Sistem Pengontrolan Temperatur On-Off Menggunakan Mikrokontroler At89C51 Dengan Pengindera Termokopel

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 8

78

SISTEM PENGONTROLAN TEMPERATUR ON-OFF MENGGUNAKAN


MIKROKONTROLER AT89C51 DENGAN
PENGINDERA TERMOKOPEL
(Syufrawardi, Yohandri dan Asrizal)*)
ABSTRACT
Temperature control system was an important instrument to control temperature
of an object at setpoint temperature and many applications in human life. Investigation
of control system was required to get high quality of system. Purposes of this research
was: to investigate relation between output voltage of sensor and signal processing
circuits with temperature, to determine number that presented at digital display as
function of temperature, and to determine accuracy and precision of temperature
control system. The research can be classified into laboratory experimental research.
Data collecting technique that used in this research was direct measurement. Variables
that measured temperature, output voltage of sensor, and output voltage of amplifier
circuits, while gradient of straight line and static characteristics were measured
indirectly. The data that founded of measurement result was analyzed by using graph
and error analysis. Graph analysis was used to determine measurement error,
accuracy, and precision of control system. There were four main results of this
research as follow: 1). Output voltage of sensor increase directly proportional with
temperature and sensitivity of sensor was 0,042 Volt/oC, 2). Output voltage of
differential and non inverting amplifier also directly proportional with temperature,
each of its gradient was 0,0091 Volt/oC and 0,0248 V/oC, 3). The number that
displayed at seven segment before linearization process directly proportional with
temperature and after processing the number at digital display was suitable with
temperature that measured by standard digital thermometer, and 4). The average of
accuracy and precision of temperature control system by using microcontroller with
thermocouple sensing was high, each of it was 0,9967 and 0,997 in order of least
significant scale was 1 oC.
Key words : Control system, thermocouple, microcontroller, sensitivity, accuracy,
precision.
*)

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Padang, email: [email protected]

PENDAHULUAN
Temperatur merupakan suatu parameter
fisika yang sering diukur dan penting karena
diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti
rekayasa, ilmiah, atau aplikasi industri (Carr,
J.J, 1993). Pendapat senada juga dikemukakan
oleh Ball, S (2002) yang mengatakan bahwa
Temperatur adalah suatu karakteristik dari
dunia nyata dimana sistem perlu untuk mengukurnya. Beberapa industri mulai dari pabrik
baja sampai fabrikasi semikonduktor tergantung
pada temperatur. Hal ini dapat dipercaya
karena begitu banyak sistem fisika, elektronika,
kimia dan biologi dipengaruhi oleh temperatur.
Dengan begitu banyaknya pengaruh temperatur

dalam aplikasi nyata maka tidak diragukan lagi


suatu sistem pengontrolan temperatur penting
untuk dikembangkan.
Sistem pengontrolan temperatur memegang
peranan penting untuk mengendalikan temperatur pada suatu level yang diinginkan. Sistem
kendali atau control system adalah susunan
komponen fisika yang dihubungkan sedemikian
rupa sehingga membentuk suatu kesatuan utuh
yang fungsinya untuk mengatur, memerintah
sistem itu sendiri atau sistem lainnya (Imam,
M: 1995). Sesuai dengan namanya suatu
instrumen yang digunakan untuk mengontrol
temperatur. Pengontrol temperatur mengambil
input dari suatu sensor temperatur dan
mempunyai suatu output yang dihubungkan

