LP - Pre Eklamsia Berat
LP - Pre Eklamsia Berat
LP - Pre Eklamsia Berat
Disusun Oleh
PRODI KEBIDANAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................1
1. Latar Belakang...................................................................................................1
2. Tujuan.....................................................................................................................2
3. Manfaat........................................................................................................
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.........................................................4
1. Pengertian............................................................................................................4
2. Etiologi...................................................................................................................5
3. Patofisiologi...........................................................................................................6
4. Manifestasi Klinik....................................................................................................8
5. Pemeriksaan penunjang............................................................................................8
6. Komplikasi...............................................................................................................8
7. Penatalaksanaan.......................................................................................................9
8. Pathway..................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
Menurut Depkes RI (2010), angka kematian ibu melahirka
di Indonesia saat ini tergolong masih cukup tinggi yaitu
mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Walaupun sebelumnya
Indonesia telah mampu melakukan penurunan dari angka 300
per 100.000 kelahiran pada tahun 2004. Padahal berdasarkan
Sasaran Pembangunan Milenium atau Millenium Development
Goal (MDGs), kematian ibu melahirkan ditetapkan pada angka
103 per 100.000 kelahiran pada tahun 2015. Masalah AKI di
Indonesia masih cukup tinggi dari Asia. Berdasarkan
persentase penyebab kematian ibu melahirkan, perdarahan
merupakan penyebab terbesar kematian ibu melahirkan denganj
persentase 28%, penyebab kedua adalah hipertensi saat
hamil atau pre eklampsia dengan persentase 24%, penyebab
ketiga dikarenakan infeksi saat melahirkan dan lain-lain yang
merupakan penyakit penyerta saat kehamilan maupun
persalinan dengan persentase 11%. Penyebab lain adalah
komplikasi masa puerporium dengan persentase 5%, dan
penyebab lain karena terjadinya emboli obat sebanyak 3%
(surveiSDKI2007).
2
asuhan keperawatan terhadap pasien post partum dengan pre eklamsia.
3
2. Tujuan
a. Tujuan Instruksional Umum
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan
mahasiswa dapat mengelola pasien post partum dengan pre
eklamsia.
b. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah melakukan penyusunan laporan pendahuluan diharapkan
mahasiswa dapat:
1) Mengetahui konsep post partum dengan pre eklamsia.
2) Melakukan pengkajian pada pasien post partum dengan pre
eklamsia.
3) Menetapkan diagnosa keperawatan pasien post partum dengan
pre eklamsia.
4) Melakukan intervensi keperawatan pada pasien post partum
3.Manfaat
1.Bagi Institut
Laporan Pendahuluan ini diharapkan dapat menambah
informasi,bahan bacaan atau pun referensi untuk pembelajaran tentang
asuhan kebidanan pada pasien post operasi pre eklamsia berat.
2.Bagi Profesi Kebidanan
Dapat memberikan inovasi pemberian asuhan kebidanan pada
pasien pre eklamsia dan dapat memberikan pengembangan cara dalam
pemberian asuhan kebidanan pada pasien pre eklamsia.
3.Bagi masyarakat
Laporan Pendahuluan ini diharapkan bisa bermanfaat khususnya
bagi pasien dan keluarga untuk mengetahui cara perawatan pasien pre
eklamsia.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
Pre eklamsia merupakan penyakit khas akibat kehamilan
yang memperlihatkan gejala trias (hipertensi, edema, dan
proteinuria), kadang-kadang hanya hipertensi dan edema atau
hipertensi dan proteinuria (dua gejala dari trias dan satu gejala
yang harus ada yaitu hipertensi).
Menurut Mansjoer (2000), pre eklamsia merupakan
timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah
persalinan.
