Aspek Perlindungan Hukum Bagi Bidan Di Komunitas

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

A.

ASPEK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI BIDAN DI KOMUNITAS

Dalam masyarakat tradisional orang sering kali memandang hukum sebagai suatu aturan
yangt idak di ubah yang harus dipatuhi. Akan tetapi, sekarang ini para pembuat hukum
membuat atau memperlakukan hukum sebagai suatu alat atau instrument yang fleksibel
untuk menyelesaikan tujuan-tujuan yang akan di ambil/dipilih. Hukum mengatur tujuan-tujuan
spesifik lebih lanjut, dimana hukum sebagai suatu keseluruhan yang melayani fungsi-
fungsisocial umum.

Diatara fungsi-fungsi hukum yang paling penting:


1. Penjaga kedamaian/menyelesaikan masalah perselisihan antara individu
2. Menjaga ketertiban masyarakat
3. Menciptakan keadilaan social
4. Melindungi atau menjaga lingkungan.
5. Hukum sebagai alat control social
6. Merekayasa masyarakat(social engineering)

Definisi mengenai hukum kesehatan menurut H.J.J Leneen, adalah keseluruhan aturan
hukum yang mengatur hubungan langsung dengan pemeliharaan kesehatan, yang berupa
penerapan hukum perdata,hukum pidana,dan hukum administrasi Negara dalam kaitandengan
pemeliharaan kesehatan dan yang bersumber dari hukum otonom yang berlaku untuk kalangan tetentu saja
hukum kebiasaan, hukum yuriprudensi, aturan-aturan internasional ilmu pengetahuan dan
literature yang ada kaitannya dengan pemeliharaan kesehatan .disampingitu, hukum kesehatan
dan hukum medis adalah rambu-rambu lain yang mengataur pelayannakesehatan,dalam hal ini
etika dan hukum yang sama-sama berakar pada moral yang salingmengisi.
Perlindungan hukum adalah bentuk-bentuk perlindungan yang antara lain berupa rasaaman
dalam melaksanankan tugas profesinya perlindungan terhadap keadaan membahayakanyang
dapat mengancam keselamat fisik atau jiwa baik karena alam maupun karena
perbuatanmanusia.
1. STANDAR PELAYANAN KEBIDANAN

Keberadaan bidan di Indonesia sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan


kesejahteraan ibu dan janinnya, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah
mendekatkan pelayanan kebidanan kepada setiap ibu yang membutuhkannya. disepakati
bahwa kualitas pelayanan kebidanan diupayakan agar dapat memenuhi standar tertentu
agar aman dan efektif. Sebagai tindak lanjutnya WHO mengembangkan Standar
Pelayanan Kebidanan. Standar ini kemudian diadaptasikan untuk pemakaian di Indonesia,
khususnya untuk tingkat pelayanan dasar, sebagai acuan pelayanan di tingkat masyarakat.

Dengan adanya standar pelayanan, masyarakat akan memiliki rasa kepercayaan yang
lebih baik terhadap pelaksana pelayanan. Suatu standar akan lebih efektif apabila dapat
diobservasi dan diukur, realistis, mudah dilakukan dan dibutuhkan. Pelayanan kebidanan
merupakan pelayanan profesional yang menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan
sehingga standar pelayanan kebidanan dapat pula digunakan untuk menentukan
kompetensi yang diperlukan bidan dalam menjalankan praktek sehari-hari. Standar ini
dapat juga digunakan sebagai dasar untuk menilai pelayanan, menyusun rencana pelatihan
dan pengembangan kurikulum pendidikan serta dapat membantu dalam penentuan
kebutuhan operasional untuk penerapannya, misalnya kebutuhan pengorganisasian,
mekanisme, peralatan dan obat yang diperlukan serta ketrampilan bidan. Adapun ruang
lingkup standar pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dikelompokkan sebagai
berikut :

1. Standar Pelayanan Umum (2 standar)


Standar 1 : Persiapan untuk Kehidupan Keluarga Sehat
Standar 2 : Pencatatan dan pelaporan
Standar Pelayanan Antenatal (6 standar)
Standar 3 : Identifikasi Ibu Hamil
Standar 4 : Pemeriksaan dan Pemantauan Antenatal
Standar 5 : Palpasi Abdominal
Standar 6 : Pengelolaan Anemia pada Kehamilan
Standar 7 : Pengelolaan Dini Hipertensi pada Kehamilan
Standar 8 : Persiapan Persalinan

