Per Mangano Metri
Per Mangano Metri
Per Mangano Metri
-->
PERMANGANOMETRI
I. TUJUAN
Menentukan konsentrasi asam oksalat melalui metode permanganometri
II. PRINSIP
Reaksi redoks, yaitu reaksi yang terjadi pada suatu senyawa yang mengalami perubahan
biloks atau terjadi pelepasan atau pengikatan electron
a. Reaksi reduksi : reaksi yang terjadi bila suatu senyawa yang mengalami penurunan biloks
atau
pengikatan electron
b. Reaksi oksidasi : reaksi yang terjadi pada suatu senyawa yang mengalami kenaikan biloks
atau
terjadi pelepasan electron
III. REAKSI
Reduksi : MnO4- + 8H+ + 5e- --> Mn2+ + 4H2O | x2
Oksidasi : C2O42- --> 2CO2 + 2e- | x5
2 MnO4- + 5 C2O42- + 16H+ 2 Mn2+ + 10CO2 + 8H2O
(Day & Underwood, 2001)
IV. TEORI DASAR
Reduksioksidasi adalah proses perpindahan elektron dari suatu oksidator ke reduktor.
Reaksi reduksi adalah reaksi penangkapan elektron atau reaksi terjadinya penurunan bilangan
oksidasi. Sedangkan reaksi oksidasi adalah pelepasan elektron atau reaksi terjadinya kenaikan
bilangan oksidasi. Jadi, reaksi redoks adalah reaksi penerimaan elektron dan pelepasan
elektron atau reaksi penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi. Kesetimbangan reaksinya
ditulis
sebagai
berikut
:
Ox + ne = red
Red = ox + ne
Dimana :
Ox = bentuk teroksidasi
Red = bentuk tereduksi
n = jumlah elektron yang dilepaskan atau diterima (Rivai,1995).
Titrasi redoks merupakan analisis titrimetri yang didasarkan pada reaksi redoks. Pada
titrasi redoks, sampel yang dianalisis dititrasi dengan suatu indikator yang bersifat sebagai
reduktor atau oksidator, tergantung sifat dari analit sampel dan reaksi yang diharapkan terjadi
dalam analisis. Titik ekuivalen pada titrasi redoks tercapai saat jumlah ekuivalen dari
oksidator telah setara dengan jumlah ekuivalen dari reduktor. Bebrapa contoh dari titrasi
redoks antara lain adalah titrasi permanganometri dan titrasi iodometri/iodimetri. Titrasi
iodometri menggunakan larutan iodium (I2) yang merupakan suatu oksidator sebagai larutan
standar. Larutan iodium dengan konsentrasi tertentu dan jumlah berlebih ditambahkan ke
dalam sampel, sehingga terjadi reaksi antara sampel dengan iodium. Selanjutnya sisa iodium
yang berlebih dihiung dengan cara mentitrasinya dengan larutan standar yang berfungsi
sebagai reduktor (Karyadi, 1994).
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium
permanganat, yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi
reduksi dan oksidasi atau redoks. Kalium permanganat telah digunakan sebagai pengoksida
secara meluas lebih dari 100 tahun. Reagensia ini mudah diperoleh, murah dan tidak
memerlukan indikator kecuali bila digunakan larutan yang sangat encer. Permanganat
bereaksi secara beraneka, karena mangan dapat memiliki keadaan oksidasi +2, +3, +4, +6,
dan +7 (Day & Underwood, 2001).
Pada titrasi permanganometri, larutan kalium permanganate selain bertindak sebagai
larutan standar sekaligus juga indikator. Kekuatan oksidator kalium permanganat tergantung
pada pH larutan. Keragaman ini disebabkan karena mangan mempunyai bilangan oksidasi
yang berbeda yaitu 1,2,3,4,5 dan 7. Reduksi mangan dalam suasana asam akan berubah dari
bilangan oksidasi 7 menjadi 2. Sedangkan dalam suasana basa dari bilangan oksidasi 7
menjadi 4 (Kardila, 2010)
Kalium permanganat adalah oksidator titran yang banyak digunakan. Bertindak
sebagai autoindikator untuk deteksi titik akhir dan merupakan agen pengoksidasi yang sangat
kuat (Eo = 1,51 V). Larutan stabil jika tindakan pencegahan dilakukan dalam persiapannya.