Pre eklampsia merupakan suatu kondisi spesifik kehamilan
dimana hipertensi terjadi setelah minggu ke-20 pada wanita
yang sebelumnya memiliki tekanan darah normal dan diartikan
juga sebagai penyakit vasospastik yang melibatkan banyak
sistem dan ditandai oleh hemokonsentrasi, hipertensi dan
proteinuria (Bobak, Lowdermilk, & Jensen, 2005). Klasifikasi
pre eklamsia dibagi menjadi 2 yaitu sebagai berikut:
a. Pre eklamsia ringan
Pre eklamsia ringan ditandai dengan:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada
posisi berbaring terlentang; kenaikan diastolik 15 mmHg atau
lebih dari tensi baseline (tensi sebelum kehamilan 20 minggu);
dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara pengukuran
sekurang-kurangnya pada 2 kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, atau berada dalam interval 4-6 jam.
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka; kenaikan berat
badan 1 kg atau lebih dalam seminggu.
3) Proteinuria kuantatif 0,3 gr atau lebih per liter; kualitatif 1 +
atau 2 + pada urin kateter atau midstream (aliran tengah).
5
b. Pre eklamsia berat
Pre eklamsia berat ditandai dengan:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Terdapat edema paru dan sianosis
5) Kadar enzim hati (SGOT, SGPT) meningkat disertai ikterik.
6) Perdarahan pada retina.
7) Trombosit kurang dari 100.000/mm.
2. Etiologi
Penyebab pre-eklampsia belum diketahui
secara jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
"maladaptation syndrome" akibat penyempitan
pembuluh darah secara umum yang
mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari)
sehingga berakibat kurangnya pasokan darah
yang membawa nutrisi ke janin. Namun ada
beberapa faktor predisposisi terjadinya pre
eklamsia, diantaranya yaitu:
a. Primigravida atau primipara mudab (85%).
b. Grand multigravida
c. Sosial ekonomi rendah.
d. Gizi buruk.
e. Faktor usia (remaja; < 20 tahun dan usia diatas 35 tahun).
f. Pernah pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
g. Hipertensi kronik(peningkatan tekanan darah sejak sebelum
kehamilan).
h. Diabetes mellitus.
i. Mola hidatidosa(hamil anggur)
j. Pemuaian uterus yang berlebihan, biasanya akibat dari
kehamilan ganda atau polihidramnion (14-20%).
k. Riwayat keluarga dengan pre eklamsia dan eklamsia (ibu dan
6
saudara perempuan).
l. Hidrofetalis.
m. Penyakit ginjal kronik.
n. Hiperplasentosis: mola hidatidosa, kehamilan ganda, hidrops
fetalis, bayi besar, dan diabetes mellitus.
o. Obesitas.
p. Interval antar kehamilan yang jauh.
3. Patofisiologi
Pada preeklampsia terdapat penurunan alira
darah. Perubahan ini menyebabkan prostaglandin
plasenta menurun dan mengakibatkan iskemia
uterus. hiperoksidase lemak dan pelepasan renin
uterus. Bahan tropoblastik berperan dalam proses
terjadinya endotheliosis yang menyebabkan
pelepasan tromboplastin. Tromboplastin yang
dilepaskan mengakibatkan pelepasan tomboksan
dan aktivasi/ agregasi trombosit deposisi fibrin.
Pelepasan tromboksan akan menyebabkan
terjadinya vasospasme sedangkan
aktivasi/agregasi trombosit deposisi fibrin akan
menyebabkan koagulasi intravaskular yang
mengakibatkan perfusi darah menurun dan
konsumtif koagulapati.
Konsumtif koagulapati mengakibatkan
trombosit dan faktor pembekuan darah menurun
dan menyebabkan gangguan faal hemostasis.
Renin uterus yang di keluarkan akan mengalir
bersama darah sampai organ hati dan bersama-
sama angiotensinogen menjadi angiotensin I dan
selanjutnya menjadi angiotensin II. Angiotensin
II bersama tromboksan akan menyebabkan
7
terjadinya vasospasme. Vasospasme
menyebabkan lumen arteriol menyempit. Lumen
arteriol yang menyempit menyebabkan lumen
hanya dapat dilewati oleh satu sel darah merah.
