Askep Hidrocephalus

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

ASKEP HIDROCEPHALUS

HIDROCEPHALUS

I. Pengertian. Hidrocephalus adalah sebuah kondisi yang disebabkan oleh produksi yang tidak seimbang dan penyerapan dari cairan cerebrospinal (CSF) di dalam sistem Ventricular. Ketika produksi CSF lebih besar dari penyerapan, cairan cerebrospinal mengakumulasi di dalam sistem Ventricular. II. Penyebab. Penyebab dari hidrosefalus adalah : Kelaianan bawahan( Konginetal ) Infeksi Neoplasma Perdarahan. III. Macam-macam hidrosefalus Hidrosefalus Non Komunikan ( Tipe tak berhubungan ): Terjadinya obstruksi pada aliran cairan serebro spinal. Hidrosefalus Komunikan( Tipe berhubungan ) : Kegagalan absobsi cairan serebro spinal. IV. Patofisiologi. Penyumbatan aliran CCS dalam sisstem ventrikel dan tempat absobsi dalam rongga subaracnoid dilatasi ruangan CSS diatasnya ( Foramen Monroi, foramen luschka dan magendie, sisterna magna dan sisterna basalis) pembentukan CSS yang berlebihan dan kecepatan absorsi yang normal Hidrosefalus. I. Pengkajian. A. Anamnesa. 1. Insiden : kelaliran denga hidrosefalus terjadi pada 5,8 bayi dai 10.000 kelahiran hidup Hidrosefalus dengan spinabifida terdapat kira-kira 3-4 bayi dari 1000 kelahiran hidup Type hidrosefalus obstruksi terdapat 99 % kasus pada anak-anak. 2. Riwayat kesehatan masa lalu: Terutama adanya riwayat luka / trauma dikepala atau infeksi di sebral 3. Riwayat kahamilan dan persalinan : Kelahiran yang prematur Neonatal meningitis Perdarahan subaracnoid Infeksi intra uterin Perdarahan perinatal,trauma/cidera persalinan. B. Pemeriksaan Fisik Biasanya adanya myelomeningocele, penguran lingkar kepala (Occipitifrontal) Pada hidrosefalus didapatkan : Tanda tanda awal : o Mata juling o Sakit kepala o Lekas marah o Lesu

o Menangis jika digendong dan diam bila berbaring o Mual dan muntah yang proyektil o Melihat kembar o Ataksia o Perkembangan yang berlangsung lambat o Pupil oedema o Respon pupil terhadap cahaya lambat dan tidak sama o Biasanya diikuti : perubahan tingkat kesadaran, opistotonus dan spastik pada ekstremitas bawah o Kesulitan dalam pemberian makanan dan menelan o Gangguan cardio pulmoner Tanda-tanda selanjutnya : o Nyeri kepala kepala diikuti dengan muntah-muntah o Pupil oedema o Strabismus o Peningkatan tekanan darah o Heart lambat o Gangguan respirasi o Kejang o Letargi o Muntah o Tanda-tanda ekstrapiramidal/ ataksia o Lekas marah o Lesu o Apatis o Kebingungan o Sering kali inkoheren o Kebutaaan C. Pemeriksaan Penunjang. Skan temograsfi komputer ( CT-Scan) mempertegas adanya dilatasi ventrikel dan membantui dalam memgidentifikasi kemungkinan penyebabnya( Neoplasma, kista,malformasi konginetal atau perdarahan intra kranial ) Fungsi ventrikel kadang digunakan untiuk menukur tekanan intra kranial menghilangkan cairan serebrospinal untuk kultur (aturan ditentukan untuk pengulangan pengaliran). EEG : untuk mengetahui kelainan genetik atau metabolik Transluminasi : Untuk mengetahui apakah adanya kelainan dalam kepala MRI : ( Magnetik resonance imaging ) : memberi informasi mengenai stuktur otak tanpa kena radiasi C. Penatalaksanaan Medis. Pasang parau untuk mengeluarkjan kelebihan CSS dari ventrikel lateral kebagian ekstrakranial ( biasanya peritonium untuk bayi dan anak-anak atau atrium pada remaja ) dimana hal tersebut dapat direabsorbsi Diagnosa keperawatan, Intervensi dan rasional. No. Diagnosa Tujuan /kriteria Intervensi Rasional Keperawatan hasil

1. 2. 3.

Potensial terhadap perubahan integritas kulit kepala b/d ketidakmampuan bayi dalam mengerakan kepala akibata peningkatan ukuran dan berat kepala Perubahan fungsi keluargab/d situasi krisis ( anak dalam catat fisik ) Resiko tinggi terjadi cidera b/d peningkatan tekanan intra kranial

Tidak terjadi gangguan integritas kulit dengan kriteria : Kulit utuh, bersih dan kering. Keluarga menerima keadaan anaknya, mampu menjelaskan keadaan penderita dengan kriteria : - Keluarga berpartisipa si dalam merawat anaknya dan secra verbal keluarga dapat mengerti tentang penyakit anaknya. Tidak terjadi peningkatan TIK dengan kriteria : - Tanda vital norma, pola nafas efektif, reflek cahaya positif,tidak tejadi gangguan kesadaran, tidak muntah dan tidak kejang.

Kaji kulit kepala setiap 2 jam dan monitor terhadap area yang tertekan Ubah posisi tiap 2 jam dapat dipertimbangka n untuk mengubaha kepala tiap jam. Hindari tidak adanya linen pada temap[t tidur Baringkan kepala pada bantal karet busa atau menggunakan tempat tidur air jika mungkin. Berikan nutrisi sesuai kebutuhan. Jelaskan secara rinci tentang kondisi penderita, prosedur, terapi dan prognosanya. Ulangi penjelasan tersebut bila perlu dengan contoh bila keluarga belum mengerti Klarifikasi kesalahan asumsi dan misskonsepsi Berikan

Untuk memantau keadaan integumen kulit secara dini. Untuk meningkatkan sirkulasi kulit. Linen dapat menyerap keringat sehingga kulit tetap kering Untuk mengurangi tekanan yang menyebabkan stess mekanik. Jaringan akan mudah nekrosis bila kalori dan protein kurang. Pengetahuan dapat mempersiapkan keluarga dalam merawat penderita. Keluarga dapat menerima seluruh informasi agar tidak menimbulkan salah persepsi Untuk menghindari salah persepsi Keluarga dapat mengemukakan perasaannya. Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK Penurunan

kesempatan keluarga untuk bertanya. Observasi ketat tanda-tanda peningkatan TIK Tentukan skala coma Hindari pemasangan infus dikepala Hindari sedasi Jangan sekalikali memijat atau memopa shunt untuk memeriksa fungsinya

keasadaran menandakakan adanya peningkatan TIK Mencegah terjadi infeksi sistemik Karena tingkat kesadaran merupakan indikator peningkatan TIK Dapat mengakibatan sumbatan sehingga terjdi nyeri kepala karena peningkatan CSS atau obtruksi pada ujung kateter diperitonial Keluarga dapat berpatisipasi dalam perawatan anak dengan hidrosefalus.

Ajari keluarga mengenai tanda-tanda peningkatan TIK

Asuhan Keperawatan Anak J E dengan Hidrosephalus Di IRD Lt. I RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tanggal 9 April 2002 Pengkajian. A. Identitas. Penanggung jawab Nama : Anak J E Nama : J H Umur : 4 tahun Umur : 40 th Suku bangsa : Jawa / Indonesia Suku bangsa : sda Agama : Islam Agama : Islam Pekerjaan : Swasta Pendidikan : SMA Alamat : Genangan Bandungan Surabaya sda B. Riwayat Penyakit. Riwayat penyakit sebelumnya: Menurut pengakuan orang tua sejak 4 bulan yang lalu anaknya pernah panas kemudian disertai mual dan kejang-kejang serta terlihat kepala anaknya mulai membesar kemudian oleh keluarga anaknya diantar ke wat di RSUD Madiun kemudian dirawat selama 7 hari dan pulang paksa dalam keadaan tidak sadar.