2. Standar Pertolongan Persalinan (4 standar)


Standar 9 : Asuhan Persalinan Kala I
Standar 10 : Persalinan kala II yang Aman
Standar 11 : Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
Standar 12 : Kala II dengan Gawat Janin melalui Episiotomi

3. Standar Pelayanan Nifas (3 standar)


Standar 13 : Perawatan Bayi Baru Lahir
Standar14 : Penanganan pada Dua Jam Pertama Persalinan
Standar 15 : Pelayanan bagi Ibu dan Bayi pada Masa Nifas
4. Standar Penanganan Kegawatdaruratan Obstetri - Neonatal
(9 standar)
Standar 16 : Penanganan Perdarahan pada Kehamilan trimester III
Standar17 : Penanganan Kegawatan pada Eklamsia
Standar18 : Penanganan Kegawatan pada Partus Lama/Macet
Standar 19 : Persalinan dengan Penggunaan Vakum Ekstraktor
Standar 20 : Penanganan Retensio Plasenta
Standar 21 : Penanganan Perdarahan Postpartum Primer
Standar 22 : Penanganan Perdarahan Postpartum Sekunder
Standar 23 : Penanganan Sepsis Puerperalis
Standar 24 : Penanganan Asfiksia Neonatorum

2. KODE ETIK BIDAN


Kode etik merupakan ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan eksternal
dari suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
memberikan tuntunan bagi anggota dalam melaksanakan pengabdian kepada profesinya
baik yang berhubungan dengan klien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, profesi dan
dirinya sendiri. Secara umum tujuan menciptakan suatu kode etik adalah untuk menjunjung
tinggi martabat dan citra profesi, menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota,
serta meningkatkan mutu profesi. Secara umum kode etik tersebut berisi 7 bab yang dapat
dibedakan menjadi tujuh bagian, yaitu :
Kewajiban bidan terhadap klien dan masyarakat (6 butir)
a. Setiap bidan senantiasa menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah
jabatannya dalam melaksanakan tugas pengabdiannya.
b. Setiap bidan dalam menjalankan tugas profesinya menjunjung tinggi harkat dan
martabat kemanusiaan yang utuh dan memelihara citra bidan.
c. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya senantiasa berpedoman pada peran, tugas
dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan masyarakat.
d. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya mendahulukan kepentingan klien,
menghormati hak klien dan nilai-nilai yang dianut oleh klien.
e. Setiap bidan senantiasa menciptakan suasana yang serasi dalam hubungan pelaksanaan
tugasnya dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk meningkatkan derajat
kesehatannya secara optimal.
Kewajiban bidan terhadap tugasnya (3 butir)
a. Setiap bidan senantiasa memberikan pelayanan paripurna kepada klien, keluarga dan
syarakat sesuai dengan kemampuan profesi yang dimilikinya berdasarkan kebutuhan
klien, keluarga dan masyarakat
b. Setiap bidan berkewajiaban memberikan pertolongan sesuai dengan kewenangan dalam
mengambil keputusan termasuk mengadakan konsultasi dan/atau rujukan.
c. Setiap bidan harus menjamin kerahasiaan keterangan yang didapat dan/atau
dipercayakan kepadanya, kecuali bila diminta oleh pengadilan atau diperlukan
sehubungan dengan kepentingan klien.

Kewajiban bidan terhadap rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
a. Setiap bidan harus menjalin hubungan dengan teman sejawatnya untuk menciptakan
suasana kerja yang serasi.
b. Setiap bidan dalam melaksanakan tugasnya harus saling menghormati baik terhadap
sejawatnya maupun tenaga kesehatan lainnya.
Kewajiban bidan terhadap profesinya (3 butir)
a. Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi dengan
menampilkan kepribadian yang bermartabat dan memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat
b. Setiap bidan wajib senantiasa mengembangkan diri dan meningkatkan kemampuan
profesinya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
sejenisnya yang dapat meningkatkan mutu dan citra profesinya.
Kewajiban bidan terhadap diri sendiri (2 butir)
a. Setiap bidan wajib memelihara kesehatannya agar dapat melaksanakan tugas
profesinya dengan baik
b. Setiap bidan wajib meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
c. Setiap bidan wajib memelihara kepribadian dan penampilan diri.
Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
a. Setiap bidan dalam menjalankan tugasnya, senantiasa melaksanakan ketentuan-
ketentuan pemerintah dalam bidang kesehatan, khususnya dalam pelayananan
Kesehatan Reproduksi, Keluarga Berencana dan Kesehatan Keluarga.
b. Setiap bidan melalui profesinya berpartisipasi dan menyumbangkan pemikiran kepada
pemerintah untuk meningkatkan mutu dan jangkauan pelayanan kesehatan terutama
pelayanan KIA/KB dan kesehatan keluarga.
Penutup (1 butir).
a. Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode
etik merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
kebidanan profesional.
3. STANDAR ASUHAN KEBIDANAN
Standar asuhan kebidanan sangat penting di dalam menentukan apakah seorang
bidan telah melanggar kewajibannya dalam menjalankan tugas profesinya.
Adapun standar asuhan kebidanan terdiri dari :
Standar I : Metode Asuhan
Merupakan asuhan kebidanan yang dilaksanakan dengan metode manajemen
kebidanan dengan tujuh langkah, yaitu : pengumpulan data, analisa data,
penentuan diagnosa, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan dokumentasi.
Standar II : Pengkajian
Pengumpulan data mengenai status kesehatan klien yang dilakukan secara
sistematis dan berkesinambungan. Data yang diperoleh dicatat dan dianalisis.