Tekanan perifer akan meningkat agar oksigen
mencukupi kebutuhan sehingga menyebabkan
terjadinya hipertensi. Selain menyebabkan
vasospasme, angiotensin II akan merangsang
glandula suprarenal untuk mengeluarkan
aldosteron. Vasospasme bersama dengan
koagulasi intravaskular akan menyebabkan
gangguan perfusi darah dan gangguan multi
organ.
8
edema paru. Edema paru akan menyebabkan
terjadinya gangguan pertukaran gas. Pada hati,
vasokontriksi pembuluh darah akan menyebabkan
gangguan kontraktilitas miokard sehingga
menyebabkan payah jantung dan memunculkan
diagnosa keperawatan penurunan curah jantung.
Pada ginjal, akibat pengaruh aldosteron, terjadi
peningkatan reabsorpsi natrium dan menyebabkan
retensi cairan dan dapat menyebabkan terjadinya
edema sehingga dapat memunculkan diagnosa
keperawatan. perawatan mandiri untuk kasus pre
eklamsia
1) Aromatherapy : penelitian membuktikan bahwa minyak tertentu
dapat menimbulkan efek pada penurunan tekanan darah dan
membantu relaksasi seperti : levender, kamomile, kenanga,
neroli dan cendana. Tetapi ada juga aromatehrapy yang dapat
meningkatkan tekanan darah diantaranya rosemary, fenel,
hyssop dan sage.
2) Pijat : pijat bagian punggung, leher, bahu, kaki, bisa
memberikan ketenangan dan kenyamanan.
3) Shiatsu, tai chi, yoga, dan latihan relaksasi
4) Terapi nutrisi : spesialis nutrisi menganjurkan penggunaan
vitamin dan suplemen mineral, khususnya zinc dan vitamin
4. Gejala-gejala pre eklamsia
a. Penambahan berat badan yang berlebihan, terjadi kenaikan 1 kg
seminggu beberapa
b. Edema terjadi peningkatan berat badan, pembengkakan kaki, jari
tangan dan muka.
c. Hipertensi (di ukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit)
d. TD > 140/90 mmHg atau
e. Tekanan sistolik meningkat > 30 mmHg
9
f. Diastolik>15 mmHg
g. Tekanan diastolic pada trimester ke II yang >85 mmHg patut di curigai
sebagai preeklamsi
h. Proteinuria
i. Terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam urin 24 jam atau
pemeriksaan kuwalitatif +1 / +2. Kadar protein > 1 g/l dalam urine
yang di keluarkan dengan kateter atau urine porsi tengah, di ambil 2
kali dalam waktu 6 jam
5. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaa darah lengkap
b. Pemeriksaan Urinalisasi
c. Pemeriksaan protein urin merupakan pemeriksaan penunjang
utama.Urin ditampung selama 24 jam merupakan metode yang paling
direkomendasikan untuk mengukur kadar protein dalam urine.
6. Komplikasi
Tergantung derajat pre-eklampsianya, yang
termasuk komplikasi antara lain atonia uteri (uterus
couvelaire), yaitu kondisi ketika rahim tidak bisa
berkontraksi kembali setelah melahirkan, sindrom
HELLP (Haemolysis Elevated Liver Enzymes, Low
Platelet Cown), ablasi retina yaitu keadaan
darurat.jaringan dibelakang mata ditarik dari lapisan
pembuluh darah yang menyediakan oksigen dan nutrisi
yang diperlukan, , gagal ginjal, perdarahan otal, oedem
paru, gagal jantung, syok dan kematian. Komplikasi
pada janin berhubungan dengan akut kronisnya
insufisiensi uteroplasental, misalnya pertumbuhan
janin terhambat dan prematuritas.
7. Penatalaksanaan
a. Prinsip penatalaksanaan pre-eklampsia
1) Melindungi ibu dari efek peningkatan tekanan darah
10
2) Mencegah progresifitas penyakit menjadi eklampsia
3) Mengatasi atau menurunkan risiko janin (solusio plasenta yaitu dimana
plasenta terlepas dari dinding rahim, pertumbuhan janin terhambat,
hipoksia sampai kematian janin)
4) Melahirkan janin dengan cara yang paling aman dan cepat
sesegera mungkin setelah matur, atau imatur jika diketahui bahwa
risiko janin atau ibu akan lebih berat jika persalinan ditunda
lebih lama.
b. Penanganan konservatif
Untuk mencegah kejadian pre eklampsia ringan dapat dilakukan
nasehat tentang tentang dan berkaitan dengan:
1) Diet makanan
Makanan tinggi protein tinggi karbohidrat, cukup vitamin, dan rendah
lemak. Kurangi garan apabila berat badan bertanbah atau edema.
Makanan berorientasi pada empat sehat lima sempurna. Untuk
meningkatkan jumlah portein dengan tambahan sau butir telur stiap
hari.
2) Cukup istirahat
Istirahat yang cukup pada hamil semakin tua dalam arti bekerja dan
disesuaikan dengan kmampuan. Lebih banyak duduk atau berbaring ke
arah punggung janin sehingga aliran darah menuju plasenta tidak
mengalami gangguan.
3) Pengawasan antenatal ( hamil)
Bila terjadi perubahan perasaan dan gerak janin dalam rahim segera
datang ke tempat pemeriksaan.
4) Meningkatkan jumlah balai pemeriksaan antenatal dan
mengusahakan agarsemua wanita hamil memeriksakan diri sejak
hamil muda.
5) Mencari pada setiap pemeriksaan tanda-tanda preeklampsia dan
mengobatinya segera apabila ditemukan.
6) Mengakhiri kehamilan sedapat-dapatnya pada kehamilan 37 minggu ke
atas apabila setelah dirawat tanda-tanda preeklampsia tidak juga dapat
11
dihilangkan.
C.Penatalaksanaan Preeklampsia Berat
Tujuannya : mencegah kejang, pengobatan hipertensi, pengelolaan
cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat dan
saat yang tepat untuk persalinan. (Angsar MD, 2009; Saifuddin et al.
2002):
1) Tirah baring miring ke satu sisi (kiri).
2) Pengelolaan cairan, monitoring input dan output cairan.
3) Pemberian obat antikejang.
4) Diuretikum tidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru-
paru, payah jantung. Diuretikum yang dipakai adalah furosemid.
5) Pemberian antihipertensi
6) Masih banyak perdebatan tentang penetuan batas (cut off) tekanan
darah, untuk pemberian antihipertensi. Misalnya Belfort mengusulkan
cut off yang dipakai adalah ≥ 160/110 mmHg dan MAP ≥ 126 mmHg.
Di RSU Soetomo Surabaya batas tekanan darah pemberian
antihipertensi ialah apabila tekanan sistolik ≥ 180 mmHg dan/atau
tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
7) Pemberian glukokortikoid
Pemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak
merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 32 – 34 minggu, 2 x 24 jam.
Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP
8. Pathway
12
Gambar:faktor resiko hipertensi
13
DAFTAR PUSTAKA
Dkk Fd. Suplementasi Asam Folat Sebagai Upaya Pencegahan Preeklamsia Pada Ibu Hamil
Di Indonesia Jakarta. 2010.
Haryanti Id. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Preeklamsia Eklamsia Pada
Ibu Hamil Di RSUD Prof Dr Margono Soekarjo Purwokerto. 2011.
Yusnardi. Perbandingan Kadar Asam Folat Serum Maternal Penderita Preeklamsia Berat
Dengan Kehamilan Normal Medan. 2010.
14