SAINSTEK Vol. XI, Nomor 1 September 2008


pada suatu elemen kontrol seperti pemanas atau
fan (Anonim:2006).
Suatu pengontrol on-off adalah bentuk
yang sederhana dari piranti pengontrol
temperatur. Output dari piranti salah-satu dari
on atau off, tanpa ada keadaan pertengahan.
Pengontrol on-off akan mengalihkan output
hanya bila temperatur menyeberang titik set
(setpoint). Untuk kontrol pemanas, output on
bila temperatur dibawah titik set, dan off bila
temperatur di atas titik set. Suatu contoh kontrol
on-off yang sering digunakan secara domestik
adalah termostat. Bila oven lebih dingin dari
temperatur titik set maka pemanas dikembalikan pada daya maksimum, dan bila oven lebih
panas dari temperatur titik set maka pemanas
dialihkan ke keadaan off (William, C.D.H).
Dengan kata lain suatu bagian set mengendalikan sinyal pada nilai maksimumnya bila plan
berkurang aktivitasnya, dan nilainya maksimum
bila plan bertambah aktivitasnya. Strategi ini
disebut kontrol on-off (Barr, M: 2002). Plant
dari suatu sistem kontrol merupakan bagian dari
sistem yang akan dikontrol.
Untuk mengindera temperatur pada sistem
kontrol diperlukan suatu sensor. Salah-satu
sensor temperatur yang cukup populer, mempunyai jangkauan temperatur dan linear adalah
sensor termokopel. Termokopel adalah suatu
piranti dua kawat yang disusun dari logam yang
tidak sama atau campuran logam yang disambung pada salah satu sisinya (Tompkin,
W.J: 1992).
Prinsip kerja dari termokopel didasarkan
pada efek Seeback yaitu suatu perbedaan
potensial akan terjadi jika material homogen
mempunyai mobilitas muatan yang mempunyai
perbedaan temperatur pada masing-masing
kontak pengukuran (Bluestein, I: 1999). Efek
Seeback dihasilkan dengan difusi elektron
menyeberangi antar muka (interface) antara dua
material. Potensial listrik dari material penerima
elektron menjadi negatif pada daerah antar
muka, sedangkan potensial listrik dari material
penyedia elektron menjadi positif. Dengan cara
ini medan listrik dihasilkan oleh aliran elektron
yang menyeberangi antar muka. Bila medan
listrik cukup untuk menyeimbangkan gaya
difusi, menyebabkan suatu keadaan seimbang
menyebabkan migrasi elektron terbentuk.
Karena magnitudo dari gaya difusi dikontrol
oleh temperatur pada persambungan termokopel, maka potensial listrik dihasilkan pada
persambungan yang dapat menyediakan peng-

79
ukuran temperatur (Dally, J. W: 1993).
Tegangan termolistik yang dihasilkan dari
perbedaan temperatur dari dua kawat secara
aktual merupakan penjumlahan dari semua
tegangan berbeda disepanjang kawat yang
ditulis seperti :

VO S dT / dx dx ................................ (1)
L

Disini S adalah koefisien Seeback dalam


V/oC. Selama kawat termokopel dipertahankan homogen, perbedaan temperatur antara titik
akhir menentukan jumlah bersih penjumlahan
semua tegangan yang menyeberangi jarak tak
terbatas dihasilkan dari gradien temperatur.
Koefisien Seeback dari suatu material kawat
tertentu adalah turunan pertama dari tegangan
termolistik sebagai fungsi temperatur.
Jika diasumsikan koefisien Seeback dari
kedua logam mendekati konstan, maka persamaan tegangan keluaran sensor dapat disederhanakan menjadi:

VO S A S B T TR ............................. (2)

Dari persamaan 2, dapat dikemukakan


bahwa tegangan keluaran sensor tidak tergantung pada temperatur dari titik hubungan.
Dengan mempertahankan referensi konstan,
maka tegangan keluaran tergantung pada
temperatur pada persambungan pengukuran
(Gopel, W: 1989).
Tegangan keluaran dari sensor termokopel
masih kecil dan mengambang sehingga perlu
diolah untuk mendapatkan sinyal yang sesuai.
Beberapa rangkaian antar muka elektronika
yang diperlukan untuk mengolah tegangan
keluaran sensor adalah rangkaian penguat
differensial, penguat tak membalik, ADC,
mikrokontroler, dan komparator dengan relay.
Level temperatur yang dikontrol oleh sistem
ditampilkan pada display seven segment.
Tegangan keluaran analog dari penguat
diferensial dihubungkan pada masukan rangkaian konverter analog ke digital (ADC) yang akan
mengkonversi sinyal input analog ke dalam
suatu bilangan deskrit dari tahap yang mudah
dihitung dan dipresentasikan dalam bentuk
desimal pada suatu display numerik. Salah satu
IC aktual yang dapat digunakan untuk merealisasikan ADC dengan metoda pendekatan
berurutan (successive-approximation) untuk
mengkonversi suatu input analog ke suatu kode
biner 8 bit ADC 0804. Konverter dengan
metoda berurutan merupakan satu dari tipe yang

80
digunakan secara luas dari ADC. Konverter ini
mempunyai rangkaian yang lebih komplek,
tetapi konversi waktu lebih pendek, dan mempunyai nilai tertentu dari konversi waktu yang
tidak tergantung pada nilai dari input analog
(Tocci, R.J: 1995). Beberapa karakteristik dari
ADC0804 antara lain: kompatibel dengan
hampir semua mikroprosesor, input diferensial,
output tiga keadaan, level logika TTL, dapat
digunakan dengan clock internal atau eksternal,
range input analog 0 V sampai VCC, catu daya
tunggal 5 Volt, dan spesifikasi terjamin dengan
clock 1 MHz (Philips Semikonduktor: 2002).
Keluaran digital ADC0804 selanjutnya
diproses oleh mikrokontroller. Mikrokontroler
merupakan kombinasi dari CPU dengan
memori dan I/O dilakukan dalam sebuah chip
yang disebut dengan single chip microcomputer
(SCM). Salah satu jenis mikrokontroler yang
populer saat ini adalah keluarga MCS-51
dengan seri AT89C51. Mikrokontroler AT89C
51 merupakan mikrokomputer CMOS 8-bit
dengan 4 Kbytes Flash PEROM (Programmable and Erasable Read Only Memory) yang
memiliki daya rendah dan kinerja tinggi. Piranti
ini dihasilkan menggunakan teknologi memori
nonvolatile densitas tinggi Atmel dan kompatibel dengan industri standar MCS-51. Dengan
kombinasi CPU serbaguna 8-bit dengan flash
pada suatu chip monolitik, mak Atmel AT89C
51 merupakan suatu mikrokomputer yang kuat
dengan menyediakan fleksibelitas tinggi dan
solusi harga efektif untuk beberapa aplikasi
pengontrolan tersimpan (embedded control).
Beberapa sifat dari AT89C51 yaitu: kompatibel
dengan produk MCS-51, 4 Kbyte flash memori
yang dapat diprogram ulang, dapat beroperasi
secara penuh dari 0 Hz sampai 24 Mhz, tiga
level program memory lock, RAM internal
128x 8-bits, 32 line program I/O, dua timer/
counter 16-bit, enam sumber interupsi, chanel
serial program, dan daya rendah (Atmel).
Dengan dasar ini peneliti merasa tertarik
untuk mengembangkan sistem pengontrolan
temperatur menggunakan sensor termokopel
berbasis mikrokontroler dan menyelidiki
hubungan antara variabel dan karakteristik
statiknya. Sebagai perumusan masalah dalam
penelitian ini yaitu Bagaimana hubungan
antara tegangan keluaran sensor, tegangan
keluaran rangkaian pengolah sinyal, dan angka
yang ditampilkan display dengan temperatur
serta bagaimana karakteristik statik dari sistem
pengontrolan temperatur menggunakan sensor

Syufrawardi
termokopel berbasis mikrokontroller AT89C
51?
Secara umum tujuan dari penelitian ini
adalah untuk merancang dan membuat sistem
pengontrolan temperatur dalam range lebar
dengan sensor termokopel berbasis mikrokontroler. Secara khusus tujuan yang akan
dicapai dalam penelitian ini adalah: 1).
Menyelidiki hubungan tegangan keluaran
sensor termokopel dengan temperatur dan
menentukan sensitivitas sensor, 2). Menyelidiki
hubungan tegangan keluaran rangkaian pengolahan sinyal yang terdapat pada sistem
pengontrolan dengan temperatur, 3). Menentukan angka yang ditampilkan pada display seven
segment sebagai fungsi dari temperatur sebelum
dan sesudah proses linearisasi, dan 4). Menentukan ketepatan dan ketelitian dari sistem
pengontrolan temperatur dengan sensor termokopel dalam mengontrol suatu level temperatur.
METODE PENELITIAN
Untuk mengamati karakteristik sistem
pengontrolan temperatur maka dalam penelitian
ini akan dilakukan manipulasi variabel,
pengukuran terhadap besaran fisika dan
pengontrolan terhadap variabel yang lain.
Sebagai variabel bebas adalah temperatur dan
waktu yang nilainya dapat divariasikan,
variabel terikat adalah tegangan keluaran sensor
termokopel dan tegangan pada rangkaian dasar
elektronika, sedangkan variabel kontrol adalah
nilai dari tahanan, tegangan catu daya dan
faktor penguatan dari transistor. Karena itu
penelitian ini termasuk pada penelitian
eksperimen.
Sistem kontrol temperatur ini secara
umum terdiri dari sensor temperatur
termokopel; rangkaian pengolahan sinyal yaitu
penguat diferensial, penguat tak membalik,
ADC, mikrokontroler, rangkaian komparator
dengan relay; dan display seven segment.
Komponen aktif pada rangkaian elektronika
dioperasikan oleh catu daya teregulasi. Blok
diagram sistem pengontrolan temperatur terlihat
pada gambar 1.

SAINSTEK Vol. XI, Nomor 1 September 2008

81

Catu daya teregulasi

Temperatur

Sensor
Thermokopel

Rangkaian penguat
Diferensial

Rangkaian
penguat

Noninverting
Konverter Analog
ke Digital (ADC)
Elemen
pemanas

Relay

Mikrokontroler
AT89C51

Rangkaian
Komparator

Display
Digital
Seven

SegmentTemperatur
Gambar 1. Blok Diagram Sistem Pengontrolan

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dengan memvariasikan temperatur dilakukan pengukuran terhadap tegangan keluaran

sensor termokopel. Dari data yang diperoleh


diplot grafik hubungan antara tegangan
keluaran sensor dengan temperatur seperti pada
Gambar 2.

Tegangan Sensor (mV)

Teknik pengumpulan data yang digunakan


pada pada penelitian ini adalah pengukuran
langsung. Variabel yang diukur secara langsung
adalah temperatur, tegangan keluaran sensor
dan tegangan keluaran penguat. Pengambilan
data dilakukan dengan memanaskan sensor
termokopel dengan alat pemanas yang dapat
diatur sedemikian rupa sehingga kenaikan
temperatur relatif konstan, kemudian data
tegangan keluaran sensor dan blok rangkaian
dicatat untuk setiap kenaikan temperatur.
Variabel yang diukur secara tidak langsung
dalam penelitian ini adalah kemiringan garis
lurus dari hubungan antara perubahan tegangan
keluaran sensor dengan perubahan temperatur.
Kemiringan dari garis lurus ini akan memberikan informasi tentang sensitivitas dari sensor
termokopel.
Data yang didapat dari hasil pengukuran
dianalisis secara grafik dan analisis kesalahan.
Bentuk grafik digunakan untuk menggambarkan hubungan antara variabel, atau pengaruh
suatu variabel terhadap variabel lain. Melalui
grafik dapat diketahui hubungan antara variabel
bebas dengan variabel terikat, bentuk pendekatan persamaan, variansi dan standar deviasi.
Untuk pendekatan garis hubungan antara dua
variabel linear maka dapat ditentukan nilai awal
dan kemiringan dari garis lurus. Disisi lain
kesalahan pengukuran, ketepatan, dan ketelitian
dari hasil pengukuran ditentukan melalui
analisis kesalahan.

