Makalah Konjungtivitis
Makalah Konjungtivitis
Makalah Konjungtivitis
1.1 Latar Belakang Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Konjungtiva merupakan membrane mucus yang tipis dan transparan. Permukaan dalam kolopak mata disebut konjungtiva palpebra, merupakan lapisan mukosa. Bagian yang membelok dan kemudian melekat pada bola mata disebut konjungtiva bulbi. Pada konjungtiva ini banyak sekali kelenjar-kelenjar limfe dan pembuluh darah. Peradanagan konjungtiva disebut konjungtivitis. 1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Dengan disusunnya makalah ini, diharapkan mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan dengan gangguan konjungtivitis. 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Menjelaskan tentang definisi Konjungtivitis 2. Menjelaskan tentang etiologi pada Konjungtivitis 3. Menjelaskan Konjungtivitis 4. Menjelaskan tentang patofisiologi Konjungtivitis 5. Menjelaskan tentang pemeriksaan penunjang pada penderita Konjungtivitis 6. Menjelaskan tetang penatalaksanaan pada pasien penderita Konjungtivitis 7. Menjelaskan tetang asuhan keperawatan pada pasien penderita Konjungtivitis. tentang manifestasi klinis pada pederita
1.3 Manfaat 1. Dengan mengetahui definisi konjungtifitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui apa itu konjungtivitis. 2. Dengan mengetahui etiologi konjungtivitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui penyebab dari konjungtivitis. 3. Dengan mengetahui manifestasi konjungtivitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui tanda dan gejala dari konjungtivitis. 4. Dengan mengetahui patofisiologi dari konjungtivitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui perjalanan penyakit konjungtivitis. 5. Dengan mengetahui pemeriksaan penunjang konungtivitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui pemeriksaan apa saja yang diperlukan untuk penderita konjungtivitis. 6. Dengan mengetahui penatalaksanaan konjungtivitis, diharapkan
makalah ini bermanfaat untuk mengetahui penatalaksanaan dari penyakit konjungtivitis. 7. Dengan mengetahui komplikasi dari konjungtivitis, diharapkan makalah ini bermanfaat untuk mengetahui komplikasi apa saja yang disebabkan oleh penyakit konjungtivitis.
2.1 Definisi Konjungtivitis Konjungtiva adalah membrane mukosa (selaput lendir) yang melapisi kelopak dan melipat ke bola mata untuk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus, di mana konjungtiva berbatasan dengan lapisan superficial kornea. Konjungtiva yang melapisi kelopak, yaitu konjuntiva palpebrae, sangat vaskuler (banyak mengandung pembuluh darah), dan lewat konjungtiva ini dapat dilihat kelenjar sebasea pada tepi kelopak. Lonjungtiva palpebrae lebih tebal daripada konjungtiva bulbi yang menutupibagian depan bola mata sampai tepi kornea. Sclera dapat dilihat lewat konjungtiva bulbi.
Konjungtivitis merupakan peradangan konjungtiva atau disebut sebagai mata merah atau pink eye sangat sering terjadi. (Vera & Margaret, 1996) Konjungtivitis adalah inflamasi konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada konjungtivis mata nampak merah, sehingga sering disebut mata merah. (Brunner & Suddarth,2001) Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. (Effendi, 2008). Konjungtivitis, atau inflamasi konjungtiva, disebabkan oleh infeksi bakteri atau virus, alergi, atau reaksi zat kimiawi. Konjungtivitis bacterial atau viral sangat menular tetapi menjadi self-limiting (bisa sembuh tanpa banyak intervensi) setelah 2 minggu. Konjungtivitis kronis bias mengakibatkan perubahan degeneratif pada kelopak mata. Di belahan bumi barat, konjungtivitis mungkin merupakan ganguan mata yang paling umum. 2.2 Etiologi 2.2.1 Konjungtivitis Bakteri Terutama disebabkan oleh Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, dan Moraxella catarrhalis. Konjungtivitis bakteri sangat menular, menyebar melalui kontak langsung dengan pasien dan sekresinya atau dengan objek yang terkontaminasi. 2.2.2 Konjungtivitis Viral Jenis konjungtivitis ini adalah akibat infeksi human adenovirus ( yang paling sering adalah keratokonjungtivitis epidermika ) atau dari penyakit virus sistemik seperti mumps dan mononukleosis. Biasanya
disertai
dengan
pembentukan
folikel
sehingga
disebut
juga
