Kasus Peb Cibinong.. Fix
Kasus Peb Cibinong.. Fix
Kasus Peb Cibinong.. Fix
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pelayanan kesehatan maternal merupakan salah satu unsur penentu status kesehatan
(Saifuddin, 2009). Namun, berdasarkan penelitian WHO, selama tahun 2005 terdapat 536.000
wanita yang meninggal disebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan, maka didapatkan 400
ibu yang meninggal setiap 100.000 kelahiran hidup dari seluruh kematian maternal di dunia
(Depkes, 2008: 146).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan negara-negara
ASEAN.Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2010,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 28 per 100.000. Sedangkan target MDGs
tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI, 2012). Berdasarkan Survei
Demografi Kesehatan Ibu Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI mencapi 359 per 100.000
kelahiran hidup dan AKB mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup.
Demikian pula AKB, khususnya angka kematian bayi baru lahir, AKB Indonesia masih
berada dibawah dibandingkan negara ASEAN lainnya, yaitu Singapura 3 per 1.000, Brunei
Darussalam 8 per 1000, Malaysia 10 per 1.000, Vietnam 18 per 1.000,Thailand 20 per 1.000,
dan Indonesia sendiri yaitu 34 per 1.000 kelahiranhidup.
Salah satu tujuan pembangunan millennium (Millennium Development Goals/MDGs)
adalah menurunkan AKI sebanyak tiga perempat dari angka nasional pada tahun 2015. Selain
itu, kesepakatan global Millennium Development Goals (MDGs) menargetkan AKI di Indonesia
dapat diturunkan menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015, sedangkan untuk
AKB adalah 23/100.000. Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung
kematian ibu, yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah persalinan.Hal ini
berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetri,
yang sering tak dapat diramalkan pada saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada
saat atau sekitar persalinan (Saifuddin, 2009: 6).
proteinuria
yang
timbul
karena
kehamilan, penyebabnya belum diketahui. Pada kondisi berat pre-eklampsia dapat menjadi
eklampsia dengan penambahan gejala kejang-kejang.
Pre-eklampsia
dan
eklampsia
merupakan
kesatuan
penyakit,
yakni
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal
ini
terjadi,
istilah
kesatuan
penyakit
diartikan
bahwa
kedua
peristiwa
dasarnya
sama karena eklampsia merupakan peningkatan dari pre-eklampsia yang lebih berat
dan berbahaya dengan tambahan gejala-gejala tertentu. Pre-eklampsia berat dan eklampsia
merupakan risiko yang membahayakan ibu di samping membahayakan janin melalui
placenta.Setiap tahun sekitar 50.000 ibu meninggal di dunia karena eklampsia. Insidens
eklampsia di negara berkembang berkisar dari 1:100 sampai1:1700.
Di Indonesia, setelah perdarahan dan infeksi, preeklampsia masih merupakan sebab
utama kematian ibu, dan sebab kematian perinatal yang tinggi. Oleh karena itu diagnosis dini
preeklampsia yang merupakan tingkat pendahuluan eklampsia, serta penanganannya perlu
segera dilaksanakan untuk menurunkan angka kematian ibu dan anak. Berdasarkan uraian di
atas, penulis tertarik untuk mengangkat laporan kasus mengenai pasien dengan preeklampsia
berat.
1.2
Postpartum Pada Ny M Dengan Gestasi 38 Minggu Sectio Caesarea Dengan Indikasi Pre
Eklamsi Berat Di RSUD Cibinong pada tanggal 3 November 2014.
1.3
Tujuan Penulisan
1.3.1
Tujuan Umum
Dapat melaksanakan asuhan kebidanan postpartum pada ny m dengan gestasi
38 minggu sectio caesarea dengan indikasi pre eklamsi berat di RSUD Cibinong pada
tanggal 3 november 2014dengan menggunakan pendekatan menajemen asuhan kebidanan
sesuai dengan wewenang bidan.
1.3.2
Tujuan Khusus
1.4
Manfaat Penulisan
Diharapkan studi khusus ini dapat bermanfaat bagi :
1.4.1
Penulis
Menerapkan secara langsung ilmu yang didapat selamakuliah mengenai
manajemen asuhan kebidanan pada ibu dengan preeklamsia berat sesuai prosedur.Serta
dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk menambah pengetahuan, wawasan dan
pengalaman.
1.4.2
Institusi Pendidikan
Mengetahui perkembangan aplikasi secara nyata dilapangan, serta dapat dijadikan
1.4.3
Lahan Praktek
Mengetahui perkembangan aplikasi secara nyata dilapangan dan sesuai teori yang
ada, serta dapat dijadikan sebagai bahan bacaan dan referensi untuk lahan praktek.
1.5
Metode Penulisan
Dalam penyusunan studi kasus ini berdasarkan teori ilmiah yang di padukan dengan
praktek dan pengalaman penulisan memerlukan data yang objektif dan relevan dengan teori-teori
yang dijadikan dasar analisa dalam pemecahan masalah. Untuk itu penulisan menggunakan
metode sebagai berikut:
1. Studi Kepustakaan
Mempelajari buku-buku/literatur, mengambil data-data dari internet, membaca buku
yang berkaitan dengan preeklamsia berat.
2. Studi Kasus
Dengan menggunakan metode pendekatan masalah dalam asuhan kebidanan yang
meliputi pengkajian dan analisa data, menetapkan diagnosa/masalah aktual dan
potensial, mengidentifikasi tindakan dan mengevaluasi asuhan kebidanan pada ibu hamil
dengan preeklamsia berat serta mendokumentasikan.
Untuk menghimpun data/informasi dalam pengkajianmenggunakan teknik:
a. Anamnesa/wawancara
Penulis melakukan tanya jawab dengan klien dan keluarganya guna mendapatkan
data yang diperlukan untuk memberikan asuhan kebidanan pada klien tersebut.
Termasuk data tentang psikososial, ekonomi, dan spiritual.
b. Observasi
Penulis melakukan pemantauan atau penilaian tentang keadaan umum klien, baik itu
melihat dari segi personal hygiene guna mendapatkan data yang diperlukan untuk
memberikan asuhan kebidanan.
c. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik secara sistematis pada klien dengan cara inspeksi,
palpasi, auskultasi, perkusi dan pemeriksaan penunjang (laboratorium), serta
pemeriksaan diagnostik lainnya dengan menggunakan format pengkajian.
3. Studi Dokumentasi
Studi ini dilakukan dengan mempelajari status klien yang bersumber dari catatan
dokter/bidan maupun dari hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik lainnya yang
berkaitan dengan preeklamsia berat.
4. Diskusi
Diskusi dengan tenaga kesehatan yaitu bidan atau dokter yang menangani langsung klien
tersebut dan dosen pembimbing laporan studi kasus.