10.00
9.00
8.00
7.00
6.00

Vo = 0.0421T - 1.4467
2

R = 0.9971

5.00
4.00
3.00
2.00
1.00
0.00

GHP
PGL
0

25

50

75

100

125

150

175

200

225

250

275

Temperatur (oC)

Gambar 2. Hubungan Tegangan Keluaran


Sensor dengan Temperatur.
Dari gambar terlihat tegangan keluaran
sensor termokopel naik secara linear dengan
kenaikan temperatur. Melalui pendekatan garis
lurus diperoleh persamaan tegangan keluaran
sensor termokopel sebagai fungsi temperatur
seperti pada persamaan 3
Vo = 0,0421T 1.4467 .................................. (3)
Angka 0,0421 menyatakan kemiringan garis
lurus yang tidak lain merupakan sensitivitas
sensor termokopel yang digunakan. Koefisien
determinasi atau koefisien penentu dari
hubungan tegangan keluaran sensor dengan
temperatur adalah 0,9971. Ini berarti derajat
hubungan antara tegangan keluaran sensor
dengan temperatur adalah 99,71 %. Koefisien
korelasi dari hubungan kedua variabel diperoleh
0,9985 yang dapat dikategorikan tinggi.
Pengukuran tegangan keluaran penguat

82

Syufrawardi

Vo Peng. Diff (Volt)

2,00

Vodiff = 0.0091T - 0.3407


R2 = 0.9999

1,75
1,50
1,25
1,00
0,75
0,50

GHP

0,25

PGL

0,00
0

25

50

75

100 125 150 175 200 225 250 275

Temperatur (oC)

Gambar 3. Hubungan Tegangan Keluaran


Penguat Diferensial dengan
Temperatur.
Tegangan keluaran penguat diferensial akan
naik sesuai dengan kenaikan temperatur.
Melalui pendekatan garis lurus didapatkan
persamaan untuk tegangan penguat diferensial
sebagai fungsi dari temperatur dalam bentuk
Vodiff = 0,0091T - 0,3407 ...............................(4)
Angka 0,0091 pada persamaan menyatakan
kemiringan dari garis lurus. Dalam hubungan
tegangan keluaran penguat diferensial dengan
temperatur diperoleh koefisien determinasi
0,9999. Ini menunjukan derajat hubungan
antara tegangan keluaran penguat diferensial
dengan temperatur adalah 99,99 %. Koefisien
korelasi dari hubungan kedua variabel dapat
dikategorikan tinggi yaitu 0,9999.
Melalui cara yang sama dengan penguat
diferensial, tegangan keluaran penguat tak
membalik diukur untuk setiap perubahan
temperatur 2 oC. Dari data hasil pengukuran
tegangan keluaran penguat tak membalik
dengan temperatur diplot hubungan antara
kedua variabel. Hasil plot data ditampilkan
pada Gambar 4.
Terlihat pada Gambar 4 bahwa tegangan
keluaran dari penguat tak membalik juga naik
secara linear dengan kenaikan temperatur.
Melalui pendekatan garis lurus dapat diekspresikan hubungan tegangan keluaran penguat
tak membalik dengan temperatur seperti seperti
pada persamaan 5
VoN = 0,0248 T 1,0035 ...............................(5)
Dalam persamaan 5 diperoleh angka 0,0248
yang menyatakan kemiringan dari garis lurus.
Koefisien determinasi dari hubungan tegangan

Vo P. Non Inv (Volt)

