Teori Askep Hipoglikemia
Teori Askep Hipoglikemia
Teori Askep Hipoglikemia
BAB 1
TINJAUAN TEORI
HIPOGLIKEMIA
1. 1
Tinjauan Medis
Pengertian.
Hipoglikemi adalah suatu keadaan, dimana kadar gula darah plasma puasa kurang dari
50 mg/%. (Marino : 1991).
Hipoglikemi bisa didefinisikan sebagai kadar gula yang rendah, biasanya kurang dari 3
mmol/L pada pembuluh vena dengan gejala dan tanda utama dimana harus secepatnya
dikenali. (Wong and Whaley : 1996).
1. 2
Etiologi
Populasi yang memiliki resiko tinggi mengalami hipoglikemi adalah:
Diabetes melitus
Parenteral nutrition
Sepsis
Enteral feeding
Corticosteroid therapi
Bayi dengan ibu dengan diabetik
Bayi dengan kecil masa kehamilan
Bayi dengan ibu yang ketergantungan narkotika
Luka bakar
Kanker pankreas
Penyakit Addisons
Hiperfungsi kelenjar adrenal
Penyakit hati
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
1. 3
Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam
beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada
suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system
saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah
dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar
glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi
tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.
Patogenesis (Arif Masjoer, 2001), pada waktu makan cukup tersedia sumber energi yang
diserap dari usus. Kelebihan energi disimpan sebagai makromolekul dan dinamakan fase
anabotik. 60% dari glukosa yang di serap usus dengan pengaruh insulin akan di simpan di
hati sebagai glikogen, sebagian dari sisanya akan disimpan di jaringan lemak dan otot sebagai
glikogen juga. Sebagian lagi dari glukosa akan mengalami metabolisme anaerob maupun
aerob untuk energi seluruh jaringan tubuh terutama otak sekitar 70% pemakaian glukosa
berlangsung di otak tidak dapat menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber energi.
Pencernaan dan penyerapan protein akan menimbulkan peningkatan asam amino di dalam
darah yang dengan bantuan insulin akan disimpan di hati dan otak sebagai protein. Lemak
diserap dari usus melalui saluran limfe dalam bentuk
kilomikron yang kemudian akan
dihidrolasi oleh lipoprotein lipase menjadi asam lemak. Asam lemak akan mengalami
esterifikasi dengan gliserol membentuk trigliserida, yang akan disimpan di jaringan
lemak.Proses tersebut berlangsung dengan bantuan insulin.
Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5-6 jam, kadar glukosa darah mulai turun
keadaan ini menyebabkan sekresi insulin juga menurun, sedangkan hormon kontraregulator
yaitu glukagon, epinefrin, kartisol, dan hormon pertumbuhan akan meningkat. Terjadilah
keadaan kortison sebaliknya (katabolik) yaitu sintetis glikogen, protein dan trigliserida
menurun sedangkan pemecahan zat-zat tersebut akan meningkat.
Pada keadaan penurunan glukosa darah yang mendadak: glukogen dan epinefrilah yang
sangat berperan. Kedua hormon tersebut akan memacu glikogenolisis, glukoneogenisis, dan
proteolisis di otot dan lipolisis di jaringan lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk
glukoneogenesis yaitu asam amino terutama alanin, asam laktat, piruvat, sedangkan hormon,
kontraregulator yang lain berpengaruh sinergistk glukogen dan adrenalin tetapi perannya
sangat lambat. Secara singkat dapat dikatakan dalam keadaan puasa terjadi penurunan insulin
dan kenaikan hormon kontraregulator. Keadaan tersebut akan menyebabkan penggunaan
glukosa hanya di jaringan insulin yang sensitif dan dengan demikian glukosa yang jumlahnya
terbatas hanya disediakan untuk jaringan otak.
Walaupun metabolik rantai pendek asam lemak bebas, yaitu asam asetoasetat dan
asam hidroksi butiran (benda keton) dapat digunakan oleh otak untuk memperoleh energi
tetapi pembentukan benda-benda keton tersebut memerlulan waktu beberapa jam pada
manusia. Karena itu ketogenesis bukan merupakan mekanisme protektif terhadap terjadinya
hipoglikemia yang mendadak.
Selama homeostatis glukosa tersebut di atas berjalan, hipoglikemia tidak akan terjadi.
Hipoglikemia terjadi jika hati tidak mampu memproduksi glukosa karena penurunan bahan
pembentukan glukosa, penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal.
1. 4
Manifestasi Klinis
Type hipoglikemi digolongkan menjadi beberapa jenis yakni:
Transisi dini neonatus ( early transitional neonatal ) : ukuran bayi yang besar ataupun
normal yang mengalami kerusakan sistem produksi pankreas sehingga terjadi hiperinsulin.
2) Hipoglikemi klasik sementara (Classic transient neonatal) : tarjadi jika bayi mengalami
malnutrisi sehingga mengalami kekurangan cadangan lemak dan glikogen.
3) Sekunder (Scondary) : sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi
peningkatan metabolisme yang memerlukan banyak cadangan glikogen.
4) Berulang ( Recurrent) : disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolisme
insulin terganggu.
a)
1)
b)
1)
2)
3)
4)
Sebagian besar penyebab hipoglikemi karena diabetes dengan pengobatan insulin atau
sulphonilurea
Penyebab hipoglikemi pada pasien sehat :
Obat
Alkohol
Salisilat
Monselektif Beta Bloker
5)
6)
7)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
a.
b.
8)
a.
1. 5
1)
2)
3)
4)
5)
6)
1. 6
1. 7
Pengobatan
Diberikan untuk yang masih sadar dan pasien yang kooperatif serta pasien tak sadar atau
tidak kooperatif.
1) Sadar dan kooperatif :
a) Obat oral
b) Minum-minuman kaya karbohidrat (glukolin, ensure, milo, air gula) dan sebagainya
2)
a)
b)
c)
d)
e)
1. 8
Prioritas Keperawatan
1) Memperbaiki cairan elektrolit dan keseimbanga asam basa.
2) Memperbaiki metabolisme abnormal.
3) Mengidentifikasi atau membantu penanganan terhadap penyebab / penyakit yang
mendasarinya.
4) Mencegah komplikasi
5) Memberikan informasi tentnng proses penyakit/ prognosis, perawatan diri dan kebutuhan
pengobatannya.
1. 9
Pemeriksaan Diagnostik
1) Kadar glukosa vena, ureum/elektrolit/creatinin, tesfungsi lever, darah lengkap dan
sebagainya.
2) Jika pasien tidak diabet diberi 1-2 extra kantung darah dalam es untuk serum insulin, Cpeptide dan cortisol untuk bahan evaluasi endokrine.
3) Pengobatan tidak perlu menunggu hasil laboratorium.
1. 10
Diagnosa Keperawatan Yang Muncul
1) Potensial komplikasi s.e kadar glukosa plasma yang rendah seperti, gangguan mental,
gangguan perkembangan otak, gangguan fungsi saraf otonom, koma hipoglikemi.
2) Potensial terjadi infeksi s.e penurunan daya tahan tubuh.
3) Potensial Ggn Keseimbangan cairan dan elektrolit s.e peningkatan pengeluaran keringat.
4) Keterbatasan gerak dan aktivitas s.e hipoglikemi pada otot.
1. 11
1)
1)
2)
3)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
2)
1)
2)
3)
4)
5)
6)
3)
1.
2.
1)
2)
3)
4)
1)
2)
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito (1997), L.J Nursing Diagnosis, Lippincott , New York
Manjoer, A, et al, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3, Jakarta, Medika aeusculapeus
Marino (1991), ICU Book, Lea & Febiger, London
Nelson (1993), Ilmu Kesehatan Anak, EGC, Jakarta
Suryono Slamet, et al, 2001, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid 2, edisi , Jakarta, FKUI
Suparman (1988), Ilmu Penyakit Dalam , Universitas Indonesia, Jakarta.
Wong and Whaley (1996) Peiatric Nursing ; Clinical Manual, Morsby, Philadelpia