Bila larutan pertama dipersiapkan, sejumlah kecil pengotor dalam larutan mengurangi
sejumlah kecil MnO4- tersebut, dalam larutan netral, produk yang mengurangi permanganat
adalah MnO2, daripada Mn2+ yang diproduksi dalam medium asam. MnO 2 bertindak sebagai
katalis untuk dekomposisi lebih lanjut permanganat, yang memproduksi lebih MnO 2, dan
seterusnya. Ini disebut dekomposisi autokatalis. Larutan dapat distabilkan dengan
menghilangka MnO2 tersebut. Jadi, sebelum standardisasi, larutannya dipanaskan untuk
mempercepat oksidasi dari semua kotoran dan didiamkan dalam keadaan gelap. MnO 2
tersebut kemudian dihilangkan dengan menyaring melalui filter kaca sinter. Kalium
permanganat dapat distandarisasi oleh titrasi standar primer natrium oksalat, Na 2C2O4, yang
dilarutkan dalam asam, asam oksalat:
5H2C2O4 + 2 MnO4- + 16H+ = 10CO2 + 2Mn2+ + 8H2O
Larutannya harus dipanaskan untuk mempercepat reaksi. Reaksi ini dikatalisis oleh produk
Mn2+ dan itu berjalan sangat lambat pada awalnya sampai beberapa Mn2+ terbentuk.
Elektrolitik logam besi murni juga dapat digunakan sebagai standar primer. itu dilarutkan
dalam asam dan direduksi menjadi Fe2+ untuk titrasi (Christian, 1994).
Dalam suasana asam atau [H +] 0,1 N, ion permanganat mengalami reduksi menjadi ion
mangan (II) sesuai reaksi :
MnO4- + 8H+ + 5e- Mn2+ + H2O Eo= 1,51 Volt
Dalam suasana netral, ion permanganate mengalami reduksi menjadi mangan dioksida seperti
reaksi berikut :
MnO4- + 4H+ + 3e- MnO2 + 2H2O Eo= 1,70 Volt
Dan dalam suasana basa atau [OH -] 0,1 N, ion permanganate akan mengalami reduksi
sebagai berikut :
MnO4- + e- MnO42- Eo= 0,56 Volt
(Svehla, 1990)
Asam sulfat adalah asam yang paling sesuai, karena tidak bereaksi terhadap
permanganat dalam larutan encer. Dengan asam klorida, ada kemungkinan terjadi reaksi :
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ 2Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
dan sedikit permanganat dapat terpakai dalam pembentukan klor. Reaksi ini terutama
berkemungkinan akan terjadi dengan garam-garam besi, kecuali jika tindakan-tindakan
pencegahan yang khusus diambil. Dengan asam bebas yang sedikit berlebih, larutan yang
sangat encer, temperatur yang rendah, dan titrasi yang lambat sambil mengocok terusmenerus, bahaya dari penyebab ini telah dikurangi sampai minimal. Pereaksi kalium
permanganat bukan merupakan larutan baku primer dan karenanya perlu dibakukan terlebih
dahulu. Pada percobaan ini untuk membakukan kalium permanganat ini dapat digunakan
natrium oksalat yang merupakan standar primer yang baik untuk permanganat dalam larutan
asam (Basset, 1994).
Pada kondisi asam, reaksi ini berlangsung lambat dan pada kondisi netral sangat capat.
Atas dasar inilah preparasi kalium permanganat jarang dilakukan dengan cara
menimbang dan melarutkan langsung KMnO4 di dalam aquadest. Melainkan dengan
perlakuan pemanasan hingga mendidih dan tetap meletakkan larutan ini dalam sistem
penangas uap selama beberapa jam, kemudian menyaringnya melalui media tak
mereduksi permanganat: glasswool, crush berpori (sinterglass)(utomo,2010).
VI. PROSEDUR
6.1 Pembuatan asam oksalat
Ditimbang sebanyak 0,63 gram asam oksalat dengan neraca analitis. Asam oksalat
dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 ml. akuades ditambahkan sampai setengah
bagian bola. Labu ukur digoyang-goyangkan hingga seluruh padatan asam oksalat larut.
Kemudian akuades ditambahkan hingga mendekati tanda batas. Dinding labu ukur
dikeringkan dengan tissue. Akuades ditambahkan tetes demi tetes hingga tanda batas. Labu
ukur ditutup dan dihomogenkan
6.2 Pengenceran kalium permanganate
Sebanyak 166 mL larutan kalium permanganate 0,3 N diukur dengan menggunakan gelas
ukur. Akuades ditambahkan hingga 500 ml. pengenceran dilakukan didalam gelas kimia.
Kemudian larutan diaduk dengan batang pengaduk hingga homogeny. Larutan kalium
permanganate 0,1 N siap distandardisasi
6.3 Standardisasi dan penetuan konsentrasi sampel
Sebanyak 25 mL asam oksalat dipipet dengan menggunakan volum pipet dan
dimasukkan kedalam Erlenmeyer. Asam sulfat sebanyak 10 mL dan 15 mL akuades
ditambahkan kedalamnya. Larutan dipanaskan hingga 80-90oC. sebelumnya disiapkan
terlebih dahulu buret berisi larutan kalium permanganate yang akan distandardisasi dan
ditanda bataskan. Larutan asam oksalat yang telah dipanaskan, dititrasi dengan larutan kalium
permanganate sampai TA dengan perubahan warna dari tidak berwarna menjadi merah sangat
muda.
VII. DATA DAN PENGAMATAN
7.1 Tabel data titrasi standardisasi
V KMnO4 (mL)
[KMnO4] (N)
V H2C2O4 (mL)
[H2C2O4] (N)
24,68
0,1030
25
0,1014
24,52
0,1030
25
0,1014
7.2 Tabel data titrasi penentuan konsentrasi sampel
V KMnO4 (mL)
[KMnO4] (N)
V H2C2O4 (mL)
[H2C2O4] (N)
16,64
0,1030
25
0,0686
16,64
0,1030
25
0,0686
VIII. PEMBAHASAN
Permanganometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan kalium permanganate,
yang merupakan oksidator kuat sebagai titran. Titrasi ini didasarkan atas titrasi reduksi dan
oksidasi.
Pada percobaan ini digunakan larutan baku primer asam oksalat untuk standardisasi
larutan baku sekunder kalium permanganate. Asam oksalat merupakan standar primer yang
baik untuk permanganate dalam larutan asam. Sebelum melakukan pembakuan larutan
kalium permanganate dengan asam oksalat, pada saat penambahan terjadi reaksi :
2H+ + C2O42- + 2H+ + SO42- --> H2C2O4 + 2H+ + SO42Pengasaman dengan asam sulfat tidak akan menghasilkan reaksi samping, tetapi jika
menggunakan asam klorida maka asam itu tidak akan dapat digunakan karena asam klorida
dapat teroksidasi menjadi klor.
2MnO4- + 10Cl- + 16H+ Mn2+ + 5Cl2 + 8H2O
Penambahan asam klorida sebagai asam akan menyebabkan terbentuknya gas klor pada
larutan sehingga akan sulit menentukan titik akhir titrasi. Selain itu kemungkinan
teroksidasinya ion klorida menjadi gas klor akan menyebabkan larutan permanganate yang
terpakai menjadi lebih banyak dari yang seharusnya. Fungsi penambahan asam sulfat adalah
sebagai pendonor H+, membuat larutan dalam suasana asam dan juga melepas oksigen dari
ion oksalat agar bilangan oksidasinya turu, sehingga asam oksalat lebih mudah bereaksi
dengan kalium permanganate. Penambahan asam sulfat juga berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi, karena kekuatan oksidator kalium permanganate bergantung pada pH
larutan.
Pada larutan asam lemah dimana [H+] < 0,1N, maka akan terbentuk endapan coklat
mangan oksida yang mengganggu.
kalium permanganate dilakukan secara langsung, dilakukan pada analit yang dapat dioksidasi
secara langsung.
Proses titrasi tidak boleh lama terkena sinar matahari. Karena kalium permanganate akan
terurai menjadi mangan oksida apabila terkena sinar matahari. Hal ini akan berpengaruh pada
titik akhir titrasi, yang seharusnya berwarna merah sangat muda menjadi agak kecoklatan dan
reaksi berjalan lebih cepat dari yang seharusnya.
Pada pembuatan kalium permanganate perlu dilakukan pemanasan. Air yang digunakan
sebagai pelarut mengandung zat-zat pereduksi yang dapat membuat permanganate
terdekomposisi menjadi mangan oksida, sehingga perlu dilakukan pemanasan untuk
menghilangkan zat-zat pereduksi dan juga untuk memisahkan endapan mangan oksida yang
berwarna kecoklatan.
Manfaat dari percobaan permangnometri ini adalah untuk mengetahui kadar dari zat-zat
yang bilangan oksidasinya masih dapat dioksidasi. Dalam bidang industry, metode ini dapat
dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar
suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya sehingga dapat dipisahkan
apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
IX. KESIMPULAN
Konsentrasi sampel asam oksalat dapat diketahui dengan metode titrasi permanganometri
dengan hasil 0,0686 N dengan KSR sebesar 1,63%.
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J.C., F.C. Denay, S.B. Jefferey & J. Mendham.1994.
Buku Ajar Vogel Kimia Analitik
KuantitatifAnorganik,diterjemahkan oleh L. Setiawan. Edisi
Keempat. EGC. Jakarta.
Christian, G.D. 1004.Analytical Chemistry. Fifth Edition. John
Wiley & Sons. New York.
Day, R.A & A.L.Underwood. 2001. Analisis kimia Kuantitatif,
diterjemahkan oleh iis Sopyan. Erlangga.Jakarta.
Kardila, V.2010.Titrasi Oksidasi Reduksi
(Permanganometri).http://vainekardila.blogspot.com/2010/10/titras
i-oksidasi-reduksi.html
Karyadi, Benny. 1994. Kimia 2. Balai Pustaka, Jakarta.
Rivai, H.1995. Asas Pemeriksaan Kimia. UI-Press. Jakarta.
Svehla, G. 1990. Vogel Buku Teks Analisis Anorganik kualitatif
Makro dan Semimikro, diterjemahkan oleh A.H. Pudjaatmaka. Kalman
Media Pustaka. Jakarta.
Utomo,D.P.2010.AnalisisPermanganometri.http://danipujiutomo
.wordpress.com/2010/04/21/93/