Standar III : Diagnosa Kebidanan


Diagnosa Kebidanan dirumuskan dengan padat, jelas dan sistematis mengarah pada
asuhan kebidanan yang diperlukan oleh klien sesuai dengan wewenang bidan
berdasarkan analisa data yang telah dikumpulkan.
Standar IV : Rencana Asuhan
Rencana asuhan kebidanan dibuat berdasarkan diagnosa kebidanan.
Standar V : Tindakan
Tindakan kebidanan dilaksanakan berdasarkan rencana dan perkembangan keadaan
klien dan dilanjutkan dengan evaluasi keadaan klien.
Standar VI : Partisipasi klien
Tindakan kebidanan dilaksanakan bersama-sama/pertisipasi klien dan keluarga dalam
rangka peningkatan pemeliharaan dan pemulihan kesehatan.
Standar VII : Pengawasan
Monitoring atau pengawasan terhadap klien dilaksanakan secara terus menerus dengan
tujuan untuk mengetahui perkembangan klien.
Standar VIII : Evaluasi
Evaluasi asuhan kebidanan dilaksanakan secara terus menerus seiring dengan tindakan
kebidanan yang dilaksanakan dan evaluasi dari rencana yang telah dirumuskan.
Standar IX : Dokumentasi
Asuhan kebidanan didokumentasikan sesuai dengan standar dokumentasi asuhan
kebidanan yang diberikan.
4. REGISTRASI PRAKTIK BIDAN
Bidan merupakan profesi yang diakui secara nasional maupun intenasional oleh
International Confederation of Midwives (ICM). Dalam menjalankan tugasnya, seorang
bidan harus memiliki kualifiksi agar mendapatkan lisensi untuk praktek . Praktek
pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang
memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam
meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna jasa layanan
bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya
regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan
pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek, dan kelengkapan
administrasi semuanya harus sesuai dengan standar1. Setelah bidan melaksanakan
pelayanan dilapangan, untuk menjaga kualitas dan keamanan dari layanan bidan, dalam
memberikan pelayanan harus sesuai dengan kewenangannya1. Pihak pemerintah dalam
hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan organisasi Ikatan Bidan memiliki
kewenangan untuk pengawasan dan pembinaan kepada bidan yang melaksanakan praktek
perlu melaksanakan tugasnya dengan baik. Penyebaran dan pendistribusian bidan yang
melaksanakan Praktek pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan
kesehatan, yang memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan,
khususnya dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak. Supaya masyarakat pengguna
jasa layanan bidan memperoleh akses pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu
adanya regulasi pelayanan praktek bidan secara jelas, persiapan sebelum bidan
melaksanakan pelayanan praktek, seperti perizinan, tempat, ruangan, peralatan praktek,
dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai dengan standar1. Dalam hal ini
pemerintah telah menetapkan peraturan mengenai registrasi dan praktik bidan dalam
Keputusan Menteri Kesehatan Republik PERMENKES RI NO 28 TAHUN 2017
TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK BIDAN Registrasi adalah
proses pendaftaran, pendokumentasian dan pengakuan terhadap bidan, setelah dinyatakan
memenuhi minimal kompetensi inti atau standar tampilan minimal yang ditetapkan. Bukti
tertulis seorang bidan telah mendapatkan kewenangan untuk menjalankan pelayanan
asuhan kebidanan di seluruh wilayah Indonesia disebut dengan Surat Izin Bidan (SIB),
setelah bidan dinyatakan memenuhi kompetensi inti atau standar tampilan minimal yang
ditetapkan, sehingga secara fisik dan mental bidan mampu melaksanakan praktek
profesinya.
Bidan yang baru lulus dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh SIB dengan
mengirimkan kelengkapan registrasi kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi dimana
institusi pendidikan berada selambat-lambatnya satu bulan setelah menerima ijazah bidan.
Kelengkapan registrasi meliputi :
1. Fotokopi ijazah bidan
2. Fotokopi transkrip nilai akademik.
3. Surat keterangan sehat dari dokter.
4. Pas foto ukuran 4 x 6 cm sebanyak dua lembar. Bidan yang menjalankan praktek pada
sarana kesehatan atau dan perorangan harus memiliki SIPB dengan mengajukan
permohonan kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setempat, dengan melampirkan persyaratan yang meliputi :
1. Fotokopi SIB yang masih berlaku.
2. Fotokopi ijazah bidan.
3. Surat persetujuan atasan, bila dalam pelaksanaan masa bakti atau sebagai pegawai
negeri atau pegawai pada sarana kesehatan.
4. Surat keterangan sehat dari dokter.
5. Rekomendasi dari organisasi profesi.
6. Pas foto 4 x 6 cm sebanyak 2 lembar. SIPB berlaku sepanjang SIB belum habis
masa berlakunya dan dapat diperbaharui kembali

