ASKEP Konjungtivitis (Putri Ayu)

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 32

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Definisi
1.1.1 Definisi Konjungtivitis
Konjungtivitis adalah peradangan pada konjungtiva dan penyakit ini adalah
penyakit mata yang paling umum di dunia. Karena lokasinya, konjungtiva terpajan
oleh banyak mikroorganisme dan faktor-faktor lingkungan lain yang mengganggu.
Penyakit ini bervariasi mulai dari hiperemia ringan dengan mata berair sampai
konjungtivitis berat dengan banyak sekret purulen kental. Jumlah agen-agen yang
pathogen dan dapat menyebabkan infeksi pada mata semakin banyak, disebabkan oleh
meningkatnya penggunaan oat-obatan topical dan agen imunosupresif sistemik, serta
meningkatnya jumlah pasien dengan infeksi HIV dan pasien yang menjalani
transplantasi organ dan menjalani terapi imunosupresif (Sitompul, 2017)

1.1.2 Etiologi
Konjungtivitis dapat disebabkan oleh berbagai macam hal, seperti:
1) Infeksi oleh virus, bakteri, atau clamidia.
2) Reaksi alergi terhadap debu, serbuk sari, bulu binatang.
3) Iritasi oleh angin, debu, asap dan polusi udara lainnya; sinar ultraviolet.
4) Pemakaian lensa kontak, terutama dalam jangka panjang, juga bisa
menyebabkan konjungtivitis.
Konjungtivitis yang disebabkan oleh mikroorganisme (terutama virus dan kuman atau
campuruan keduanya) ditularkan melalui kontak dan udara. Dalam waktu 12 sampai
48 jam setelah infeksi mulai, mata menjadi merah dan nyeri (Sitompul, 2017)

