Produksi Metabolit Sekunder Dengan Kultur Jaringan
Produksi Metabolit Sekunder Dengan Kultur Jaringan
Produksi Metabolit Sekunder Dengan Kultur Jaringan
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI )AKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNI"ERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA *'&%
A# Pen+ahuluan Permasalah yang kerap muncul dalam industri farmasi adalah pengadaan bahan baku obat. Salah satu sumber bahan baku obat tersebut berasal dari metabolit sekunder yang diproduksi oleh tanaman. Namun, produksi metabolit sekunder secara konvensional pada tanaman biasanya memiliki kadar yang sedikit. Salah satu metode yang digunakan untuk menghasilkan metabolit sekunder yaitu dengan menggunakan metode bioteknologi. Metode bioteknologi telah terbukti dapat meningkatkan beberapa produksi beberapa metabolit sekunder pada tanaman. Salah satu metode bioteknologi yang dimanfaatkan untuk memproduksi metabolit sekunder yaitu kultur aringan tanaman. !ultur aringan yaitu metode perbanyakan organ, aringan, sel, atau bagian sel di dalam suatu media yang sessuai secara aseptic dengan tu uan tertentu yang sifat"sifatnya akan sama dengan sifat genetik induknya #Santosa, $%%&'. (anaman memiliki daya regenerasi yang kuat, hal ini telah lama disadari dan ini adalah merupakan titik tolak berkembangnya industri kultur aringan tanaman. )eberapa peneliti mengembangkan hasil penelitian sebelumnya bah*a sel+ aringan dapat ditanam secara terpisah dalam suatu kultur+media tertentu. ,saha pengembangan tanaman dengan metoda kultur aringan tanaman merupakan usaha perbanyakan varietas tanaman+spesies tanaman secara vegetatif. Spesies tanaman yang sering dikembangkan adalah tanaman hias, bunga, tanaman pertanian seperti sayur"sayuran, buah" buahan. Selain untuk perbanyakan varietas tanaman, saat ini kultur aringan diarahkan untuk beberapa tu uan, antara lain untuk memproduksi metabolit sekunder #alkaloid, flavonoid, dll'. Prinsip budidaya melalui kultur aringan bertitik tolak dari teori sel yang ditemukan oleh Schleiden dan Sch*ann, bah*a sel memiliki kemampuan autonom bahkan memiliki sifat totipotensi. (otipotensi merupakan kemampuan tiap"tiap sel yang diambil dari bagian manapun, yang ika diletakkan pada lingkungan sesuai akan tumbuh men adi tanaman yang sempurna. Produksi metabolit sekunder melalui kultur in vitro sel atau organ merupakan alur yang lebih tepat dibandingkan dengan mengkonstruksi suatu mikroba untuk melakukan fungsi"fungsi sintesis produk sekunder. Metabolit sekunder yang dipergunakan dalam industry diisolasi dari berbagai enis tanaman. Sebagian dari tanaman ditemukan tumbuh liar ditepi
urang atau ditengah hutan. Disamping faktor habitat tumbuh pada tempat yang sukar dicapai dan umur yang pan ang, variasi kandungan metabolit penting, karena genotype dan lingkungan telah menimbulkan masalah untuk produksi skala industri. Oleh karena itu, penggunaan sisitem in vitro membuka suatu alternative yang menarik untuk produk"produk yang suplai bahan mentahnya tidak dapat dipastikan B# Meta,-lit Sekun+e Metabolit sekunder adalah senya*a metabolit yang tidak esensial bagi pertumbuhan organisme dan ditemukan dalam bentuk yang unik atau berbeda" beda antara spesies yang satu dan lainnya. Senya*a ini umumnya mempunyai kemampuan bioaktifitas dan berfungsi sebagai pelindung tumbuhan tersebut dari gangguan hama penyakit untuk tumbuhan itu sendiri atau lingkungannya. Sebagian besar dari metabolik sekunder adalah turunan dari lemak. Setiap organisme biasanya menghasilkan senya*a metabolit sekunder yang berbeda" beda, bahkan mungkin satu enis senya*a metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies dalam suatu kingdom. Senya*a ini uga tidak selalu dihasilkan, tetapi hanya pada saat dibutuhkan sa a atau pada fase"fase tertentu. -ungsi metabolit sekunder adalah untuk mempertahankan diri dari kondisi lingkungan yang kurang menguntungkan, misalnya untuk mengatasi hama dan penyakit, menarik polinator, dan sebagai molekul sinyal. Secara umum kandungan metabolit sekunder dalam bahan alam hayati dikelompokkan berdasarkan sifat dan reaksi khas suatu metabolit sekunder dengan pereaksi tertentu. .tas dasar ini, kandungan metabolit sekunder dapat dikelompokkan sebagai berikut : /. .lkaloid Merupakan suatu golongan senya*a organik yang terbanyak ditemukan di alam. 0ampir seluruh senya*a alkaloida berasal dari tumbuh"tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai enis tumbuhan. Semua alkaloida mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian besar atom nitrogen ini bagian dari cincin heterosiklik. 