konjungtivitis folikularis. Mata yang lain biasanya tertular dalam 24-48 jam. 2.2.3 Konjungtivitis Alergi Konjungtivitis alergi biasanya timbul pada musim semi dan panas, dan disebabkan oleh pajanan dengan alergen misalnya polen (serbuk sari). Pasien akan mengeluh rasa tidak enak dan iritasi yang berlebihan. Terbentuk papilla yang dapat dikonjungtiva, dan kornea bias terlibat. Konjungtivitis alergi dapat terjadi bersama dengan reaksi alergi yang lain. Misalnya astma dan hay fever. 2.2.4 Konjungtivitis Gonore Konjungtivitis hiper akut dengan sekret purulen yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhea. Sedangkan infeksi gonokokus pada mata pada neonatus (bayi baru lahir) disebabkan oleh infeksi tidak langsung selama keluar melewati jalan lahir pada ibu yang menderita gonore, konjungtivitis yang berat disebut oftalmia neonatorum. 2.2.5 Trachoma Trachoma merupakan konjungtivitis folikular kronik yang
disebabkan Chlamydia trachomatis. Masa inkubasi dari trachoma adalah 7 hari ( 5 14 hari ). Trachoma dapat mengenai segala umur terutama dewasa muda dan anak-anak, yang akut atau sub akut. Cara penularannya melalui kontak langsung dengan sekret atau alat-alat pribadi. 2.3 Manifestasi Klinis 2.3.1 Tanda Tanda-tanda konjungtivitis, yakni: Konjungtiva berwarna merah (hiperemi) dan membengkak. produksi air mata berlebihan (epifora).
kelopak mata bagian atas nampak menggelantung (pseudoptosis) seolah akan menutup akibat pembengkakan konjungtiva dan peradangan sel-sel konjungtiva bagian atas.
pembesaran pembuluh darah di konjungtiva dan sekitarnya sebagai reaksi nonspesifik peradangan. pembengkakan kelenjar (folikel) di konjungtiva dan sekitarnya. terbentuknya membran oleh proses koagulasi fibrin (komponen protein). dijumpai sekret dengan berbagai bentuk (kental hingga bernanah).
2.3.2 Gejala Konjungtiva yang mengalami iritasi akan tampak merah dan mengeluarkan kotoran. Konjungtivitis karena bakteri mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih. Kelopak mata bisa membengkak dan sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi. Gejala lainnya adalah: mata berair mata terasa nyeri mata terasa gatal pandangan kabur peka terhadap cahaya terbentuk keropeng pada kelopak mata ketika bangun pada pagi hari. 2.4 Patofisiologi Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi
menyebabkan kelopak mata terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna, karena mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi
6
menyebabkan konjungtivitis.Pelebaran pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan sclera yang merah, edema, rasa nyeri, dan adanya secret mukopurulent.Akibat jangka panjang dari konjungtivitis yang dapat bersifat kronis yaitu mikroorganisme, bahan allergen, dan iritatif menginfeksi kelenjar air mata sehingga fungsi sekresi juga terganggu menyebabkan hipersekresi. Pada konjungtivitis ditemukan lakrimasi, apabila pengeluaran cairan berlebihan akan meningkatkan tekanan intra okuler yang lama kelamaan menyebabkan saluran air mata atau kanal schlemm tersumbat. Aliran air mata yang terganggu akan menyebabkan iskemia syaraf optik dan terjadi ulkus kornea yang dapat menyebabkan kebutaan. Kelainan lapang pandang yang disebabkan kurangnya aliran air mata sehingga pandangan menjadi kabur dan rasa pusing.
2.4.1 Pathway
Mikroorganisme(bakteri, virus,jamur)
Konjungtivitis peradangan
Fungsi sekresi terganggu nyeri Sclera merah edem a TIO meningkat Kanal schlemm trsmbt Gangguan rasa nyaman Iskemia syaraf optik Gangguan persepsi sensori Resiko infeksi
hipersekresi
Ulkus kornea
2.5 Pemeriksaan Penunjang Pemeriksaan fisik memperlihatkan injeksi pembuluh konjungtival bulbar. Pada anak-anak, tanda dan gejala sistemik bisa meliputi sakit tenggorokan dan demam. Monosit merupakan yang utama dalam uji pulasan berwarna pada kerikan konjungtival jika konjungtivitis disebabkan virus. Sel polimorfonuklear (neutrofil) adalah hal utama jika konjungtivitis disebabkan bakteri. Uji kultur dan sensitivitas membantu mengidentifikasi organisme bacterial yang menyebabkan dan mengidentifikasi terapi antibiotic yang tepat. 2.6 Penatalaksanaan Bila konjungtivitis disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana cara menghindari kontraminasi mata yang sehat atau mata orang lain. Perawat dapat memberikan intruksi pada pasien untuk tidak menggosok mata yang sakit dan kemudian menyentuh mata yang sehat, mencuci tangan setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah untuk membersihkan mata yang sakit. Asuhan khusus harus dilakukan oleh personal asuhan kesehatan guna mengindari penyebaran konjungtivitis antar pasien. Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder, konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %, rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid (misalnya dexametazone 0,1 %). Penanganannya dimulai dengan edukasi pasien untuk memperbaiki higiene kelopak mata. Pembersihan kelopak 2 sampai 3 kali sehari dengan artifisial tears dan salep dapat menyegarkan dan mengurangi gejala pada kasus ringan.