1.6
Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan memudahkan untuk memahami studi kasus
ini ,maka penulis menyusun dalam beberapa bab secara sistematis sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
1.1
1.2
1.3
Tujuan Penulisan
1.4
Manfaat Penulisan
1.5
Metode Penulisan
1.6
Sistematika Penulisan
Nifas
2.2
Sectio Caesaria
2.3
Pre Eklampsia
2.4
Klasifikasi
2.5
Epidemiologi
2.6
2.7
2.8
2.9
2.10
Prognosis
2.11
Pemeriksaan Diagnostik
2.12
Komplikasi
2.13
Pencegahan
2.14
Penanganan
2.15
2.16
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis menguraiakan tentang kesenjangan antara teori dan fakta yang
ada sesuai dengan proses manajemen kebidanan.
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kehamilan
Masa kehamilan di mulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya kehamilan
normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir.
Kehamilan di bagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama di mulai dari konsepsi sampai 3
bulan, triwulan ke dua dari bulan ke empat sampai bulan ke 7, triwulan ketiga dari bulan ke 7
sampai 9 bulan (Saifuddin, 2008). Kehamilan matur (cukup bulan) berlangsung kira-kira 40
minggu (280 hari) dan tidak lebih dari 43 minggu (300 hari). Kehamilan yang berlangsung antara
28 dan 36 minggu disebut kehamilan prematur, sedangkan bila lebih dari 43 minggu disebut
kehamilan postmatur (Mansjoer, 2001).
Menurut usia kehamilan, kehamilan dibagi menjadi:
a.Kehamilan trimester pertama: 0-14 minggu
b.Kehamilan trimester kedua: 14-28 minggu
c.Kehamilan trimester ketiga: 28-42 minggu
Kehamilan sebagai keadaan fisiologis dapat diikuti proses patologis yang mengancam
keadaan ibu dan janin. Tenaga kesehatan harus dapat mengenal perubahan yang mungkin terjadi
sehingga kelainan yang ada, dapat dikenal lebih dini. Tujuan pemeriksaan antenatal adalah
menyiapkan fisik dan mental ibu serta menyelamatkan ibu dan anak dalam kehamilan,
persalinan, dan masa nifas agar sehat dan normal setelah ibu melahirkan (Mansjoer, 2001).
2.1.2 Paritas
Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama dengan 500 gram
yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Bila berat badan tak diketahui maka dipakai umur
kehamilan, yaitu 24 minggu (Siswosudarmo, 2008). Penggolongan paritas bagi ibu yang masih
hamil atau pernah hamil berdasarkan jumlahnya menurut Perdinakes-WHO-JPHIEGO yaitu:
a. Primigravida
Adalah wanita hamil untuk pertama kalinya
b. Multigravida
Adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, di mana kehamilan
tersebut tidak lebih dari 5 kali.
c. Grandemultigravida
Adalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali.
Menurut sumber lain jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain
yaitu:
a. Nullipara
adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu hidup (Siswosudarmo,
2008).
b. Primipara
adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah mencapai tahap mampu
hidup (Siswosudarmo, 2008).
c. Multipara
adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viabel atau lebih (Siswosudarmo,2008).
d. Grandemultipara
adalah wanita yang telah melahirkan bayi 6 kali atau lebih (Mochtar, 1998).
Grandemultiparaadalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih
(Padjadjaran, FK., 1983).
e. Great Grandemultipara
adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi yang sudah10 kali atau lebih
(Wiknjosastro, 2002).
a. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
b. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi.
c. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil, termasuk riwayat penyakit secara umum, kebidanan dan pembedahan.
d. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
e. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
f. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal.
Dari tujuan
tersebut,
tujuan kunjungan
pertama
adalah
(Mufdillah,2009):
Menentukan kehamilan normal atau abnormal serta ada atau tidaknya faktor risiko
kehamilan
10
Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan bila
diperlukan.
Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.
d. Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid(TT) lengkap kepada ibu hamil sebanyak 2 kali
dengan jarak minimal 4 minggu, diharapkan dapat menghindari terjadinya tetanus
neonatorumdan tetanuspada ibu bersalin dan nifas (Mufdlilah, 2009).
e. Pemberian Tablet zat besi, 90 tablet selama 3 bulan kehamilan, diminum setiap hari,
ingatkan ibu hamil tidak minum dengan teh dan kopi, suami atau keluarga hendaknya
selalu dilibatkan selama ibu mengkonsumsi zat besi, untuk meyakinkan betul-betul
diminum (Mufdlilah, 2009).
f. Tes laboratorium (rutin dan khusus) Pemeriksaan laboratorium rutin mencakup
pemeriksaan hemoglobin, protein urine, gula darah, dan hepatitis B. Pemeriksaan husus
dilakukan didaerah prevalensi tinggi dan atau kelompok perilaku berisiko dilakukan
terhadap HIV, sifilis, malaria, tuberkulosis, cacingan dan thalasemia (Machfoeds, 2009).
g. Temu wicara (Konseling)Pelayanan antenatal ini hanya dapat diberikan oleh tenaga
kesehatan dan tidak dapat dilakukan oleh dukun bayi. Disini untuk memberikan
penyuluhan tentang perawatan hamil, perawatan payudara, gizi ibu hamil, tanda-tanda
bahaya pada kehamilan dan tanda-tanda pada janin sehingga ibu dan keluarga dapat
segera mengambil keputusan dalam perawatan selanjutunya dan mendengarkan keluhan
yang disampaikan oleh ibu dengan penuh minat (Machfoeds, 2009; Mufdlilah, 2009).
12
13
2.2 Nifas
2.2.1
Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai sejak 1 jam setelah plasenta
sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu atau berakhir ketika alat-lat kandungan kembali
seperti keadaan semula (sebelum hamil). (Prawirohardjo,2010).
2.2.2
pengertian pada ibu mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan
obat-obat antisakit dan antimules
e. Lochea adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa
nifas.
1) Lochea Rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, selsel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pasca
persalinan
2) Lochea Sanguinolenta : berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, hari ke
3-7 pasca persalinan
3) Lochea serosa : berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14
pasca persalinan
4) Lentang Lochia alba : cairan putih, setelah 2 minggu
5) Lochea Purulenta : terjadi infeksi, keluar cairan sperti nanah berbau busuk
6) Lochiostatisis : lochia tidak lancar keluarnya
f. Serviks : setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong berwarna
merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaanperlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk rongga
rahim, setelah 2 jam dapat dilalui oleh 2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui
1 jari.
g. Ligamen-ligamen : ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu
persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih
kembali sehingga tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi,
karena ligamen rotundum menjadi kendor. (Prawirohardjo 2010)
15
2.3.1 Pengertian
Seksio caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak lewat insisi pada
dinding abdomen dan uterus. Pembedahan caesarea yang pertama dilakukan di Amerika
Serikat pada tahun 1827. (Harry Oxorn dkk 2010, Hal 634)
1.
2.3.3
1.
a.
b.
c.
CPD
d.
e.
Eklampsi
f.
g.
Gagal induksi
h.
Gawat janin
i.
Gagal vakum
j.
Malpresentasi Janin
k.
l.
