Resep 44 B

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS RESEP

II.

Resep 44 B
dr Leo SpPD
SIK : 19/DIKES/2009
JL Raya Sesetan no 98
Tgl 22-07-2011

R/ Levofloxacine 500 mg No X
S. 1-0-0
R/ Lapifed tab
No X
S. 3 ddI
R/ Epexol
No X
S. 3 dd I
R/ Voltadex 50
No X
S. 3 dd I
R/ Hexadol gargle Fl I
S. 2 ddue
Pro: Bpk Gede

I. Skrining Resep
a. Kelengkapan administrasi
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.1027/MENKES/SK/IX/2004 tentang
standar pelayanan kefarmasian di apotek, persyaratan administratif dalam penulisan resep
adalah sebagai berikut:
- Nama, SIP dan alamat dokter.
- Tanggal penulisan resep.
- Tanda tangan/paraf dokter penulis resep.
- Nama, alamat, umur, jenis kelamin, dan berat badan pasien.
- Nama obat, potensi, dosis, jumlah yang minta.
- Cara pemakaian yang jelas.
- Informasi lainnya.
(MenKes RI, 2004)

Kelengkapan Resep
Identitas dokter Nama

Ada

Tidak ada

SIP
Alamat rumah
Alamat praktek
No Telp
Hari dan jam kerja
Simbol R/
Superscriptio
Nama Kota
Tanggal resep
Nama obat
Inscriptio
Kekuatan obat
Jumlah obat
Subscriptio
BSO
Frekuensi pemberian
Jumlah pemberian obat
Signatura
Waktu minum obat
Informasi lain
Paraf
Penutup
Tanda tangan
Nama
Alamat
Identitas pasien
Umur
BB

Berdasarkan di atas, diketahui bahwa resep tersebut belum lengkap. Pada resep
tersebut identitas pasien yaitu umur, berat badan, dan alamat pasien tidak dicantumkan.
Penulisan identitas pasien diperlukan untuk menghitung ketepatan dosis obat, sehingga
apoteker harus menanyakan identitas tersebut pada pasien yang bersangkutan. Selain itu,
identitas dokter yaitu alamat rumah, no. tlp, serta hari dan jam kerja dokter tidak
dicantumkan dimana hal tersebut diperlukan bila terdapat ketidakrasionalan pada resep
sehingga dokter dapat dihubungi ketika jam prakteknya untuk menanyakan kejelasan
resep yang dituliskan. Selain itu, pada resep juga tidak terdapat tanda tangan atau paraf
dokter yang menyatakan kebenaran dari resep tersebut ditulis oleh dokter yang
bersangkutan. Pada resep juga tidak diberitahukan waktu minum obat. Waktu minum obat
ini sangat penting untuk diketahui pasien agar obat yang dikonsumsi pasien dapat
memberikan efek yang optimal.
Walaupun tidak sah karena tidak terdapat tanda tangan atau paraf dokter penulis
resep, resep ini masih dapat diproses karena dalam resep tidak mengandung obat-obatan
narkotika ataupun psikotropika.
II. Spesifikasi Obat
1. Levofloxacin 500 mg
Komposisi
: Levofloxacin

Farmakologi Umum : antibiotik golongan kuinolon spektrum luas yang bekerja


dengan menghambat DNA gyrase, sehingga menghambat
Dosis
Kontra Indikasi

replikasi DNA bakteri.


: 200 500 mg setiap 24 jam.
: hipersensitivitas terhadap antibiotik fluorokuinolon atau

Perhatian

kuinolon seperti cinoxacin, nalidixic acid.


: Anak remaja < 18 tahun. Hamil, laktasi, insufisiensi ginjal,
fototoksisitas (hentikan penggunaan). Dapat mengganggu

Interaksi Obat

kemampuan mengemudi dan menjalankan mesin.


