Makalah Skenario 2
Makalah Skenario 2
Makalah Skenario 2
Gigi adalah bagian keras yang terdapat di dalam mulut dari banyak vertebrata. Mereka memiliki
struktur yang bervariasi yang memungkinkan mereka untuk melakukan banyak tugas. Fungsi
utama dari gigi adalah untuk merobek dan mengunyah makanan dan pada beberapa hewan,
terutama karnivora, sebagai senjata. Akar dari gigi tertutup oleh gusi. Gigi memiliki struktur
pelindung yang disebut email gigi, yang membantu mencegah lubang di gigi. Pulp dalam gigi
menciut dan dentin terdeposit di tempatnya.
Gigi merupakan bagian paling membedakan di jenis mamalia yang berbeda, dan salah satu yang
bisa menjadi fosil dengan baik. Paleontologis menggunakannya untuk mengidentifikasi jenis
fosil dan seringkali hubungan di antaranya. Bentuk gigi berhubungan dengan jenis makanan
hewan tersebut. Misalnya herbivora memiliki banyak gigi geraham untuk mengunyah karena
rumput sulit untuk dicerna. Karnivora membutuhkan taring untuk membunuh dan merobek, dan
karena daging mudah untuk dicerna, maka mereka dapat menelan makanan tersebut tanpa
membutuhkan geraham untuk mengunyah makanan tersebut terlebih dahulu.
MACAM-MACAM GIGI DAN BAGIAN-BAGIAN PADA GIGI
Pada manusia dapat ditemui 4 (empat) macam gigi yang terdapat pada mulut disertai dengan arti
definisi dan pengertian yaitu :
1. Gigi Seri
Gigi seri adalah gigi yang memiliki satu akar yang berfungsi untuk memotong dan mengerat
makanan atau benda lainnya.
2. Gigi Taring
Gigi taring adalah gigi yang memilki satu akar dan memiliki fungsi untuk mengoyak makanan
atau benda lainnya.
3. Gigi Geraham Kecil
Gigi graham kecil adalah gigi yang punya dua akar yang berguna / berfungsi untuk menggilas
dan mengunyah makanan atau benda lainnya.
4. Gigi Geraham
Gigi geraham adalah gigi yang memiliki tiga akar yang memiliki fungsi untuk melumat dan
mengunyah makanan atau benda-benda lainnya.
----Pada bagian gigi manusia terstruktur / tersusun atas 4 (empat) jaringan yakni :
1. Email
Email adalah jaringan yang berfungsi untuk melindungi tulang gigi dengan zat yang sangat keras
yang berada di bagian paling luar gigi manusia.
2. Tulang Gigi (dentin)
Tulang merupakan lapisan yang berada pada lapisan setelah email yang dibentuk dari zat kapur.
3. Rongga Gigi (pulpa)
Rongga gigi adalah rongga yang di dalamnya terdapat pembuluh darah kapiler dan serabutserabut syaraf.
4. Semen / Sementum
Semen merupakan bagian dari akar gigi yang berdampingan / berbaasan langsung dengan tulang
rahang di mana gigi manusia tumbuh
tua sangat diperlukan dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut anak-anaknya agar
tercapai kesehatan gigi dan mulut yang optimal.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka disusun suatu permasalahan masalah yaitu Apakah
ada perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri dengan menyikat
gigi dibantu orang tua pada murid TK?
C.Tujuan Penelitian
1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri
dengan menyikat di bantu orang tua pada murid TK
2.Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui nilai debris sesudah menyikat gigi secara mandiri murid TK
b. Untuk mengetahui nilai debris sesudah menyikat gigi dibantu orang tua pada murid
TK
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Telaah Pustaka
1.Menyikat gigi
a.Definisi menyikat gigi.
Menurut Tomasowa (1981) menyikat gigi adalah menghilangkan plak dari permukaan
gigi yang tujuannya untuk mencegah penumpukan plak. Menyikat gigi adalah cara
yang umum dianjurkan untuk membersihkan deposit lunak pada permukaan gigi dan
gusi sehingga penumpukan plak dapat dihindari (Niken,2005).
b.Waktu menyikat gigi.
Maulani (2005), berpendapat bahwa menyikat gigi minimal sehari cukup dua kali sehari,
yaitu 30 menit setelah makan pagi dan malam hari sebelum tidur. Niken (cit. Weidjen
dkk, 1993) telah menstandarisasikan lama waktu menyikat gigi yang efektif adalah
dua menit.Selain menggunakan lama waktu menyikat gigi, maka untuk efektivitas
menyikat gigi ada anjuran untuk menggosok gigi pada tiap-tiap bagian sebanyak 5
sampai 10 gosokan (Niken cit. Yankel dan Saxen,2005).
2.Debris
Nio (1992) mengatakan debris adalahsisa makanan yang tertinggal di dalam mulut pada
permukaan dan diatas gigi geligi serta gingiva setelah makan yang tidak segera dibersihkan.
Debris mudah dilepaskan oleh gerakan lidah, bibir serta pipi atau berkumur-kumur.
Partikel-partikel makanan yang tertekan didaerah interdental, oklusal didaerah cervikal
gigi sukar dibersihkan dan merupakan makanan bagi kuman sehingga perlu dibersihkan
dengan tindakan mekanis.
3.Hubungan Menyikat Gigi Terhadap Debris.
Menyikat gigi merupakan cara yang umum dianjurkan untuk membersihkan debris atau
deposit plak pada permukaan gigi dan gusi. Manfaat menyikat gigi adalah
menghilangkan kotoran dan sisa makanan sehingga dapat mencegah penyakit gigi
dan mulut (Depkes RI,1993). Tujuan menyikat gigi adalah membersihkan mulut dari
sisa makanan agar fermentasi sisa makanan tidak berlangsung lama, sehingga
kerusakan gigi dapat dihindari (Anonim,2008).
Menurut Zelva (2008) kegunaan menyikat gigi adalah agar sisa-sisa makanan dapat
hilang dari sela-sela gigi dan permukaan gigi selain itu untuk mendapatkan
kenyamanan dari terselipnya sisa makanan dan mulut yang bebas dari bau.