(bladder flap) yang terletak dekat sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan
dan disayat melintang, lipatan ini dilepaskan dari segmen bawah dan bersama-sama
kandung kemih dorong kebawah serta ditarik agar tidak menutupi lapangan
16
pandangan.Pada segmen bawah uterus dibuat insisi melintang yang kecil, luka insisi ini
dilebarkan kesamping dengan jari-jari tangan dan berhenti didekat daerah pembuluhpembuluh darah uterus.Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak dibalik
insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian tubuh lainnya dan kemudian pasenta
serta selaput ketuban.Insisi melintang tersebut ditutup dengan jahitan catgut bersambung
1 lapis atau 2 lapis.Lipatan vesikouterina kemudian dijahit kembali pada dinding uterus
sehingga seluruh luka insisi terbungkus dan tertutup dari rongga peritoneum
generalisata.Abdomen ditutup lapis demi lapis.
2.
3.
uterus dan di lebarkan ke atas serta ke bawah dengan gunting berujung tumpul di
perlukan luka insisi lebar karena bayi sering di lahirkan dengan bokong. Janin serta
plasenta di keluarkan dan uterus di tutup dengan jahitan 3 lapis.
4.
pada kasus yang mengalami infeksi luas dengan mencegah peritonitis generalisata yang
sering bersifat fatal. Ada beberapa metode sectio ceasarea extraperitoneal seperti metode
waters, latzkao dan norton.
Tehnik pada prosedur ini relatif sulit, sering tanpa sengaja masuk ke dalam cavum
peritoni, dan insidensi cedera vesika urinaria meningkat.Perawatan prenatal yang lebih
17
baik, penurunn insidensi kasus yang terlantar, dan tersedianya darah serta antibiotik telah
mengrangi perlunya tehnik extraperitoneal.
5.
Histeroktomi caesarea
Pembedahan ini merupakan sectio ceaserea yang dilanjutkan dengan pengeluaran
uterus. Akan tetapi, karena pembedahan sub total lebih mudah dan dapat di kerjakan
dengan cepat maka pembedahan sub total dapat terjadi prosedur pilihan kalau terdapat
perdarahan hebat dab pasiennya syok, atau pasien dalam keadaan jelek akibat sebabsebab lain. Tujuan pembedahan adalah menyelesaiakan secepat mungkin. (Harry Oxorn
dkk 2010)
2.3.4
Tujuan seksio
a. Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
b. Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan serviks uteri, jika janin
dilahirkan pervaginam.
2.3.5
a. Dianjurkan jangan hamil selama lebih kurang dua tahun, dengan memakai
kontrasepsi.
b. Kehamilan berikutnya hendaknya diawasi dengan antenatal yang baik.
c. Dianjurkan untuk bersalin di rumah sakit yang besar.
18
merupakan
penyakit
dengan
tanda-tanda
hipertensi,edema,dan
proteinuria yang timbul karena kehamilan (prof. Dr. Hanifa wiknjosastro, 2008)
2.4.2.
Klasifikasi
19
2.5 Epidemiologi
2.5.1
digunakan untuk menerangkannya ( Chappellet all, 1999 ). Terjadi kurang dari 5% dalam
kebanyakan populasi dan studi prospektif menunjukkan insiden dibawah 2,2% , bahkan pada
populasi primigravida yang diketahui prevalensinya lebih tinggi ( Higgins et al, 1997 dalam
Asuhan Kebidanan Persalinan dan Kelahiran, 2006 ).
2.6 Etiologi Pre Eklampsia
Etiologi penyakit ini sampai saat ini belum diketahui dengan pasti.Teori yang dewasa ini
banyak yang dikemukakan sebagai sebab preeklampsia adalah iskemia plasenta.Akan tetapi,
dengan teori ini tidak ada diterangkan semua hal yang berkaitan dengan penyakit itu.Rupanya
tidak hanya satu faktor, melainkan banyak faktor yang menyebabkan preeklampsia.Diantara
faktor-faktor yang ditemukan sering kali sukar ditemukan mana yang sebab dan mana yang
akibat. (Wiknjosastro, H, 2008. Hal. 283).
Tetapi secara umum disebabkan oeh vasospasme arteriola. Faktor-faktor lain yang
diperkirakan akan mempengaruhi timbulnya preeklampsia antara lain : primigravida, kehamilan
ganda, hidroamnion, mola hidatidosa, multigravida malnutrisi berat,usia ibu kurang dari 18
tahun atau lebih diatas 35 tahun disertai anemis.
Etiologi eklampsia dan pre eklampsia adalah sama. Dengan akibat yang lebih seriuspada
organ organ hati, ginjal, perdarahan otak, payah jantung atau payah ginjal, dan aspirasi cairan
lambung atau edema paru paru. Sedangkan penyebab kematian bayi adalah asfiksia
intrauterine dan persalinan prematuritas.
20
mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium. Pada preeklamsia
permeabelitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Menurunnya aliran darah memberikan dampak kepada organ-organ tubuh. Pada plasenta,
menurunnya aliran darah mengakibatkan gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi yang agak
lama, pertumbuhan janin terganggu. Pada hipertensi yang lebih pendek bisa terjadi gawat janin
sampai kematiannya karena kekurangan oksigenasi. Kurangnya darah ke ginjal mengakibatkan
filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan yang penting adalah dalam hubungan dengan proteinuria
serta dengan retensi garam dan air. Kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan
penimbunan cairan yang berlebihan dalam ruang interstitial. Bahwa pada eklampsia dijumpai
kadar aldosteron yang rendah dan konsentrasi prolaktin yang tinggi dari pada kehamilan normal.
Aldosteron penting untuk mempertahankan volume plasma dan mengatur retensi air dan natrium.
Serta pada eklampsia permeabilitas pembuluh darah terhadap protein meningkat.
Perubahan pada ginjal disebabkan oleh aliran darah ke dalam ginjal menurun, sehingga
menyebabkan filtrasi glomerulus berkurang. Kelainan pada ginjal yang penting ialah dalam
hubungan dengan proteinuria dan mungkin dengan retensi garam dan air. Mekanisme retensi
garam dan air akibat perubahan dalam perbandingan antara tingkat filtrasi glomelurus dan
tingkat penyerapan kembali oleh tubulus. Pada kehamilan normal penyerapan ini meningkat
sesuai dengan kenaikan filtrasi glomerulus. Penurunan filtrasi glomelurus akibat spasmus
arteriolus ginjal menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, yang menyebabkan
retensi garam dan retensi air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal, sehingga
menyebabkan diuresis turun pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria atau anuria.
Pada preeklampsia tampak edema retina , spasmus setempat atau menyeluruh pada satu
atau beberapa arteri . Diplopia dan ambliopia pada kasus preeklampsia merupakan gejala yang
menunjukkan akan terjadinya eklampsia. Hal ini disebabkan oleh perubahan aliran darah pusat
penglihatan di korteks serebri. Edema paru merupakan sebab utama kematian penderita
preeklampsia dan eklampsia. Komplikasi ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis
kiri.Perubahan pada otak bahwa resistensi pembuluh darah dalam otak pada hipertensi dalam
kehamilan lebih tinggi pada eklampsia. Sehingga aliran darah ke otak dan pemakaian oksigen
pada eklampsia akan menurun.
22
Hemokonsentrasi yang tinggi pada preeklampsia dan eklampsia tidak diketahui sebabnya.
Terjadi pergeseran air dari ruang intravaskular ke ruang interstisial. Terjadi peningkatan
hemotokrit, peningkatan protein serum, dan bertambahnya edema menyebabkan volume darah
berkurang, viskositas darah meningkat, dan waktu peredaran arah akan lebih lama. Aliran darah
ke berbagai bagian tubuh berkurang mengakibatkan hipoksia.
Pada plasenta dan uterus terjadi penurunan aliran darah ke plasenta mengakibatkan
gangguan fungsi plasenta. Pada hipertensi pertumbuhan janin terganggu sehingga terjadi gawatjanin sampai menyebabkan kematian karena kekurangan oksigenisasi. Kenaikan tonus uterus dan
kepekaan terhadap perangsangan sering terjadi pada eklampsia, sehingga mudah terjadi partus
prematurus.
2.8 Faktor Predisposisi pre eklampsia
2.9
Primigravida
Kehamilan ganda
Primigravida tua
Diabetes melitus
Molahidatidosa
Polihidramnion
Makrosomia
Obesitas
23
Keluhan subjektif
Nyeri epigastrium
24
Kriteria menentukan adanya oedem adalah nilai positif jika daerah oedem di
daerah tibia, lumbosakral, wajah ( kelopak mata ), dan tangan terutama setelah malam
tirah baring tidak hilang.
Bila sulit menentukan tingkat oedem, maka metode yang digunakan adalah
sebagai berikut :
+
++
+++
++++
Protein positif artinya jumlah protein lebih dari 0,3 gram/liter urine 24jam atau
lebih dari 2 gram/liter sewaktu. Urine diambil dengan penyadapan / kateter
+
++
+++
++++
Tingkat Awal (Aura) : Berlangsung kirakira 30 detik, mata penderita terbuka tanpa
melihat, kelopak mata bergetar. Demikian pula tangannya dan kepala berputar ke kiri
atau ke kanan.
2.
Tingkat kejang tonik : Berlangsung 15-30 detik atau kurang dari 30 detik, dalam tingkat
ini semua otot menjadi kaku, wajahnya keliatan kaku ( distorsi ), bola mata menonjol,
tangan menggenggam, kaki membengkok ke dalam, pernapasan berhenti,muka menjadi
sianotik, lidah dapat tergigit.
25
3.
Tingkat Kejang Klonik : Berlangsung antara 1-2 menit, semua otot berkontraksi dan
berulang-ulang dalam tempo yang cepat, terbukanya rahang secara tiba-tiba dan tertutup
kembali dengan kuat disertai pula dengan terbuka dan tertutupnya kelopak mata.
Kemudian disusul dengan kontraksi intermitten pada otot-oto muka dan otot seluruh
tubuh. Begitu kuat kontraksi otot-otot tubuh ini, sehingga seringkali penderita terlempar
dari tempat tidur. Seringpula lidah tergigit, dan mulut keluar liur yang berbusa kadan
disertai bercak-bercak darah, wajah tampak membengkak karena kongesti dan sianosis,
pada konjungtiva mata dijumpai bintik-bintik pendarahan, klien menjadi tidak sadar.
4.
Tingkat Koma : Lama kesadaran tidak selalu sama, secar perlahan-lahan pendrita mulai
sadar lagi, akan tetapi dapat terjadi pula bahwa sebelum itu timbul serangan baru dan
berulang sehingga ia tetap dalam koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi
cepat dan suhu meningkat sampai 40 derajat celcius, mungkin karena gangguan serebral.
Penderita mengalami inkontinensia disertai dengan oliguria atauanuria dan kadangkadang terjadi aspirasi bahkan muntah. Penderita yang sadar kembali dari koma,
umumnya mengalami disorientasi dan sedikit gelisah.
2.10 Prognosis
Kematian ibu berkisar antara 9,8%-25%, sedangkan kematian bayi berkisar antara
42,2%-48,9%. Bila penderita tidak terlambat dalam pemberian pengobatan , maka gejala
perbaikan akan tampak jelas stelah kehamilannya diakhiri. Segera setelah persalinan
berakhhir perubahan patofisiologik akan segera pula mengalami perbaikan. Diuresis terjadi
12 jam kemudian setelah persalinan. Keadaan ini merupakan tanda prognosis yang baik,
karena hal ini merupakan gejala pertama penyembuhan. Tekanan darah kembali normal
dalam beberapa jam kemudian.
Eklampsi tidak mempengaruhi kehamilan berikutnya, kecuali pada janin dari ibu yang
sudah mempunyai hipertensi kronik. Prognosis janin pada penderita eklampsi juga tergolong
buruk. Seringkali janin mati intrauterin atau mati pada fase neonatal karena memang kondisi
bayi sudah sangat inferior.
26
2.12 Komplikasi
Komplikasi yang terberat adalah kematian ibu dan janin, usaha utama ialah melahirkan bayi
hidup dari ibu yang menderita pre eklampsia dan eklampsia. Komplikasi yang tersebut di bawah
ini biasanya terjadi pada pre eklampsia berat dan eklampsia :
Solusio plasenta
Karena adanya takanan darah tinggi, maka pembuluh darah dapat mudah pecah, sehingga
terjadi hematom retropalsenta yang dapat menyebabkan sebagian plasenta dapat terlepas.
Hipofibrinogenemia
Adanya kekurangan fibrinogen yang beredar dalam darah , biasanya di bawah 100 mg
persen. Sehingga pemeriksaan kadar fibrinogen harus secara berkala.
Hemolisis
Kerusakan atau penghancuran sel darah merah karena gangguan integritas membran sel
darah merah yang menyebabkan pelepasan hemoglobin. Menunjukkan gejala klinik
hemolisis yang dikenal karena ikterus.
Perdarahan otak
Komplikasi ini merupakan penyebab utama kematian maternal pada penderita eklampsia.
Kelainan mata
27
2.13 Pencegahan
Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti
Mengenali tanda-tanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan
pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pre-eklampsia jika terdapat
faktor faktor peredisposisi
28
Berikan penerangan tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya
mengatur diet rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga
kenaikan berat badan yang berlebihan.
2.14 Penanganan
Diet biasa
Diet biasa
b)
c)
d)
Tidak perlu diuretik, kecuali jika terdapat odem paru, dekompensasi kordis atau
gagal ginjal akut
e)
f)
g)
h)
29
Jika serviks beum matang, berikan prostaglandin atau kateter folay, atau terminasi
dengan SC.
b. Janin
30
c. Laboratorium
Adanya HELLP syndrome (hemolisis dan peningkatan fungsi hepar,
trombositopenia).
PENGOBATAN MEDISIONAL
Pengobatan medisinal pasien pre eklampsia berat yaitu :
1. Segera masuk rumah sakit
2. Tirah baring miring ke satu sisi. Tanda vital diperiksa setiap 30 menit, refleks patella
setiap jam.
3. Infus dextrose 5% dimana setiap 1 liter diselingi dengan infus RL (60-125 cc/jam) 500
cc.
4. Antasida
5. Diet cukup protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam.
6. Pemberian obat anti kejang : magnesium sulfat
7. Diuretikum tidak diberikan kecuali bila ada tanda-tanda edema paru, payah jantung
kongestif atau edema anasarka. Diberikan furosemid injeksi 40 mg/im.
8. Antihipertensi diberikan bila :
a.
Desakan darah sistolis lebih 180 mmHg, diastolis lebih 110 mmHg atau MAP lebih
125 mmHg. Sasaran pengobatan adalah tekanan diastolis kurang 105 mmHg (bukan
kurang 90 mmHg) karena akan menurunkan perfusi plasenta.
b.
c.
9. Bila tidak tersedia antihipertensi parenteral dapat diberikan tablet antihipertensi secara
sublingual diulang selang 1 jam, maksimal 4-5 kali. Bersama dengan awal pemberian
sublingual maka obat yang sama mulai diberikan secara oral.
10. Kardiotonika
Indikasinya bila ada tanda-tanda menjurus payah jantung, diberikan digitalisasi cepat
dengan cedilanid D.
31
32
menghilang pada kadar 8-10 mEq/liter. Kadar 12-15 mEq terjadi kelumpuhan otototot pernapasan dan lebih 15 mEq/liter terjadi kematian jantung.
b. Bila timbul tanda-tanda keracunan magnesium sulfat :
Hentikan pemberian magnesium sulfat
Berikan calcium gluconase 10% 1 gram (10% dalam 10 cc) secara IV dalam
waktu 3 menit.
Berikan oksigen.
Lakukan pernapasan buatan.
c. Magnesium sulfat dihentikan juga bila setelah 4 jam pasca persalinan sudah terjadi
perbaikan (normotensif).
PENGOBATAN OBSTETRIK
A. Cara Terminasi Kehamilan yang Belum Inpartu
1.
Induksi persalinan : tetesan oksitosin dengan syarat nilai Bishop 5 atau lebih dan
Syarat tetesan oksitosin tidak dipenuhi (nilai Bishop kurang dari 5) atau
adanya kontraindikasi tetesan oksitosin.
12 jam setelah dimulainya tetesan oksitosin belum masuk fase aktif. Pada
primigravida lebih diarahkan untuk dilakukan terminasi dengan seksio
sesaria.
Kala I
1. Fase laten : 6 jam belum masuk fase aktif maka dilakukan seksio sesaria.
2. Fase aktif :
Amniotomi saja
33
Kala II
Pada persalinan per vaginam maka kala II diselesaikan dengan partus buatan.
Amniotomi dan tetesan oksitosin dilakukan sekurang-kurangnya 3 menit setelah
pemberian pengobatan medisinal. Pada kehamilan 32 minggu atau kurang; bila keadaan
memungkinkan, terminasi ditunda 2 kali 24 jam untuk memberikan kortikosteroid.
PERAWATAN KONSERVATIF
1. Indikasi
Bila kehamilan preterm kurang 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending
eklampsia dengan keadaan janin baik.
2. Pengobatan medisinal
Sama dengan perawatan medisinal pada pengelolaan aktif. Hanya loading dose MgSO4
tidak diberikan intravenous, cukup intramuskuler saja dimana 4 gram pada bokong kiri
dan 4 gram pada bokong kanan.
3. Pengobatan obstetri :
a. Selama perawatan konservatif : observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif
hanya disini tidak dilakukan terminasi.
b. MgSO4 dihentikan bila ibu sudah mempunyai tanda-tanda pre eklampsia ringan,
selambat-lambatnya dalam 24 jam.
c. Bila setelah 24 jam tidak ada perbaikan maka dianggap pengobatan medisinal gagal
dan harus diterminasi.
d. Bila sebelum 24 jam hendak dilakukan tindakan maka diberi lebih dahulu MgSO4
20% 2 gram intravenous
e. Penderita dipulangkan bila:
Bila selama 3 hari tetap berada dalam keadaan pre eklampsia ringan :
penderita dapat dipulangkan dan dirawat sebagai pre eklampsia ringan
(diperkirakan lama perawatan 1-2 minggu).
34
PENGOBATAN MEDISINAL
Sama seperti pengobatan pre eklampsi berat kecuali bila timbul kejang-kejng lagi
maka dapat diberikan MgSO4 2 gr IV selama 2 menit minimal 20 menit setelah pemberian
terakhir. Dosis tambahan 2 gr hanya diberikan satu kali saja. Bila setelah di beri dosis
tambahan masih tetap kejang maka diberikan Amobarbital / thiopental 3-5 mg / kgBB / IV
perlahan-lahan.
Perawatan bersama : konsul bagian saraf, penyakit dalam / jantung , mata , anastesi
dan anak. Perawatan pada serangan kejang : dikamar isolasi yang cukup terang atau ICU.
35
PENGOBATAN OBSTETRI
1. Sikap dasar :
Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan tanpa memandang umur
kehamilan dan keadaan janin.
2. Bilamana diakhiri, sikap dasar :
Kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi (pemulihan) hemodinamik dan
metabolisme ibu. Stabilisasi ibu dicapai dalam 4-8 jam. Setelah salah satu atau lebih
keadaan dibawah :
Setelah pemberian obat anti kejang terakhir
Setelah kejang terakhir
Setelah pemberian obat obat anti hipertensi terakhir
Penderita mulai sadar (responsif dan orientasi)
TERMINASI KEHAMILAN
1. Apabila ada pemeriksaan, syarat syarat untuk mengakhiri persalinan pervaginam
dipenuhi maka persalinan tindakan.dengan trauma minimal.
2. Apabila penderita sudah inpartu pada fase aktif, langsung dilakukan amniotomi lalu
diikuti partograf. Bila ada kemacetan dilakukan SC.
3. Tindakan SC dilakukan pada keadaan :
Penderita belum inpartu
Fase laten
Gawat janin
Tindakan SC dikerjakan dengan mempertimbangkan keadaan atau kondisi ibu
36
BAB III
STUDI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. M
DENGAN INDIKASI PRE EKLAMSI BERAT
DI RSUD CIBINONG
A. Asuhan Kehamilan
No. Register
: 10894331
Tanggal, jam
: 31 Oktober 2014,
Tempat Pemeriksaan
: Poli Kebidanan
Ibu
Suami
Nama
: Ny, M
Tn. M
Umur
: 32 tahun
34 tahun
Agama
: Islam
Islam
Suku/Bangsa
: Sunda/Indonesia
Sunda/Indonesia
Pendidikan
: SMP
SMA
Pekerjaan
: IRT
Karyawan Swasta
Alamat
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama :
Ibu mengeluh kaki nya bengkak dan kepala pusing
37
2. Riwayat Menstruasi
Menarche
: 15 tahun
Siklus
: 28 hari
Lama
: 5 hari
Teratur
: Ya
Sifat darah
: Encer
Keluhan
:Tidak ada
2007
2.