5. KEWENANGAN BIDAN DI KOMUNITAS


Bidan dalam menjalankan praktiknya di komunitas berwenang untuk memberikan
pelayanan sesuai dengan kompetensi 8 yaitu bidan memberikan asuhan yang bermutu
tinggi dan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya
setempat, yang meliputi :
1. Pengetahuan dasar
a. Konsep dasar dan sasaran kebidanan komunitas.
b. Masalah kebidanan komunitas.
c. Pendekatan asuhan kebidanan komunitas pada keluarga, kelompok dan
masyarakat.
d. Strategi pelayanan kebidanan komunitas.
e. Upaya peningkatan dan pemeliharaan kesehatan ibu dan anak dalam keluarga dan
masyarakat.
f. Faktor – faktor yang mempengaruhi kesehatan ibu dan anak.
g. Sistem pelayanan kesehatan ibu dan anak
2. Pengetahuan tambahan
a. Kepemimpinan untuk semua (Kesuma)
b. Pemasaran sosial
c. Peran serta masyarakat
d. Audit maternal perinatal
e. Perilaku kesehatan masyarakat
f. Program – program pemerintah yang terkait dengan kesehatan ibu dan anak (Safe
Mother Hood dan Gerakan Sayang Ibu).
g. Paradigma sehat tahun 2010.
3. Keterampilan dasar
a. Melakukan pengelolaan pelayanan ibu hamil, nifas laktasi, bayi, balita dan KB di
masyarakat.
b. Mengidentifikasi status kesehatan ibu dan anak.
c. Melakukan pertolongan persalinan dirumah dan polindes.
d. Melaksanakan penggerakan dan pembinaan peran serta masyarakat untuk
mendukung upaya kesehatan ibu dan anak.
e. Melaksanakan penyuluhan dan konseling kesehatan.
f. Melakukan pencatatan dan pelaporan
4. Keterampilan tambahan
a. Melakukan pemantauan KIA dengan menggunakan PWS KIA.
b. Melaksanakan pelatihan dan pembinaan dukun bayi.
c. Mengelola dan memberikan obat – obatan sesuai dengan kewenangannya.
d. Menggunakan tehnologi tepat guna.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes RI. (2017). Standar Profesi Kebidanan. Jakarta.

2. Depkes RI. (2017). Standar Pelayanan Kebidanan. Jakarta.

3. Depkes RI. (2012). Kompetensi Bidan Indonesia. Jakarta


4. Departemen Kesehatan RI. Buku 1 : Standar Pelayanan Kebidanan.2012.Jakarta :
Departemen
5. MENKES. 2017. PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 28 TAHUN 2017 TENTANG IZIN DAN PENYELENGGARAAN PRAKTIK
BIDAN. Jakarta

6. Sofyan, Mustika.50 Tahun IBI : Bidan Menyongsong Masa Depan.2003.Jakarta : PP


IBI
7. Musbir (2013) Wastidar.Etika danKode Etik Kebidanan. Jakarta : pengurus Pusat
Ikatan Bidan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai