwensi yang lebih sering. Asi merupakan makanan yasng paling utama
sehingga ASI lah ynag paling dahulu diberikan, bila faktor menghisapnya kurang
maka ASI dapat diperas dan diberikan dengan sendok perlahan lahan atau dengan
memasang sonde. Permulaan cairan yang diberikan 50- 60 cc/kgBB/hari terus
dinaikan sampai mencapai sekitar 200 cc/kfBB/hari
3. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya belum matur
dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan secara efisien sampai 4-5 hari
berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh polisetemia, memar hemolisias dan infeksi
karena hperbiliirubinemia dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus
sering dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih cepat
bertambah coklat
4. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada penyakit ini
tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam bayi harus dirawat terlentang
atau tengkurap dalam inkubator dada abdomen harus dipaparkan untuk
mengobserfasi usaha pernapasan
5. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat badan lahir
rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan pemeriksaan gula darah
secara teratur
6. Menghindari Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali mengalami infeksi karena daya tahan tubuh masih
lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan antibodi belum
sempurna . Oleh karena itu tindakan prefentif sudah dilakukan sejak antenatal
sehingga tidak terjadi persalinan dengan prematuritas (BBLR)
F. Komplikasi BBLR
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayani, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum
sempurna/ cukup, sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan
inspirasi, tidak tertinggal udara residu dalam alveoli, sehingga selalu
dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia. Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia,
hal ini mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Data Subyektif
Data subyektif adalah persepsi dan sensasi klien tentang masalah kesehatan. Data
subyektif terdiri dari:
Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin
Orangtua meliputi : nama (ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
1. Riwayat antenatal yang perlu dikaji atau diketahui dari riwayat antenatal pada
kasus BBLR yaitu:
Keadaan ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
aesofagal.
Pola nutrisiYang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
Pola eliminasiYang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,
2. Data Obyektif
Data obyektif adalah data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui atau berlaku.
Keadaan umum : Pada neonatus dengan BBLR, keadaannya lemah dan hanya
merintih. Keadaan akan membaik bila menunjukkan gerakan yang aktif dan
menangis keras. Kesadaran neonatus dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukkan kondisi neonatus
yang baik.
Tanda-tanda Vital : Neonatus post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Untuk bayi preterm beresiko
terjadinya hipothermi bila suhu tubuh < 36 C dan beresiko terjadi hipertermi
bila suhu tubuh < 37 C. Sedangkan suhu normal tubuh antara 36,5C
37,5C, nadi normal antara 120-140 kali per menit respirasi normal antara 40
60 kali permenit, sering pada bayi post asfiksia berat pernafasan belum teratur
Kulit : Warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstrimitas berwarna biru,
cahaya.
Hidung : Terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan
lendir.
Mulut : Bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
Telinga : Perhatikan kebersihannya dan adanya kelainan
Lleher : Perhatikan kebersihannya karena leher nenoatus pendek
Thorax: Bentuk simetris, terdapat tarikan intercostal, perhatikan suara
wheezing dan ronchi, frekwensi bunyi jantung lebih dari 100 kali per menit.
Abdomen : Bentuk silindris, hepar bayi terletak 1 2 cm dibawah arcus
costaae
pada garis papila mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti
adanya asites atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma, bising usus
timbul 1 sampai 2 jam setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi
mayor dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
Anus: Perhatiakan adanya darah dalam tinja, frekuensi buang air besar
jumlahnya.
Refleks : Pada neonatus preterm post asfiksia berat reflek moro dan
sucking lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan
susunan syaraf pusat atau adanya patah tulang
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa yang bisa ditegakkan oleh seorang perawat pada bayi dengan BBLR
yaitu:
1. Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
pernapasan, keterbatasan perkembangan otot penurunan otot atau kelemahan,
dan ketidakseimbangan metabolik
2.
Resiko termoregulasi inefektif yang berhubungan dengan SSP imatur
(pusat regulasi residu, penurunan massa tubuh terhadap area permukaan,
penurunan lemak sebkutan, ketidakmampuan merasakan dingin dan
berkeringat, cadangan metabolik buruk)
3.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan
penurunan simpanan nutrisi, imaturitas produksi enzim, otot abdominal lemah,
4.
5.
tidak efektif
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan
berat ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak,
kelembaban kulit.
10.
Kecemasan orang tua berhubungan dengan kondisi penyakit bayinya
ditandai dengan orang tua klien tampak cemas dan khawatir malihat kondisi
bayinya, dan berharap agar bayinya cepat sembuh.
Intervensi
10
1.
Pola nafas yang tidak efektif yang berhubungan dengan imaturitas pusat
2.
Rasional
Rasional
11
Perhatikan perkembangan
takikardia, warna kemerahan,
diaforesis, letargi, apnea atau
aktifitas kejang.
Kolaborasi :
Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi (GDA,
glukosa serum, elektrolit dan kadar
bilirubin)
12
3.
Pantau pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi :
Glukas serum. Nitrogen urea darah,
13
Rasional
Mengidentifikasikan adanya
resiko derajat dan resiko terhadap
pola pertumbuhan. Bayi SGA
dengan kelebihan cairan ekstrasel
kemungkinan kehilangan 15% BB
lahir. Bayi SGA mungkin telah
mengalami penurunan berat badan
dealam uterus atau mengalami
penurunan simpanan
lemak/glikogen.
Peningkatan kebutuhan
metabolik dari bayi SGA dapat
meningkatkan kebutuhan cairan.
Keadaan bayi hiperglikemia dapat
mengakibatkan diuresi pada bayi.
Pemberian cairan intravena
mungkin diperlukan untuk
4.
efektif
Tujuan : pasien tidak memperlihatkan adanya tanda infeksi
Kriteri hasil :
Suhu 350C
Tidak ada tanda-tanda infeksi
Leukosit 5.000 10.000
Intervensi
Mandiri :
Rasional
Untuk mengetahui lebih dini
adanya tanda-tanda terjadinya
infeksi
14
5.
insitusi
infeksi yang lebih luas
Sebelum dan setelah menangani
Untuk mencegah terjadinya
bayi, lakukan pencucian tangan
infeksi
Yakinkan semua peralatan yang
Untuk mencegah terjadinya
kontak dengan bayi bersih dan steril
infeksi
Cegah personal yang mengalami
Untuk mencegah terjadinya
infeksi menular untuk tidak kontak
infeksi yang berlanjut pada bayi
langsung dengan bayi.
Resiko kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan usia dan berat
ekstrem, kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis), kurang lapisan lemak, ginjal
imatur/ kegagalan mengonsentrasikan urine.
Tujuan : cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
Bebas dari tanda dehidrasi.
Menunjukkan penambahan berat badan 20-30 gram/hari.
Intervensi
Mandiri :
15
Rasional
6.
hipotensi sistemik, dan berkurangnya nutrient seluler (glukosa dan oksigen) yang
berhubungan dengan system sraf sentral dan respons stress fisiologis imatur.
Tujuan : pasien mendapatkan asuhan untuk mencegah cedera dan
memeprtahankan aliran darah sistemik dan otak memadai, glukosa dan oksigen
otak adekuat; tidak memperlihatkan adanya perdarahan intaventrikular.
Kriteria hasil:
Pasien tidak memperlihatkan tanda peningkatan tekanan intrakranial atau
perdarahan intraventrikel.
Intervensi
16
Rasional
yang memadai
Akan meningkatkan tekanan darah
otak
Intervensi
Rasional
Kaji keefektifan upaya kontrol
Beberapa upaya (misalnya
nyeri non farmakologis
menggosok) dapat meningkatkan
9.
Rasional
Untuk menjamin penambahan berat
badan dan pertunbuhan otak yang tetap
kelembaban kulit.
Tujuan: bayi mempertahanmkan integritas kulit
Kriteria hasil:
Kulit tetap bersih dan utuh
Tidan terlihat adanya tanda-tanda terjedinya iritasi
17
Intervensi
Rasional
Rasional
Mencegah/menurunkan ketidaknyaman
sehubungan dengan terapi dan
meningkatkan kerjasam dalam program
Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai denga yang telah
18
Evaluasi
Merupakan hasil perkembangan ibu dengan berpedoman kepada hasil dan
19
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berat badan lahir rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir dengan berat
badan pada saat kelahiran kurang dari 2500 gr atau lebih rendah. BBLR
Merupakan bayi (neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang
dari 2500 gram atau sampai dengan 2499 gram. Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500
gram tanpa memperhatikan usia gestasi.
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru
lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah
prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya gangguan
pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.
20
DAFTAR PUSTAKA
EGC.
Doenges, E. Marilynn. (1999), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3.
Jakarta: EGC.
Mansjoer, Arif, dkk. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Edisi ketiga Jilid
1. Jakarta : EGC.
Tambayong, (2000) . Patofisiologi Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
WWW. Pediatric.com
Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. 2008. Paket Pelatihan Pelayanan
21
22
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah membawa kita semua ke jalan kebenaran yang
diridhoi Allah SWT.
Maksud penulis membuat makalah ini adalah untuk dapat lebih memahami
tentang ASKEP BBLR. mudah-mudahan makalah ini bisa membantu bagi
mahasiswa untuk bekal nanti di lapangan.
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis
yang membuat dan umumnya bagi yang membaca makalah ini. Amin.
23
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................i
DAFTAR ISI ....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Tujuan .......................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A.
B.
C.
D.
E.
F.
Definisi BBLR...........................................................................................2
Etiologi BBLR...........................................................................................2
Patofisiologi BBLR...................................................................................3
Tanda dan Gejala BBLR............................................................................4
Penatalaksanaan BBLR.............................................................................5
Komplikasi BBLR.....................................................................................7
24