Pada kasus yang lebih berat dibutuhkan steroid topikal atau kombinasi antibiotik-steroid. Sikloplegik hanya dibutuhkan apabila dicurigai adanya iritis. Pada banyak kasus Prednisolon asetat (Pred forte), satu tetes, QID cukup efektif, tanpa adanya kontraindikasi. Apabila etiologinya dicurigai reaksi Staphylococcus atau acne rosasea, diberikan Tetracycline oral 250 mg atau erythromycin 250 mg QID PO, bersama dengan pemberian salep antibiotik topikal seperti bacitracin atau erythromycin sebelum tidur. Metronidazole topikal (Metrogel) diberikan pada kulit TID juga efektif. Karena tetracycline dapat merusak gigi pada anak-anak, sehingga kontraindikasi untuk usia di bawah 10 tahun. Pada kasus ini, diganti dengan doxycycline 100 mg TID atau erythromycin 250 mg QID PO. Terapi dilanjutkan 2 sampai 4 minggu. Pada kasus yang dicurigai, pemeriksaan X-ray dada untuk menyingkirkan tuberkulosis. 2.7 Komplikasi Stafilokok dapat menyebabkan blefarokonjungtivitis, genokok
menyebabkan perforasi kornea dan endoftalmitis, dan meningokok dapat menyebabkan septikemia atau meningitis.
10
Keluhan utama: gatal dan nyeri dimata Riwayat Kesehatan Sekarang Klien merasakan nyeri, gatal dan merasa seperti ada benda asing dalam mata.
Riwayat Kesehatan Dahulu Klien pernah mengalami penyakit seperti ini sebelumnya.
11
Kaji apakah ada gangguan interaksi sosial semenjak klien menrasakan penyakitnya. Spiritual Kaji apakah klien mengalami gangguan melaksanakan rutinitas ibadahnya sehubungan dengan penyakit yang klien derita. Istirahat tidur Kaji kualitas dan kuantitas tidur klien sejak dan sebelum sakit, apakah ada gangguan tidur sejak mengalami sakit, atau bagaimana perasaan klien sewaktu bangun tidur. 4. Pemeriksaan Fisik Keadaan umum Kesadaran TTV : Baik : Composmentis :
TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 ; Nadi : 80 x/menit; RR : 18 x/menit Pemeriksaan Fisik: Sistem pernafasan pola nafas, irama nafas dalam batas normal dan baik. Sistem kardiovaskular bunyi jantung, irama jantung dalam batas normal. Sistem pencernaan Mulut bersih, makan teratur 3X sehari. Dalam batas normal Sistem perkemihan BAK dan BAK dalam batas normal sistem endokrin Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid sistem genetalia Belum terkaji Sistem musculoskeletal
12
Pergerakan sendi, otot, tulang dalam batas normal Sistem integumen Turgor kulit normal Sistem persarafan Dalam batas normal 5. Pemeriksaan Laboraturium 1. Pemeriksaan Giemsa/ pengecatan gram Dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel morfonuklear, juga bakteri atau jamur penyebab konjungtivitis 2. Pemeriksaan Visus Catat derajat pendangan perifer klien karena jika terdapat sekret yang menempel pada kornea dapat menimbulkan kemunduran visus. 3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN Analisa Data TGL/ JAM 27102011/ 09.00 wib DS: Pasien mengatakan nyeri matanya DO: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. TD : 100/70 mmHg; Suhu : 370 C DS: ada purulen dan edema Mikroorganisme allergen, DO: mata klien tampak hiperemia, berair dan
13
Pengelompokan Data
Etiologi
Masalah
Nyeri
pada
kedua
Konjungtivitis
Resiko infeksi
iritatif
kotor. TD
: 100/70
0
Kelnjar air mata terinfeksi Fungsi sekresi terganggu Hipersekresi Resiko infeksi
mmHg; Suhu : 37 C
matanya lengket, dan pandangan klien sedikit kabur. DO: Mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. Terdapat purulent.