4.Perkembangan Anak TK.
Anak TK termasuk kelompok pra sekolah. Anak pra sekolah adalah mereka yang
berusia 3-5 tahun. Pada anak usia pra sekolah, merupakan masa kehidupan yang
mana individu relative tidak berdaya dan tergantung pada orang lain
(Hurlock,1999).Mereka masih dalam taraf memerlukan bimbingan yang ketat serta
memerlukan kesabaran yang luar biasa dalam mendidiknya (Ircham, 1995).
Perkembangan anak difokuskan pada peran keluarga, terutama orang tua sebagai
perantara antara anak dan lingkungan budaya yang melingkupinya.Mereka mulai
belajar hidup bermasyarakat dan berkembang. Pada usia ini mereka akan mengalami
mengenal banyak teman,mengenal dan minta banyak macam makanan dan meniru
atau mencontoh apa yang dilihatnya dampaknya akan berakibat menguntungkan atau
merugikan bagi kesehatan giginya.
5.Peranan Orang Tua.
Fase perkembangan anak usia pra sekolah masih sangat tergantung pada orang
dewasa dalam memelihara kesehatan mulutnya .Belum ada kesadaran anak dalam
menjaga kebersihan mulut. Peranan orang tua dalam peningkatan derajat kesehatan
anak sangat dibutuhkan terutama untuk menentukan keberhasilan kesehatan keluarga
secara menyeluruh.
B.Pertanyaan Penelitian.
Dari kerangka konsep di atas dapat dibuat pertanyaan penelitian yaitu Apakah ada
perbedaan debris indeks antara menyikat gigi secara mandiri dengan menyikat gigi
dibantu dengan orang tua.
BACA SELENGKAPNYA
27 April 2011 Posted by praskoabdullah | Uncategorized | Karya Tulis Ilmiah, Karya Tulis
Kesehatan Gigi, KTI Kesehatan Gigi | Tinggalkan komentar
http://praskoabdullah.wordpress.com/tag/kti-kesehatan-gigi/
pengertian gigi
tulang keras dan kecil-kecil berwarna putih yg tumbuh tersusun berakar di dl gusi
dan kegunaannya untuk mengunyah atau menggigit
http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?
keyword=gigi&varbidang=all&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=t
abel
Artikel oleh: admin pada September 6, 2012 pukul 11:20 WIB. Belum ada komentar
Kata Alfred D. Wyatt Jr.dalam WebMd.com, ada 10 cara merawat kesehatan dan
kecantikan gigi Anda.
1. Jangan takut ke dokter gigi
Beberapa orang merasa ngeri bila harus ke dokter gigi. Membayangkan peralatan di
ruang dokter gigi saja terasa menyeramkan. Jika merasa cemas berada di ruang
dokter gigi, cobalah untuk membawa pemutar musik dengan daftar lagu
kesayangan Anda. Kemudian, cobalah untuk bernapas teratur. Jangan menahan
napas. Dengan begitu, peredaran darah akan lancar sehingga membantu Anda
mengurangi ketegangan. Dan jangan malu mengungkapkan soal ketegangan Anda
kepada dokter. Dengan begitu, ia bakal membantu Anda merasa nyaman.
2. Flossing-lah sebelum menyikat gigi
Flossing adalah cara pembersihan sela gigi dengan menggunakan benang. Flossing
akan mengeluarkan sisa makanan yang terjebak di sela gigi sehingga membantu
penyikatan gigi menjadi lebih efektif. Saat menyikat gigi tiba, pastikan menyikat
dengan sudut 45 derajat pada garis gusi dengan gerakan lembut.
3. Manfaatkan tusuk gigi
Jika tidak memiliki benang pembersih gigi, Anda dapat menggunakan tusuk gigi
untuk membersihkan sela gigi. Namun, gunakanlah secara perlahan. Penggunaan
tusuk gigi secara kasar akan melukai gusi Anda. Dan luka merupakan wadah yang
tepat untuk berkembangnya bakteri.
4. Ganti secara rutin sikat gigi Anda
Agar gigi lebih sehat, gantilah sikat gigi Anda secara rutin setiap tiga atau empat
bulan. Untuk sikat gigi elektrik, gantilah sesuai dengan panduan di buku petunjuk.
Penggantian sikat gigi secara teratur akan membantu Anda menghindari kuman
yang mungkin menempel di bulu sikat.
5. Konsumsi keju
Protein yang terkandung dalam keju sangat baik untuk mencegah pengikisan email
gigi. Ditambah lagi, keju kaya akan kalsium yang juga membuat gigi lebih kuat.
Jangan lupa juga untuk mengonsumsi vitamin D yang membantu penyerapan
kalsium. Vitamin D bisa didapatkan dalam susu, telur, dan ikan.
6. Hentikan noda dengan baking soda
Jika Anda gemar mengonsumsi kopi, teh, atau makanan lain yang akan
meninggalkan plak di gigi, cobalah untuk bersihkan gigi dengan baking soda dua
kali dalam sebulan. Gunakan baking soda seperti halnya Anda menggunakan pasta
gigi. Jika penggunaan baking soda membuat Anda iritasi, cobalah pasta gigi yang
mengandung baking soda.
7. Perhatikan makanan
Beberapa makanan dituduh dapat meninggalkan noda di gigi. Beberapa makanan
lain juga diklaim dapat mencerahkan gigi, misalnya stroberi. Ada spekulasi bahwa
stroberi memiliki pemutih gigi alami. Karena itu, cocok untuk membantu
membersihkan gigi sehabis mengonsumsi kopi atau merokok. Untuk lebih
membantu meminimalisir plak, cobalah memakan apel, pir, wortel, atau seledri.
Makanan ini akan memperbanyak produksi air liur yang baik bagi kebersihan gigi.