C. Riwayat penyakit sekarang. Pasien datang diantar oleh orang tuanya ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya tanggal 9 April 2002 Jam 09.00 WIB dalam keadaan tidak sadar ( apatis ) ,muntah tidak proyektil, suhu tubuh meningkat dari normal ( 38 C ), keadaan umum lemah, paralisa. D. Pemeriksaan fisik per sistem tubuh. 1. Sistem Pernafasan. Pada pengkajian sistem pernafasan tidak ditemukan adanya kelainan baik saat inspirasi maupun ekspirsi. 2. Sistem kardiovaskuler Tidak ditemukan adanya kelainan 3. Sistem persarafan. 1) Diagnosa keperawatan : Resiko tinggi injuri berhubungan dengan peningkatan tekanan intra kranial o Data obyektif : Tidak sadar, panas( 38 C), muntah tanpa proyektil, strabismus. serta gelisah,paralisa. o Data Subyektif : Orangnya mengatakan anaknya tidak sadar ,muntah tubuhnya panas. 2) Rencana tindakan. Tujuan : Tidak terjadi peningkatan tekanan intra kranial dengan kriteria : Tidak menunjukkan adanya tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial ( mual, muntah, kejang, gelisah ). 3) Tindakan keperawatan : Observasi ketat tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial. Rasional : Untuk mengetahui secara dini peningkatan TIK Tentukan skala tingkat kesadaran Rasional : Menurunnya kesadaran menunjukkan adanya tanda-tanda adanya peningkatan TIK. Ajari keluarga mengenai tanda-tanda peningkatan tekanan intra kranial Rasional : Keluarga dapat berpartisipasi dalam perawatan anaknya. Kolaborasi Rasional : Dapat mencegah atau mempercepat proses penyebuhan penyakit. 4) Evaluasi S : Orang tua mengatakan anaknya belum sadar O : kesadaran apatis, tidak ada mual dan muntah,tidak gelisah A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan sesuai rencana Diagnosa keperawatan no.2 Resiko terhadap perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan kerusakan kemampuan untuk mencapai tugas perkembangan Data obyektif: Peningkatan ukuran lingkar kepala yang abnormal,paralisa,bedres total.

Data subyektif: Orang tua mengatakan anaknya tidak dapat melakukan aktivitas seperti anak normal lainnya. Tujuan : Tidak terjadi gangguan pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Tindakan keperawatan: Observasi tanda dan gejala gangguan perkembangan secara dini Rasional : Akan mengetahui secara dini kelainan atau penyimpangan darikeadaan normal. Kolaborasi untuk tindakan pembedahan Membantu mempercepatan proses penyembuhan. Evaluasi : S : Orang mengatakan anaknya tidak dapat beraktifitas seperti biasa O : Anak dalam keadaan bedres total, kepala membesar. A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan sesuai rencana( persiapan tindakan operasi ) 4. Sistem Perkemihan. Tidak ditemukan adanya masalah atau kelainan,namun dalam keadaan sekarang pasien dalam keadaan apatis sehingga kebiasaan BAK dan BAB tidak dapat terkontrol. Diagnosa keperawatan : Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular Data obyektif : Pasien BAB dan BAK diatas tempat tidur, Paralisa Data Subyektif: Orang mengatakan anaknya tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Tujuan : Perubahan gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri. Tindakan keperawatan : Kaji kemampuan dan tingkat kekurangan untuk melakukan kebutuhan sehari-hari Rasional Membantu dalam mengantisipasi atau merencanakan pemenuhan kebutuhan secara individual. Identifikasikasi kebiasaan BAB dan BAK sebelumnya Rasional : Mengkaji perkembangan program latihan. Libatkan keluarga dalam perawatan Rasional : Keluarga memahami tentang pentingnya pemenuhan BAB dan Bak dalam perawatan. Evaluasi : S : Orang mengatakan anaknya BAK dan BAB selalu dibantu O : Pasien dalam keadaan bedres total A : Masalah teratasi sebagian P : Lanjutkan sesuai rencana. 5) Sistem Pencernaan. Diagnosa keperawatan Resiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan muntah sekunder akibat peningkatan TIK