Hamil
Umur
Jenis
kehamilan
persalinan
Aterm
SC
Nifas
Penolong
Komplikasi
JK
dokter
PEB
Pr
BB
Lahir
2800
Laktasi
Komplikasi
Ya
tidak
ini
4.
No.
Pasang
Lepas
Kontrasepsi
Tahun
1
Suntik
3 2007
Oleh
Tempat
Keluhan
Tgl.
Oleh
Tempat
Alasan
Bidan
BPS
Gemuk
2013
Bidan
BPS
Ingin
bulan
punya
anak
HPL : 24-11-2014
38
6. Imunisasi TT
TT1 : Agustus 2014
TT2 : September 2014
Riwayat kesehatan
Ibu mengatakan bahwa memiliki riwayat penyakit hipertensi
9. Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi
: 2 x,
Tempat
: BPM
Oleh
: Bidan
Keluhan
: mual-mual
Terapi
: B6 (2x1), Tablet Fe
Trimester II
Frekuensi
: 2 x,
Tempat
: BPM
Oleh
: Bidan
Keluhan
: Sering pusing
Terapi
39
Minum
Frekuensi
: 3x/hari
Porsi
: 1 piring
Jenis
Pola eliminasi
BAB
BAK
Frekuensi
: 1x/hari
Frekuensi : 6x/hari
: 1jam/ hari
Pola istirahat
Tidur siang
Ibu mengatakan sangat bahagia dengan kehamilan ini karena merupakan kehamilan
yang yang di inginkan
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan mendukung kehamilan ini
karena kehamilan ini sangat diharapkan
40
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran : Composmentis
: 160/100 mmHg
Suhu
:37C
Nadi
: 76x/menit
Respirasi
: 21x/menit
3. Antopometri
Tinggi Badan
: 160 cm
: 60 kg
: 73kg
: 13 kg
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi
a) Muka
b) Mata
: Simetris
c) Konjungtiva
: Anemis (-)
d) Sklera
: Ikterik (-)
e) Hidung
f) Mulut
g) Gigi
h) Telinga
41
i) Leher
: Tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid , kelenjar getah bening dan vena
jugularis
j) Axilla dan Dada:
Payudara
: Pembesaran
Puting susu
: Menonjol
Benjolan
: Tidak ada
Rasa nyeri
: Tidak ada
Pengeluaran
: Ada, sedikit
Areola
: Bersih
: ya
simetris : ya
: Lordosis fisiologis
: (-)/(-), (+),(+)
Varices
: (-)/(-), (-)/(-)
Abdomen
Inspeksi
Membesar ,dengan arah
: Memanjang
: Ada (SC)
Gerakan Janin
: Ya
Palpasi
TFU
: 32 cm
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: Konvergen
Pembesaran
Taksiran Berat janin
Auskultasi
DJJ
Frekuensi
: 130x /menit
Punctum Maximum
ASSESTMENT
Ibu G2P1A0 hamil 37-38 minggu dengan riwayat SC dan PEB , Janin Tunggal Hidup Intrauteri
Presentasi Kepala
PLANNING
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan Telah dilakukan pemeriksaan kondisi ibu saat ini
baik
2. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup serta mengurangi pekerjaan yang berat
3. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya pemenuhan gizi pada ibu hamil
4. Menganjurkan ibu untuk minum tablet tambah darah 1x1 diminum 1 hari 1 tablet ,
vitamin biosanbe diminum 1 hari satu tablet, nifedipin 3x1 diminum 3 kali dalam sehari
dengan interval waktu 8 jam dan dopamet 3x1 diminum 3 kali dalam sehari dengan
interval waktu 8 jam yang diberikan oleh dokter secara teratur
5. Mengajarkan ibu cara mengatasi kaki bengkak yaitu apabila tidur posisi kaki harus lebih
tinggi dengan cara diganjal dengan bantal, jangan memakai sepatu yang tinggi serta
menghindari penggunaan pakaian yang ketat
6. Memberitahu ibu tentang tanda bahaya pada kehamilan yaitu seperti: perdarahan, keluar
air-air, mual muntah berlebihan, tidak ada gerakan janin, pusing lemah dan letih,
pandangan mata yang kabur dan nyeri epigastrium.
7. Merencanakan ibu untuk persiapan operasi saecar pada tanggal 4 November 2014 Ibu
bersedia
43
8. Memberitahu ibu untuk datang ke Rumah Sakit pada tanggal 3 November 2014 untuk
persiapan operasi Ibu bersedia
44
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Register
: 10894331
Tanggal, jam
Tempat Pemeriksaan
: IGD PONEK
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama :
Ibu mengeluh kaki nya bengkak dan pusing kepala
Minum
Frekuensi
: 3x/hari
Porsi
: 1 piring
Jenis
Pola eliminasi
BAB
Frekuensi
BAK
: 1x/hari
Frekuensi : 6x/hari
Pola istirahat
Tidur siang
: 1jam/ hari
45
3.
4.
5.
Psikososiospiritual
Ibu merasa takut dan cemas saat ini karena besok akan operasi sc
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan mendukung kehamilan
ini karena kehamilan ini sangat diharapkan
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran : Composmentis
: 160/100 mmHg
Suhu
:37,1C
Nadi
: 78x/menit
Respirasi
: 20x/menit
3. Antropometri
Tinggi Badan
: 160 cm
: 60 kg
: 73kg
: 13 kg
4. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi:
46
a) Muka
b) Mata
: Simetris
c) Konjungtiva
: Anemis (-)
d) Sklera
: Ikterik (-)
e) Hidung
f) Mulut
g) Gigi
h) Telinga
i) Leher
jugularis
j) Axilla dan Dada:
a. Payudara
: Pembesaran
b. Puting susu
: Menonjol
c. Benjolan
: Tidak ada
d. Rasa nyeri
: Tidak ada
e. Pengeluaran
: Ada, sedikit
f. Areola
: Bersih
: ya
simetris : ya
: Lordosis fisiologis
: (-)/(-), (+),(+)
Abdomen
Inspeksi
Membesar ,dengan arah
: Memanjang
: Ada (SC)
Gerakan Janin
: Ya
Palpasi
TFU
: 32 cm
47
Varices
: (-)/(-)
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: Konvergen
Pembesaran
Auskultasi
DJJ
Frekuensi
: 134x /menit
Punctum Maximum
m) Pemeriksaan penunjang
: 1. Darah
: Hb 11,5 Gram
2. Rhesus
: (+) positif
3. Albumin
: positif 1
4. Golongan darah : O
Hasil lab terlampir
ASSESTMENT
Ibu G2P1A0 hamil 37-38 minggu dengan riwayat SC dan PEB , Janin Tunggal Hidup Intrauteri
Presentasi Kepala
PLANNING
1. Memberitahukan ibu bahwa hasil pemeriksaan ibu dalam kondisi baik
ibu mengetahui hasil pemeriksaan
48
: 160/100 mmHg
Suhu
:36,8C
Suhu : 37,10C
Nadi
: 77x/menit
Nadi
: 79x/menit
Respirasi
: 21x/menit
Rr
: 20x/menit
3. Merencanakan SC oleh Dr Johanes Taolin Sp.OG pada tanggal 4 November 2014, pukul.
09.00 WIB
49
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Register
: 10894331
Tanggal, jam
Dirawat di ruangan
: Anggrek 2
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan Utama :
Ibu mengeluh kaki nya bengkak dan pusing kepala
Minum
Frekuensi
: 3x/hari
Porsi
: 1 piring
Jenis
Pola eliminasi
BAB
Frekuensi
BAK
: 1x/hari
Frekuensi : 6x/hari
: 1jam/ hari
Pola istirahat
Tidur siang
50
5.
Psikososiospiritual
Ibu mengatakan cemas saat ini karena besok pagi akan melakukan operasi SC
Ibu mengatakan suami dan keluarga sangat menerima dan mendukung kehamilan
ini karena kehamilan ini sangat diharapkan.
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum
: Baik
Kesadaran : Composmentis
: 160/100 mmHg
Suhu
:37C
Nadi
: 78x/menit
Rr
: 19x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi:
a) Abdomen
Inspeksi
Membesar ,dengan arah
: Memanjang
: Ada (SC)
Gerakan Janin
: Ya
Palpasi
TFU
Leopold I
: 32 cm
: Teraba 1 bagian besar , kurang bulat , lunak ,tidak
melenting
Leopold II
Leopold IV
: Konvergen
Pembesaran
Auskultasi
DJJ
Frekuensi
: 138x /menit
Punctum Maximum
ASSESTMENT
Ibu G2P1A0 hamil 37-38 minggu dengan riwayat SC dan PEB , Janin Tunggal Hidup Intrauteri
Presentasi Kepala
PLANNING
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam kondisi baik
ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengobservasi TTV dan DJJ
Jam
TD
Nadi
Suhu
Respirasi
DJJ
HIS
18.00
160/100
82
36,7
20
130
19.00
160/100
80
36,7
21
143
20.00
150/90
82
37
20
142
21.00
150/90
84
36,8
20
140
52
53
CATATAN PERKEMBANGAN
: 21.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan kakinya masih bengkak dan kepala pusing
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum
: Baik
: 160/100 mmHg
Suhu
:36,6C
Nadi
: 80x/menit
Respirasi
: 22x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi:
Inspeksi
Membesar ,dengan arah
: Memanjang
: ada (sc)
Gerakan Janin
: ya
Palpasi
TFU
: 32 cm
54
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: Konvergen
Pembesaran
Auskultasi
DJJ
Frekuensi
: 143x /menit
Punctum Maximum
4. Pemeriksaan Anogenital
: VT tidak dilakukan
ASSESTMENT
Ibu G2P1A0 hamil 37-38 minggu dengan riwayat SC dan PEB , Janin Tunggal Hidup Intrauteri
Presentasi Kepala
PLANNING
1. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa kondisi ibu dalam kondisi baik
ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Mengingatkan ibu untuk meninggikan kakinya saat tidur dengan bantal untuk mengurangi
bengkak kaki
ibu bersedia
55
3.
4.
5.
Mempersiapkan ibu untuk operasi besok yaitu memasang DC dan memasang infus
sudah dilakukan
6.
Memberikan ibu obat nipedipin dan dopamet pada pukul 06.00 dengan dosis 3x1 dan cara
pemberian oral serta tidak ada efek samping dari reaksi obat
sudah diberikan
56
CATATAN PERKEMBANGAN
B. Asuhan Persalinan
Tanggal
: 4 November 2014
Pukul
: 08.00 WIB
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan kakinya masih bengkak dan kepala pusing
DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum:
Keadaan Umum
: Baik
: 140/90 mmHg
Suhu
:36,6C
Nadi
: 79x/menit
Respirasi
: 22x/menit
3. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi dan palpasi:
a) Abdomen
Inspeksi
Membesar ,dengan arah
: Memanjang
: Ada (SC)
Gerakan Janin
: ya
57
Palpasi
TFU
: 32 cm
Leopold I
Leopold II
Leopold III
Leopold IV
: Konvergen
Pembesaran
Auskultasi
DJJ
Frekuensi
: 140x /menit
Punctum Maximum
ASSESTMENT
Ibu G2P1A0 hamil 37-38 minggu dengan riwayat SC dan PEB , Janin Tunggal Hidup Intrauteri
Presentasi Kepala
PLANNING
1.
2.
3.
4.
5.
Pelaksanaan SC:
Pasien dianestesi secara teknik spinal
Ketuban; jernih
Bayi Lahir pukul 09.50 jenis kelamin laki-laki
BB
: 2890 gr
PB
: 52 cm
LK/LD
: 35/32 cm
Mekonium
: (+)
Miksi
: (-)
Nilai Afgar
: 8/9
Cacat bawaan
: tidak ada
Lama SC = + 40 menit
6.
7.
59
C. Asuhan Nifas
No. Register
: 10894331
Tanggal, jam
Dirawat di ruangan
: Anggrek 2
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu merasa takut untuk bergerak sehubungan dengan nyeri luka operasi
2. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Makan
Minum
Frekuensi
: 3x/hari
Porsi
: 1 piring
Jenis
Pola eliminasi
BAB
Frekuensi
BAK
: 1x/hari
Frekuensi : 6x/hari
: 1jam/ hari
Pola istirahat
Tidur siang
- Perdarahan
Lama SC = + 40 menit
DATA OBJEKTIF
1.
Keadaan umum
: Baik
2.
Kesadaran
: Composmentis
3.
TTV
4.
Payudara
TD : 140/90 mmHg
R : 20 x/menit
N : 80 x/menit
S : 36,20 C
:
Bentuk
Colostrum
: Belum keluar
5.
6.
Abdomen
Anogenital
Areola
: Hiperpigmentasi
Benjolan
: Tidak ada
:
TFU
Luka parut
: tidak ada
Luka SC
: ada
Kontraksi Uterus
: Baik
:
Perineum
Pengeluaran pervaginam
: warna kemerahan
Konsistensi
: Cair
7.
Pengeluaran Urine
: terpasang DC + 200 cc
Ekstremitas
ASSESMENT
Ibu P2A0 post partum 2 jam SC atas indikasi Preeklampsi Berat
PLANNING
1.
R : 20 x/menit
Nd : 82x/menit
S : 36,20 C
: Composmentis
- Fundus Uteri
: + 10 ML
: Tidak ada rembesan darah, kassa kering
3.
Mengambil sampel darah vena dan mengantar ke laboratorium untuk periksa Hb post
Sectio Caesariahasil lab terlampir
4.
Mengamati
cairan
infuse
RL Cairan
infuse
RL
sudah
diberi
terpasang
Memberikan
terapi
injeksi
Ceftriaxsone
2x1 Ibu
terapi
Ceftriaxsone.
6.
Memberikan terapi injeksi Ketorolac 3x1 Ibu sudah diberi terapi obat Ketorolac
7.
Memberikan terapi injeksi Ranitidine 2x1 Ibu sudah diberi terapi obat Ranitidine
8.
9.