0ampir semua alkaloid yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun tetapi ada pula yang sangat berguna dalam pengobatan. .lkaloid dapat ditemukan dalam berbagai
bagian tumbuhan seperti bi i, daun, ranting dan kulit batang. Sifat fisika dan kimia alkaloid : a. )erupa kristal, amorf, dan ada yang cair #nikotina dan sparteina' b. (idak ber*arna c. 1ika bersifat basa, larut dalam pelarut organic d. 2aram alkaloida larut dalam air, tidak larut dalam pelarut organic .lkaloid biasanya diklasifikasikan menurut sifat seperti : a. .lkaloida #alkaloid se ati' .lkaloida mengandung nitrogen dalam cincin heterosiklik, berasal dari asam amina.biasanya terdapat dalam tumbuhan sebagai asam organik. b. Proto alkaloida Proto alkaloida berasal dari asam amino, tetapi nitrogennya tidak terletak pada cincin heterosiklik. c. .senda alkaloida .senda alkaloida tidak difotosintesis dari asam amino, $ macam asenda alkaloida yang terpenting adalah alkaloida steroida, misalnya konssina dan alkaloid purina, misalnya koffeina. $. (riterpenoid + Steroid (riterpenoid merupakan senya*a yang kerangka karbonnya berasal dari enam satuan isoprene dan secara biosinesis dirumuskan dari hidrokarbon yang kebanyakan berupa alkohol, aldehid, dan asam karbohidrat. Senya*a ini tidak ber*arna, berbentuk kristal, bertitik leleh tinggi dan bersifat optis aktif. Steroid adalah golongan senya*a triterpenoid yang mengandung inti siklopentana perhidrofenantren yaitu dari tiga cincin sikloheksana dan sebuah cincin siklopentana. 3. -lavonoid Merupakan senya*a metabolit sekunder yang banyak terdapat pada tumbuh"tumbuhan. Selain itu, merupakan senya*a fenil propanoid dengan kerangka karbon 45"43"45. .rtinya kerangka karbonnya terdiri dari dua gugus 45 disambung dengan rantai alifatik tiga karbon. Sebagian besar senya*a flavonoid ditemukan di alam dalam bentuk glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada suatu gula.
6. -enolik Merupakan kelompok senya*a aromatik dengan gugus fungsi hidroksil. Sisi dan umlah grup hidroksil pada grup fenol diduga memiliki hubungan dengan toksisitas relatif mereka terhadap mikroorganisme dengan bukti bah*a 7. Saponin Merupakan kelompok senya*a dalam bentuk glikosida terpenoid + steroid. Saponin ada pada seluruh tanaman dengan konsentrasi tinggi pada bagian"bagian tertentu, dan dipengaruhi oleh varietas tanaman dan tahap pertumbuhan. Dikenal dua enis saponin yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal. !edua enis saponin ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak larut dalam 8ter. Saponin triterpenoid dapat mempunyai asam oleanolat sebagai aglikonnya dan asam ini ditemukan uga bebas, meskipun demikian dalam beberapa kasus, aglikonnya hanya dikenal sebagai sapogenin. 5. !umarin Merupakan kelompok senya*a fenol yang umumnya berasal dari tumbuhan tinggi dan arang ditemukan pada mikroorganisme, kumarin ini mempunyai kerangka 45"43. Senya*a kumarin dibagi empat kelompok : !umarin sederhana dan turunannya yang berupa hasil hidroksidasi alkoksida, glikosida. 4ontohnya : suberosin. -urano kumarin enis linear dan anguler, dimana terdapat subtitusi pada posisi ben9oid. 4ontohnya : angelicin. Pyranokumarin analog dengan furano kumarin tapi memiliki cincin en9im pada subtituennya. 4ontohnya : :antyletin. !umarin yang tersubtitusi pada cincin purin. Seperti 6"hidroksi kumarin. ;. <at *arna kuinon Merupakan suatu heterosikel cincin terpadu yang strukturnya berubah dengan naftalena, tetapi dengan nitrogen pada posisi isokaindina adalah isomer $"nya. hidroksitasi yang meningkat menyebabkan toksisitas yang meningkat.
&. !arotenoid Senya*a turunan dari isoprena yang berantai pan ang. !arotenoid adalah golongan senya*a kimia organik bernutrisi yang terdapat pada pigmen alami tumbuhan dan he*an. )erdasarkan struktur kimianya, karotenoid masuk kedalam golongan ttiterpenoid. !arotenoid merupakan 9at yang menyebabkan *arna merah, kuning, orange, dan hi au pada buah dan sayuran. Peran penting karotenoid adalah sebagai agen antioksidan dan dalam sistem fotosintesis. Selain itu karotenoid uga dapat diubah men adi vitamin esensial. .# P -+uksi Meta,-lit Sekun+e +engan Kultu Ja ingan (umbuhan merupakan sumber utama senya*a"senya*a kimia yang digunakan untuk industri farmasi, industri makanan, minyak *angi. )anyak dari senya*a tersebut diekstrak dari tumbuhan tropis, namun karena ketersediaan, biaya yang mahal serta struktur senya*a tersebut yang sangat kompleks, hal ini men adi tidak ekonomis. Metabolit sekunder tanaman dihasilkan dari proses metabolisme respirasi dan melalui kultur aringan dapat ditingkatkan kandungan metabolit sekunder bahkan dari yang tidak ada men adi ada dengan penambahan senya*a"senya*a yang merupakan prekursor. Dalam usaha menghasilkan metabolit sekunder untuk skala besar, sangat diperlukan pemahaman yang besar tentang tingkah laku sel, biosintesis metabolit sekunder didalam tubuh tanaman tersebut. Oleh karena itu, biosintesis metabolit sekunder dengan menggunakan kultur aringan men adi alternatif pilihan dan akhirnya men adi tu uan yang berharga. )erikut ini beberapa usaha untuk memperbaiki dan meningkatkan produksi metabolit sekunder adalah &# Penggunaan )usi Sel Untuk P -+uksi Sen/a0a Meta,-lik Sekun+e Produksi senya*a metabolit sekunder bisa dilakukan dengan kultur sel tanaman. .kan tetapi, produktivitas kultur sel masih lebih rendah daripada produktivitas tanaman di lapang. .khir"akhir ini, sudah dilaporkan beberapa lini sel yang berhasil dimantapkan dengan melakukan seleksi. =ini"lini sel ini menghasilkan senya*a metabolit sekunder dalam
umlah besar. !ultur protoplast uga sudah digunakan untuk pemuliaan tanaman, untuk mendapatkan muatan yang resisten terhadap obat"obatan, dan au:otrof serta untuk hibridisasi somatik. Sebagian besar tanaman yang dipela ari berasal dari genus Solanaceae. (eknologi protoplast yang dikembangkan dari kultur protoplast yang berasal dari lini"lini sel yang menghasilkan metabolit sekunder dalam umlah besar akan men adi bidang yang penting dalam teknologi kultur aringan tanaman. !ultur protoplast penting untuk menyeleksi sel tunggal yang mengandung metabolit sekunder dalam umlah tinggi. >amada #/?&7' sudah mengkulturkan protoplast #klon sel tunggal' dari lini sel 4optis yang memproduksi se umlah besar Berberine. Dari protoplast tersebut kemudian berhasil diinisiasi koloni kalus dan kandungan berberinnya dianalisis. (ernyata kemudian didapatkan bah*a lini"lini sel yang berasal dari protoplast mempunyai kandungan berberin yang serupa dengan lini sel induknya. Pertumbuhan lini sel dari protoplast lebih besar dari pada lini sel induknya. 0al yang menarik adalah lini"lini sel yang berasal dari protoplast menun ukkan variasi kromosom meskipun setiap klon diturunkan dari protoplast tunggal. Dengan mempergunakan kultur protoplast, hal ini penting untuk mendapatkan lini sel yang tumbuh sangat cepat akan menghasilkan hibridoma tanaman. *# Seleksi sel Seleksi !lon pada kultur aringan tanaman telah digunakan untuk mendapatkan lini sel yang menghasilkan produk metabolit sekunder dalam umlah besar. Seleksi ini telah berhasil meningkatkan metabolit sekunder pada beberapa lini sel tanaman. Pada tanaman Morinda citrifolia seleksi telah meningkatkan produksi Anthraquinone /% kali lebih tinggi dari pada tanaman dilapang #<enk et al., /?;7'. Pada tanaman ubi alar, lini sel yang menghasilkan Antosianin tinggi uga dihasilkan dengan cara seleksi kultur kalus #No9ue et al., /?&5'. Sedang pada tanaman Polygonum tinchtorium .it, seleksi agregat telah meningkatkan kandungan Antosianin 6 kali kultur tanpa seleksi pada kultur suspensi sel telah menghasilkan /% kali lebih tinggi #8rna*ati et al., /??/ a, b'. >amamoto et al.,#/?&$'
melaporkan bah*a seleksi lini sel pada Euphorbia millii meningkatkan kandungan Antosianin tu uh kali lebih tinggi dari kandungan a*alnya. Demikian uga >amada dan Sato #/?&/' mendapatkan lini sel Coptis japonica yang menghasilkan Berberine yang lebih tinggi dari pada tanaman aslinya. Dasar dari seleksi pada kultur aringan untuk menghasilkan senya*a"senya*a metabolit sekunder adalah adanya variasi pada sel"sel dalam kemampuannya untuk menghasilkan senya*a tertentu. @ariasi ini dikenal sebagai variasa somaklonal dan secara genetik variasi ini cukup besar sehingga telah terbukti dapat dimanfaatkan sebagai sumber keragaman untuk menghasilkan senya*a tertentu. @ariasi somaklonal ini dapat diperoleh dari kultur sel yang berasal dari protoplast atau caraA"cara lain. 1enis seleksi yang digunakan relatif spesifik tergantung enis senya*a yang dihasilkan. 1enis senya*a yang dihasilkan ini menentukan disain metode seleksi dan memilih lini sel untuk digunakan. 0al mendasar yang harus diketahui adalah inisiasi kultur a*al harus mempertimbangkan spesies dan kultivar yang menghasilkan senya*a yang bersangkutan. ,ntuk mendesain cara seleksi yang harus dipertimbangkan tidak hanya aspek biokimia dari senya*a yang diinginkan dan spesies tanaman yang dikulturkan, tetapi uga enis kultur yang dipakai. Penggunaan kultur kalus pada banyak study dibatasi oleh kontak langsung sel dengan medium, karena sel"selnya berikatan satu sama lain. Dalam hal ini uga sulit untuk melakukan pemindahan + sub kultur yang seragam baik umlah + massa sel maupun keseragaman tipe sel ika memindahkan sekelompok kecil dengan spatula. Selain kultur kalus, sistem yang telah digunakan adalah sistem kultur suspensi sel. Sistem kultur suspensi mempunyai keuntungan"keuntungan tertentu mencakup: !ecepatan pertumbuhan yang lebih cepat (ransfer+sub kultur sel relative homogeny Sel"sel yang ada dapat diamati dengan mikroskop karena merupakan sel"sel bebas
Medium cair berada dalam kontak langsung dengan setiap sel Medium dapat diperbaharui dengan mudah dengan penambahan medium baru Sel"sel dapat diplating secara langsung Sistem kultur suspensi sudah digunakan untuk menyeleksi lini"lini sel yang resisten terhadap asam amino #2athercole dan Street, /?;5B Palmer dan Cidholm, /?;7B Cidholm, /?;$B Cidholm /?;6' dan Na4l #Nabors et al, /?;7'. 8ma*ati et al. #/??/ b' ugs mempergunakan sistem ini untuk mendapatkan lini yang menghasilkan antosianin. Seleksi !lon adalah teknik yang sangat berguna dimana, sebuah lini sel berasal dari sebuah sel tunggal sehingga sel"sel dalam satu lini mempunyai informasi genetik yang sama. 0al ini sangat penting untuk memastikan kemurnian dan stabilitas liniAlini yang diinginkan. (etapi pada umumnya teknik pengklonan ini sangat tidak efisen untuk diker akan secara rutin. Salah satu sistem yang mungkin digunakan adalah mikrospora yang diisolasi dari Nicotiana tabacum, Nicotiana syl estris dan !atura inno"ia sudah diinduksi untuk membentuk embrio dan kemudian men adi tanaman. Sistem ini memungkinkan isolasi sel tunggal, yaitu sel"sel haploid yang mungkin sangat berguna untuk seleksi. !esesuaian teknik ini tergantung pada umlah embrio yang dapat diperoleh. Nitsch #/?;;' mendapatkan bah*a rata"rata 7D dari E mikrospora Nicotiana tabacum berkembang men adi platlets. !arena terdapat 7 anther pads setiap bunga, dan setiap anther mengandung 3%.%%% mikrospora, maka rata"rata ;%%% plantlet dapat diproduksi dari setiap, bunga. !arena itu terdapat se umlah besar dari embrio yang sedang berkembang dapat diperoleh dengan sistem ini. !enyataan sampai saat ini adalah bah*a tidak mudah beker a dengan set tumbuhan bila dibandingkan dengan mikroba. Sel"sel tumbuhan umumnya tumbuh dengan sangat lambat, untuk agregat sel, ika diplating tidak akan tumbuh bila kerapatannya rendah dan menun ukkan ketidakstabilan kromosom dan ploidy. !esulitan"kesulitan ini tidak mengecualikan manipulasi sel"sel tanaman yang sukses, tetapi menyebabkan lambatnya kema uan.
%# Penggunaan Eli1it- untuk P -+uksi Meta,-lit sekun+e Penggunaan kultur suspensi tanaman untuk memproduksi senya*a"senya*a biokimia sampai saat ini masih auh dari target yang diinginkan. ,ntuk memperbaiki produk yang dihasilkan, bermacam" macam teknik sudah dikembangkan untuk menyeleksi kultur sel tanaman yang dihasilkan senya*a dalam umlah besar. Dasar yang digunakan dalam seleksi ini adalah variasi somaklonal. !lon hasil seleksi kemudian disub kultur. Selama periode sub kultur ini, klon yang menghasilkan produk dalam umlah besar tersebut, sering menun ukkan penurunan produktivitas, sehingga untuk memproduksi dalam skala besar men adi sulit. ,ntuk mengatasi hal ini perlu dilakukan seleksi berulang pada *aktu tertentu. Sebuah pendekatan lain untuk memperbaiki produk yang dihasilkan pada kultur sel tanaman adalah alterasi metabolisme sel melalui faktor"faktor eksternal, misalnya stress. !ultur sel tanaman pada dasarnya bersifat totipotensi karena itu semua produk yang ada pada tanaman induk seharusnya uga disinetsi pada kultur dalam kondisi yang tepat. Pada interaksi antara tanaman inang dengan pathogen yang biasanya bersifat spesifik species, infeksi pathogen menginduksi pembentukan produk #fitoaleksi' yang toksik terhadap organism yang menginvasi. 8n9im"en9im dari metabolisme sekunder uga diinduksi oleh pathogen yang menginvasi yang menghasilkan fitoaleksin. Dalam hal ini elicitor berperan penting dalam menginduksi en9im yang terlibat dalam siklus metabolisme. Proses penambahan elisitor pada sel tumbuhan dengan tu uan untuk menginduksi dan meningkatkan pembentukan metabolit sekunder disebut elisitasi. Selain itu, elisitasi merupakan suatu respon dari suatu sel untuk menghasilkan metabolit sekunder. Dalam hal ini adanya interaksi patogen dengan inang akan menginduksi pembentukan fitoaleksin pada tumbuhan. -itoaleksin itu sendiri merupakan senya*a antibiotik yang mempunyai berat molekul rendah, dan dibentuk pada tumbuhan tinggi sebagai respons terhadap infeksi mikroba patogen. Senya*a yang
merupakan bagian dari mekanisme tersebut dapat dianalogikan dengan antibody yang terbentuk sebagai respons imun pada he*an #>oshika*a F Sugimito, /??3'. 8lisitor selain dapat menginduksi sintesis fitoaleksin, ternyata dapat uga menginduksi sintesis metabolit sekunder yang bukan fitoaleksin pada kultur kalus dan sel #8ilert et al /?&5'. 8licitor yang dipakai dapat berupa fraksi karbohidrat yang diambil dari kultur suspense cenda*a atau ekstrak yeast, atau lebih dikenal sebagai glucas. Struktur glucan yang diperlukan untuk aktivitas elicitor adalah #/,5'")")"glucopyranosyl. Sedang molekul aktif terkecilnya adalah glukoheptose. Dosis elicitor yang dipakai uga menentukan efektivitasnya dalam menginduksi senya*a yang diinginkan. Dosis yang terlalu tinggi menyebabkan timbulnya ge ala nekrosa yaitu ter adinya pencoklatan sel. Dosis yang tepat ddapat ditentukan dengan percobaan, dan tergantung pada enis elicitor yang dipakai serta sel tanaman yang diberi perlakuan. Pada kultur suspense sel kedelai, elicitor yang diberikan berasal dari cenda*an Phytopthora mega sperma, dan dosis yang diberikan adalah untuk $% Gg elicitor per mg berat kering sel untuk menginduksi sintesis senya*a"senya*a yang merupakan isomer glyceollin. .pabila elicitor yang dipakai berasal dari ekstrak yeast, konsentrasi yang dipakai adalah 7,$ mg+ml dari ekstrak yang sudah dianalisis. Pada kultur #abernaemonta spp., dosis yang dipakai adalah /%% mg cellulase, atau /%% gr pectinase atau /%% mg suspense Mycellium Aspergillus niger untuk menghasilkan indole alkolodi apparicine sebagai salah satuu produk utama. Pada kultur suspense #halictrum rugosum dosis elicitor $%% Gg+g berat basah sel menghasilkan berberin maksimum. Pemberian elicitor dapat dilakukan pada berbagai fase pertumbuhan sel, tetapi nampaknya tidak terdapat keserupaan antara sel yang diberi perlakuan elicitor dengan sel tanpa perlakuan elicitor. Pada kultur (halictrum rugosum, berberine dihasilkan berasosiasi dengan pertumbuhan sel. (etapi pada kultur sel yang diberi elicitor produk berberin tertinggi dipakai apabila elicitor pada fase lag tidak