8. Atur kadar keasaman
Kadar keasaman akan memengaruhi kesehatan gigi dan mulut Anda. Makanan yang
dapat memengaruhi kadar keasaman di antaranya cokelat, alkohol, soda, kopi, teh,
bawang merah, bawang putih, produk susu, tomat, jeruk, mint, serta makanan
pedas dan berlemak.
Kebutaan merupakan kondisi dimana seseorang mengalami gangguan pada indra pengelihatannya, hal
ini bisa meliputi dua hal yaitu berkurangnya ketajaman mata atau tidak dapat meihat objek di
sekelilingnya sama sekali. Meskipun pada akhirnya istilah kebutaan sering digunakan untuk kondisi
dimana mata sudah tidak dapat berfungsi lagi baik tanpa atau dengan kacamata.
Jika dilihat dari definisi di atas, kebutaan memiliki dua jenis yaitu kebutaan parsial dan kebutaan lengkap
atau complete blindness. Kebutaan parsial adalah kondisi dimana mata mengalami penurunan fungsi.
Sedangkan complete blondness digunakan untuk mata yang sama sekali tidak berfungsi. Banyak sebab
dan faktor yang melatarbelakangi munculnya gangguan ini.
Berikut ini adalah penyebab dan gejala kebutaan pada manusia seperti yang berhasil kami rangkum dari
beberapa sumber.
Penyebab
Banyak hal yang dapat memicu terjadinya gangguan pada mata yang cenderung mengarah pada
kebutaan pada manusia, berikut beberapa diantaranya:
Penyakit diabetes
Glukoma
Degenerasi makula
Keempat penyebab tersebut biasanya berakhir dengan kebutaan complete atau tidak dapat melihat sama
sekali, untuk kebutaan yang bersifat parsial biasanya disebabkan oleh hal-hal berikut:
Penyakit katarak
Tumor
Masih banyak hal lainnya yang ditengarai dapat menghilangkan fungsi mata seperti komplikasi yang
terjadi karena kelahiran secara prematur, stroke dan lain sebagainya.
Gejala
Gejala yang ditemukan pada gangguan ini akan mudah dikenali seperti pengelihatan mulai kabur, tidak
fokus pada objek, objek seperti terbagi menjadi dua dan lain sebagainya.
Gejala yang ditunjukkan memang mirip dengan tanda yang terdapat dalam katarak. Kebutaan seringkali
datang tiba-tiba dan tanpa meniggalkan rasa sakit apapun pada penderitanya, oleh sebab itu langkah
terbaik yang bisa kita lakukan adalah segera menghubungi dokter mata jika ada gejala atau tanda aneh
pada mata kita. Banyak kasus kebutaan bisa ditangani ketika pasien segera memeriksakan kondisinya
secepat mungkin, namun jika pasien terlambat maka tingkat keberhasilan akan sangat kecil.
Bantuan yang diperlukan
Bagaimana jika kebutaan telah menimpa salah seorang di rumah kita? Ada beberapa tips yang bisa kita
lakukan untuk meringankan kebutaan pada orang tersebut:
Bantu ia mengenali semua perabotan yang dibutuhkan seperti cangkir, piring dan benda lainnya
http://dinkes.sumbarprov.go.id/berita-71-penyebab-dan-gejala-kebutaan-pada-manusia.html
penyebab kebutaan yaitu :
1. Penyakit Katarak.
Katarak adalah kekeruhan yang terdapat pada lensa mata yang bisa menyebabkan gangguan
penglihatan sampai dengan timbulnya mata buta pada diri seseorang. Penyebab katarak bisa oleh
karena proses penuaan atau pun karena jenis penyakit infeksi mata atau bisa juga karena trauma
yang terjadi pada organ mata itu sendiri.
2. Glaukoma
Yang dimaksud dengan penyakit glaukoma adalah salah satu jenis penyakit mata dengan gejala
yang tidak langsung, yang secara bertahap akan bisa mengakibatkan penglihatan pandangan mata
semakin lama akan semakin berkurang sehingga akhirnya mata akan menjadi buta secara
permanen.
http://portalkesehatanku.blogspot.com/2013/06/penyebab-kebutaan.html
Pendapat adalah buah pikiran/anggapan terhadap suatu peristiwa atau keadaan. Peristiwa atau keadaan
itu mencakup tentang permasalahan, seperti kriminalitas, pementasan drama, solusi banjir, penegakan
hukum, dsb. Contohdari penggunaan pendapat ini dapat dipahami sebagaimana yang tertuang dalam
pertanyaan
17/01/2014
Diposkan oleh Hafizul Ahda di 15.28
http://hafizulahda.blogspot.com/2014/01/perbedaan-arti-pendapat-dan-tanggapan.html
4. Untuk kepentingan ortodontik, biasanya hal ini merupakan perawatan konsul dari bagian
ortodontik dengan mempertimbangkan pecabutan gigi untuk mendapatkan tuangan yang dibutuhkan
dalam perawatannya.
5. Gigi yang merupakan fokus infeksi, dimana keberadaan gigi yang tidak sehat dapat merupakan
sumber infeksi bagi tubuh.
6. Gigi yang menyebabkan trauma jadingan lunak sekitarnya.
7. Penderita yang mendapat terapi radiasi pada regio kepala dan leher dapat dilakukan ekstraksi
pada gigi yang terkena radiasi. Radiasi dapat menyebabkan kerapuhan gigi, karies pada gigi, dan
pada gigi yang sebelumnya sudah rusak bila terkena radiasi dapat menjadi lebih parah. Komplikasi
yang paling sering oleh karena ekstraksi gigi setelah terapi radiasi adalah septikemia dan
osteoradionecrosis/ORN (Koga et al, 2008).
8. Gigi dengan supernumerary, dimana gigi tumbuh berlebih dan tidak normal.
9. Gigi dengan fraktur/patah pada akar, misalnya karena jatuh. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa
sakit berkelanjutan pada penderita sehingga gigi tersebut menjadi non-vital atau mati.
10. Gigi dengan sisa akar, dimana sisa akar akan menjadi patologis karena hilangnya pembuluh
darah dan jaringan ikat, sehingga kondisi ini membuat akar gigi tidak vital.