10. Memberitahu ibu dan keluarga jika kedua kaki sudah bisa di tekuk maka ibu
diperbolehkan minum ibu dan keluarga mengerti
62
obat
11. Memberitahukan ibu untuk mobilisasi ibu sudah mobilisasi miring kanan dan kiri
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Register
: 10894331
Tanggal, jam
Dirawat di ruangan
: Anggrek 2
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengeluh nyeri perut
DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan TTV;
TD
= 140/90 mmHg
R = 24 x / menit
= 84 x/ menit
S = 36.8C
Keadaan umum
: Baik
Kesadaran
: Composmentis
Fundus Uteri
Kontraksi uterus
: Baik
Perdarahan
: + 10 ML
Luka jahitan
: Kering
Vesica Urinaria
ASSESMENT
Ibu P2A0 2 hari post partum SC atas indikasi PEB
63
PLANNING
1. Mengobservasi TTV, keadaan umum, kesadaran,fundus uteri , kontraksi uteri luka
jahitan , pendarahan , vesica urinaria.
T = 140/90 mmHg
= 22 x / menit
= 36,8C
= 82 x/ menit
: Composmentis
Fundus Uteri
: + 10 ML
Luka jahitan
: Kering
64
CATATAN PERKEMBANGAN
No. Register
: 10894331
Tanggal, jam
Dirawat di ruangan
: Anggrek 2
DATA SUBJEKTIF
Ibu mengatakan tidak ada keluhan
DATA OBJEKTIF
1.
Memeriksa TTV, keadaan umum, kesadaran, fundus uteri,kontraksi uterus luka jahitan
TD
N
= 140/90 mmHg
= 81 x/menit
= 20 x / menit
= 36,6C
: Composmentis
Fundus Uteri
: + 10 ML
Luka jahitan
65
ASSESMENT
Ibu P1 A0 hari 3 post partum dengan SC atas indikasi PEB
PLANNING
1. Mengobservasi TTV, keadaan umum, kesadaran, , fundus uteri,kontraksi uteri luka
jahitan.
T = 140/90 mmHg
= 20 x / menit
P = 84 x/ menit
= 36C
: Composmentis
Fundus Uteri
: + 10 ML
Luka jahitan
: Kering
2. Memberitahukan ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam kondisi baik ibu
mengetahui hasil pemeriksaan
3. Mengganti balutan ibu dan membersihkan dengan larutan NaClbalutan sudah diganti
4. Mengobservasi luka jahitan operasiLuka jahitan baik.
5. Memberikan konseling tentang perawatan luka SCIbu mengerti tentang cara
perawatan luka SC.
6. Menganjurkan untuk mobilisasiIbu sudah bisa berjalan
7. Mengkaji ulang untuk menjaga kebersihan vagina dan sekitamya
dan mengganti pembalut bila kotor sesuai kebutuhan Ibu sudah mengganti
pembalut.
8. Memasangkan perban anti air pada luka jahitan sudah dilakukan
9. Menganjurkan ibu untuk makan makanan yang bergizi ibu bersedia
10. Memberikan penyuluhan tentang perawatan tali pusat pada bayi Ibu mengerti
11. Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang asi ekslusif ibu bersedia memberikan ASI
Ekslusif
66
12. Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang teknik menyusui ibu mengerti mengenai
teknik menyusui
13. Memberikan penyuluhan kepada ibu tentang cara memandikan bayi ibu mengerti
14. Penkes mengenai KB
15. Membicarakan atau mendiskusikan penyelesaian administrasinya karena ibu di izinkan
pulang oleh dokter keluarga sudah menyelesaikan administrasinya
67
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang kesenjangan antara teori dan studi kasus dengan
pelaksanaan manajemen asuhan kebidanan pada Ny. M kehamilan 38 minggu dengan
preeklampsia berat di RSUD Cibinong pada tanggal 31 Oktober 2014 sampai 6 November
2014.Pembahasan ini disusun berdasarkan teori dan alasan nyata dengan pendekatan manajemen
asuhan kebidanan yang terdiri dari 7 langkah.
A.
68
Dengan demikian apa yang dijelaskan dalam tinjauan pustaka dengan studi kasus Ny
M, tampak adanya kesamaan yaitu didapatkan adanya gejala utama yaitu : hipertensi dan
proteinuria.
sehingga mengancam kehidupan Ny. M dari tinjauan pustaka preeklampsian berat yang tidak
ditangani segera akan berlanjut menjadi eklampsia
E.
F.
G.
71
BAB V
PENUTUP
Setelah mempelajari teori-teori dan pengalaman langsung dari lahan praktek melalui studi
kasus pada Ny.M kehamilan 38 minggu dengan preeklempsia berat di RSUD Cibinong , maka
penulis menarik suatu kesimpulan dan saran sebagai berikut :
5.1 Kesimpulan
1.
Dari hasil pengkajian identifikasi dan interpretasi data yang telah dilakukan pada Ny. M
diagnosa/masalah yang dialami adalah preeklampsia berat dimana pada saat dilakukan anamnesis
dan pemeriksaan fisik ditemukan tiga tanda dari preeklampsia berat, yaitu tekanan darah 160/100
mmHg, bengkak pada kedua tungkai bawah, dan pada pemeriksaan laboratorium juga ditemukan
protein dalam urin/albumin positif (+). Ditinjau dari pola makan ibu tiap harinya semuanya biasa
saja, sehingga dapat disimpulkan bahwa preeklampsia yang dialami pada Ny. M disebabkan
langsung oleh kehamilan.
5.1 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis dapat mengemukakan beberapa saran
antara lain :
1.
2.
Sebagai seorang petugas kesehatan khususnya bidan diharapkan dapat mengetahui tanda dan
gejala pada kehamilan denga preeklampsia ringan sehingga dapat mendeteksi lebih awal apabila
menemukan kasus tersebut dan dapat segera mengambil keputusan klinik dalam penanganan
selanjutnya yaitu dengan konsultasi, kolaborasi atau rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang
lebih memadai.
3.
Diharapkan klien (ibu hamil) dapat segera memeriksakan dirinya apabila menemukan kelainan
kelainan pada dirinya dan kehamilannya
72
DAFTAR PUSTAKA
Oxorn, Harry, dkk. (2010). Ilmu Kebidanan: Patologi & Fisiologi Persalinan. Jogjakarta : CV.
Andi Offset
Saifuddin.(2009). Pelayanan Kesehatan Maternal &Neonatal.Jakarta : Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Wiknjosastro, Gulardi. (2008). Asuhan Persalinan Normal. Jakarta: JNPK-KR
Depkes R.I., 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta
Depkes RI, 2012. Profil Kesehatan Indonesia 2008.http://www.depkes.go.id
Manuaba.(2008). Pengantar Kuliah Obstetri.Jakarta : EGC
Prawirohardjo, 2010. Ilmu kebidanan. Jakara : Bina pustaka
wiknjosastro, Hanifa. 2008. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawihardjo. Jakarta: PT Bina Pustaka
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Buku Acuan Nasional Maternal dan
Neonatal. Jakarta: JPNKR-POGI
Ambarwati, Eny Retna dkk. 2009. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra
Cendikia offset
73