2,25

keluaran penguat tak membalik dengan


temperatur adalah 0,9995. Hal ini berarti derajat
hubungan antara tegangan keluaran penguat tak
mebalik dengan temperatur adalah 99,95 %.
Koefisien korelasi dari hubungan kedua
variabel didapatkan 0,9997 yang dapat dikategorikan tinggi.
Tegangan keluaran analog dari penguat tak
membalik dikonversi kedalam bentuk digital
menggunakan ADC0804, tegangan keluaran
ADC diproses melalui mikrokontroler dan
hasilnya ditampilkan melalui seven segment.
Dengan memvariasi temperatur setiap 1 oC
dilakukan pengamatan terhadap angka yang
ditampilkan pada seven segment. Hasil plot
data antara angka tampilan seven segment
dengan temperatur sebelum proses linearisasi
dapat diperhatikan pada Gambar 5.
5.50
5.00
4.50
4.00
3.50
3.00
2.50
2.00
1.50
1.00
0.50
0.00

Vop = 0.0248T - 1.0035


2

R = 0.9995

GHP
PGL
0

25

50

75 100 125 150 175 200 225 250 275


o

Temperatur ( C )

Gambar 4. Hubungan Tegangan Keluaran


Penguat tak Membalik dengan
Temperatur

Angka Pada Display

diferensial dilakukan dengan menaikkan


temperatur setiap 5oC. Bedasarkan data yang
diperoleh diplot grafik seperti pada Gambar 3.

275
250 AD = 1.2874T - 57.836
225
R2 = 0.9991
200
175
150
125
100
75
50
25
0
0

25

50

75

100

125

GHP
PGL
150

175

200

225

250

275

Temperatur (oC)

Gambar 5. Hubungan Angka Tampilan Sevent


Segmen dengan Temperatur
Sebelum Proses Linierisasi
Berdasarkan Gambar 5, dapat dikemukakan
bahwa angka yang ditampilkan pada display
seven segment sebelum proses linearisasi akan
bertambah secara linear dengan kenaikan
temperatur. Dengan menggunakan pendekatan
garis lurus didapatkan hubungan angka

SAINSTEK Vol. XI, Nomor 1 September 2008

Tau ( oC )

tampilan pada display dengan temperatur dalam


bentuk:
AD = 1,2885 T 52,252 ...............................(6)
Angka 1,2885 dalam persamaan menyatakan kemiringan dari garis lurus. Koefisien
determinasi dari hubungan angka tampilan pada
display dengan temperatur adalah 0,9996. Hal
ini berarti derajat hubungan antara angka
tampilan pada display sebelum linearisasi
dengan temperatur adalah 99,96 %. Koefisien
korelasi dari hubungan kedua variabel didapatkan 0,9997 yang dapat dikategorikan tinggi.
Untuk menampilkan nilai temperatur hasil
pengukuran pada display digital perlu dilakukan
proses linearisasi. Setelah dilakukan linearisasi
pada mikrokontroler dilakukan pengamatan dan
pencacatan angka yang ditampilkan pada
display digital dengan cara memvariasikan
temperatur. Hubungan antara angka yang ditampilkan pada display digital dengan temperatur ditampilkan pada Gambar 6.
250
225
200
175
150
125
100
75
50
25
0

T au = 0.9982T as + 0.1691
R2 = 0.9999

50

75

10 0

12 5
o

150

Tabel 1. Hasil Analisis


Pengontrolan

1
2
3
4
5

PGL
25

antara hasil pengukuran temperatur antara


sistem pengontrolan temperatur dengan termometer standar cukup kecil yaitu 0,26 %. Ini
menunjukkan temperatur yang terbaca pada
display sistem pengontrolan tepat. Koefisien
determinasi dari hubungan temperatur yang
terukur oleh sistem pengontrolan dengan termometer standar adalah 0,9999, berarti derajat
hubungan pembacaan temperatur antara kedua
peralatan tersebut adalah 99,99 %.
Ketepatan sistem untuk mengontrol suatu
level temperatur ditentukan dengan membandingkan kesesuaian temperatur yang dikontrol
oleh sistem dengan temperatur yang terbaca
oleh alat standar pada saat itu. Sistem
pengontrolan temperatur ini dirancang lima
selektor level temperatur yaitu 50, 75, 100, 150
dan 200oC. Hasil pengontrolan temperatur
untuk lima sampel level temperatur ditampilkan
pada Tabel 1.

No

GHP

83

175

200

225

2 50

Tas ( C )

Gambar 6. Hubungan Angka Tampilan Sevent


Segmen dengan Temperatur
Setelah Proses Linierisasi.
Gambar 6 menunjukan bahwa angka yang
ditampilkan pada display seven segmen setelah
proses lineariasi akan naik secara linear dengan
kenaikan temperatur yang terukur oleh termometer standar. Melalui pendekatan garis lurus
didapatkan hubungan antara temperatur yang
terbaca oleh sistem pengontrolan yang dibuat
dengan termometer standar dalam bentuk :
TAU = 0,9982 TAS + 0,1691 ...........................(7)
Pada persamaan 7 angka 0,9982 menyatakan kemiringan dari garis lurus dengan nilai
mendekati satu. Hal ini menunjukkan angka
yang terbaca pada sistem pengontrolan mendekati sama dengan temperatur yang terbaca
pada termometer standar. Temperatur yang
terbaca pada sistem pengontrolan pada saat
termometer standar menunjukkan angka nol
adalah 0,1691. Persentase simpangan rata-rata

Ketepatan

Sistem

T
T as T au Kesalahan Ketepatan
Desain
50
50
50
0.0000
1.0000
75
75
75
0.0000
1.0000
100
100 100
0.0000
1.0000
150
149 150
0.0067
0.9933
200
202 200
0.0099
0.9901
Rata-Rata
0.0033
0.9967

Untuk lima sampel level pengontrolan


temperatur diperoleh kesalahan berkisar antara
0,000 sampai 0,0099. Ketepatan dari sistem
pengontrolan didapatkan berkisar antara 0,9901
sampai 1,0000. Ketepatan rata-rata dari kelima
sampel pengukuran adalah 0,9967 dengan
persentase ketepatan rata-rata adalah 99,67 %.
Berarti ketepatan sistem pengontrolan temperatur termasuk tinggi untuk orde nst 1 oC.
Ketelitian pengontrolan level temperatur
oleh sistem ditentukan melalui pengukuran
berulang terhadap suatu level temperatur. Dari
analisis data diperoleh ketelitian rata-rata untuk
setiap level pengontrolan temperatur berkisar
dari 0,995 sampai 0,998. Ketelitian rata-rata
untuk lima level pengontrolan temperatur
adalah 0,997. Dari hasil ini dapat disimpulkan
bahwa ketelitian dari sistem pengontrolan
temperatur termasuk kepada kategori tinggi.
Dari hasil analisis data yang telah dilakukan, secara umum dapat dikemukakan bahwa
hasil penelitian telah sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan. Pertama, tegangan keluaran

84

Syufrawardi

sensor dan rangkaain dasar elektronika yang


terdapat pada sistem pengontrolan temperatur
telah sesuai dengan analisis teori yang ditandai
dengan bentuk hubungan antara besaran,
gradien, nilai awal, persentase simpangan, dan
nilai koefisien korelasi yang dihasilkan. Kedua,
hasil pengukuran temperatur oleh sistem telah
sesuai dengan hasil termometer standar yang
ditandai dengan kecilnya persentase simpangan
antara bacaan kedua alat ukur. Namun satu
masalah utama yang masih ditemukan dari hasil
penelitian ini yaitu nilai skala terkecil (NST)
masih 1oC yang berarti kesalahan pada pengukuran tunggal adalah 0,5oC. Hal ini disebabkan karena keterbatasan mikrokontroler yang
digunakan dalam penelitian ini. Untuk mikrokontroler 8 bit pengolahan data maksimum
hanya 256. Dengan demikian untuk menghasilkan NST yang lebih kecil masih perlu dilakukan pengembangan terhadap sistem ini.
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat dikemukakan beberapa kesimpulan
dari penelitian sebagai berikut :
1. Tegangan keluaran dari sensor termokopel
naik secara linear dengan kenaikan temperatur dengan sensitivitas 0,042 Volt/oC.
2. Tegangan keluaran dari rangkaian penguat
diferensial dan penguat tak membalik sebagai rangkaian pengolah sinyal bertambah
secara linear dengan kenaikan temperatur
dengan kemiringan 0,0091 Volt/oC dan
0,0248 Volt/ oC.
3. Angka yang ditampilkan pada display seven
segment sebelum proses linearisasi sebanding dengan kenaikan temperatur tetapi
belum sesuai dengan temperatur yang
diukur oleh termometer standar, dan setelah
proses linearisasi dalam program mikrokontroler angka temperatur yang terbaca
pada display telah sesuai dengan angka
pada termometer standar dengan persentase
simpangan yang kecil.
4. Ketepatan dan ketelitian rata-rata sistem
pengontrolan temperatur dengan sensor termokopel berbasis mikrokontroler termasuk
tinggi masing-masing 0,9967 dan 0,997
untuk nilai skala terkecil 1 oC.
Bertitik tolak dari hasil dan pembahasan
yang telah dilakukan dapat dikemukakan
beberapa saran pada penelitian ini. Pertama,
tegangan keluaran dari sensor termokopel untuk

temperatur dibawah 30 oC sangat kecil. Untuk


pengukuran lebih teliti diperlukan Voltmeter
dalam orde Volt. Kedua, dalam penelitian ini
pengolahan sinyal digital menggunakan mikrokontroler AT89C51 8 bit sehingga hanya
mampu menampilkan jumlah cacahan maksimum 255. Akibatnya untuk NST 1oC kemampuan maksimum sistem pengontrolan
hanya 255 oC. Ketelitian sistem pengontrolan
dapat ditingkatkan dengan memperkecil NST
menggunakan mikrokontroler 12 bit atau
rangkaian elektronik lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
______, (2006), Introduction to Temperature
Controllers,
Omega
Engineering
Technical Reference
Ball, S., (2002), Temperature Measurement
Technique, Embedded System, TCP/
IP
Barr, M, (2002), Introduction to Closed-Loop
Control, CPM Media, LLC.
Bluestein, I, (1999), Understanding Contact
Temperature Sensors, Sensors Online
of Advanstar Communications Inc.
SpecSearch.
Carr, J. J, (1993), Sensors and Circuits:
Sensors,
Transducers,
and
Supporting Circuits for Electronics
Instrumentation, Measurement and
Control, Prentice Hall, Englewood
Cliffs, New Jersey
Dally, J.W, (1993), Instrumentation for
Engineering Measurement, John
Wiley & Sons, INC, New York.
Fraden, J, (1996), Handbook of Modern
Sensors
Physics,
Design,
and
Applications, AIP Press, Springer.
Gopel. W, J. Hesse, J.N. Zemel, (1989),
Sensors Fundamental and General
Aspects, Volume 1, VCH.
Imam, M, (1995), Pengantar Sistem Kendali
Otomatis, Depdikbud, Jakarta
Philip, S., (1996), Datasheet 1N4148 ; 1N4446
; 1N4448 High - Speed Diodes.
Descrete
Semiconductors,
Philips
Semiconductors.
Tocci, R. J, (1995), Digital Systems :

SAINSTEK Vol. XI, Nomor 1 September 2008


Principles and Applications, Prentice
Hall International Editions, United
States of America.

85
Tompkins, W. J and J.G. Webster, (1992),
Interfacing Sensors to The IBM PC,
Prentice Hall, New York.

Anda mungkin juga menyukai