Kriteria Dan Tahapan Perencanaan Jembatan

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KONSTRUKSI JEMBATAN

(KRITERIA DAN TAHAPAN


PERENCANAAN JEMBATAN)
Disusun oleh: Nindia Andani Indraningtyas
(4111010021)

Perancangan Jalan dan Jembatan


SEMESTER 5

KRITERIA DAN TAHAPAN PERENCANAAN JEMBATAN


A. Kriteria Perencanaan Jembatan
1. Umum
Perencanaan jembatan harus memenuhi pokok-pokok perencanaan
sebagai berikut :
a. Kekuatan dan stabilitas struktur
b. Kenyamanan dan keselamatan
c. Kemudahan (pelaksanaan dan pemeliharaan)
d. Ekonomis
e. Pertimbangan aspek lingkungan, social dan aspek keselamatan jalan
f. Keawetan dan kelayakan jangka panjang
g. Estetika
2. Rujukan
a. Perencanaan struktur jembatan harus mengacu kepada:
Peraturan Perencanaan Jembatan (Bridge Design Code) BMS 92 dengan
revisi pada :
1) Bagian 2 dengan Pembebanan Untuk Jembatan (SK.SNI T-02-2005),
sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
2) Bagian 6 dengan Perencanaan Struktur Beton untuk Jembatan (SK.SNI T12-2004), sesuai Kepmen PU No. 260/KPTS/M/2004.
3) Bagian 7 dengan Perencanaan Baja untuk Jembatan (SK.SNI T-03-2005),
sesuai Kepmen PU No. 498/KPTS/M/2005.
Standar Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Jembatan (revisi SNI 032883-1992). Juga dapat mengikuti Manual Perencanaan Jembatan BMS92
b. Perencanaan jalan pendekat dan oprit harus mengacu kepada :
Standar perencanaan jalan pendekat jembatan (Pd T-11-2003) dan standarstandar perencanaan jalan yang berlaku.
c. Untuk perhitungan atau analisa harga satuan pekerjaan mengikuti ketentuan:
Panduan Analisa Harga Satuan, No. 028/T/Bm/1995, Direktorat Jenderal Bina
Marga, Departemen Pekerjaan Umum .
d. Dalam penyiapan perencanaan teknis bidang jembatan yang harus diikuti
adalah :
a. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja
b. Survai Pendahuluan
c. Survai Lalu Lintas
d. Survai Geodesi
e. Survai Hidrologi
f. Survai Geoteknik
g. Perencanaan Teknis Jembatan
h. Penyampaian DED Perencanaan Teknis
i. Sistematika Pelaporan

e. Pedoman Teknis Penjabaran RKL atau UKL dan untuk penerapan pertimbangan
lingkungan, agar mengacu pada dokumen RKL atau UKL dan SOP.
f. Ketentuan-ketentuan lain yang relevan bila tidak tercakup dalam ketentuanketentuan di atas, harus mendapat persetujuan Tim Teknis.
3. Parameter
a. Umum
1. Umur Rencana jembatan standar adalah 50 tahun dan jembatan khusus
adalah 100 tahun.
2. Pembebanan Jembatan menggunakan BM 100.
3. Geometrik :
a. Lebar jembatan jalan nasional kelas A adalah 2 + 7 + 2 meter.
b. Superelevasi/ kemiringan melintang adalah 2% pada lantai jembatan
dan kemiringan memanjang maksimum 4%.
c. Ruang bebas vertical di atas jembatan minimal 5,1 meter.
d. Ruang bebas vertical dan horizontal di bawah jembatan disesuaikan
kebutuhan lalu lintas yang melewatinya*.
e. Dihindari tikungan diatas jembatan dan oprit.
f. Geometrik jembatan tidak menutup akses penduduk di kiri-kanan oprit.
4. Material :
a. Mutu beton lantai K-350, bangunan atas minimal K-350, bangunan
bawah K-250 termasuk untuk isian tiang pancang, sedangkan untuk bore
pile K-350.
b. Mutu baja tulangan menggunakan BJTP 24 untuk <D13, dan BJTD 32 atau
BJTD 39 untuk . D13, dengan variasi diameter tulangan dibatasi paling
banyak 5 ukuran.
5. Untuk memudahkan validasi koreksi atas gambar rencana, gambar rencana
diusahakan sebanyak mungkin dalam bentuk gambar tipikal dan gambar
standar.
b. Perencanaan Bangunan Atas Jembatan
1. Apabila tidak direncanakan secara khusus maka dapat digunakan
bangunan atas jembatan standar Bina Marga sesuai bentang ekonomis
seperti :
a. Gelagar Beton Bertulang Tipe T bentang 6 s.d 25 meter.
b. Gelagar Beton Pratekan Tipe I bentang 16 s.d 30 meter.
c. Girder Komposit Tipe I bentang 20 s.d 30 meter.
2. Untuk perencanaan bangunan atas jembatan harus mengacu antara lain :
a. Lawan lendut dan lendutan dari struktur atas jembatan harus dihitung
dengan cermat, baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang agar
tidak melampaui batas yang diizinkan yaitu simple beam <L/800 dan
kantilever L/400.
b. Memperhatikan perilaku jangka panjang material dan kondisi
lingkungan jembatan berada khususnya selimut beton, permeabilitas

c.

