Makalah Persalinan Preterm (Prematur)
Makalah Persalinan Preterm (Prematur)
Makalah Persalinan Preterm (Prematur)
Kunjungi: https://warungbidan.blogspot.com/2020/11/makalah-persalinan-preterm-prematur.html
1
pada bayi yang lahir prematur. Konsumsi alkohol yang berlebihan selama kehamilan
dapat memengaruhi perkembangan fetus dan harapan hidup neonatus. Wanita yang
mengonsumsi alkohol lebih dari satu gelas per hari dapat meningkatkan risiko
persalinan prematur sementara jika mengosumsi akohol kurang dari 4 gelas tiap miggu
tidak memberikan efek meningkatkan risiko persalinan premature (Offiah, Donoghue,
dan Kenny, 2012).
Faktor usia juga diduga berhubungan dengan kejadian persalinan prematur.
Wanita usia muda cenderung mempunyai pasangan seksual yang lebih banyak dan
infeksi pada vagina, sementara wanita usia yang lebih tua cenderung mengalami
kontaksi uterus yang irregular, seperti mioma (Chalermchockcharoenkit, 2012).
3. Faktor genetik
Kelahiran prematur juga diduga sebagai suatu proses yang terjadi secara familial
karena sifat persalinan prematur yang berulang dan prevalensinya yang berbeda-beda
antar ras (Cunningham et al, 2011).
4. Infeksi cairan amnion dan korion
Infeksi koriamnion yang disebabkan oleh berbagai mikroorganisme telah muncul
sebagai penyebab kasus pecah ketuban dini dan persalinan prematur. Proses persalinan
aterm diawali dengan aktivasi dari fosfolipase A2 (PLA-2) yang melepaskan bahan
asam arakidonat dari selaput amnion janin sehingga meningkatkan penyediaan asam
arakidonat benas untuk sintesis prostaglandin. Banyak mikroorganisme yang
menghasilkan fosfolipase A2 sehingga mencetuskan persalinan prematur. Endotoksin
bakteri (liposakarida) dalam cairan amnion merangsang sel desidua untuk
memproduksi sitokin dan prostaglandin yang memicu persalinan (Cunningham, 2011).
Drife dan Magowan dalam Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa proses persalinan
prematur yang dikaitkan dengan infeksi diperkirakan diawali dengan pengeluaran
produk sebagai hasil dari aktivasi monosit. Berbagai sitokin termasuk interleukin-1,
tumor nekrosing faktor (TNF), dan interleukin 6 adalah produk sekretorik yang
dikaitkan dengan persalinan prematur. Sementara itu, Platelet Activating Factor (PAF)
yang ditemukan dalam air ketuban terlibat secara sinergik pada aktivasi jalinan sitokin
tadi. PAF diduga dihasilkan dari paru dan ginjal janin. Dengan demikian janin
memerankan peran sinergik dalam mengawali proses persalinan prematur yang
disebabkan oleh infeksi. Bakteri sendiri mungkin menyebabkan kerusakan membran
melalui pengaruh langsung dari protease.
2
Sedangkan Prawirohardjo (2011) menyatakan bahwa kondisi yang terjadi selama
kehamilan dapat berisiko terhadap kejadian persalinan prematur yang dibagi dalam
dua faktor, yaitu:
1. Janin dan plasenta
a. perdarahan trimester awal
b. perdarahan antepartum (plasenta previa, solution plasenta, vasa previa)
c. ketuban pecah dini (KPD)
d. pertumbuhan janin terhambat
e. cacat bawaan janin
f. kehamilan ganda/gemeli
g. polihidramnion
2. Ibu
a. penyakit berat pada ibu
b. diabetes mellitus
c. preeklamsia/hipertensi
d. infeksi saluran kemih/genital/intrauterin
e. penyakit infeksi dengan demam
f. stress psikologik
g. kelainan bentuk uterus/serviks
h. riwayat persalinan prematur/abortus berulang
i. inkompetensia serviks (panjang serviks kurang dari 1 cm)
j. pemakaian obat narkotia
k. trauma perokok berat
l. kelainan imunologik/kelainan resus
3
Bayi yang lahir sebelum 32 minggu memiliki risiko yang sangat besar akan kematian
dan kesehatan yang buruk di masa kehidupannya, begitu juga dengan bayi yang lahir di
antara 32 sampai 36 minggu masih tetap memiliki masalah kesehatan dan perkembangan
dibandingkan bayi yang dilahirkan cukup bulan (Institute of Medicine, 2006).
Komplikasi pada persalinan prematur terjadi karena sistem organ yang masih imatur
yang masih belum siap untuk mendukung kehidupan di lingkungan ekstrauterin.
Inflamasi dan pengeluaran sitokin yang mencetuskan parsalinan prematur diduga sebagai
patogenesis chronic lung disease, NEC(Necrotizing Entero Cilitis), ROP(Rethinopathy of
Prematurity), dan kerusakan pada brain white matter ( Behrman dan Butler, 2007)
4
1) Indikator klinik
Indikator klinik yang dapat dijumpai seperti timbulnya kontraksi dan
pemendekan serviks (secara manual maupun ultrasonografi). Terjadinya ketuban
pecah dini juga meramalkan akan terjadinya persalinan prematur
2) Indikator laboratorik
Beberapa indikator laboratorik yang bermakna antara lain adalah jumlah leukosit
dalam air ketuban (20/ml atau lebih), pemeriksaan CRP (>0,7 mg/ml), dan
pemeriksaan leukosit dalam serum ibu (>13.000/ml)
3) Indikator biokimia
Fibronektin janin: peningkatan kadar fibronektin janin pada vagina, serviks, dan
air ketuban memberikan indikasi adanya gangguan pada hubungan antar korion
dan desidua. Pada kehamilan 24 minggu atau lebih, kadar fibronektin janin
50ng/ml atau lebih mengindikasikan risiko persalianan prematur.
4) Corticotropin Releasing Hormone (CRH): peningkatan CRH dini atau pada
trimester 2 merupakan indikator kuat untyk terjadinya persalinan premature.
5) Sitokin inflamasi: pada keadaan normal (tidak hamil) kadar isoferitin sebanyak
10 U/ml. Kadarnya meningkat secara bermakna selama kehamilan dan mencapai
puncak pada trimester akhir yaitu 54,8±53 U/ml. Penurunan kadar dalam serum
akan berisiko terjadinya persalinan prematur.
6) Feritin: Rendahnya kadar feritin merupakan indikator yang sensitive untuk
keadaan kurang zat besi. Peningkatan ekspresi feritin berkaitan dengan berbagai
keadaan fase akut termasuk kondisi inflamasi.