: Obat yang dapat meningkatkan efek/toksisitas levofloxacin =
siproflokasin, probenesid, insulin.
Obat yang dapat menurunkan efek/toksisitas levofloxacin =
antasida; suplemen besi, magnesium, kalsium, zinc; sukralfat,

Efek Samping

quinapril.
: mual, diare, konstipasi, sakit kepala, insomnia.
(Lacy et al., 2009)

2. Lapifed tab
Komposisi
: Triprolidine HCl 2,5 mg, pseudoephedrine HCl 60 mg.
a. Tripirolidin
Farmakologi Umum
: antihistamin dan antialergi (memblok reseptor H1).
Dosis
: 2,5 mg tiap 4 6 jam. Maksimum 10 mg/hari.
Kontra Indikasi
: Hipersensitivitas terhadap acrivastine; anak < 4 bulan;
Perhatian

laktasi.
: Angle-closure glaucoma; retensi urin; hipertropi

Efek Samping

prostat, epilepsy. Geriatri. Hamil.


: sakit kepala, mulut kering, penglihatan menurun,
retensi urin, mual, muntah, diare, nyeri epigastrik,
tremor, gangguan tidur, kebingungan, hipotensi,
kerontokan rambut.
(Anonim, 2011)

b. Pseudoefedrin
Farmakologi Umum

: Agen yang menstimulasi kerja , 1 dan 2 reseptor


adrenergik digunakan untuk dekongestan mukosa

Dosis
Kontra Indikasi
Perhatian

hidung.
: 60 mg tiap 4 6 jam, maksimum 240 mg/hari.
: hipertensi berat, penyakit arteri koroner, terapi MAOI.
: pasien gagal ginjal, hipertensi, DM. penyakit jantung

Efek Samping

iskemik, retensi urin dan penyakit tiroid.


: insomnia, iritabilitas, sakit kepala.
(Anderson et al., 2002)

3. Epexol
Komposisi
: Ambroksol HCl 30 mg.
Farmakologi Umum : Agen obat batuk yang bekerja dengan cara menurunkan
Dosis
Perhatian
Efek Samping

viskositas mukus (mukolitik).


: 1 tablet 3 kali sehari.
: penggunaan jangka panjang. Hamil dan laktasi.
: gangguan gastrointestinal ringan. Reaksi intolerans, kulit
kemerahan, udema pada wajah, dispnea, demam.
(Anonim, 2011)

4. Voltadex 50
Komposisi
: Diklofenak Na 50 mg
Farmakologi Umum : NSAID menghambat COX sehingga sintesis prostaglandin dan
Dosis
Kontra Indikasi
Efek Samping

mediator inflamasi lainnya juga terhambat.


: Dosis awal 50 mg 3 kali sehari maksimum 150 mg sehari.
(Lacy et al., 2009)
: hipersensitivitas terhadap NSAID dan aspirin, kehamilan.
: sering = mual, pusing, kelelahan.
serius = GI bleeding (peptic ulcer, diverticular NSAID colitis),
gagal gijal akut, bronkospasme, StevensJohnson syndrome,
toksis terhadap ginjal atau hati.
(Ehrenpreis and Ehrenpreis, 2001)

5. Hexadol gargle Fl 1
Komposisi
: Hexetidine 0,1 %
Farmakologi Umum : antiseptik bakterisida dan fungisida
Dosis
: untuk infeksi lokal atau oral hygiene digunakan Hexetidine
0,1 %
(Sweetman, 2009)
III.

Anamnesa Kefarmasian
Berdasarkan penilaian terhadap indikasi obat-obatan dalam resep di atas,
apoteker menduga pasien mengalami bronkitis. Namun untuk meyakinkan anamnese
kefarmasian ini maka dilakukan cross check kepada pasien dengan metode Three
Prime Question yaitu ;
1. Bagaimana penjelasan Dokter tentang obat Anda?
(Untuk mengetahui tujuan dari pemberian obat untuk pasien dan gambaran
keadaan pasien yaitu pasien mengalami bronktis)
Jawaban pasien : Penjelasan dokter mengenai obat pasien adalah levofloxacin
merupakan antibiotik, lapifed obat batuk melegakan nafas,
epexol untuk batuk berdahak, voltadex untuk nyeri dada, dan
hexadol obat kumur untuk meringankan sakit tenggorokan.
Pasien juga mengatakan bahwa ia juga menderita demam
hingga 39 0C.

Dari jawaban pasien tersebut dapat diketahui pasien mengalami keluhan demam,
sesak nafas, batuk berdahak yang bertambah parah pada malam hari, nyeri dada,
2.

