Economic Value of Time

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

ECONOMIC VALUE OF TIME

Makalah Disusun Guna Memenuhi Penugasan Mata Kuliah Manajemen


Keuangan Syariah

Dosen Pengampu: Nila Saadati, Lc., M.E.I.

Disusun Oleh:

Novita Trinanda Putri 63010190164

Rosita Hidayati Sucipto 63010190165

Retno Pujiastuti 63010190173

Adrika Laily Zuhri Muna 63010190182

Sabari 63010190192

S1-Perbankan Syariah/6B

S1 PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kepada Allah SWT yang selalu memberikan


rahmat dan inayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah. Penulis
diperkenankan dan diberi kemampuan untuk menyelesaikan penulisan makalah ini
yang berjudul “ECONOMIC VALUE OF TIME”. Adapun maksud dari
penyusunan makalah adalah guna memenuhi tugas mata kuliah Manajemen
Keuangan Syariah.

Penulis menyadari bahwa terselesainya makalah ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak langsung maupun tidak langsung.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
Ibu Nila Saadati, Lc., M.E.I. selaku dosen pengampu atas arahan, bimbingan,
saran dan waktu yang telah diberikan kepada penulis selama penyusunan makalah.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Dengan
segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga segala kekurangan yang ada
pada makalah ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih
baik di masa yang akan datang, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 5 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I......................................................................................................................iii

PENDAHULUAN..................................................................................................iii

A. Latar Belakang.............................................................................................iii

B. Rumusan Masalah........................................................................................iv

C. Tujuan..........................................................................................................iv

BAB II......................................................................................................................1

PEMBAHASAN......................................................................................................1

A. Konsep Economic Value of Time.................................................................1

B. Perbedaan Economic Value Of Time Dengan Time Value Of Money.........6

C. Teori Profit and Loss Sharing.......................................................................9

D. Formula Economic Value of Time..............................................................10

BAB III..................................................................................................................15

PENUTUP..............................................................................................................15

A. Kesimpulan.................................................................................................15

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi merupakan suatu hal yang sangat erat dengan kehidupan
manusia. Salah satunya, berkaitan dengan dunia keuangan. Uang menjadi
salah satu elemen penting dalam perekonomian. Dalam Islam, ekonomi
merupakan ajaran islam yang mengatur kehidupan manusia. Terdapat
banyak sumber ajaran ilmu ekonomi dalam Islam, baik itu Al-Qur’an,
hadits, maupun praktik ilmu ekonomi dalam sejarah. Hal ini menunjukkan
bahwa masalah ekonomi Islam patut mendapat banyak perhatian. Bahkan
bagian tepanjang dari Qur’an membahas ekonomi, bukan ibadah ataupun
aqidah. Menurut ibnu Arabi, ayat terpanjang dalam Al-Qur’an yang
dimaksud adalah ayat 282 Surah Al-Baqarah yang memuat 52 masalah
hukum atau ekonomi (Andrianto dalam Muhammad Nasri Katman dan
Andi Nur Akmawanti, 2021). Salah satu bentuk kegiatan ekonomi yang
berkembang saat ini adalah pengelolaan keuangan syariah.
Seiring berkembangnya sistem ekonomi yang lebih modern,
dengan peningkatan produktivitas dan perluasan pasar yang juga didorong
oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, uang telah lama
menjadi alat tukar yang sangat kompleks. Ini digunakan sebagai sarana
sewa menyewa dan lan-lain guna memfasilitasi transaksi lainnya.
Dengan uang yang secara tidak langsung telah menjadi objek
terpenting dalam kehidupan ekonomi, maka masalah keuangan
memerlukan pembahasan yang serius, an keberhasilan pengelolaan
keuangan ditentukan oleh prinsip-prinsip pengelolaan yang diterapkan.
Islam mengajarkan prnsip-prinsip manajemen dan pengelolan keuangan
baik untuk kegiatan bisnis maupun investasi. Meskipun prinsip-prinsip
yang diajarkan ekonomi Islam kadang-kadang bertentangan dengan