Data Obyektif: Pasien muntah, kesadaran apatis,terpasang infus RL 16 x/menit, bibir tampak kering. Data subyektif: Orang mengatakan anaknya tidak mau minum sejak 2hari yang lalu. Tujuan : Tidak terjadi kekurangan volume cairan dalam tubuh dengan kriteria : Pasien tidak haus, mau minum, bibir tidak kering. Tindakan keperawatan: Observasi ketat intake dan output Rasional : Menentukan data dasar dari pada cairan tubuh. Kolaborasi dalam pemeriksaan laboratorium Rasional : Mengkaji hidrasi dan keefektifan / kebutuhan intervensi Berikan cairan infus sesuai pesanan Rasional Mempertahan volume sirkulasi cairan dalam tubuh Evaluasi S : Orang mengatakan anaknya muntah-muntah sejak jam 05.00 tanggal 9-4-2002 O : Pasien terpasang infus RL 16 x/menit makro, panas ( 38 C), bibir tampak kering A : Masalah teratasi P : Dilanjutkan sesuai rencana
Daftar Pustaka

Whaley and Wong ( 1995 ), Nursing Care of infants and children, St.Louis : Mosby year Book Doenges M.E, ( 1999), Rencana Asuhan keperawtan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien, EGC, Jakarta Lynda Juall Carpenito, ( 2000) Buku Saku : Diagnosa Keperawatan, Ed.8, EGC, Jakarta Soetomenggolo,T.S . Imael .S , ( 1999 ), Neorologi anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta Halminto,MP, ( 1995 ), Dasar- dasar keperawatan maternitas, Ed. VI, EGC, Jakarta

ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPHALUS


ASUHAN KEPERAWATAN HIDROCEPHALUS A. Konsep Medis 1. Definisi Merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang progresif pada sistem ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringanjaringan serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruangruang tempat mengalirnya liquor. Beberapa tipe hydrocephalus berhubungan dengan kenaikan tekanan intracranial.

Hidocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinal dengan adanya tekanan intrakranial (TIK) yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengeluarkan liguor. Hidrocefalus adalah kelebihan cairan cerebrospinalis di dalam kepala. Biasanya di dalam sistem ventrikel atau gangguan hidrodinamik cairan liguor sehingga menimbulkan peningkatan volume intravertikel. Hidrocefalus adalah keadaan patologik otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan cerebrospinalis di dalam kepala (CSS) dengan atau pernah dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat ruangan tempat mengalirnya CSS. Hidrocefalus adalah suatu kondisi dimana terjadi pembesaran sistem ventrikular akibat ketidakseimbangan antara produksi dan absorbsi cairan cerebrospinal (CSF: Cerebrospinal Fluid). 2. Etiologi Penyebab penyumbatan aliran CSS yang sering terdapat pada bayi adalah: 1. Kelainan bawaan a. Stenosis Aquaductus sylvii Merupakan penyebab yang paling sering pada bayi/anak (60-90%) Aquaductus dapat berubah saluran yang buntu sama sekali atau abnormal ialah lebih sempit dari biasanya. Umumnya gejala Hidrocefalus terlihat sejak lahir/progresif dengan cepat pada bulan-bulan pertama setelah lahir. b. Spina bifida dan cranium bifida Biasanya berhubungan dengan sindrom Arnold-Chiari akibat tertariknya medula spinalis dengan medula oblongata dan cerebelum, letaknya lebih rendah dan menutupi foramen magnum sehingga terjadi penyumbatan sebagian/total. c. Sindrom Dandy-Walker Merupakan atresia congenital foramen luscha dan mengendie dengan akibat Hidrocefalus obstruktif dengan pelebran sistem ventrikel terutama ventrikel IV sehingga merupakan krista yang besar di daerah losa posterior. 2. Infeksi Akibat infeksi dapat timbul perlekatan meningen. Secara patologis terlihat penebalan jaringan piamater dan araknoid sekitar sisterna basalis dan daerah lain. Penyebab lain infeksi adalah toxoplasmosis. 3. Perdarahan

Perdarahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak, dapat menyebabkan fibrosis leptomeningen terutama pada daerah basal otak, selain penyumbatan yang terjadi akibat organisasi dari darah itu sendiri (Allan H. Ropper, 2005:360). 4. Neoplasma Hidrosefalus oleh obstruksi mekanik yang dapat terjadi di setiap tempat aliran CSS. Pada anak yang terbanyak menyebabkan penyumbatan ventrikel IV atau akuaduktus Sylvii bagian terakhir biasanya suatu glioma yang berasal dari serebelum, penyumbatan bagian depan ventrikel III disebabkan kraniofaringioma.

3. Patofisiologi Jika terdapat obstruksi pada sistem ventrikuler atau pada ruangan sub arachnoid, ventrikel serebral melebar, menyebabkan permukaan ventrikuler mengkerut dan merobek garis ependymal. White mater dibawahnya akan mengalami atrofi dan tereduksi menjadi pita yang tipis. Pada gray matterterdapat pemeliharaan yang bersifat selektif, sehingga walaupun ventrikel telah mengalami pembesaran gray matter tidak mengalami gangguan. Proses dilatasi itu dapat merupakan proses yang tibatiba/akut dan dapat juga selektif tergantung pada kedudukan penyumbatan. Proses akut itu merupakan kasus emergency. Pada bayi dan anak kecil sutura kranialnya melipat dan melebar untuk mengakomodasi peningkatan massa cranial. Jika fontanela anterior tidak tertutup dia tidak akan mengembang dan terasa tegang pada perabaan. Stenosisaquaductal (Penyakit keluarga/keturunan yang terpaut seks) menyebabkan titik pelebaran pada ventrikel laterasl dan tengah, pelebaran ini menyebabkan kepala berbentuk khas yaitu penampakan dahi yang menonjol secara dominan (dominan Frontal blow). Syndroma dandy walkker akan terjadi jika terjadi obstruksi pada foramina di luar pada ventrikel IV. Ventrikel ke IV melebar danfossae posterior menonjol memenuhi sebagian besar ruang dibawah tentorium. Klien dengan tipe hidrosephalus diatas akan mengalami pembesaran cerebrumyang secara simetris dan wajahnya tampak kecil secara disproporsional. Pada orang yang lebih tua, sutura cranial telah menutup sehingga membatasi ekspansi masa otak, sebagai akibatnya menujukkan gejala : Kenailkan ICP sebelumventrikel cerebral menjadi sangat membesar. Kerusakan dalam absorbsi dan sirkulasi CSF pada hidrosephalus tidak komplit. CSF melebihi kapasitas normal sistim ventrikel tiap 6 8 jam dan ketiadaan absorbsi total akan menyebabkan kematian. Pada pelebaran ventrikular menyebabkan robeknya garis ependyma normal yang pada didning rongga memungkinkan kenaikan absorpsi. Jika route kolateral cukup untuk mencegah dilatasi ventrikular lebih lanjut maka akan terjadi keadaan kompensasi.