3.

nyeri tenggorokan.
Bagaimana penjelasan Dokter tentang cara pakai obat Anda?
(Untuk mengetahui pasien telah mengetahui cara pakai obat yang diresepkan atau
tidak)
Jawaban pasien : dokter belum menjelaskan cara pemakaian obat dalam resep.
Bagaimana penjelasan Dokter tentang harapan setelah minum atau memakai obat
Anda?
(Untuk mengetahui tujuan yang ingin dicapai setelah minum obat).
Jawaban pasien : Dokternya mengatakan setelah minum obat ini, batuk, sesak,
nyeri tenggorokan yang dialami pasien akan mereda.

IV.
-

Penilaian Pengobatan Rasional


Tepat Indikasi
Bronkhitis adalah kondisi peradangan pada daerah trakheobronkhial.
Peradangan tidak meluas sampai alveoli. Bronkhitis seringkali diklasifikasikan sebagai
akut dan kronik. Bronkhitis akut mungkin terjadi pada semua usia, namun bronkhitis
kronik umumnya hanya dijumpai pada dewasa. Bronkhitis memiliki gejala yaitu Batuk
yang menetap yang bertambah parah pada malam hari serta biasanya disertai sputum,
Sesak napas bila harus melakukan gerakan eksersi (naik tangga, mengangkat beban
berat), Lemah, lelah, lesu, Nyeri telan (faringitis), Nyeri kepala, Demam pada suhu
tubuh yang rendah yang dapat disebabkan oleh virus influenza, adenovirus ataupun
infeksi bakteri (Tim Penyusun, 2005).
Ketepatan indikasi obat ditentukan berdasarkan ketepatan diagnosa dan
keluhan pasien. Berdasarkan anamnese kefarmasian yang dilakukan dengan meninjau
indikasi obat-obat dalam resep serta keluhan pasien, pasien diduga menderita bronkitis
dan antibiotik yang diresepkan telah sesuai. Selain itu, berdasarkan keluhan pasien
yaitu sesak nafas pemberian dekongestan telah sesuai, serta pemberian mukolitik juga
telah sesuai untuk meringankan batuk berdahak yang dialami pasien. Dan pemberian
analgesik telah sesuai untuk meringankan nyeri dada yang dialami pasien. Selain itu,
untuk meringankan nyeri tenggorokan yang dialami pasien juga diberikan obat kumur
yang telah sesuai dengan kondisi pasien.
Akan tetapi, pasien juga mengalami demam yang belum tertangani, sehingga
apoteker perlu menanyakan kepada dokter tentang pemberian antipiretik. Setelah
dikonsultasikan dengan dokter penulis resep, maka dokter menyetujui penggunaan
parasetamol untuk menurunkan demam yang diderita pasien.

Tepat Obat
Obat obat yang diresepkan oleh dokter yaitu :
a. Antiinfeksi yang diberikan adalah levofloxacin yang memiliki kemampuan
yang baik untuk menangani bakteri yang menyebabkan bronkitis. Selain itu,
antibiotik golongan quinolon merupakan antibiotik lini pertama untuk
menangani bronkitis.
b. Tripirolodine diberikan pada pasien untuk membantu pasien agar pasien dapat
tidur pada malam hari (pasien sering sulit tidur karena keparahan batuk pada
malam hari meningkat).
c. Pseudoefedrin sebagai nasal dekongestan yang dapat melegakan saluran
pernafasan pasien.
d. Ambroxol yang bekerja sebagai mukolitik dengan menurunkan viskositas
mukus sehingga lebih mudah untuk dikeluarkan.
e. Diklofenak Na merupakan analgesik golongan NSAID yang berfungsi untuk
meringankan gejala nyeri dada yang dialami pasien.
f. Obat Kumur Hexadol yang mengandung Hexetidine 0,1 % berfungsi sebagai
antiseptik untuk mengatasi nyeri tenggorokan yang dialami pasien.
g. Antipiretik yaitu parasetamol diberikan karena pasien mengalami demam
hingga mencapai 390C.