iii
ekonomi tradisional, kita harus tahu bahwa dalam ekonomi Islam kebaikan
bersama selalu diperhatikan. Prinsip dan konsep yang diajarkan diambil
dari Al-Qur’an, Sunnah dan hasil diskusi pakar-pakar Islam.
Di dalam Ekonomi Konvensional mengenal konsep Time Value of
Money yang artinya nilai uang atas waktu dimana uang sekarang itu lebih
berharga dibandingkan dengan uang yang ada di masa depan. Konsep ini
ditolak oleh Ekonomi Syariah dikarenakan beberapa alasan. Hingga
memunculkan konsep yaitu Economic Value of Time yang mana setiap
waktu itu memiliki nilai ekonomi. Dalam memaksimalkan dana dalam
periodik waktu, konsep economic value of time merupakan konsep yang
tepat untuk dipraktikkan dalam manajemen keuangan syariah.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana definisi mengenai Economic Value of Time?
2. Bagaimana konsep Economic Value of Time?
3. Bagaimana perbedaan antara Economic Value of Time dan Time Value
of Money?
4. Bagaimana teori profit and loss sharing dalam Ekonomi Islam?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami definisi mengenai Economic Value
of Time.
2. Untuk mengetahui dan memahami konsep dari Economic Value of
Time.
3. Untuk mengetahui dan memahami perbedaan antara Economic Value
of Time dan Time Value of Money.
4. Untuk mengetahui dan memahami teori profit and loss sharing dalam
Ekonomi Islam.

iv
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Economic Value of Time


Konsep economic value of time adalah suatu konsep bahwa waktu itu
memiliki nilai ekonomis, faktor nilai ekonomis waktu ini ditentukan oleh
bagaimana seseorang dapat memanfaatkan waktu tersebut. Konsekuensinya,
semakin efektif (tepat guna dan efisien (tepat cara), maka semakin tinggi
nilai waktunya. Dalam hal ini siapa yang lebih rajin, maka dia akan lebih
banyak mendapatkan hasilnya. Ekonomi Islam tidak mengenal bunga,
karena bunga sesungguhnya masuk ke dalam kategori riba. Dalam Islam
yang bernilai adalah waktu itu sendiri, atau nilai ekonomis waktu.
Teori economic value of time dikembangkan pada abad ke-7 Masehi.
Pada saat digunakannya emas dan perak sebagai alat tukar. Logam ini
diterima sebagai alat tukar disebabkan nilai intrinsiknya, bukan karena
mekanisme untuk dikembangkan selama periode itu, sehingga hubungan
debitur/kreditur yang muncul bukan karena akibat transaksi dagang
langsung, namun jelas merupakan transaksi “permintaan uang”. Landasan
atau keadaan yang digunakan oleh ekonomi konvensional yang ditolak
dalam ekonomi Islam, yaitu keadaan al-ghunmu bi al-ghurni (mendapatkan
hasil tanpa memperhatikan resiko) dan al kharaj bi la-dhaman (memperoleh
hasil tanpa mengeluarkan suatu biaya).
Ekonomi Islam memberikan pandangan terhadap fungsi uang yang
diakui hanya sebagai alat tukar medium of exchange dan kesatuan hitung
(unit of account). Uang itu sendiri tidak memberikan kegunaan/manfaat,
akan tetapi fungsi uanglah yang memberikan kegunaan. Uang menjadi
berguna jika ditukar dengan benda yang nyata atau jika digunakan untuk
membeli jasa. Oleh karena itu uang tidak bisa menjadi komoditi/barang
yang dapat diperdagangkan.

1
Dalam konsep ekonomi Islam, uang adalah milik masyarakat (money
is goods public). Barang siapa yang menimbun uang atau dibiarkan tidak
produktif berarti mengurangi jumlah uang beredar yang dapat
mengakibatkan tidak jalannya perekonomian. Jika seseorang sengaja
menumpuk uangnya tidak dibelanjakan, sama artinya dengan menghalangi
proses atau kelancaran jual beli. Implikasinya proses pertukaran dalam
perekonomian terhambat. Disamping itu penumpukan uang/harta juga dapat
mendorong manusia cenderung pada sifat-sifat tidak baik seperti tamak,
rakus dan malas beramal (zakat, infak dan sadaqah). Sifat-sifat tidak baik ini
juga mempunyai imbas yang tidak baik terhadap kelangsungan
perekonomian. Oleh karenanya Islam melarang penumpukan/penimbunan
harta, memonopoli kekayaan, sebagaimana telah disebutkan dalam QS:At
Taubah 34-35.
Disamping itu uang disimpan yang tidak dimanfatkan disektor
produktif (idle asset) jumlahnya akan semakin berkurang karena adanya
kewajiban zakat bagi umat Islam. Oleh karena itu uang harus berputar
(Money as flow concept). Islam sangat menganjurkan bisnis/perdagangan,
investasi disektor riil. Uang yang berputar untuk produksi akan dapat
menimbulkan kemakmuran dan kesehatan ekonomi masyarakat.
Inilah, maknanya ajaran islam yang menganjurkan menggunakan
konsep Economic Value of Time. Artinya, waktulah yang memiliki nilai
ekonomi, bukan uang memiliki nilai waktu. Islam tidak mengenal konsep
time value of money, tetapi Islam mengenal konsep economic value of time
yang artinya bahwa yang bernilai adalah waktunya itu sendiri. Islam
memperbolehkan pendapatan harga tangguh bayar lebih tinggi dari pada
bayar tunai. Yang lebih menarik adalah dibolehkannya penetapan harga
tangguh yang lebih tinggi itu sama sekali bukan disebabkan time value of
money, namun karena semata-mata karena ditahannya aksi penjualan
barang.
Mengenai waktu, waktu bagi semua orang adalah sama kuantitasnya,
yaitu 24 jam dalam sehari, 7 hari dalam sepekan. Nilai waktu antara satu

2
orang dengan orang lainnya, akan berbeda dari sisi kualitasnya. Jadi faktor
yang menentukan nilai waktu adalah bagaimana seseorang memanfaatkan
waktu itu. Semakin efektif (tepat guna) dan efisien (tepat cara), maka akan
semakin tinggi nilai waktunnya. Didalam Islam, keuntungan bukan saja
keuntungan didunia, namun yang dicari adalah keuntungan didunia dan di
akherat. Oleh karena itu, pemanfaatan waktu itu bukan saja harus efektif dan
efisien, namun harus jugadidasari dengan keimanan. Keimanan inilah yang
akan mendatangkan keuntungan di akhirat.
Dalam ekonomi Islam, penggunaan sejenis discount rate dalam
menentukan harga bai’ mu’ajjal (membayar tangguh) dapat digunakan. Hal
ini dibenarkan, karena :
1. Jual beli dan sewa menyewa adalah sector riil yang menimbulkan
economic value added (nilai tambah ekonomis).
2. Tertahannya hak si penjual (uang pembayaran) yang telah
melaksanakan kewajiban (menyerahkan barang atau jasa), sehingga ia
tidak dapat melaksanakan kewajibannya kepada pihak lain.1

Begitu pula penggunaan discount rate dalam menentukan nisbah bagi


hasil, dapat digunakan. Nisbah ini akan dikalikan dengan pendapatan aktual
(actual return), bukan dengan pendapatan yang diharapkan (excepted
return). Transaksi bagi hasil berbeda dengan transaksi jual beli atau
transaksi sewa menyewa, karena dalam transaksi bagi hasil hubungannya
bukan antara penjual dengan pembeli atau penyewa dengan yang
menyewakan. Dalam transaksi bagi hasil, yang ada adalah hubungan antara
pemodal dengan yang memproduktifkan modal tersebut. Jadi, tidak ada
pihak yang telah melaksanakan kewajiban namun masih tertahan haknya.
Shahibul maal telah melaksanakan kewajibannya, yaitu memeberikan
sejumlah modal, yang memproduktifkan (mudharib) juga telah
melaksanakan kewajibannya, yaitu memproduktifkan modal tersebut. Hak
bagi shahibul maal dan mudharib adalah berbagi hasil atas pendapatan atau

1
Ridan Muhtadi dkk, “Konsep Waktu pada Sistem Time Value of Money dan Economic Value of
Time; Perspektif Islam”. Jurnal Studi Keislaman. Vol. 4 No. 1, Juni 2017, Hal. 69.

3
keuntungan tersebut, sesuai kesepakatan awal apakah bagi hasil itu akan
dilakukan atas pendapatan atau keuntungan.

Ajaran Islam mendorong pemeluknya untuk selalu menginvestasikan


tabungannya. Di samping itu, dalam melakukan investasi tidak menuntut
secara pasti akan hasil yang akan datang. Hasil investasi dimasa yang akan
datng sangat dipengaruhi berapa faktor, baik faktor yang dapat
diprediksikan maupun tidak. Faktor-faktor yang dapat diprediksikan atau
dihitung sebelumnya adalah: berapa banyaknya modal, berapa nisbah yang
disepakati, dan berapa kali modal dapat diputar. Sementara faktor efeknya
tidak dapat dihitung secara pasti atau sesuai dengan kejadian adalah return
(perolehan usaha).

Berdasarkan hal diatas, maka dalam mekanisme investasi menurut


Islam, persoalan nilai waktu uang yang diformulasikan dalam bentuk bunga
adalah tidak dapat diterima. Dengan demikian, perlu dipikirkan bagaimana
formula pengganti yang seiring dengan nilai dan jiwa islam. Huhungan
formula tersebut dapat ditemukan formula investasi menurut pandangan
islam sebagai berikut:

Y= [(QxR)x v]+W

Ket :

Y = Pendapatan

Q = Nisbah bagi hasil

R = Return usaha

v = Tingkat pemanfaatan harta

W= Harta yang ditanamkan

Dalam sistem ekonomi Islam, investasi dapat mengurangi kemiskinan


dan meningkatkan income dengan cara memanfaatkan harta secara
produktif. Kegiatan investasi yang sesuai dengan syariah Islam adalah usaha

4
untuk menghasilkan kehidupan yang mulia (falah), memberikan manfaat
(maslahah) dan menghindari cara investasi yang dilarang, yaitu riba, gharar
dan maysir. Namun demikian, investasi yang produktif dapat dilakukan
dengan saling bekerjasama dan profesional dalam melaksanakan prinsip
tujuan utama syariat.

Dalam ekonomi, bagi hasil yang digunakan untuk mekanisme


ekonominya adalah nisbah bagi hasil dan return usaha yang terjadi secara
riil. Economic value of time relatif lebih adil dalam perhitungan kontrak
yang bersifat pembiayaan bagi hasil (joint venture). Economic value of time
dalam perhitungannya dapat menggunakan konsep revenue sharing atau
profit sharing. Konsep revenue sharing atau profit sharing berdampak pada
tingkat nisbah yang menjadi perjanjian kontrak kedua belah pihak.

Dalam kaitannya dengan ekonomi value of time, ekonomi Islam


memberi solusi supaya uang saat ini dimasa mendatang tetap memiliki nilai
tinggi meski cenderung mengalami penurunan (jika didiamkan dari waktu
ke waktu mengalami inflasi), yaitu: Dengan jalan investasi, dengan jalan
ditabung, dengan melakukan bisnis yang menerapkan sistem bagi hasil
(sesuai nisbah). Solusi kedua, dengan margin keuntungan, dimana margin
keuntungan hanya digunakan pada produk-produk pembiayaan yang
berbasis Natural Certainty Contract (NCC), yakni bisnis yang memberikan
kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah (amount) maupun waktu
(timing), seperti pembiayaan murabahah, ijarah, salam, dan istishna.

Terjadinya inflasi akibat penurunan daya beli uang atau decreasing


purchasing of money. Oleh karena itu, menurut penganut paham ini,
pengambilan bunga uang sangatlah logis sebagai kompenasisi penurunan
daya beli uang selama dipinjamkan. Argumentasi tersebut memang sangat
tepat seandainya dalam dunia ekonomi yang terjadi hanyalah inflasi saja
tanpa deflasi atau stabil. Demikian juga, tidak boleh menutup kemungkinan
bahwa dalam transaksi muamalah syariah seperti bai’ al-murabahah, ba’i
as-salam, musyarakah, dan mudharabah terhadap keuntungan. Tidak

5
jarang, keuntungan yang dihasilkan dari transaksi-transaksi tersebut
memiliki nilai return yang melebihi tingkat inflasi.2

B. Perbedaan Economic Value Of Time Dengan Time Value Of Money


Hal utama yang membedakan konsep time value of money dengan
economic value of time adalah pada konsep time value of money dasar
perhitungan pada kontrak adalah berdasarkan bunga, sedangkan dasar
perhitungan pada konsep economic value of time adalah nisbah. Konsep
economic value of time dalam perhitungannya dapat menggunakan konsep
revenue sharing atau profit sharing. Konsep revenue sharing atau profit
sharing akan sangat berdampak pada tingkat nisbah yang menjadi perjanjian
pada kontrak kerjasama. Konsep cost of fund dalam economic value of time
menggunakan Islamic Security Market Line dengan variabel risk free = 0.
Adapun value dari pembiayaan atau investasi yang dilakukan menggunakan
metodologi Net Present Value at Risk.
Misalkan dalam hal penentuan nisbah bagi hasil, return on capital
harus diperhitungkan dalam hal ini return on capital tidak sama dengan
return on money. Return on capital sangat tergantung pada jenis bisnisnya
dan berkaitan dengan sektor riil. Sedangkan return on money sangat
berkaitan dengan interest rate. Penentuan nisbah bagi hasil dilakukan
diawal kerjasama dan menggunakan project return sebagai dasarnya.
Apabila ternyata actual return dari investasi yang dibiayai tidak sama
dengan proyeksinya karen ada faktor yang memang tidak dapat diprediksi,
maka yang akan digunakan adalah angka actual return bukan angka
proyeksi return. Sehingga dalam hal ini menunjukan bahwa Islam tidak
setuju dengan konsep time value of moneyyang memastikan tingkat
keuntungan dimasa yang akan datang. Waktu akan memiliki economic

2
Risma Okta Elisafitri, Skripsi:“Pemikiran Adiwarman Azwar Karim terhadap Konsep Economic
Value of Time dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah” (Palembang: UIN Raden Fatah, 2019),
Hal. 28-34.

6
value jika dimanfaatkan untuk kegiatan produktif sehingga menjadi suatu
capital dan memperoleh suatu return.
Dalam keuangan Islam uang bukanlah suatu komoditas, hanya sekedar
alat menilai barang /jasa atau sebagai alat transasksi. Sehingga ada landasan
lain yang digunakan sebagai pijakan dalam pengambilan keputusan
keuangan yaitu akhlak, sehingga ketika preferensi seseorang terhadap uang
yang dikaitkan dengan waktu menjadi tidak relevan. Ketika seseorang
mengambil keputusan investasi secara umum akan membandingkan risk-
free interest dengan ekspektasi keuntungan pada suatu projeck investasi, hal
hal ini biasanya konsep time value of money menjadi konsep intinya. Namun
jika kita mendasarkannya pada akhlak dan moral Islam, ibaratnya secara
ekstrim seseorang akan tetap berinvestasi meskipun sedikit returnnya atau
bahkan hanya akan BEP (break even point), jika project investasi tersebut
telah memberikan kemanfaatan bagi orang yang menganggur sehingga akan
membuka lapangan pekerjaan.3
Adapun perbedaan antara interest rate dan discount rate
dalampandangan ekonomi konvensional dan ekonomi syari’ah,
sepertiterlihat pada tabel berikut:

Certainty Return Uncertainty Return


Ekonomi Ekonomi Ekonomi Ekonomi
Konvensional Syariah Konvensional Syariah
1 2 3 4
Interest rate Keuntungan Discount rate -Discount rate
ditentukan dalam jual beli/ ditentukan ditentukan
oleh: sewa menyewa oleh: atas dasar
1. Preferencycurr secara bayar 1. Preferenc harapan
entcomcumtio tangguh y current keuntungan(
ditentukan comcumti expected
oleh: on return), dan
1. Tingkat digunakan
keuntungan untukmenen
setiap tukan
kalitransaksi. nisbah bagi
hasil
3
Fetria Eka Yudiana, “Dimensi Waktu Dalam Analisis Time Value Of Money Dan Economic
Value Of Time”, Jurnal Muqtasid Vol. 4 No. 1, Juni 2013, hlm. 1-13.

7
2. Expected 2. Frekuensitransa 2. Expected - Bagi hasil
inflation. ksidalam inflation. yang harus
satuperiode 3. Premium for dibayar
uncertainty,den adalah
gan katalain, nisbah bagi
actual hasil
returndipaksak dikalikan
anharus dengan
samadenganex pendapatan
pected aktualnya
returnnya (actual
return)
- Dengan kata
lain
pendapatan
aktual
(actualretur
n) tidak
harus sama
dengan
pendapatan
yang
diharapkan
(expected
return)

Islam tidak mengenal time value of money, yang dikenal adalah


economic value of time. Contohnya, dalam menghitung nisbah bagi hasil di
Bank Syari’ah. Dalam proses penentuan nisbah ini, return on capital harus
diperhitungkan. Return on capitalini tidak sama dengan return on money.
Return on capital bergantung pada jenis bisnisnya dan berkaitan dengan
sektor riil, sedangkan return on money berkaitan dengan interest rate.

Penentuan nisbah bagi hasil harus dilakukan di awal, dan untuk itu
digunakan projected return. Jika ternyata actual return dari bisnisyang
dibiayai tidak sama dengan angka proyeksinya, yang digunakan adalah
angka aktual, bukan angka proyeksi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam
tidak mengenal time value of money. Time mempunyai economic value jika

8
waktu tersebut dimanfaatkan dengan menambah faktor produksi yang lain
sehingga menjadi capital dan dapat memperoleh return.4

C. Teori Profit and Loss Sharing


Keharaman bunga dalam syariah membawa konsekuensi adanya
penghapusan bunga. Teori profit and loss sharing dibentuk sebagai cara
baru selain bunga yang tidak mencerminkan keadilan. Profit loss sharing
berarti keuntungan atau kerugian yang timbul dari kegiatan ekonomi yang
ditanggung bersama-sama. Dalam bagi hasil tidak terdapat fixed and certain
return sebagaimana bunga, tetapi dilakukan profit and loss sharing
berdasarkan produktifitas nyata dari produk.
Dalam sistem Profit and loss sharing harga modal ditentukan
bersama-sama dengan peran dari kewirausahaan. Price of capital dan
enterpreneurship merupakan kesatuan integratif harus diperhitungkan
dakam menentukan faktor produksi. Dalam pandangan syariah uang
dikembangkan hanya dengan suatu produktifitas nyata. Tidak ada tambahan
atas pokok uang yang tidak menghasilkan produktifitas.

Dalam perhitungan bagi hasil pada bank Islam, terdapat beberapa


faktor yang mempengaruhi, yaitu:

a. Pendapatan margin dan pendapatan bagi hasil, dihitung berdasarkan


perolehan pendapatan pada bulan berjalan.
b. Saldo dana pihak ketiga, yang dihitung dengan menggunakan saldo
rata-rata harian bulan bersangkutan.
c. Pembiayaan, yang dihitung berdasarkan saldo rata-rata harian bulanan
bersangkutan. Namun ada juga bahwa yang diambil adalah saldo rata-
rata harian bulan sebelumnya, dengan alasan karena mempengaruhi
pendapatan bulan sebelumnya. Sedangkan pembiayaan bulan berjalan
baru akan memperoleh pada bulan berikutnya.
4
Dadang Husen Sobana, “Manajemen Keuangan Syariah”(Bandung: Pustaka Setia, 2017), hlm.
149-163.

9
d. Investasi pada surat berharga/penempatan pada bank Islam lain.
e. Penentuan kapan bagi hasil efektif dibagikan kepada pada pemilik
dana, apakah mingguan, pada akhir bulan, pada tanggal valuta, pada
tanggal jatuh tempo, pada tanggal akhir tahun dan lain sebagainya.
f. Penggunaan bobot dalam menghitung besarnya dana pihak ketiga.5

Dalam perjanjian bagi hasil yang disepakati adalah nisbah bagi hasil
dalam ukuran persentase atas kemungkinan hasil produktifitas nyata. Nilai
nominal bagi hasil yang nyata diterima, dapat diketahui setelah hasil
pemanfaatan dana tersebut benar-benar telah ada. Nisbah bagi hasil
ditentukan berdasarkan kesepakatan pihak-pihak yang bekerja sama.
Besarnya nisbah bagi hasil dipengaruhi pleh pertimbangan kontribusi
masing-masing pihak yang bekerja samadan prospek perolehan keuntungan
serta tingkat risiko yang mungkin terjadi.
Teori PLS dikembangkan menjadi dua model, yaitu model
mudharabah dan musyarakah. Model mudharabah merujuk pada kerjasama
usaha antar kedua pihak. Pihak pertama menyediakan selutuh modal,
sedangkan pihak lain menjadi pengelola dana. Model musyarakah adalah
akad kerjasama antara kedua pihak atau lebih untuk menjalankan suatu
usaha. Masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan
kesepakatan keuntungan dan risiko ditanggung bersama.6

D. Formula Economic Value of Time


1. Economic Value of Time pada Teori Pertukaran
Natural Certainty Contracts/teori pertukaran, adalah kontrak dalam
bisnis yang memberikan kepastian pembayaran, baik dari segi jumlah
maupun waktu. Dalam bentuk ini:
1) Cash-flownya pasti atau sudah disepakati di awal kontrak,
5
Andrianto dan Anang Firmansyah, “Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori dan Praktik”
(Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara Media, 2019), hlm 474-475.
6
Muchlis Yahya dan Edi Yusuf Agunggunanto, Teori Bagi Hasil dan Perbankan Syariah dalam
ekonomi Islam, jurnal dinamika ekonomi pembangunan, Vol. 1 No. 1, Juli 2011, Hlm. 67-68.

10
2) Obyek pertukarannya juga pasti secara jumlah, mutu, waktu maupun
harganya.
Pertukaran harga jual beli di dalam Islam, tidak ada ketentuan bakunya.
Tetapi berdasarkan fatwa DSN-MUI No. 04/DSN-MUI/IV/2000, yang
menyatakan bahwa bank harus memberitahu harga beli atau harga pokok
barang kepada nasabah serta biaya yang diperlukan, dan bank menjual
barang tersebut kepada nasabah dengan harga jual senilai harga beli plus
keuntungannya. Dan perlu diingat bahwa keuntungan yang diambil oleh
pihak bank sesuai dengan kesepakatan.
Keuntungan yang diambil oleh pihak bank tidak boleh berjalan
mengikuti waktu. Namun biaya dapat berjalan mengikuti waktu. Konsep
inilah yang berlaku di bank syariah dalam akadnya murabahah. Rumus
yang dapat digunakan dalam menentukan harga jual bank kepada nasabah
dalam akad murabahah (atau transaksi berbasis jual beli atau sewa-
menyewa) sebagai berikut:
HJb=HBb + ( t ×CR ) + k
Nilai Pembiayaan
CR= × Estimasi Biaya Operasi 1Tahun
Total Pembiayaan
Margin=Presentase × Pembiayaan bank
Keterangan:
HJb : Harga jual bank
HBb : Harga beli bank
t : Waktu
CR : Cost Recovery
k: Margin keuntungan yang diinginkan.
Contoh:

Nasabah mengajukan pembiayaan kepada Bank Syariah A untuk pembelian


satu unit mesin gilingan padi. Maka Bank Syariah memberikan pembiayaan
atau harga beli bank, yaitu sebesar Rp15.000.000 dengan jangka waktu 1
tahun. Dalam bank tersebut total pembiayaan mencapai Rp5.000.000.000

11
dengan RPR sebesar 10% dan estimasi biaya operasional sebesar Rp
200.000.000. Maka berapakah harga jual bank kepada nasabah tersebut?

Jawab:
Nilai Pembiayaan
Cost Recovery (CR)= × Estimasi Biaya Operasi 1Tahun
Total Pembiayaan
Rp 15.000 .000
¿ × Rp 200.000.000=Rp 600.000
Rp 5.000 .000.000
Margin=Presentase × Pembiayaan bank
¿ 10 % × Rp 15.000 .000=Rp 1.500.000
HJb=HBb + ( t ×CR ) + k
¿ Rp15.000 .000+(1× Rp600.000)+1.500 .000
¿ Rp17.100 .000
Sementara uang muka, diskon dan harga jual menjadi hal tesendiri.
Harga jual murabahah di bank syariah akan bisa berubah untuk satu calon
nasabah dengan calon nasabah yang lainnya. Perubahan harga tersebut dapat
dipengaruhi oleh (1) uang muka (urbun) yang dibayarkan oleh calon
nasabah saat pemesanan, dan (2) diskon yang diberikan suplier kepada bank
syariah.7

2. Economic Value of Time pada Teori Percampuran


Teori pencampuran merupakan kontrak dalam bisnis yang tidak
memberikan kepastian pendapatan, baik dari segi jumlah maupun waktunya.
Tingkat return bisa positif, negatif maupun nol. Kontrak-kontrak investasi
ini secara sunatullah tidak menawarkan:
1) Return yang tetap dan pasti
2) Sifatnya tidak fixed dan predetermined.
Dalam kontrak jenis ini, pihak-pihak yang bertransaksi saling
mencampurkan asetnya (baik real asset maupun financial assets) menjadi
satu kesatuan, dan kemudian menanggung risiko bersama-sama untuk

7
Muhamad, “Rekonstruksi Time Value of Money Menuju Economic Value of Time untuk
Keuangan Islam. Jurnal Islamic Review. Vol. 1 No. 2, Oktober 2012. Hal. 185-186.

12
mendapatkan keuntungan. Dalam kontrak demikian ini, keuntungan dan
kerugian ditanggung bersama.
Ada beberapa asumsi yang digunakan dalam memformulasikan
konsep EVT, yaitu: harta harus berputar tidak boleh diam (idle), semakin
sering berputar maka harta akan berkembang, masa depan tidak pasti
hasilnya, dalam bisnis dapat menghasilkan keuntungan, kerugian atau
impas, return bisnis atau usaha masa depan dapat diproyeksikan, dan hasil
aktual tidak selamanya sama dengan hasil yang diproyeksikan.8
Investasi adalah terapan dari teori percampuran. Berdasarkan hal
tersebut diatas, maka dalam mekanisme investasi menurut Islam, persoalan
nilai waktu uang yang diformulasikan dalam bentuk bunga adalah tidak
dapat diterima. Formula untuk menghitung perkembangan harta yang
diinvestasikan secara syariah adalah sebagai berikut:
Y = [ (Q × R ) × v ] +W
Keterangan:
Y : Pendapatan
v: Velocity of money (Tingkat pemanfaatan harta)
Q : Nisbah bagi hasil
R : Return Investasi
W : Harta yang ditanamkan
Contoh:
Bapak Sholeh membuka deposito sebesar Rp5.000.000, nisbah bagi hasil
antara nasabah dan bank, 57%:43%. Return atau pengembangan usaha
adalah Rp10.000 dan tingkat pemanfaatan harta atau pemutaran harta terjadi
5 kali. Berapa perkembangan harta atau pendapatan yang diperoleh bapak
Sholeh?
Jawab:
Y = [ (Q × R ) × v ] +W
Y = [ (57 % × Rp 10.000 ) × 5 ] + Rp5.000 .000

8
Awang Darmawan Putra, “Pertukaran dan Pencampuran dalam Ekonomi Islam”. Jurnal Hukum
Ekonomi Syariah. Vol. 12 No. 1, Juni 2020. Hal. 137.

13
Y = ( Rp 5.700 ×5 ) + Rp 5.000.000
Y =Rp 28.500+ Rp 5.000.000
Y =Rp 5.028 .500

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa, untuk mengganti adanya konsep time value
of time money, para ekonom islam membangun sebuah teori dalam kaitannya
dengan permasalahan riba dalam pandangan islam yang disebut dengan teori
economic value of time yang dibenarkan menurut islam.
Dalam ekonomi bagi hasil yang digunakan untuk mekanisme
ekonominya adalah nisbah bagi hasil dan return usaha yang terjadi secara rill
atau nyata. Perbedaan economic value of time ddengan time value of money
hal utama yang membedakan adalah pada konseptime value of money dasar
perhitungan pada kontrak adalah berdasarkan bunga, sedangkan dasar
perhitungan pada economic value of time adalah nisbah atau bagi hasil.

B. Saran
Kita sebagai muslim dan muslimah alangkah baiknya jika berinvestasi
tetap memperhatikan kaidah-kaidah yang sesuai dengan ajaran agama, salah
satunya yaitu dengan menghindari bunga, karena islam sangat bertentangan
dengan adanya bunga tersebut. Menggunakan bank syariah dinilai sangat
tepat jika ingin berinvestasi karena produk- produk pembiayaannya sudah
sesuai dengan kaidah Islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, A. F. (2019). Manajemen Bank Syariah (Implementasi Teori dan


Praktik). Jawa Timur: CV. Penerbit Qiara Media.

Elisafitri, R. O. (2019). Pemikiran Adiwarman Azwar Karim Terhadap Konsep


Economic Value of Time dalam Perspektif Hukum Ekonomi Syariah.
Skripsi, 28-34.

Muchlis Yahya, E. Y. (2011). Teori Bagi Hasil dan Perbankan Syariah dalam
ekonomi Islam. Jurnal Dinamika Ekonomi Pembangunan, Vol. 1 No. 1,
67-68.

Ridan Muhtadi, M. F., & Mohsi, F. a.-S. (2017). Konsep Waktu pada Sistem time
Value of Money dan Economic Value of Time, Perspektif Islam. Jurnal
Studi Keislaman, Vol/.4 No. 1, 69.

Sobana, D. H. (2017). Manajemen Keuangan Syariah. Bandung: Pustaka Setia.

Yudiana, F. E. (2013). Dimensi Waktu dalam Analisis time Value of Money dan
Economic Value of Time. Jurnal Muqtasid, Vol. 4 No. 1, 1-13.

16

Anda mungkin juga menyukai