11. Gigi dengan fraktur/patah pada bagian tulang alveolar ataupun pada garis fraktur tulang alveolar.
12. Gigi yang terletak pada garis fraktur yang mengganggu reposisi.
13. Keinginan pasien untuk dicabut giginya.
Beberapa alasan penderita ingin mencabut giginya antara lain:
a. Ingin terhindar dari rasa sakit yang sering mengganggu.
b. Ingin diganti dengan gigi tiruan yang menurutnya lebih baik
. c. Enggan /tidak punya waktu untuk datang berulang-ulang ke dokter gigi.
d. Faktor ekonomi.
e. Faktor ketidaktahuan penderita.
2. Gigi persistensi, dimana gigi sulung tidak tanggal pada waktunya sehingga menyebabkan gigi
permanen terhambat pertumbuhannya.
3. Gigi susu yang merupakan fokus infeksi
4. Gigi susu dengan karies besar sehingga gigi menjadi non vital
5. Gigi susu yang sudah goyah dan sudah waktunya tanggal
6. Gigi susu yang akarnya menyebabkan ulkus dekubitus.
D. KONTRAINDIKASI EKSTRAKSI GIGI
Sebelum melakukan ekstraksi gigi, seorang dokter gigi harus benar-benar mengetahui keadaan
pasien untuk memastikan bahwa tidak ada kondisi yang akan membahayakan sebelum, saat,
maupun setelah ekstraksi gigi. Oleh karenanya harus diketahui kontraindikasi dilakukannya ekstraksi
maupun keadaan atau kondisi yang membuat ekstraksi gigi harus ditunda untuk sementara waktu.
Kontra indikasi eksodonsi akan berlaku sampai dokter akan memberi ijin atau menanti keadaan
umum penderita dapat menerima suatu tindakan bedah tanpa menyebabkan komplikasi yang
membahayakan bagi jiwa penderita. Ekstraksi pada gigi dengan kondisi tertentu sebaiknya ditunda,
misalnya pada infeksi gigi yang progresif hingga menyebar ke tulang. Hal ini akan menyulitkan
anestesi. Untuk mengatasinya maka perlu diberikan antibiotik sebelum ekstraksi.
Pada pasien yang menggunakan obat antikoagulan semisal aspirin maupun warfarin, hendaknya
menghentikan penggunaannya 3 hari menjelang ekstraksi gigi. Pada pasien-pasien dengan katup
jantung prostetik maupun riwayat oprasi jantung terbuka 6 bulan yang lalu harus mendapatkan terapi
antibiotik untuk mengurangi resiko infeksi.
Kontraindikasi pencabutan gigi didasarkan beberapa faktor, yang utama faktor lokal dan sistemik.
1. Faktor Lokal
a. Kontraindikasi ekstraksi gigi yang bersifat setempat umumnya menyangkut suatu infeksi akut
jaringan di sekitar gigi. Misalnya gigi dengan kondisi abses yang menyulitkan anestesi.
b. Sinusitis maksilaris akut. Sinus adalah rongga berisi udara yang terdapat di sekitar rongga
hidung. Sinusitis (infeksi sinus) terjadi jika membran mukosa saluran pernapasan atas (hidung,
kerongkongan, sinus) mengalami pembengkakan. Pembengkakan tersebut menyumbat saluran
sinus yang bermuara ke rongga hidung. Akibatnya cairan mukus tidak dapat keluar secara normal.
Menumpuknya mukus di dalam sinus menjadi faktor yang mendorong terjadinya infeksi sinus.
Pecabutan gigi terutama gigi premolar dan molar sebaiknya ditunda sampai sinusitisnya teratasi
(Inneke, 1998).
c. Radioterapi kepala dan leher. Alasan melarang ekstraksi dengan keadaan seperti tersebut diatas
adalah bahwa infeksi akut yang berada di sekitar gigi, akan menyebar melalui aliran darah ke
seluruh tubuh dan terjadi keadaan septikemia. Komplikasi lainnya adalah osteoradionekrosis (Koga
et al, 2008).
d. Adanya suspek keganasan, yang apabila dilakukan ekstraksi gigi akan menyebabkan kanker
cepat menyebar dan makin ganas.
2. Faktor Sistemik Pasien dengan kontra indikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan
khusus untuk dilakukan ekstraksi gigi. Bukan kontra indikasi mutlak.
Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi
riwayat penyakit tersebut, ekstraksi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada
dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal
tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan,
maupun setelah pencabutan gigi (Inneke, 1998).
a. Diabetes mellitus. Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik
profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan
mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan
pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut
diduga keras akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya
fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi.
b. Kehamilan Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi,
karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi
mungkin merupakan manifestasi dari gingivitis kehamilan/ epulis yang disebabkan pergolakan
hormon selama kehamilan. Namun perlu diwaspadai terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes
mellitus gestasional yang umumnya temporer selama kehamilan. Umumnya kendala bagi ibu hamil
adalah ekstraksi gigi dapat meningkatkan stress, baik oleh karena nyeri maupun peradangan dari
proses pencabutan gigi yang akan meningkatkan prostaglandin yang berperan dalam kontraksi
uterus, namun hal itu dapat diatasi dengan pemberian analgetik maupun antiinflamasi yang aman
bagi ibu hamil. Bila keadaan umum ibu hamil kurang jelas, sebaiknya dikonsulkan kebagian obsgyn
(Inneke, 1998; APA 2007).
c. Penyakit Kardiovaskuler Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi ekstraksi gigi.
Kontraindikasi di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan ekstraksi gigi pada pasien
ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi pada para ahli, dalam hal ini dokter spesialis
jantung.
Dengan berkonsultasi, untuk mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai
waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan ekstraksi gigi tanpa terjadi komplikasi yang
membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah
dilakukan ekstraksi gigi, misalnya saja penderita jantung rematik harus diberi Penicillin G Benzatin
sebelum dan sesudah ekstraksi dilakukan.