Tepat Dosis
1.
Levofloxacin
Dosis : 200 500 mg setiap 24 jam.
Dosis obat yang diberikan dalam resep :
- Sekali pakai : 500 mg
- Sehari pakai : 1 x 500 mg = 300 mg
Dosis levofloxacin yang digunakan dalam resep sudah memenuhi rentang
terapetik.
2.

Lapifed
a. Tripirolidin HCl
Dosis : 2,5 mg tiap 4 6 jam. Maksimum 10 mg/hari.
Dosis obat yang diberikan dalam resep :
- Sekali pakai : 2,5 gram
- Sehari pakai : 3 x 2,5 g = 7,5 gram
Dosis tripirolidin yang digunakan dalam resep sudah memenuhi rentang
terapetik.
b. Pseudoefedrin HCl
Dosis : 60 mg tiap 4 6 jam, maksimum 240 mg/hari.
Dosis obat yang diberikan dalam resep :
- Sekali pakai : 60 mg
- Sehari pakai : 3 x 60 mg = 180 mg

Dosis pseudoefedrin yang digunakan dalam resep sudah memenuhi rentang


3.

terapetik.
Epexol
a. Ambroxol
Dosis obat yang diberikan dalam resep :
- Sekali pakai : 30 mg
- Sehari pakai : 3 x 30 mg = 90 mg
Dosis ambroxol yang digunakan dalam resep sudah memenuhi rentang
terapetik (telah sesuai petunjuk penggunaan yang disarankan oleh produsen
yaitu 1 tablet 3 kali sehari).

4.

Voltadex 50
a. Diklofenak Na 50 mg
Dosis : Dosis awal 50 mg 3 kali sehari maksimum 150 mg sehari
Dosis obat yang diberikan dalam resep :
- Sekali pakai : 50 mg
- Sehari pakai : 3 x 50 mg = 150 mg
Dosis diklofenak Na yang digunakan dalam resep sudah memenuhi rentang
terapetik.

5.

Parasetamol
Dosis Lazim sekali 500 mg; sehari 500 mg 2 gram.
Dosis obat yang diberikan dalam resep :
- Sekali pakai : 0,5 gram
- Sehari pakai : 3 x 0,5 g = 1,5 gram
Dosis parasetamol yang digunakan dalam resep sudah memenuhi rentang
terapetik.

Tepat Pasien
Pasien diberikan obat-obat dengan bentuk sediaan tablet dan obat kumur. Pemberian
kedua bentuk sediaan tersebut kepada pasien sudah tepat karena pasien merupakan
orang dewasa dan tidak mengalami gangguan dalam menelan.

Waspada Efek Samping


Efek samping yang sering terjadi dari obat-obat yang diberikan dan patut diwaspadai
diantaranya:
Nama Obat
Levofloxacin
Triprolidine HCl

Efek Samping
mual, diare, konstipasi, sakit
kepala, insomnia.
sakit kepala, mulut kering,
penglihatan menurun, retensi urin,
mual, muntah, diare, nyeri

Pengatasan
Jika terjadi efek samping,
hentikan penggunaan obat.
Perbanyak minum air
putih, gunakan obat jika
perlu (jika batuk telah

Pseudoefedrin

Ambroksol HCl

Voltadex 50

Parasetamol

epigastrik, tremor, gangguan tidur, mereda, penggunaan obat


kebingungan,
hipotensi, dihentikan)
kerontokan rambut.
insomnia, iritabilitas, sakit kepala. Gunakan obat jika perlu
(jika batuk telah mereda,
penggunaan
obat
dihentikan)
gangguan gastrointestinal ringan. Diberikan setelah makan,
Reaksi
intolerans,
kulit gunakan obat jika perlu
kemerahan, udema pada wajah, (jika batuk berdahak telah
dispnea, demam.
mereda, penggunaan obat
dihentikan)
sering = mual, pusing, kelelahan.
Pemberian informasi efek
serius = GI bleeding (peptic ulcer, samping tersebut kepada
diverticular NSAID colitis), gagal pasien, dilakukan istirahat
gijal
akut,
bronkospasme, total.
StevensJohnson syndrome, toksis
terhadap ginjal atau hati.
Kerusakan hati
Gunakan obat jika perlu
(jika
demam
sudah
mereda
hentikan
penggunaan obat)

Tidak terjadi interaksi antara obat-obat yang diberikan pada resep diatas.
V.
1.