d.

e.

f.

beton, atau tebal elemen baja dan galvanis terhadap resiko korosi ataupun
potensi degradasi material.
Perencanaan Bangunan Bawah Jembatan
1. Perencanaan struktur bawah menggunakan Rencana Keadaan batas
Berupa Ultimate Limit States (ULS) dan Serviceability Limit States (SLS).
2. Abutment : Abutment tipe dinding penuh dengan tinggi tipikal > 4 meter.
3. Pilar :
a. Pilar dinding penuh.
b. Pilar portal satu tingkat.
c. Pilar portal dua tingkat.
Perencanaan Pondasi Jembatan
1. Penentuan jenis pondasi jembatan :
a. Pondasi caisson :
Diameter 2,5 s.d 4,0 meter, kedalaman optimal 3 s.d 9 meter.
b. Pondasi tiang pancang pipa baja :
Diameter 0,4 s.d 0,6 meter, kedalaman optimal 7 m s.d 50 meter.
c. Pondasi tiang pancang beton pratekan :
Diameter 0,4 s.d 0,6 meter, kedalaman optimal 18 s.d 30 meter.
2. Jenis pondasi diusahakan seragam untuk satu lokasi jembatan termasuk
dimensi-dimensinya.
3. Pondasi dari tiang pancang pipa baja Grade-2 ASTM-252 yang diisi dengan
beton bertulang non-shrinkage (semen tipe II).
4. Faktor keamanan :
a. Tiang pancang, SF Point Bearing = 3 dan SF Friction Pile =5
b. Caisson, SF Daya dukung tanah = 20, SF Geser = 1,5 dan SF Guling = 1,5
5. Kalendering terakhir :
Tiang pancang 1 3 cm/10 pukulan untuk end point bearing dengan jenis
hammer yang sesuai sehingga dapat memenuhi daya dukung tiang
rencana.
Perencanaan Pertimbangan Aspek Lingkungan dan Sosial
1. Penerapan pertimbangan aspek lingkungan harus mengacu pada dokumen
RKL atau UPL dan SOP.
2. Kriteria Baku Mutu Lingkungan untuk debu (PP No. 41/1999).
Prinsip Penerapan Keselamatan Jembatan
Dalam menerapkan keselamatan pada desain maka lajur jalan, bahu, jarak
pandang alinyemen horisontal, alinyemen vertikal perlu memenuhi kriteria
desain (Ditjen Bina Marga 1997 dan 2004).
Disamping itu ada hal yang harus diperhatikan juga adalah Jembatan harus
dapat mencegah fatalitas akibat kecelakaan seperti :
a. Perlu adanya guard rail pada oprit jembatan
b. Penempatan rambu-rambu
c. Untuk mengurangi debu dan tetap menjaga stabil clearance di jalan
tambang, diharuskan menggunakan perkerasan kaku (rigid pavement)
sepanjang 100 meter di bawah jembatan.

d. Pada oprit jembatan dari expansion joint sampai di ujung parapet


seyogyanya digunakan perkerasan kaku.
e. Lebar detour minimal sama dengan jalan yang sementara ditutup dan
diperkeras dengan aspal
f. Dipasang pengaman pada pagar/ railing jembatan.
B. TAHAPAN PERENCANAAN JEMBATAN
Biasanya dalam kontrak mensyaratkan bahwa kegiatan pelaksanaan proyek harus
diselesaikan secara berurutan sesuai dengan tahapan kegiatan dalam mencapai sasaran
proyek; seperti contoh spesifikasi dibawah ini:
1. Survei lapangan termasuk peralatan pengujian yang diperlukan dan penyerahan laporan
oleh kontraktor : 30 hari setelah pengambil alihan lapangan oleh kontraktor,
2. Peninjauan kembali rancangan oleh Direksi Pekerjaan selesai. : 60 hari setelah pengambil
alihan lapangan oleh kontraktor, walau keluarnya detail pelaksanaan dapat bertahap
setelah tanggal ini.
3. Pekerjaan pengembalian kondisi perkerasan dan bahu jalan selesai. : 60 hari setelah
pengambilalihan lapangan oleh kontraktor.
4. pekerjaan minor pada selokan, saluran air, galian dan timbunan, pemasangan
perlengkapan jalan dan pekerjaan pengembalian kondisi jembatan. : 90 hari setelah
pengambilalihan lapangan oleh kontraktor.
5. Pekerjaan drainase selesai. : Sebelum dimulainya setiap overlay.

Anda mungkin juga menyukai