4. Klasifikasi

Hidrosephalus pada anak atau bayi pada dasarnya dapat di bagi dua (2 ) : 1) Kongenital Merupakan Hidrosephalus yang sudah diderita sejak bayi dilahirkan, sehingga; a. Pada saat lahir keadaan otak bayi terbentuk kecil b. Terdesak oleh banyaknya cairan didalam kepala dan tingginya tekanan intrakranial sehingga pertumbuhan sel otak terganggu. 2) Di dapat Bayi atau anak mengalaminya pada saat sudah besar, dengan penyebabnya adalah penyakit penyakit tertentu misalnya trauma, TBC yang menyerang otak dimana pengobatannya tidak tuntas. Pada hidrosefalus di dapat pertumbuhan otak sudah sempurna, tetapi kemudian terganggu oleh sebab adanya peninggian tekanan intrakranial. Sehingga perbedaan hidrosefalus kongenital dengan di dapat terletak pada pembentukan otak dan pembentukan otak dan kemungkinan prognosanya. Berdasarkan letak obstruksi CSF hidrosefalus pada bayi dan anak ini juga terbagi dalam dua bagianyaitu : 1. Hidrosefalus komunikan Apabila obstruksinya terdapat pada rongga subaracnoid, sehingga terdapat aliran bebas CSF dal;am sistem ventrikel sampai ke tempat sumbatan. 2. Hidrosefalus non komunikan Apabila obstruksinya terdapat terdapat didalam sistem ventrikel sehingga menghambat aliran bebas dari CSF. Biasanya gangguan yang terjadi pada hidrosefalus kongenital adalah pada sistem vertikal sehingga terjadi bentuk hidrosefalus non komunikan. 5. Manifestasi Klinis 1. Bayi a. Kepala menjadi makin besar dan akan terlihat pada umur 3 tahun b. Keterlambatan penutupan fontanela anterior, sehingga fontanela menjadi tegang, keras, sedikit tinggi dari permukaan tengkorak c. Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial, meliputi: Muntah

Gelisah Menangis dengan suara ringgi Peningkatan sistole pada tekanan darah, penurunan nadi, peningkatan pernafasan dan tidak teratur, perubahan pupil, lethargi stupor

d. Peningkatan tonus otot ekstrimitas e. Tanda tanda fisik lainnya ; Dahi menonjol bersinar atau mengkilat dan pembuluh pembuluh darah terlihat jelas. Alis mata dan bulu mata ke atas, sehingga sclera telihat seolah olah di atas iris. Bayi tidak dapat melihat ke atas, sunset eyes Strabismus, nystagmus, atropi optik. Bayi sulit mengangkat dan menahan kepalanya ke atas.

2. Anak yang telah menutup suturanya Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial : a. Nyeri kepala

b. Lethargi, lelah, apatis, perubahan personalitas c. Ketegangan dari sutura cranial dapat terlihat pada anak berumur 10 tahun. d. Penglihatan ganda, kontruksi penglihatan perifer e. Strabismus f. Perubahan pupil.

6. Komplikasi Hidrocefalus 1. Peningkatan TIK 2. Kerusakan otak 3. Infeksi: septisemia, infeksi luka nefritis, meningitis, ventrikulitis, abses otak 4. Emboli otak

5. Obstruksi vena kava superior 6. Shunt tidak berfungsi dengan baik akibat obstruksi mekanik 7. Fisik dan intelegent kurang dari normal, gangguan penglihatan 8. Kematian

7. Pengobatan Pada sebagian penderita pembesaran kepala berhenti sendiri (arrestetd hydrocephalus), mungkin oleh reka nalisa ruang subaraknoid atau konpensasi pembentukan CSS yang berkurang (Laurence, 1965). Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%, kecuali bila penyebabnya adalah tumor yang masih dapat diangkat. ` Ada tiga prinsip pengobatan hydrocephalus:

1. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi, akan tetapi hasilnya tidak memuaskan. Obat azeta zolamid (diamox) dikatakan mempunyai hasiat inhibasi pembentukan CSS. 2. Memperbaikai hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi yankni menhubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Missal, ventrikulosisternostomi torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya kurang memuaskan, karena sudah ada insufisiensi fungsi absorpsi. 3. Pengeluaran CSS kedalam organ ekstracranial. a. Drainase ventrikulo-peritoneal b. Drainase lombo-peritoneal c. Drainase ventrikulo-pleural d. Drainase ventrikul-ureterostomi e. Drainase kedalam antrum mastoid f. Cara yang kini dianggap terbaik yakni mengalirkan CSS kedalam vena jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil (holter valve) yang memungkinkan pengaliran CSS ke satu arah. Keburukan cara ini ialah bahwa kateter harus diganti sesuai dengan pertumbuhan anak. Hasilnya belum memuaskan karena masih sering terjadi infeksi sekunder dan sepsis.

B. Asuhan Keperawatan I.Pengkajian Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan diagnosis status kesehatan klien. (Nursalam, 2001). 1. Anamnese a. Riwayat penyakit / keluhan utama Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan pupil, kontriksi penglihatan perifer. b. Riwayat Kesehatan Dari riwayat kesehatan pasien dengan hidrosefalus dapat menunjukkan adanya a) Riwayat trauma sewaktu lahir b) Riwayat penyakit dahulu, misal: perdarahan sebelum dan sesudah lahir, infeksi, neoplasma c) Riwayat keluarga 2. Pemeriksaan Fisik

nspeksi : 1) Anak dapat melihat keatas atau tidak. 2) Pembesaran kepala. 3) Dahi menonjol dan mengkilat serta pembuluh dara terlihat jelas.

alpasi 1) Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar. 2) Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

emeriksaan Mata 1) Akomodasi. 2) Gerakan bola mata. 3) Luas lapang pandang

4) Konvergensi. 5) Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas. 6) Stabismus, nystaqmus, atropi optic. 3. Observasi Tanda tanda vital Didapatkan data data sebagai berikut : a. Peningkatan sistole tekanan darah. b. Penurunan nadi / Bradicardia. c. Peningkatan frekwensi pernapasan. 4. Diagnosa Klinis : a. Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang ) b. Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi Crakedpot (Mercewens Sign) c. Opthalmoscopy : Edema Pupil. d. CT Scan Memperlihatkan (non invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi komputer. e. Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

Penyimpangan KDM Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inmobilitas fisik ditandai dengan lesi di area oksipital 2) Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah keotak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar. 3) Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamsi karena masuknya bakteri ditandai dengan peningkatan suhu tubuh pasien. 4) Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensori persepsi (penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon. 5) Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK

III. Rencana Intervensi Diagnosa 1 Gangguan integritas kulit berhubungan dengan inmobilitas fisik ditandai dengan lesi di area oksipital Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .X 24 jam diharapkan klien mampu mempertahankan keutuhan kulit . Ktiteria hasil: Tidak ada tanda-tanda kemerahan/luka. Intervensi: Ubah posisi setiap dua jam Rasional: menghindari tekanan dan meningkatkan aliran darah Observasi eritema, kepucatan dan palpai area sekitar terhadap kehangatan dan pelunakan jaringan setiap pengubahn posisi. Rasional: hangat dan pelunakan adalah tanda perusakan jaringan. Jaga kebersih seminimal mungkin, hindari paparan terhadap panas pada kulit Rasional: mempertahankan keutuhan kult. I n s t r u k s i k a n p e n g u n j u n g u n t u k mencuci tangan saat memasuki danmeninggalkan ruangan klien Rasional: Mencegah resiko infeksi nosokomial. C u c i t a n g a n s e b e l u m d a n s e s u d a h setelah melakukan perawatan kepadaklien. Rasional: Mencegah resiko infeksi nosokomial Diagnosa 2 Perfusi jaringan cerebral tidak efektif berhubungan dengan penurunan aliran darah keotak ditandai dengan vena-vena di area cerebral melebar, sutura melebar. Tujuan :

Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .x24 jam, diharapkan perfusijaringan serebral kembali efektif Kriteria hasil : Tidak ada tanda-tanda peningkatan tekanan intracranial. Intervensi: Observasi pupil atau perubahan tanda-tanda vital, penurunan tingkat kesadaran dan/atau fungsi motor Rasional: Memberikan deteksi awal danintervensi untuk meminimalkan penekanan intrakrania Baringkan klien dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal. Rasional: Perubahan pada tekanan intrakranial akan dapat menyebabkan risiko terjadinya herniasi otak Monitor tanda-tanda vital seperti suhu dan frekuensi pernapasan. Rasional: Mengetahui keadaaan umum klien Monitor kadar hemoglobin darah (nilai normal : 9,0-14,0 g/dL) Rasional: Hemoglobin berperan dalampengangkutan oksigen ke jaringanotak Diagnosa 3 Hipertermi berhubungan dengan adanya respon inflamsi karena masuknya bakteri ditandai dengan ingkatan pensuhu tubuh pasien Tujuan : Setelah diberikan asuha n keperawatan selama x24 jam, diharapkan hipertermi teratasi. Kriteris hasil : Suhu klien dalam batas normal Mandikan klien dengan mengunakan air hangat Rasional: Meningkatkan kenyamanan klien Ciptakan lingkungan yang nyaman bagi klien Rasional: Lingkungan yang nyaman akan mampu meningkatkan perbaikan status kesehatan klien. Sesuaikan temperatur ruangan dengan kebutuhan klien

Rasional: Menjaga suhu yang sesuai dalam meningkatkan perbaikan status kesehatan klien. Berikan kompres hangat Rasional: Menurunkan suhu tubuh kliensehingga dapat berada dalam batasnormal

Diagnosa 4 Gangguan sensori persepsi visual berhubungan dengan perubahan sensori persepsi(penekanan cranial 2) ditandai dengan sunset phenomenon. Tujuan: Setelah diberikan asuhan selama ..x24 jam diharapkan gangguan sensori persepsi visual klien berkurang Kriteria hasil : Kemampuan penglihatan klien meningkat Sunset phenomenon berkurang Intevensi: Gunakan siaran TV sebagai bagaian dari rencana program stimulasi sensorik Rasional: Meningkatkan kemampuan sensorik klien. Monitor adanya tanda kemerahan pada mata klien Rasional: Kemerahan pada mata menunjukkaniritasi ringan Bantu klien untuk tidak menyentuh mata bagian dalam Rasional: Menyentuh mata bagian dalam dapat meningkatkan resiko infeksi dan iritasi Diagnosa 5 Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan TIK Tujuan: setelah diberikan asuhan diharapkan rasa nyeri akan berkurang/hilang Kriteria hasil: Klien merasa nyaman

Intervensi: Tampilkan pengkajian secara menyeluruh tentang nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekwensi, kualitas, intensitas dan faktor predisposisi nyeri. Rasional: pengkajian menyeluruh memudahkan dalam penaganan nyeri Observasi isyarat non verbal dari ketidak nyamanan, terutama jika tidak dapat berkomunikasi secara efektif. Rasional: isyarat non verbal dapat memberikan gambaran tingkat nyeri yang dialami klien Pastikan pasien menerima analgesik yang tepat. Rasional: pemberian analgesik untuk mengurangai rasa nyeri Ajarkan untuk menggunakan teknik nonfarmokologi (misal : relaksasi, guided imagery, therapi musik, distraksi, dll). Rasional: tekhnik relaksasi dapat mengurangi rasa nyeri

DAFTAR PUSTAKA

Doenges Marilyn E, dkk. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: Egc Guyton,Hall. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: Egc Ruspeno Hasan,dkk. 2007. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 2. Jakarta: Fakultas Kedokteran Indonesia http://yusniraharjo.wordpress.com/2009/06/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-hidrosefalus/ http://putrisayangbunda.blog.com/2009/11/30/asuhan-keperawatan-pada-klien-hidrosefalus-2/

Anda mungkin juga menyukai