Peracikan obat
Levofloxacin
Disiapkan Levofloxacin tablet (sediaan produksi pabrik), apoteker tidak perlu
melakukan peracikan lagi. Tablet disiapkan sebanyak 10 buah (Terapi bronkitis
dengan antibiotik berlangsung 5 14 hari). Tablet dimasukkan ke dalam plastik
klip dan diberi etiket putih yang berisi nama apotek, alamat dan nama apoteker,

2.

tanggal pembuatan resep, nomor resep, nama pasien dan aturan pakai.
Lapifed
Lapifed merupakan obat batuk yang mengandung Triprolidine HCl 2,5 mg,
pseudoephedrine HCl 60 mg. Disiapkan lapifed tablet sebanyak 10 tablet. 1 strip
Lapifed terdiri dari 10 tablet, jadi disiapkan 1 strip Lapifed. Lapifed dimasukkan

3.

ke dalam plastik klip dan diberi etiket putih.


Epexol
Epexol merupakan mukolitik yang mengandung ambroksol. Disiapkan Epexol
tablet sebanyak 10 tablet. 1 strip Epexol terdiri dari 10 tablet, jadi disiapkan 1 strip

4.

Epexol. Epexol dimasukkan ke dalam plastik klip dan diberi etiket putih.
Voltadex
Voltadex merupakan analgesik yang mengandung diklofenak Na. Disiapkan
Voltadex tablet sebanyak 10 tablet. 1 strip Voltadex terdiri dari 10 tablet, jadi

disiapkan 1 strip Voltadex. Voltadex dimasukkan ke dalam plastik klip dan diberi
etiket putih.
5. Hexadol gargle
Hexadol gargle merupakan obat kumur (antiseptik) yang mengandung Hexetidine.
Disiapkan 1 botol Hexadol gargle dan diberi etiket biru.
6. Parasetamol
Disiapkan 1 strip (10 tablet parasetamol), dimasukkan ke dalam plastik klip dan
diberi etiket putih.
VI.

Farmakoekonomi
Untuk obat-obat yang tersedia generiknya, dapat diberikan merek dagang ataupun

generiknya sesuai dengan pertimbangan harga dan keputusan pasien. Sebagai apoteker
kita dapat memberikan saran dari segi ekonomi kepada pasien, sehingga pasien
mendapatkan obat yang harganya terjangkau.
Sediaan
Levofloxacin
Lapifed
Epexol
Voltadex

Penawaran 1
Rp 88.000,00 (Kimia Farma)
Rp 8500,00
Rp 6400,00
Rp 2950,00

Penawaran 2
Rp 10.500 (Soho)
Rp 8500,00
Rp 6400,00
Rp 2950,00

Hexadol gargle

Rp 8000,00

Rp 8000,00

Parasetamol
Rp 1470,00 (Generik)
Biaya
Tambahan Rp 5000,00
(biaya

plastik

Rp 1470,00 (Generik)
Rp 5000,00

klip

dan etiket)
TOTAL
Keterangan :

Rp 120.320,00

Rp 42.820,00

Harga obat generik (MenKes RI, 2011)


Harga obat merek dagang (Anonim, 2011)
Apoteker dapat memberikan masukan kepada pasien berdasarkan segi ekonomi
(farmakoekonomi), dengan memberikan pasien rekomendasi untuk menggunakan obat
generiknya. Sehingga resep tersebut memiliki tujuan terapi yang sama tetapi harga obat
yang lebih rendah.
Berdasarkan perhitungan di atas diketahui bahwa biaya obat yang ditebus pasien
jika pasien memilih menggunakan obat generik adalah sebesar Rp 42.820,00
sedangkan jika pasien memilih menggunakan merek dagang pasien harus mengeluarkan
biaya sebesar Rp 120.320,00 dengan demikian apoteker dapat menekan biaya pengobatan
sebesar Rp 77.500,00 tentunya penggantian obat merek dagang dengan generiknya harus
berdasarkan persetujuan pasien.