Anggraito. 2011. Beberapa Alasan Gigi Dicabut. http://tanyapepsodent.com/beberapa-alasan-gigidicabut. Diakses pada tanggal 12 April 2011. APA.2007.
Dental Work During Pregnancy.
http://www.americanpregnancy.org/pregnancyhealth/dentalwork.html. Diakses pada tanggal 12 April
2011.
Koga, D.H., Salvajoli J.V., Alves F.A. Dental extractions and radiotherapy in head and neck oncology:
review of the literature. http://oralpathol.dlearn.kmu.edu.tw/case/Journal%20reading-intern-0811/RTdental%20extraction-OD-2008.pdf. Diakses pada tanggal 12 April 2011.
Inneke H.P. 1998. Ilmu Pencabutan Gigi. Jakarta: DEPKES RI Suharti C. 2006. Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Jakarta: FKUI
http://www.slideshare.net/arisasda/52991066-exodontiaindikasidankontraindikasicabutgigi
Lutfan10
Anastesi Lokal
Diagnostic
Dalam hal ini anastesi lokal digunakan untuk menemukan sumber sakit yang
diderita pasien, contohnya rasa sakit pada penderita pulpitis, pada pasien pulpitis
sulit baik bagi pasien maupun bagi ooperator karena rasa sakit yang timbul dapat
dirasakan dibagian mulut atau bagian wajah yang jauh dari lokasi pulpitis
b.
Terapi
Anastesi lokal marupakan bagian dari perawatan pada tindakan bedah,
contohnya pengguanaan teknik blok pada penderita dry socket untuk mengurangi
rasa sakit, hal ini yang dimaksud sebagai anastesi lokal yang berfungsi sebagai
bahant terapi
c.
Praoperasi
Anastesi lokal juga diberikan sebelum tindakan praoperasi, hal ini dilakukan
untuk keamanan dan kenyamanan pasien pada saat melakukan tindakan
pembedahan.
d.
Pasca operasi
Sesudah tindakan pembedahan baik dengan anestesi lokal maupun general,
efek anatesi yang berkelanjutan kebanyakan menguntungkan untuk mengurangi
rasa sakit yang timbul dari tindakan setelah operasi (Wray, 2003)
Infiltrasi
Anastesi dilakukan dengan mendeponirkan cairan anastesi disekitar apeks gigi yang
akan dicabut di sisi bukal pada sulkus, adanya porositas pada tulang alveolar
menyebabkan cairan anastesi berdifusi menuju saraf pada apeks gigi.
b.
Anastesi blok
Anastesi blok merupakan anastesi dengan menginjeksikan cairan anastesi pada
batang saraf yang biasa digunakan untuk tindakan bedah di rongga mulut. Anastesi
blok yang biasa dilakukan yaitu inferior dental blok, mental blok, posterior superior
dental blok, dan infraorbital blok.
c.
Indikasi :
1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.
2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak
dapat dilakukan.
3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus dilakukan
pencabutan.
4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar
yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas
berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.
5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.
6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi
tulang.
7. Untuk perawatan ortodonsi
8. Supernumerary teeth
9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah trauma atau
kerusakan.
10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies,
menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.
11. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi
12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)
13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.
14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan
pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan
osteomelitis.
Kontraindikasi :
1. Apabila pasien tidak menghendaki giginya dicabut
2. Pendarahan yang tidak diinginkan
3. Alergi pada anastesi local
4. Hipertensi jika pendarahan tidak terkontrol
5. Diabetes yang tidak terkontrol sangat mempengaruhi penyembuhan luka
6. Gigi yang masih dapat dirawat/dipertahnkan dengan perawatan konservasi, endodontic dan
sebagainya.
Daftar Pustaka
-
Berikut penjelasannya seperti yang dilansir dari mayoclinic dan webmd, Kamis (4/7/2013):
Definisi
Glaukoma adalah salah satu penyakit pada mata yang diakibatkan oleh penumpukan cairan
(aqueous humor) di dalam mata yang terlalu tinggi dan kemudian menimbulkan tekanan. Cairan
ini biasanya dikeluarkan dari mata melalui sistem drainase, di mana iris dan kornea bertemu.
Namun, apabila sistem drainase tidak bekerja dengan benar, maka mata tidak dapat menyaring
cairan tersebut dengan normal dan timbullah tekanan di dalam mata. Hal itu akan merusak saraf
optik dan dapat menyebabkan kebutaan.
Penyakit glaukoma dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu:
Open-angle glaucoma atau wide-angle glaucoma. Ini merupakan jenis umum dari
glaukoma. Struktur mata tampak normal, tapi cairan dalam mata tidak mengalir dengan
baik melalui saluran mata.
Angle-closure glaucoma. Disebut juga sebagai glaukoma kronis. Pada jenis ini, terjadi
penumpukan cairan di dalam mata secara tiba-tiba dan kemudian menimbulkan tekanan
pada mata.
Gejala
Tanda-tanda awal dari penyakit glaukoma, antara lain:
Kepala sakit
Mata merah
Penyebab
Penyakit glaukoma biasanya dialami oleh orang yang usianya di atas 40 tahun. Namun, saat ini,
orang muda dewasa bahkan anak-anak pun dapat mengalami hal ini. Berikut beberapa faktor
yang menyebabkan timbulnya penyakit Glaukoma:
Cedera, infeksi, dan peradangan pada mata: Apabila mata Anda mengalami cedera
atau radang, segera diobati. Jika tidak, hal itu akan menyebabkan glaukoma.
Pengobatan
Risiko kebutaan akibat glaukoma dapat diminimalisir dengan melakukan pemeriksaan mata
secara dini dan dilakukan dengan teratur. Pastikan dokter Anda mengukur tekanan intraokular
mata Anda. Selain itu, Anda dapat melakukan beberapa hal berikut ini:
1. Menggunakan tetes mata khusus penderita glaukoma. Tetes ini dapat mengurangi
pembentukkan cairan di depan mata dan meningkatkan arus keluarnya cairan dari dalam
mata.
2. Operasi laser. Ada 3 jenis operasi laser untuk menyembuhkan penyakit glaukoma, yaitu
trabeculoplasty di mana laser digunakan untuk membuka area trabecular meshwork
drainage, iridotomy di mana laser digunakan untuk membuat lubang kecil di iris supaya
cairan dapat mengalir lebih deras, dan cyclophotocoagulation di mana laser berguna
untuk mengurangi produksi cairan.
3. Bedah mikro. Saluran baru dibuat pada pembedahan ini supaya cairan dalam mata dapat
mengalir lebih banyak sehingga tekanan intraokular berkurang.
http://health.liputan6.com/read/629068/glaukoma-penyakit-yang-sebabkan-kebutaan
KOMPLIKASI
Fraktur
PENCABUTAN
GIGI
akar
Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang mati oleh karena rapuh, akar gigi yang
bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila akar yang fraktur amat kecil dan letaknya jauh terbenam dalam
tulang
dapat
dibiarkan
dengan
catatan
penderita
diberitahu
keadaan
tersebut.
Fraktur
tulang
alveolar
Dapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya
giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.
Fraktur
dari
tuberositas
maxilaris
Terjdi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena tuberositas diperlukan
sebagai retensi pada pembuatan gIgi palsu.
Perforasi
Sinus
Maxilaris
Terjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar rahang atas. Keadaan ini lebih mudah terjadi pada gigi
dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena tulang antara akar dan sinus terlibat keradangan kronis
sehingga
rusak.
Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang keluar melalui hidung bilamana penderita kumur atau minum,
kadang kala saat pencabutan tidak diketahui baik oleh dokter ataupun penderita kalau terjadi perforasi.
Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket dengan jahitan yang rapat bila perlu tulang bagian bukal
dikurangi
sehingga
dapat
dilakukan
tarikan
pada
mukosa
dari
bukal
untuk
menutup.
Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang lebih selama satu minggu, jangan kumur terlalu keras.
Terdorongnya
akar
pada
Sinus
Maxillaris
Bila
terjadi
dapat
dicoba
untuk
mengambil
frakmen
tersebut
dengan
jalan
:
Penderita
disuruh
meniup
dengan
lubang
hidung
ditutup
Diambil
dengan
ujung
alat
penghisap
(
suction
tip
)
pada
socket
Bila tidak berhasil perlu dilakukan tindakan pembedahan dengan merujuk penderita ke dokter ahli.
Perdarahan
Kadang kala dapat terjadi pada saat dilakukan pencabutan, hal ini diatasi dengan pemberian tekanan pada daerah
tersebut.
Subcutan
emphysema
Jarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan udara yang masuk jaringan ikat atau spacia pada wajah
dari
pemakaian
hand
piece
dengan
tekanan
udara
tinggi.
Terjadi amat cepat, terdapat pembengkakan, akan sembuh dalam 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan.
http://potooloodental.blog.com/?p=325
Persiapan Anestesi
Sebelum dilakukan pemberian anestesi lokal, operator harus mempertimbangkan resiko yang dapat terjadi pada
pasien. Hal ini disebabkan oleh efek depresan yang merupakan salah satu efek dari obat- obatan anestesi lokal.
Selain itu, obat- obatan anestesi lokal pun memiliki efek samping lain berupa bronkospasm yang sering kali
menyebabkan hiperventilasi maupun vasodepressor sinkop. Oleh karena itu, keadaan umum pasien perlu dievaluasi
sebelum melakukan tindakan anestesi.
Evaluasi Praanestesi dilakukan melalui anamnesis serta evaluasi kondisi fisik pasien. Dalam anamnesis, pasien
ditanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah atau sedang diderita, obat- obatan yang sedang dikonsumi,
riwayat alergi, dan juga beberapa keluhan- keluhan yang mungkin dialami oleh pasien. Dalam evaluasi praanestesi
ini pula ditanyakan tentang ketakutan pasien sebelum dilakukan anestesi sehingga keadaan psikologis pasien dapat
pula dievaluasi.
Penyakit- penyakit yang umumnya ditanyakan kepada pasien dalam evaluasi praanestesi adalah kelainan jantung,
hipotensi, diabetes, gagal ginjal, penyakit liver, alergi terhadap obat, hipertensi, rematik, asma, anemia, epilepsy,
serta kelainan darah.
Pemeriksaan fisik praanestesi yang perlu dilakukan adalah inspeksi visual untuk mengobservasi adanya kelainan
pada postur tubuh pasien, gerakan tubuh, bicara, dan sebagainya; evaluasi tanda vital; serta status kesehatan fisik
menurut ASA.
1. Komplikasi Lokal
a. Jarum Patah
Penyebab utama jarum patah adalah kondisi jarum yang fatig akibat dibengkokkan. Jarum patah dapat pula
disebabkan oleh kesalahan teknik saat administrasi, kelainan anatomi pasien, serta jarum yang disterilkan
berulang. Apabila kondisi ini terjadi, pasien diinstruksikan untuk tidak bergerak dan tangan operator jangan
dilepaskan dari mulut pasien dan pasang bite block bila perlu. Jika patahan dapat terlihat, patahan dapat dicoba
diambil dengan arteri klem kecil. Namun, apabila jarum tidak terlihat, insisi dan probing tidak boleh dilakukan
dan segera konsultasikan ke spesialis bedah mulut untuk diambil secara surgical.
b. Rasa sakit
Rasa sakit saat administrasi anestesi lokal disebabkan oleh penggunaan jarum yang tumpul, pengeluaran
anestetikum dengan terlalu cepat, serta tidak menguasai teknik anestesi lokal. Hal ini dapat dicegah dengan
menggunakan anestesi topikal sebelum insersi jarum dan mengeluarkan anestetikum secara perlahan, serta
anestetikum yang digunakan lebih baik jika suhunya sama dengan suhu tubuh.
c. Parestesi atau Anestesi Berkepanjangan
Parestesi atau anestesi yang berkepanjangan dapat terjadi akibat trauma saraf, anestetikum bercampur alkohol,
serta adanya perdarahan pada sekitar saraf. Parestesi berkepanjangan dapat menyebabkan trauma pada bibir
yang tergigit dan apabila mengenai N. Lingualis dapat menyebabkan mati rasa kecap. Sebagai upaya pencegahan,
operator harus berhati- hati saat administrasi dan menggunakan spuit sekali pakai sehingga tidak perlu
mensterilkan dengan larutan alkohol. Penanggulangan parestesi yang berkepanjangan dapat dilakukan dengan
penjelasan pada pasien bahwa hal tersebut akan terjadi dalam waktu lama, control setiap dua bulan, dan apabila
berlangsung lebih dari satu tahun maka konsultasi neurologis diperlukan.
d. Paralisis Fasial
Paralisis fasial disebabkan oleh insersi jarum yang terlalu dalam saat blok N. Alveolaris Inferior sehingga masuk
ke kelenjar parotis dan mengenai cabang saraf wajah, biasanya N. Orbicularis oculi. Penanggulangan hal tersebut
dilakukan dengan memberitahu pasien bahwa hal tersebut akan berlangsung selama beberapa jam dan mata
pasien harus dilindungi selama refleks berkedip belum kembali.
e. Trismus
Trismus merupakan salah satu komplikasi pemberian anestesi akibat adanya trauma pada M. Mastikatorius atau
pembuluh darah pada intra temporal fossa. Trismus dapat pula disebabkan oleh anestesi lokal yang bercampur
alkohol dan berdifusi ke jaringan sehingga mengiritasi M. Mastikatorius. Penangulangan trismus dilakukan dengan
cara pemberian analgetik, kompes air panas selama 20 menit, latihan buka tutup mulut selama 5 menit setiap 3-4
jam, dapat pula diberikan permen karet untuk melatih gerakan lateral. Bila trismus berlanjut lebih dari 7 hari,
maka konsulkan pada spesialis bedah mulut.
f. Hematom
Hematom sering terjadi pada komplikasi blok N. Alveolaris Inferior, N. Alveolaris Superior Posterior, dan N.
Mentalis/ Insisif. Pencegahan hematom dapat dilakukan dengan mengetahui anatomi sehingga tidak terjadi
penyebaran darah ke rongga ekstravaskuler. Penggunaan jarum pendek pada anestesi N. Alveolaris superior
posterior juga dapat dilakukan sebagai upaya meminimalisasi hematom. Penanggulangan hematom akibat
administrasi anestesi lokal adalah dengan menekan perdarahan dan jangan mengompres panas selama 4-6 jam
setelah kejadian, namun setelah satu hari dapat dikompres hangat 20 menit per jam. Kompres dingin dapat
dilakukan segera setelah terjadi hematom untuk mengurangi perdarahan dan rasa sakit.
g. Infeksi
Infeksi terjadi akibat kontaminasi jarum dan dapat menyebabkan trismus. Bila infeksi berlanjut sampai lebih dari
hari ketiga, maka antibiotik diindikasikan untuk pasien tersebut.
h. Edema
Edema disebabkan oleh trauma selama anestesi lokal, infeksi, alergi, perdarahan, dan penyuntikan anestetikum
yang terkontaminasi alkohol. Penanggulangan edema dilakukan dengan observasi bila edema disebabkan oleh
trauma injeksi atau iritasi larutan, biasanya akan hilang 1- 3 hari tanpa terapi. Sedangkan bila lebih dari 3 hari
dan disertai rasa sakit atau disfungsi mandibula, antibiotik sebaiknya diberikan untuk pasien tersebut.
i. Trauma jaringan lunak
Pada pasien anak- anak, atau pasien dengan cacat mental, rasa baal setelah pemberian anestesi lokal dapat
menyebabkan pasien tersebut mengigit bibir maupun jaringan lunak lainnya. Penanggulangan trauma jaringan
lunak di sekitar area yang dianestesi dilakukan dengan pemberian salep untuk mengurangi iritasi, analgesic, serta
antibiotik jika diperlukan.
j. Lesi intraoral
Lesi intraoral umumnya disebabkan oleh trauma jarum pada jaringan saat insersi. Penanggulangan lesi ini
dilakukan dengan pemberian topikal anestesi praanestesi, pemberian obat kumur, dan pemberian antibiotik jika
terjadi infeksi.
2. Komplikasi Sistemik
a. Reaksi psikis
Reaksi psikis yang sering terjadi sebagai komplikasi sistemik akibat pemberian anestesi lokal adalah sinkop atau
serangan vasovagal. Hal ini merupakan gangguan emosional sebelum penyuntikan. Pada saat terjadi reaksi psikis,
arteri mengalami vasodilatasi sehingga menyebabkan volume darah ke jantung berkurang sehingga menyebabkan
penurunan umpan balik kardiak yang menyebabkan hilang kesadaran mendadak. Tanda- tanda reaksi psikis ini
adalah pucat, mual, pusing, keringat dingin, dan jika tidak ditangani cepat kesadaran akan hilang, pupil
membesar, denyut nadi lemah dan tidak teratur. Perawatan reaksi psikis ini adalah dengan penaganan emergensi
sinkop.
b. Reaksi toksik
Reaksi toksik pada administrasi anestesi lokal jarang terjadi bila penyuntikan dilakukan sesuai dengan
prosedurnya. Apabila aspirasi tidak dilakukan sebelum penyuntikan, maka anestetikum akan masuk ke dalam
intravaskuler sehingga menyebabkan overdosis. Tanda- tanda reaksi toksik adalah terjadi konvulsi, gangguan
pernafasan, dan syok.
c. Reaksi alergi
Riwayat alergi pasien harus ditanyakan praanestetikum sehingga meminimalisasi terjadinya reaksi alergi. Reaksi
alergi yang terjadi berbeda- beda dengan tingkat keparahan yang juga berbeda. Tingkat reaksi alergi yang paling
ringan adalah localized skin reaction dengan gejala lokal eritema, edema, dan pruritus. Untuk tingkatan lesi yang
lebih parah yaitu reaksi pada kulit yang tergeneralisasi, antihistamin perlu diberikan. Pada kasus alergi yang
melibatkan traktus respiratorius, diberikan epinefrin secara intramuscular kemudian melakukan prosedur
emergensi. Tingkat reaksi alergi yang paling parah adalah syok anafilaktik yang perlu ditangani dengan segera
dengan pemberian epinefrin IM atau IV, serta penanganan emergensi syok.
d. Virus Hepatitis/ HIV
Penyebaran kedua virus ini dapat melalui jarum suntik. Oleh karena itu, jarum suntik harus digunakan sekali
pakai sebagai upaya pencegahan.
e. Interaksi obat
Interaksi obat dapat terjadi pada pasien yang mendapat obat sistemik. Secara umum, interaksi obat dengan
anestesi lokal sangat jarang. Namun, anestesi lokal yang mengandung noradrenalin dapt merangsang respon
tekanan darah pasien yang mendapatkan antidepresan trisiklik. Karena itu, noradrenalin tidak dianjurkan untuk
dipakai.
dari berbagai Sumber
http://potooloodental.blog.com/?p=512
Jenis Anestesi
Berikut adalah jenis-jenis anestesi:
1. Anestesi lokal
Anestesi lokal, seperti namanya, digunakan untuk operasi kecil pada bagian tertentu tubuh.
Suntikan anestesi diberikan di sekitar area yang akan dioperasi untuk mengurangi rasa
sakit.
Anestesi juga dapat diberikan dalam bentuk salep atau semprotan.
Sebuah anestesi lokal akan membuat pasien terjaga sepanjang operasi, tapi akan
mengalami mati rasa di sekitar daerah yang diperasi.
Anestesi lokal memiliki pengaruh jangka pendek dan cocok digunakan untuk operasi minor
dan berbagai prosedur yang berkaitan dengan gigi.
2. Anestesi regional
Anestesi regional diberikan pada dan di sekitar saraf utama tubuh untuk mematikan bagian
yang lebih besar.
Pada prosedur ini pasien mungkin tidak sadarkan diri selama periode waktu yang lebih
panjang.
Di sini, obat anestesi disuntikkan dekat sekelompok saraf untuk menghambat rasa sakit
selama dan setelah prosedur bedah. Ada dua jenis utama dari anestesi regional, yang
meliputi:
- Anestesi spinal
Anestesi spinal atau sub-arachnoid blok (SAB) adalah bentuk anestesi regional yang
disuntikkan ke dalam tulang belakang pasien.
Pasien akan mengalami mati rasa pada leher ke bawah. Tujuan dari anestesi ini adalah
untuk memblokir transmisi sinyal saraf.
Setelah sinyal sistem saraf terblokir, pasien tidak lagi merasakan sakit.
Biasanya pasien tetap sadar selama prosedur medis, namun obat penenang diberikan
untuk membuat pasien tetap tenang selama operasi.
Jenis anestesi ini umumnya digunakan untuk prosedur pembedahan di pinggul, perut, dan
kaki.
- Anestesi epidural
Anestesi epidural adalah bentuk anestesi regional dengan cara kerja mirip anestesi spinal.
Perbedaannya, anestesi epidural disuntikkan di ruang epidural dan kurang menyakitkan
daripada anestesi spinal.
Epidural paling cocok digunakan untuk prosedur pembedahan pada panggul, dada, perut,
dan kaki.
3. Anestesi umum
Anestesi umum ditujukan membuat pasien sepenuhnya tidak sadar selama operasi.
Obat bius biasanya disuntikkan ke tubuh pasien atau dalam bentuk gas yang dilewatkan
melalui alat pernafasan.
Pasien sama sekali tidak akan mengingat apapun tentang operasi karena anestesi umum
memengaruhi otak dan seluruh tubuh.
Selama dalam pengaruh anetesi, fungsi tubuh yang penting seperti tekanan darah,
pernapasan, dan suhu tubuh dipantau secara ketat.
http://www.amazine.co/18353/ketahui-3-jenis-anestesi-dan-efek-sampingnya/
Anestesi
Anestesi atau pembiusan adalah pengurangan atau penghilangan sensasi untuk
sementara, sehingga operasi atau prosedur lain yang menyakitkan dapat dilakukan.
lokal, yang membuat mati rasa bagian tubuh yang akan diambil tindakan.
Tidur yang diinduksi anestesi tidak sama dengan tidur biasa, tetapi suatu bentuk
ketidaksadaran sementara yang secara hati-hati dikendalikan oleh dokter anestesi.
Setiap jenis operasi membutuhkan pengelolaan jumlah yang tepat dari anestesi.
Sepanjang prosedur, berbagai jenis obat-obatan ditambahkan atau dihapus untuk
mengurangi rasa sakit dan mempertahankan tingkat ketidaksadaran yang tepat.
Untuk beberapa operasi, pilihan terbaik adalah menggabungkan bius lokal seperti spinal
atau epidural dengan obat-obatan anestesi untuk membuat pasien mengantuk.
http://kamuskesehatan.com/arti/anestesi/
Rahang adalah salah satu dari dua struktur yang membentuk, atau berada di dekat jalan masuk,
ke mulut. Pada sebagian besar vertebrata, kedua rahang berhadapan secara vertikal, membentuk
rahang atas dan bawah, sedangkan pada arthropoda, rahang saling berhadapan secara lateral.
Fungsi utama rahang adalah untuk pemasukan makanan, pintu masuk ke mulut, dan atau
pemrosesan awal makanan (mengunyah). Istilah rahang juga secara umum digunakan untuk
keseluruhan struktur yang membentuk rongga mulut dan berfungsi membuka dan menutup mulut.
Rahang terbagi menjadi 2, yaitu Rahang atas (Os Maxilla) dan Rahang bawah (Os Mandibulla)
http://id.wikipedia.org/wiki/Rahang
http://www.wedaran.com/12527/penyakit-mata-penyebab-kebutaan/