Konjungtivitis Peradangan Dilatasi pembuluh darah Granulasi disertai sensasi benda asing
Tidak nyaman DIAGNOSA KEPERAWATAN TGL/ JAM 27-102011/ 1. Nyeri berhubungan dengan peradangan konjungtiva DIAGNOSA KEPERAWATAN PARAF
14
09.00 wib
2. Resiko infeksi berhubungan dengan infeksi pada kelenjar air mata 3. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan perubahan penerimaan sensori 4. Gangguan rasanyaman berhubungan dengan sensasi benda asing
Noc : Nyeri
Indikator Penurunan penampilan peran atau hubungan interpersonal Gangguan kerja, kepuasan hidup atau kemampuan untuk mengendalikan. Penurunan konsentrasi Terganggunya tidur
NIC : Management Nyeri AKTIVITAS Pengkajian INTERVENSI a. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk
mengumpulkan pengkajian.
informasi
b. Minta pasien untuk menilai nyeri/ ketidak nyamanan pada skala nol sampai 10 (0=tidak ada nyeri/ ketidaknyamanan, 10= nyeri yang sangat) c. Gunakan lembar alur nyeri untuk
15
memantau pengurangan nyeri dari analgesik dan kemungkinan efek sampingnya. d. Dalam mengkaji nyeri pasien
karakteristik, awitan atau durasi, frekuensi, kualitas intensitas atau keparahan, dan faktor presipitasinya. f. Observasi isyarat ketidaknyamanan non verbal, khususnya pada mereka yang tidak mampu secara
mengkomunikasikannya efektif. Pendidikan untuk pasien / keluarga a. Masukkan pemulangan pada intruksi
saat
pasien
mengenai
pengobatan khusus yang harus di konsumsi, frekuensi efek interaksi khusus obat pemberian, samping, obat, saat tersebut aktifitas
pembatasan
fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus dihubungi bila dijumpai tertahankan. b. intruksikan pasien untuk nyeri yang tidak
16
menginformasikan
pada
perawat
jika pengurang nyeri tidak dapat di capai. c. Informasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping. d. Perbaiki analgesik salah persepsi atau tentang oploid
narkotik
(misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis). e. Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab nyeri, seberapa lama akan berlangsung dan dari
ketidaknyamanan
tindakan
pengendalian
nyeri sebelum jadi berat. g. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (relaksasi) sebelum,
setelah dan jika memungkionkan, selama aktivitas yang menyakitkan. Aktivitas Kolaboratif a. Laporkan pada dokter jika tindakan berhasil atau jika keluhan saat ini merupakan perubahan yang
bermakna dari pengalaman nyeri pasien di masa lalu. Aktifitas Lain a. Sesuaikan frekuensi dosis sesuai indikasi dengan pengkajian nyeri dan efek sampingnya. b. Bantu pasien untuk tindakan
mengidentivikasi
17
yang telah berhasil dilakukannya seperti, distraksi, relaksasi, atau kompres hangat/ dingin. c. Bantu pasien untuk lebih berfokus pada aktifitas daripad nyeri/ dengan
ketoidaknyamanan
melakukan pengalihan melalui tv, radio, tipe, dan kunjungan. d. Gunakan pendekatan yang positif dengan tujuan respon untuk pasien
e. Libatkan pasien dalam modalitas pengurangan nyeri, jika mungkin. f. Kendalikan faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien terhadap (cahaya). g. Pastikan pemberian analgesik ketidak nyamanan
prapenanganan dan atau strategi nonfarmakologis sebelum dilakukan prosedur yang dilakukan nyeri
18
Tabel Intervensi Keperawatan Tgl/Jam 27-102011/ 09.00 wib DK/Tujuan/K Intervensi Rasional Paraf H DK : Nyeri a. Masukkan pada Memberikan berhubungan intruksi saat intruksi saat dengan peradangan pemulangan pemulangan konjungtiva pasien mengenai pasien mengenai Tujuan : setelah pengobatan pengobatan dilakukan khusus yang khusus yang tindakan keperawatan harus di harus di selama 3x24 konsumsi, konsumsi, jam diharapkan frekuensi frekuensi nyeri dapat pemberian, pemberian, teratasi KH : kemungkinan kemungkinan Tidak nyeri efek samping, efek samping, pada kedua kemungkinan kelopak kemungkinan mata interaksi obat, interaksi obat, pasien. kewaspadaan kewaspadaan Mata pasien tidak khusus saat khusus saat hiperemia. mengkonsumsi mengkonsumsi Mata pasien tidak berair. obat tersebut obat tersebut Mata pasien (misalnya, (misalnya, tidak kotor pembatasan pembatasan aktifitas fisik, aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang
pembatasan diet), dan nama orang yang dihubungi dijumpai yang tertahankan. Mengintruksikan harus bila nyeri tidak
19
pasien
untuk
pasien
untuk
persepsi tentang analgesik narkotik oploid (misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis). e. Berikan informasi tentang seperti penyebab nyeri, seberapa akan berlangsung dan antisipasi lama nyeri, atau
oploid (misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis). Memberikan informasi tentang nyeri, penyebab seberapa seperti nyeri, lama
20
jadi berat. Mengajarkan penggunaan teknik farmakologi (relaksasi) non sebelum, setelah dan jika non
jadi berat. g. Ajarkan penggunaan teknik farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah dan jika
menyakitkan.
3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN NO TGL/JAM 27-102011/ 09.00 wib TIDAKAN Memberikan intruksi saat pemulangan pasien mengenai pengobatan khusus yang harus di konsumsi, frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interaksi obat, kewaspadaan khusus saat mengkonsumsi obat tersebut (misalnya, pembatasan aktifitas fisik, pembatasan diet), dan nama orang yang harus PARAF
dihubungi bila dijumpai nyeri yang tidak tertahankan. Mengintruksikan pasien untuk
21
menginformasikan
pada
perawat
jika
pengurang nyeri tidak dapat di capai. Menginformasikan pada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan tawarkan saran koping. Memperbaiki salah persepsi tentang
analgesik narkotik atau oploid (misalnya, resiko ketergantungan atau overdosis). Memberikan informasi tentang nyeri,
farmakologi (relaksasi) sebelum, setelah dan jika memungkionkan, selama aktivitas yang menyakitkan.
3.5 EVALUASI MASAKAH TGL/JAM KEPERAWATAN Nyeri berhubungan 27-10dengan peradangan 2011/ konjungtiva 09.00 wib CATATAN PERKEMBANGAN S: Pasien mengatakan nyeri pada kedua matanya O: mata klien tampak hiperemia, berair dan kotor. A: nyeri belum teratasi P : rencana 2-7 dilanjutkan PARAF
22
BAB IV PENUTUP
4.1 Simpulan Mata adalah organ penglihatan. Suatu struktur yang sangat kompleks, menerima dan mengirimkan data ke korteks serebral. Seluruh lobus otak, lobus oksipital, ditujukan khusus untuk menterjemahkan citra visual. Selain itu, ada tujuh saraf kranial yang memilki hubungan dengan mata dan hubungan batang otak memungkinkan koordinasi gerakan mata. Konjungtivitis lebih dikenal sebagai pink eye, yaitu adanya inflamasi pada konjungtiva atau peradangan pada konjungtiva, selaput bening yang menutupi bagian berwarna putih pada mata dan permukaan bagian dalam kelopak mata. Konjungtivitis terkadang dapat ditandai dengan mata berwarna sangat merah dan menyebar begitu cepat dan biasanya menyebabkan mata rusak. Beberapa jenis konjungtivitis dapat hilang dengan sendiri, tetapi ada juga yang memerlukan pengobatan. 4.2 Saran Dengan adanya pembuatan makalah kami, semoga dapat mempermudah dan dapat dimengerti sehinga penyakit konjungtivitis ini dapat di cegah, jika pun sudah terjadi atau yang sudah menderita penyakit ini dalam makalah kami ini obat serta penatalaksaan, asuhan keperarawatan dapat membantu pembaca dan mempermudah. Kami sebagai tim penyusun mengharapkan juga untuk kritik dan saran dalam makalah yang telah kami buat dalam pengembangan yang lebih baik lagi.
23
DAFTAR PUSTAKA
C. Smeltzer Suzanne dan Brenda G.Bare. 2001.Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.Jakarta: EGC Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Ilmu Keperawatan Mata. Sagung Seto, Jakarta Ilyas Sidarta, Dr. Prof. H. (2004). Masalah Kesehatan Mata Anda. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta Pearce, evelyn C.2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta :PT gramedia pustaka utama http:// asuhan-keperawatan-pada-pasien-konjungtivitis.com http://kelompok8fkep.wordpress.com/2009/10/12/kasus-2-konjungtivitis/ http:/asuhan-keperawatan-konjungtivitis.com/2010/11/.html http://dyny-nursedynygreat.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatankonjungtivitis.html
24