VII. Penyerahan Obat Dan Pemberian KIE


1. Pasien diserahkan antibiotik yaitu levofloxacin dan diberikan informasi
mengenai pemakaian antibiotik yang harus diminum 1 tablet sehari pada pagi
hari. Obat harus diminum sampai habis untuk mencegah terjadinya resistensi.
Bila obat tidak habis maka obat harus dibuang (obat tidak dapat disimpan).
2.

Obat diminum setelah makan.


Pasien diserahkan obat batuk yakni Lapifed dan diberikan informasi
mengenai pemakaian obat yang harus diminum 1 tablet tiap 8 jam (3 kali)
sehari setelah makan sampai batuk menghilang. Karena obat dalam bentuk
strip maka obat dapat disimpan sampai batas waktu kadaluarsa yang tertera

3.

pada kemasan.
Pasien diserahkan obat batuk berdahak Epexol dan diberikan informasi
mengenai pemakaian obat yang harus diminum 1 tablet tiap 8 jam (3 kali)
sehari setelah makan sampai batuk berdahak mereda. Karena obat dalam
bentuk strip maka obat dapat disimpan sampai batas waktu kadaluarsa yang

4.

tertera pada kemasan.


Pasien diserahkan obat untuk antinyeri Voltadex dan diberikan informasi
mengenai pemakaian obat yang harus diminum 1 tablet tiap 8 jam (3 kali)
sehari setelah makan. Karena obat dalam bentuk strip maka obat dapat

5.

disimpan sampai batas waktu kadaluarsa yang tertera pada kemasan.


Pasien diserahkan antipiretik parasetamol dan diberikan informasi mengenai
pemakaian obat yang harus diminum 1 tablet tiap 8 jam (3 kali) sehari setelah
makan sampai demam turun. Karena obat dalam bentuk strip maka obat dapat

6.

disimpan sampai batas waktu kadaluarsa yang tertera pada kemasan.


Pasien diserahkan obat kumur hexadol dan diberikan informasi mengenai
kumur 15 mL obat selama 30 detik pada pagi dan malam hari, dan obat kumut

7.

ini tidak boleh sampai tertelan.


Jika pasien lupa meminum obat, pasien dianjurkan untuk segera meminum
obat sesuai aturan pakai, jangan mengkonsumsi obat untuk dua dosis (dua

8.

kali).
Semua obat tersebut disimpan di tempat yang sejuk terlindung dari cahaya
kecuali obat kumur yang setelah dibuka hanya dapat digunakan maksimal 30

9.

hari.
Pasien disarankan untuk banyak minum air putih, tidak banyak beraktivitas,

dan istirahat total.


10. Apabila setelah tiga hari penyakit pasien tidak kunjung membaik, pasien harus
kembali berkonsultasi dengan dokter.

DAFTAR PUSTAKA
Anderson, P., J. Knoben dan W. Troutman. 2002. Handbook Of Clinical Drug Data, 10th
Edition. USA : McGraw-Hill Companies, Inc
Anonim. 2011. MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Ehrenpreis, S dan E. D. Ehrenpreis. 2001. Clinicians Handbook Of Prescription Drugs. USA:
McGraw-Hill Companies, Inc.
Lacy, C.F., L.L. Armstrong, M.P.Goldman, L.L.Lance. 2009. Drug Information Handbook: A
Comprehensive Resource for All Clinicians and Healthcare Professionals
18thEdition .North America : Lexy Comp Inc.
MenKes RI. 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1027/Menkes/SK/IX/2004 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek (Cited
2011
September,
22).
Available
from
:
URL
:
http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201027%20ttg
%20Standar%20Pelayanan%20Kefarmasian%20Di%20Apotek.pdf
MenKes RI. 2011. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
632/MENKES/SK/III/2011 Tentang Harga Eceran Tertinggi Obat Generik Tahun 2011
(cited
2011
Oktober,
15).
Available
from
:
URL
:
http://www.dinkesjatengprov.go.id/dokumen/kepmenkes/Kepmenkes_632_Th_2011_
HET_Obat_Generik.pdf
Sweetman, S. C. 2009. Martindale: The Complete Drug Reference 36th Edition.
Pharmaceutical Press.

USA:

Tim Penyusun. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit ISPA. Jakarta : Ditjen Bina
Kefarmasian dan Alat Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai