Economic Value of Time
Economic Value of Time
Economic Value of Time
Disusun Oleh:
Sabari 63010190192
S1-Perbankan Syariah/6B
S1 PERBANKAN SYARIAH
2022
KATA PENGANTAR
Penulis menyadari bahwa terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Nila Saadati, Lc., M.E.I. selaku dosen pengampu atas arahan, bimbingan,
saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga segala kekurangan yang ada
pada makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih
baik di masa yang akan datang, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I......................................................................................................................iii
PENDAHULUAN..................................................................................................iii
A. Latar Belakang.............................................................................................iii
B. Rumusan Masalah........................................................................................iv
C. Tujuan..........................................................................................................iv
BAB II......................................................................................................................1
PEMBAHASAN......................................................................................................1
BAB III..................................................................................................................15
PENUTUP..............................................................................................................15
A. Kesimpulan.................................................................................................15
B. Saran............................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ekonomi merupakan suatu hal yang sangat erat dengan kehidupan
manusia. Salah satunya, berkaitan dengan dunia keuangan. Uang menjadi
salah satu elemen penting dalam perekonomian. Dalam Islam, ekonomi
merupakan ajaran islam yang mengatur kehidupan manusia. Terdapat
banyak sumber ajaran ilmu ekonomi dalam Islam, baik itu Al-Qur’an,
hadits, maupun praktik ilmu ekonomi dalam sejarah. Hal ini menunjukkan
bahwa masalah ekonomi Islam patut mendapat banyak perhatian. Bahkan
bagian tepanjang dari Qur’an membahas ekonomi, bukan ibadah ataupun
aqidah. Menurut ibnu Arabi, ayat terpanjang dalam Al-Qur’an yang
dimaksud adalah ayat 282 Surah Al-Baqarah yang memuat 52 masalah
hukum atau ekonomi (Andrianto dalam Muhammad Nasri Katman dan
Andi Nur Akmawanti, 2021). Salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang
berkembang saat ini adalah pengelolaan keuangan syariah.
Seiring berkembangnya sistem ekonomi yang lebih modern,
dengan peningkatan produktivitas dan perluasan pasar yang juga didorong
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, uang telah lama
menjadi alat tukar yang sangat kompleks. Ini digunakan sebagai sarana
sewa menyewa dan lan-lain guna memfasilitasi transaksi lainnya.
Dengan uang yang secara tidak langsung telah menjadi objek
terpenting dalam kehidupan ekonomi, maka masalah keuangan
memerlukan pembahasan yang serius, an keberhasilan pengelolaan
keuangan ditentukan oleh prinsip-prinsip pengelolaan yang diterapkan.
Islam mengajarkan prnsip-prinsip manajemen dan pengelolan keuangan
baik untuk kegiatan bisnis maupun investasi. Meskipun prinsip-prinsip
yang diajarkan ekonomi Islam kadang-kadang bertentangan dengan
iii
ekonomi tradisional, kita harus tahu bahwa dalam ekonomi Islam kebaikan
bersama selalu diperhatikan. Prinsip dan konsep yang diajarkan diambil
dari Al-Qur’an, Sunnah dan hasil diskusi pakar-pakar Islam.
Di dalam Ekonomi Konvensional mengenal konsep Time Value of
Money yang artinya nilai uang atas waktu dimana uang sekarang itu lebih
berharga dibandingkan dengan uang yang ada di masa depan. Konsep ini
ditolak oleh Ekonomi Syariah dikarenakan beberapa alasan. Hingga
memunculkan konsep yaitu Economic Value of Time yang mana setiap
waktu itu memiliki nilai ekonomi. Dalam memaksimalkan dana dalam
periodik waktu, konsep economic value of time merupakan konsep yang
tepat untuk dipraktikkan dalam manajemen keuangan syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi mengenai Economic Value of Time?
2. Bagaimana konsep Economic Value of Time?
3. Bagaimana perbedaan antara Economic Value of Time dan Time Value
of Money?
4. Bagaimana teori profit and loss sharing dalam Ekonomi Islam?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi mengenai Economic Value
of Time.
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari Economic Value of
Time.
3. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan antara Economic Value
of Time dan Time Value of Money.
4. Untuk mengetahui dan memahami teori profit and loss sharing dalam
Ekonomi Islam.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1
Dalam konsep ekonomi Islam, uang adalah milik masyarakat (money
is goods public). Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak
produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar yang dapat
mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang sengaja
menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi
proses atau kelancaran jual beli. Implikasinya proses pertukaran dalam
perekonomian terhambat. Disamping itu penumpukan uang/harta juga dapat
mendorong manusia cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak,
rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat tidak baik ini
juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan
perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan/penimbunan
harta, memonopoli kekayaan, sebagaimana telah disebutkan dalam QS:At
Taubah 34-35.
Disamping itu uang disimpan yang tidak dimanfatkan disektor
produktif (idle asset) jumlahnya akan semakin berkurang karena adanya
kewajiban zakat bagi umat Islam. Oleh karena itu uang harus berputar
(Money as flow concept). Islam sangat menganjurkan bisnis/perdagangan,
investasi disektor riil. Uang yang berputar untuk produksi akan dapat
menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi masyarakat.
Inilah, maknanya ajaran islam yang menganjurkan menggunakan
konsep Economic Value of Time. Artinya, waktulah yang memiliki nilai
ekonomi, bukan uang memiliki nilai waktu. Islam tidak mengenal konsep
time value of money, tetapi Islam mengenal konsep economic value of time
yang artinya bahwa yang bernilai adalah waktunya itu sendiri. Islam
memperbolehkan pendapatan harga tangguh bayar lebih tinggi dari pada
bayar tunai. Yang lebih menarik adalah dibolehkannya penetapan harga
tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan time value of
money, namun karena semata-mata karena ditahannya aksi penjualan
barang.
Mengenai waktu, waktu bagi semua orang adalah sama kuantitasnya,
yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan. Nilai waktu antara satu
2
orang dengan orang lainnya, akan berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi faktor
yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan
waktu itu. Semakin efektif (tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka akan
semakin tinggi nilai waktunnya. Didalam Islam, keuntungan bukan saja
keuntungan didunia, namun yang dicari adalah keuntungan didunia dan di
akherat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja harus efektif dan
efisien, namun harus jugadidasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang
akan mendatangkan keuntungan di akhirat.
Dalam ekonomi Islam, penggunaan sejenis discount rate dalam
menentukan harga bai’ mu’ajjal (membayar tangguh) dapat digunakan. Hal
ini dibenarkan, karena :
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sector riil yang menimbulkan
economic value added (nilai tambah ekonomis).
2. Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah
melaksanakan kewajiban (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia
tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.1
1
Ridan Muhtadi dkk, “Konsep Waktu pada Sistem Time Value of Money dan Economic Value of
Time; Perspektif Islam”. Jurnal Studi Keislaman. Vol. 4 No. 1, Juni 2017, Hal. 69.
3
keuntungan tersebut, sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan
dilakukan atas pendapatan atau keuntungan.
Y= [(QxR)x v]+W
Ket :
Y = Pendapatan
R = Return usaha
4
untuk menghasilkan kehidupan yang mulia (falah), memberikan manfaat
(maslahah) dan menghindari cara investasi yang dilarang, yaitu riba, gharar
dan maysir. Namun demikian, investasi yang produktif dapat dilakukan
dengan saling bekerjasama dan profesional dalam melaksanakan prinsip
tujuan utama syariat.
5
jarang, keuntungan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut
memiliki nilai return yang melebihi tingkat inflasi.2
2
Risma Okta Elisafitri, Skripsi:“Pemikiran Adiwarman Azwar Karim terhadap Konsep Economic
Value of Time dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah” (Palembang: UIN Raden Fatah, 2019),
Hal. 28-34.
6
value jika dimanfaatkan untuk kegiatan produktif sehingga menjadi suatu
capital dan memperoleh suatu return.
Dalam keuangan Islam uang bukanlah suatu komoditas, hanya sekedar
alat menilai barang /jasa atau sebagai alat transasksi. Sehingga ada landasan
lain yang digunakan sebagai pijakan dalam pengambilan keputusan
keuangan yaitu akhlak, sehingga ketika preferensi seseorang terhadap uang
yang dikaitkan dengan waktu menjadi tidak relevan. Ketika seseorang
mengambil keputusan investasi secara umum akan membandingkan risk-
free interest dengan ekspektasi keuntungan pada suatu projeck investasi, hal
hal ini biasanya konsep time value of money menjadi konsep intinya. Namun
jika kita mendasarkannya pada akhlak dan moral Islam, ibaratnya secara
ekstrim seseorang akan tetap berinvestasi meskipun sedikit returnnya atau
bahkan hanya akan BEP (break even point), jika project investasi tersebut
telah memberikan kemanfaatan bagi orang yang menganggur sehingga akan
membuka lapangan pekerjaan.3
Adapun perbedaan antara interest rate dan discount rate
dalampandangan ekonomi konvensional dan ekonomi syari’ah,
sepertiterlihat pada tabel berikut:
7
2. Expected 2. Frekuensitransa 2. Expected - Bagi hasil
inflation. ksidalam inflation. yang harus
satuperiode 3. Premium for dibayar
uncertainty,den adalah
gan katalain, nisbah bagi
actual hasil
returndipaksak dikalikan
anharus dengan
samadenganex pendapatan
pected aktualnya
returnnya (actual
return)
- Dengan kata
lain
pendapatan
aktual
(actualretur
n) tidak
harus sama
dengan
pendapatan
yang
diharapkan
(expected
return)
Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan di awal, dan untuk itu
digunakan projected return. Jika ternyata actual return dari bisnisyang
dibiayai tidak sama dengan angka proyeksinya, yang digunakan adalah
angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam
tidak mengenal time value of money. Time mempunyai economic value jika
8
waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain
sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh return.4
9
d. Investasi pada surat berharga/penempatan pada bank Islam lain.
e. Penentuan kapan bagi hasil efektif dibagikan kepada pada pemilik
dana, apakah mingguan, pada akhir bulan, pada tanggal valuta, pada
tanggal jatuh tempo, pada tanggal akhir tahun dan lain sebagainya.
f. Penggunaan bobot dalam menghitung besarnya dana pihak ketiga.5
Dalam perjanjian bagi hasil yang disepakati adalah nisbah bagi hasil
dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas nyata. Nilai
nominal bagi hasil yang nyata diterima, dapat diketahui setelah hasil
pemanfaatan dana tersebut benar-benar telah ada. Nisbah bagi hasil
ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang bekerja sama.
Besarnya nisbah bagi hasil dipengaruhi pleh pertimbangan kontribusi
masing-masing pihak yang bekerja samadan prospek perolehan keuntungan
serta tingkat risiko yang mungkin terjadi.
Teori PLS dikembangkan menjadi dua model, yaitu model
mudharabah dan musyarakah. Model mudharabah merujuk pada kerjasama
usaha antar kedua pihak. Pihak pertama menyediakan selutuh modal,
sedangkan pihak lain menjadi pengelola dana. Model musyarakah adalah
akad kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk menjalankan suatu
usaha. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan keuntungan dan risiko ditanggung bersama.6
10
2) Obyek pertukarannya juga pasti secara jumlah, mutu, waktu maupun
harganya.
Pertukaran harga jual beli di dalam Islam, tidak ada ketentuan bakunya.
Tetapi berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000, yang
menyatakan bahwa bank harus memberitahu harga beli atau harga pokok
barang kepada nasabah serta biaya yang diperlukan, dan bank menjual
barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dan perlu diingat bahwa keuntungan yang diambil oleh
pihak bank sesuai dengan kesepakatan.
Keuntungan yang diambil oleh pihak bank tidak boleh berjalan
mengikuti waktu. Namun biaya dapat berjalan mengikuti waktu. Konsep
inilah yang berlaku di bank syariah dalam akadnya murabahah. Rumus
yang dapat digunakan dalam menentukan harga jual bank kepada nasabah
dalam akad murabahah (atau transaksi berbasis jual beli atau sewa-
menyewa) sebagai berikut:
HJb=HBb + ( t ×CR ) + k
Nilai Pembiayaan
CR= × Estimasi Biaya Operasi 1Tahun
Total Pembiayaan
Margin=Presentase × Pembiayaan bank
Keterangan:
HJb : Harga jual bank
HBb : Harga beli bank
t : Waktu
CR : Cost Recovery
k: Margin keuntungan yang diinginkan.
Contoh:
11
dengan RPR sebesar 10% dan estimasi biaya operasional sebesar Rp
200.000.000. Maka berapakah harga jual bank kepada nasabah tersebut?
Jawab:
Nilai Pembiayaan
Cost Recovery (CR)= × Estimasi Biaya Operasi 1Tahun
Total Pembiayaan
Rp 15.000 .000
¿ × Rp 200.000.000=Rp 600.000
Rp 5.000 .000.000
Margin=Presentase × Pembiayaan bank
¿ 10 % × Rp 15.000 .000=Rp 1.500.000
HJb=HBb + ( t ×CR ) + k
¿ Rp15.000 .000+(1× Rp600.000)+1.500 .000
¿ Rp17.100 .000
Sementara uang muka, diskon dan harga jual menjadi hal tesendiri.
Harga jual murabahah di bank syariah akan bisa berubah untuk satu calon
nasabah dengan calon nasabah yang lainnya. Perubahan harga tersebut dapat
dipengaruhi oleh (1) uang muka (urbun) yang dibayarkan oleh calon
nasabah saat pemesanan, dan (2) diskon yang diberikan suplier kepada bank
syariah.7
7
Muhamad, “Rekonstruksi Time Value of Money Menuju Economic Value of Time untuk
Keuangan Islam. Jurnal Islamic Review. Vol. 1 No. 2, Oktober 2012. Hal. 185-186.
12
mendapatkan keuntungan. Dalam kontrak demikian ini, keuntungan dan
kerugian ditanggung bersama.
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam memformulasikan
konsep EVT, yaitu: harta harus berputar tidak boleh diam (idle), semakin
sering berputar maka harta akan berkembang, masa depan tidak pasti
hasilnya, dalam bisnis dapat menghasilkan keuntungan, kerugian atau
impas, return bisnis atau usaha masa depan dapat diproyeksikan, dan hasil
aktual tidak selamanya sama dengan hasil yang diproyeksikan.8
Investasi adalah terapan dari teori percampuran. Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka dalam mekanisme investasi menurut Islam, persoalan
nilai waktu uang yang diformulasikan dalam bentuk bunga adalah tidak
dapat diterima. Formula untuk menghitung perkembangan harta yang
diinvestasikan secara syariah adalah sebagai berikut:
Y = [ (Q × R ) × v ] +W
Keterangan:
Y : Pendapatan
v: Velocity of money (Tingkat pemanfaatan harta)
Q : Nisbah bagi hasil
R : Return Investasi
W : Harta yang ditanamkan
Contoh:
Bapak Sholeh membuka deposito sebesar Rp5.000.000, nisbah bagi hasil
antara nasabah dan bank, 57%:43%. Return atau pengembangan usaha
adalah Rp10.000 dan tingkat pemanfaatan harta atau pemutaran harta terjadi
5 kali. Berapa perkembangan harta atau pendapatan yang diperoleh bapak
Sholeh?
Jawab:
Y = [ (Q × R ) × v ] +W
Y = [ (57 % × Rp 10.000 ) × 5 ] + Rp5.000 .000
8
Awang Darmawan Putra, “Pertukaran dan Pencampuran dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah. Vol. 12 No. 1, Juni 2020. Hal. 137.
13
Y = ( Rp 5.700 ×5 ) + Rp 5.000.000
Y =Rp 28.500+ Rp 5.000.000
Y =Rp 5.028 .500
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, untuk mengganti adanya konsep time value
of time money, para ekonom islam membangun sebuah teori dalam kaitannya
dengan permasalahan riba dalam pandangan islam yang disebut dengan teori
economic value of time yang dibenarkan menurut islam.
Dalam ekonomi bagi hasil yang digunakan untuk mekanisme
ekonominya adalah nisbah bagi hasil dan return usaha yang terjadi secara rill
atau nyata. Perbedaan economic value of time ddengan time value of money
hal utama yang membedakan adalah pada konseptime value of money dasar
perhitungan pada kontrak adalah berdasarkan bunga, sedangkan dasar
perhitungan pada economic value of time adalah nisbah atau bagi hasil.
B. Saran
Kita sebagai muslim dan muslimah alangkah baiknya jika berinvestasi
tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang sesuai dengan ajaran agama, salah
satunya yaitu dengan menghindari bunga, karena islam sangat bertentangan
dengan adanya bunga tersebut. Menggunakan bank syariah dinilai sangat
tepat jika ingin berinvestasi karena produk- produk pembiayaannya sudah
sesuai dengan kaidah Islam.
15
DAFTAR PUSTAKA
Muchlis Yahya, E. Y. (2011). Teori Bagi Hasil dan Perbankan Syariah dalam
ekonomi Islam. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Vol. 1 No. 1,
67-68.
Ridan Muhtadi, M. F., & Mohsi, F. a.-S. (2017). Konsep Waktu pada Sistem time
Value of Money dan Economic Value of Time, Perspektif Islam. Jurnal
Studi Keislaman, Vol/.4 No. 1, 69.
Yudiana, F. E. (2013). Dimensi Waktu dalam Analisis time Value of Money dan
Economic Value of Time. Jurnal Muqtasid, Vol. 4 No. 1, 1-13.
16