mengakibatkan ter adinya peningkatan produksi berberin. Pemberian pada fase stasioner mengaskibatkan ter adinya penurunan berat kering total yang lebih besar daripada pemberian pada fase pertumbuhan eksponensial, tetapi pemberian pada kedua fase ini meningkatkan hasil berberine. Perbedaan ini mungkin ter adi pada sel"sel yang berada pada fase a*al pertumbuhan, sel tidak memproduksi #yrosine atau prekutsor"prekursor lain yang terlibat pada sintesa berberin. Sebab lain mungkin en9im"en9im yang bertanggug a*ab pada sintesa berberine tidak diinduksi pada sel"sel muda tersebut. Pada kultur sel #abernaemontana sp, elicitor diberikan pada saat kultur berumur /% hari yang merupakan fase akhir pertumbuhan ekponensial. Pada kultur suspense sel tembakau pemberian elicitor dilakukan pada fase pertumbuhan eksponensial. -rekuensi pemberian elicitor uga dapat dilakukan lebih dari satu kali, teragantung pada enis sistem yang digunakan dan uga enis tanaman yang dikulturkan. Pada kultur Papa er somni erum $. yang dikulturkan dengan proses semi continous, elicitasi dengan sanguinarine #S28' dan dihydrosanguinarine #DS28'. 8lisitas yang sama, hanya mediumnya yang diganti. 8licitasi kembali ini menun ukkan peningkatan sensivitas kultur terhadap elicotir yang diberikan #pertumbuhan menurun, produknya meningkat'. 0al ini memba*a harapan untuk memudahkan dalam penyusunan sistem produksi secara besar"besaran. Pada kultur suspense tanaman lainnya elicitor diberikan hanya sekali pada sel yang sama. Caktu yang diperlukan oleh sel untuk menghasilkan produk dalam umlah maksimum setelah pemberian elicitor berbeda"beda tergantung enis kulturnya. Pada kultur suspense sel tembakau, capsidiol mencapau umlah maksimum antara /7 samapai $% am sesudah sel diberi perlakuan elicitor. Pada kultur #% rugosum, berbeda mencapai umlah maksimal /$% am sesudah kultur diberi perlakuan elicitor. Sedang pada kultur Pape er somniforum =. S28 dan SD28 dipanen dari sel sesudah sel berumur /6 hari setelah diberi perlakuan. Pada kultur #abernaemontana sp. pemanenan dilakukan pada saat kultur berumur 6 hari setelah kultur diberi perlakuan elicitor. 0al ini menun ukkan bah*a *aktu yang diperlukan
untuk menghasilkan senya*a metabolit sekunder tidak tergantung pada konsentrasi elicitor. Suatu hal yang menarik, pemberian elicitor mampu menaikkan hasil pada produksi senya*a yang diinginkan dan uga menghasilkan senya*a yang tidak dihasilkan oleh kultur tanpa elicitor. Pada kultur suspense sel tembakau, sel yang diberi perlakuan elicitor menghasilkan capsidiol lebih dari /% Gg+g berat basah pemberian elicitor pada kultur #halictrum rugosum menghasilkan berberin 6"6,7D berat kering, sedang kultur yang sama tanpa elicitor hanya menghasilkan berberin %,7D berat kering kultur. Pada kultur #abernaemontana sp., pemberian elicitor selain meningkatkan produksi de novo 9at bioaktif antimikroba yang tergolong triterpene, uga meningkatkan berat basah total. Sedang pada kultur Pape er somniforum =. kultur yang mengalami elicitasi menghasilkan DS28 dan S28 sedang kultur yang tidak dielicitasi hanya menghasilkan S28. 1umlah total DS28 dan S28 yang dihasilkan oleh kultur yang tidak dielicitasi. Sum,e Meta,-lit Sekun+e Pa+a Tanaman# )eberapa enis senya*a metabolit sekunder yang telah diproduksi secara komersial melalui kultur aringan adalah
Produksi Shikonin yaitu suatu senya*a napthaHuinon yang digunakan sebagai bahan pe*arna dan bahan obat"obatan telah diproduksi dalam skala komersial oleh Mitsui Petrochemical 4o.
Produksi nikotin dalam konsentrasi tinggi dari beberapa kalus Nicotiana Produksi berberin dari Coptis japonica% #2eorge, 8. I. /?&6'
Sedikitnya senya*a metabolit sekunder yang telah diproduksi secara komersial antara lain disebabkan oleh masih rendahnya kuantitas produksi senya*a tersebut dalam kultur aringan tanaman. Oleh karena itu, tu uan produksinya melalui kultur aringan adalan untuk memproduksi sel, kalus atau embrio somatik yang dapat memproduksi senya*a metabolir sekunder dalam kuantitas dan kualitas yang lebih tinggi dibandingkan
dengan produksinya pada tanaman. )eberapa contoh perbandingan produksi senya*a metabolit sekunder melalui kultur aringan dengan isolasi di daun antara lain penigkatan kadar kurkumin pada tanaman kunyit dan temula*ak #8igner, /???'. Sen/a0a Ku kumin 2a+a tanaman Kun/it +an Temula0ak !unyit #Curcuma domestica @al ' dan temula*ak #Curcuma "anthorhi&a @al' merupakan tanaman obat potensial penghasil kurkumin. Selain sebagai bahan baku obat, dapat uga digunakan sebagai bumb dapur dan 9at pe*arna alami. Iimpangnya sangat bermanfaat sebagai antikoagulan, menurunkan tekanan darah, obat cacing, obat asma, penambah darah, mengobati sakit perut, penyakit hati, karminatif stimulant, gatal"gatal, gigitan serangga, diare dan rematik. !andungan utama didalamnya salah satu yaitu kurkumin #Iahard o dan Iostiana, $%%6'. !unyit mengandung 3"6D kurkumin, terdiri atas kurkumin J ?6D, kurkumin JJ 5D, dan kurkumin JJJ %,3D #4hattopadhyay et al, $%%6'. !urkumin merupakan salah satu produk senya*a metabolit sekunder dari tanaman 'ingiberaceae, khusunya kunyit dan temula*ak yang telah dimanfaatkan dalam industry farmasi, makanan, farfum dan lain"lain #1oe et al. $%%6'. Senya*a kurkumin ini, seperti halnya senya*a kimia lain seperti antibiotic, alkaloid, steroid, minyak atsiri, resin, fenol yang merupakan hasil dari metabolit sekunder suatu tanaman #Jndrayanto, /?&;'. !urkominoid adalah sekelompok senya*a fenolik yang terkandung dalam rimpang tanaman family 'ingiberaceae antara lain: Curcuma longa syn. Curcuma domestica #kunyit' dan Curcuma "anthorhi&a #temula*ak'. !urkumanoid bermanfaat untuk mencegah timbulnya infksi berbagai penyakit. !andungan utama dari kurkumanoid adalah kurkumin yang ber*arna kuning. !andungan kurkumin di dalam kunyit berkisar 3"6D #1oe et al, $%%6B 8igner dan Schul9, /???'. !urkumin #4$0$%O5' atau diferuloyl methane pertama kali diisolasi pada tahun /&/7. !emudian tahun /?/%, kurkumin diperoleh dalam bentuk !ristal dan dapat dilarutkan pada tahun /?/3. !urkumin tidak dapat larut dalam air tetapi dapat larut
dalam etanol dan aceton #1oe et al, $%%6B 4hattopadhyay et al, $%%6B .rau o'. Metabolit sekunder seperti kurkumin dari tanaman kunyit dan temula*ak dapat dibentuk dengan cara menginduksi aringan tanaman pada media yang mengandung 9at pengatur tumbuh untuk membentuk kalus. !alus berasal dari potongan organ yang telah steril dalam media yang telah mengadung auksin dan kadangkala sitokinin. !alus selan utnya diperbanyak dengan cara kultur kalus ataupun suspensi dan dapat uga menggunakan elisitor dalam fermentor atau bioreactor, contohnya ginseng #-uraya, /?&$'. Senya*a metabolit sekunder melalui kultur aringan dapat diisolasi dari kalus atau sel. !andungannya dapat ditingkatkan melalui seleksi bahan tanaman atau aringan, tingkat pertumbuhan tanaman, pemakaian 9at pengatur tumbuh dan prekusor, pemakaian mutagen baik secara fisik maupun kimia serta manipulasi faktor lingkungan. !alus sebagai bahan senya*a sekunder dan produk lainnya dapat dipacu pembentukan dan pertumbuhannya dengan pemakaian 9at pengatur tumbuh $,6D, N.., dan sering pula direkombinasikan dengan sito(inin. .dakalanya, kombinasi auksin dengan sitokinin selain slain dapat merangsang proses pembelahan sel uga mempengaruhi kandungan senya*a sekundernya. 0asil penelitian Staba #/?;5' mendapatkan peningkatan kandungan diosgenin dengan penggunaan $,6D pada tanaman !ioscarea deltoidea. Pada kultur sel, kalus akan kehabisan hara yang disebabkan karna masa kultur yang pan ang yang mengakibatkan penguapan air dan unsur hara dari *aktu ke *aktu. Selain kehabisan hara, sel"sel dalam kalus uga mengeluarkan persenya*aan"persenya*aan hasil metabolit sekunder. Sehingga akan menghasilkan senya*a kurkumin dalam umlah besar dalam *aktu singkat #!ristina, /??$'. !ultur suspensi adalah kalus yang ditumbuhkan pada media cair dan kultur suspensi ini praktis digunakan untuk produksi bahan"bahan sekunder. Dalam kultur suspensi ini dikenal dua kelompok kultur yaitu kultur batch dan continues. Dalam kerangka batch, media hara dan volume
tetap, tetapi konsentrasi hara berubah sesuai dengan pertumbuhan sel. Pada masa inkubasi ter adi pertambahan biomassa yang mengikuti pola sigmoid. Setelah mencapai suatu masa tertentu sel berhenti membelah. Oleh karena itu, kultur batch harus selalu diperbaharui. Sementara kultur continues merupakan kultur angka pan ang dengan suplai hara yang konstan dalam *adah yang besar. Dalam kultur ini terdapat system untuk sirkulasi mengeluarkan media lama dan ditambahkan dengan media baru. Dalam kultur sel continuous terdapat dua tipe yaitu tipe tertutup #close type' dan tipe terbuka #open type'. Dalam tipe tertutup sel bertambah trus tanpa dipanen, hanya media yang disirkulasi. Sedangkan pada tipe terbuka, penambahan media baru disertai uga dengan panen sel dan mdia. (ipe kultur continuous yang terbuka dapat menggunakan chemostat atau turbidostat. 4hemostat mengguanakan standar konsentrasi bahan"bahan kimia tertentu yang mengatur la u pertumbuhan misalnya konsentrasi N, P, atau glukosa #Syahid, $%%$'. !eberhasilan sintesa metabolit sekunder dipengaruhi oleh faktor lingkungan dan kendala biologis. -aktor lingkungan dapat meliputi cahaya, penggunaan 9at pengatur tumbuh, prekusor, unsur hara yang tersedia, komposisi medium, perbedaan morfologi, aringan tanaman yang digunakan dan aktivitas biosintesa #(abata dalam Dalimuthe, /?&;'. )ahan aktif dari suatub tanaman ini, dapat diperoleh dari tanaman lengkap. (anaman berinteraksi dengan lingkungan memperoleh metabolit sekunder yang bermacam"macam #0arborne, /??5'. Seleksi in vitro untuk mendaparkan kalus dari tanaman kunyit dan temula*ak yang mengandung kurkumin tinggi dapat dilakukan dengan menggunakan agen seleksi filtrate atau elisitor yang ditambahkan ke dalam media tumbuh. .gen seleksi filtrat adalah asad renik atau bagaian dari gen"gen asad renik yang mampu menampung gen asing yang ditumpangkan pada struktur asad renik tersebut dan ditransplantasikan ke dalam sel"sel yang diharapkan mampu mengubah sifat"sifat sel #Kiao ie et al, $%%7'.
Metabolit sekunder adalah senya*a yang tidak terlibat langsung dalam pertumbuhan, perkembangan, dan reproduksi makhluk hidup. Metabolit sekunder memegang peranan penting sebagai system pertahanan terhadap virus #bakteri dan fungi', herbivore #molusca, anthropoda dan vertebrata', tanaman lain #melalui allelopati', sebagai atractan bagi binatang membantu polinasi dan penyerbukan, penyimpanan nitrogen, system transport nitrogen dan proteksi terhadap sinar ,@. Senya*a metabolit sekunder dari tanaman kunyit dan temula*ak berada pada rimpangnya. Salah satu kandungannya metabolit sekunder yaitu kurkumin sebanyak 3"6D. )ur(umoanoid merupakan senya*a fenolik yang bermanfaat untuk mencegah timbulnya infeksi berbagai penyakit. Peningkatan kadar kurkumin pada tanaman ini dapat dilakuakn melalui metode bioteknologi yaitu kultur aringan. )ahan eksplan yang digunakan berasal dari organ tanaman untuk membentuk kalus, yang selan utnya kalus diperbanyak dengan suspensi. Selain itu, dapat pula digunakan lisitor dalam fermentor atau bioraktor dan menggunakan agen seleksi filtrat. DA)TAR PUSTAKA 2angga, 8rlindha,dkk.$%%;. Analisis Metabolit Se(under dari )alus Mah(ota !e*a +Phaleria macrocarpa,.1urnal Jlmu !efarmasian Jndonesia.JSSN /5?3"/&3/.@ol 7, No /. 0al. /;"$$. 8ilert, ,., -. 4onstable, and C.2.C. !ur9, /?&5, Elicitor stimulation of monoterpene indole al(aloid formation in suspension cultures of Catharanthus roseus, 1. Plant Phys., /$5, //"$$. 0ashimoto, (. and >. >amada, /??6, Al(aloid Biogenesis- Molecular Aspect, 1. Plant Mol. )iol., 67, $7;"$&7. http:++e"learning.unram.ac.id+kul ar.html http:++***.fp.unud.ac.id+biotek+genetika"dan"pemuliaan"tanaman+metode" pemuliaan"dengan"kultur" aringan+ http:++puspata.blogspot.com+makalah"kultur" aringan.html