1.1.3 Pembagian Konjungtivitis


a. Konjungtivitis Bakteri
a) Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis Bakteri adalah inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh
bakteri. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien datang dengan keluhan mata
merah, sekret pada mata dan iritasi mata
b) Etiologi dan Faktor Resiko
Konjungtivitis bakteri dapat dibagi menjadi empat bentuk, yaitu hiperakut,
akut, subakut dan kronik. Konjungtivitis bakteri hiperakut biasanya disebabkan
oleh N gonnorhoeae, Neisseria kochii dan N meningitidis. Bentuk yang akut
biasanya disebabkan oleh Streptococcus pneumonia dan Haemophilus
aegyptyus. Penyebab yang paling sering pada bentuk konjungtivitis bakteri
subakut adalah H influenza dan Escherichia coli, sedangkan bentuk kronik
paling sering terjadi pada konjungtivitis sekunder atau pada pasien dengan
obstruksi duktus nasolakrimalis. Konjungtivitis bakterial biasanya mulai pada
satu mata kemudian mengenai mata yang sebelah melalui tangan dan dapat
menyebar ke orang lain. Penyakit ini biasanya terjadi pada orang yang terlalu
sering kontak dengan penderita, sinusitis dan keadaan imunodefisiensi
c) Patofisiologi
Jaringan pada permukaan mata dikolonisasi oleh flora normal seperti
streptococci, staphylococci dan jenis Corynebacterium. Perubahan pada
mekanisme pertahanan tubuh ataupun pada jumlah koloni flora normal tersebut
dapat menyebabkan infeksi klinis. Perubahan pada flora normal dapat terjadi
karena adanya kontaminasi eksternal, penyebaran dari organ sekitar ataupun
melalui aliran darah. Penggunaan antibiotik topikal jangka panjang merupakan
salah satu penyebab perubahan flora normal pada jaringan mata, serta
resistensi terhadap antibiotic. Mekanisme pertahanan primer terhadap infeksi
adalah lapisan epitel yang meliputi konjungtiva sedangkan mekanisme
pertahanan sekundernya adalah sistem imun yang berasal dari perdarahan
konjungtiva, lisozim dan imunoglobulin yang terdapat pada lapisan air mata,
mekanisme pembersihan oleh lakrimasi dan berkedip. Adanya gangguan atau
kerusakan pada mekanisme pertahanan ini dapat menyebabkan infeksi pada
konjungtiva
d) Gejala Klinis
Gejala-gejala yang timbul pada konjungtivitis bakteri biasanya dijumpai
injeksi konjungtiva baik segmental ataupun menyeluruh. Selain itu sekret pada
kongjungtivitis bakteri biasanya lebih purulen daripada konjungtivitis jenis
lain, dan pada kasus yang ringan sering dijumpai edema pada kelopak mata.
Ketajaman penglihatan biasanya tidak mengalami gangguan pada
konjungtivitis bakteri namun mungkin sedikit kabur karena adanya sekret dan
debris pada lapisan air mata, sedangkan reaksi pupil masih normal. Gejala
yang paling khas adalah kelopak mata yang saling melekat pada pagi hari
sewaktu bangun tidur
e) Diagnosis
Pada saat anamnesis yang perlu ditanyakan meliputi usia, karena mungkin saja
penyakit berhubungan dengan mekanisme pertahanan tubuh pada pasien yang
lebih tua. Pada pasien yang aktif secara seksual, perlu dipertimbangkan
penyakit menular seksual dan riwayat penyakit pada pasangan seksual. Perlu
juga ditanyakan durasi lamanya penyakit, riwayat penyakit yang sama
sebelumnya, riwayat penyakit sistemik, obat-obatan, penggunaan obat-obat
kemoterapi, riwayat pekerjaan yang mungkin ada hubungannya dengan
penyakit, riwayat alergi dan alergi terhadap obat-obatan, dan riwayat
penggunaan lensa-kontak
f) Komplikasi
Blefaritis marginal kronik sering menyertai konjungtivitis bateri, kecuali pada
pasien yang sangat muda yang bukan sasaran blefaritis. Parut di konjungtiva
paling sering terjadi dan dapat merusak kelenjar lakrimal aksesorius dan
menghilangkan duktulus kelenjar lakrimal. Hal ini dapat mengurangi
komponen akueosa dalam film air mata prakornea secara drastis dan juga
komponen mukosa karena kehilangan sebagian sel goblet. Luka parut juga
dapat mengubah bentuk palpebra superior dan menyebabkan trikiasis dan
entropion sehingga bulu mata dapat menggesek kornea dan menyebabkan
ulserasi, infeksi dan parut pada kornea
g) Penatalaksanaan
Terapi spesifik konjungtivitis bakteri tergantung pada temuan agen
mikrobiologiknya. Terapi dapat dimulai dengan antimikroba topikal spektrum
luas. Pada setiap konjungtivitis purulen yang dicurigai disebabkan oleh
diplokokus gram-negatif harus segera dimulai terapi topical dan sistemik .
Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, sakus konjungtivalis harus
dibilas dengan larutan saline untuk menghilangkan sekret konjungtivitis
b. Konjungtivitis Virus A.
a) Definisi Konjungtivitis
Definisi Konjungtivitis viral adalah penyakit umum yang dapat disebabkan
oleh berbagai jenis virus, dan berkisar antara penyakit berat yang dapat
menimbulkan cacat hingga infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat
berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri
b) Etiologi dan Faktor Resiko Konjungtivitis viral dapat disebabkan berbagai
jenis virus, tetapi adenovirus adalah virus yang paling banyak menyebabkan
penyakit ini, dan herpes simplex virus yang paling membahayakan. Selain itu
penyakit ini juga dapat disebabkan oleh virus Varicella zoster, picornavirus
(enterovirus 70, Coxsackie A24), poxvirus, dan human immunodeficiency
virus. Penyakit ini sering terjadi pada orang yang sering kontak dengan
penderita dan dapat menular melalu di droplet pernafasan, kontak dengan
benda-benda yang menyebarkan virus (fomites) dan berada di kolam renang
yang terkontaminasi
c) Patofisiologi Mekanisme terjadinya konjungtivitis virus ini berbeda-beda pada
setiap jenis konjungtivitis ataupun mikroorganisme penyebabnya.
Mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit ini dijelaskan pada
etiologi.
d) Gejala Klinis Gejala klinis pada konjungtivitis virus berbeda-beda sesuai
dengan etiologinya. Pada keratokonjungtivitis epidemik yang disebabkan oleh
adenovirus biasanya dijumpai demam dan mata seperti kelilipan, mata berair
berat dan kadang dijumpai pseudomembran. Selain itu dijumpai infiltrat
subepitel kornea atau keratitis setelah terjadi konjungtivitis dan bertahan
selama lebih dari 2 bulan. Pada konjungtivitis ini biasanya pasien juga
mengeluhkan gejala pada saluran pernafasan atas dan gejala infeksi umum
lainnya seperti sakit kepala dan demam. Pada konjungtivitis herpetic yang
disebabkan oleh virus herpes simpleks (HSV) yang biasanya mengenai anak
kecil dijumpai injeksi unilateral, iritasi, sekret mukoid, nyeri, fotofobia ringan
dan sering disertai keratitis herpes. Konjungtivitis hemoragika akut yang
biasanya disebabkan oleh enterovirus dan coxsackie virus memiliki gejala
klinis nyeri, fotofobia, sensasi benda asing, hipersekresi airmata, kemerahan,
edema palpebra dan perdarahan subkonjungtiva dan kadang-kadang dapat
terjadi kimosis
e) Diagnosis Diagnosis pada konjungtivitis virus bervariasi tergantung
etiologinya, karena itu diagnosisnya difokuskan pada gejala-gejala yang
membedakan tipetipe menurut penyebabnya. Dibutuhkan informasi mengenai,
durasi dan gejala-gejala sistemik maupun ocular, keparahan dan frekuensi
gejala, faktorfaktor resiko dan keadaan lingkungan sekitar untuk menetapkan
diagnosis konjungtivitis virus. Pada anamnesis penting juga untuk ditanyakan
onset, dan juga apakah hanya sebelah mata atau kedua mata yang terinfeksi.
Konjungtivitis virus sulit untuk dibedakan dengan konjungtivitis bakteri
berdasarkan gejala klinisnya dan untuk itu harus dilakukan pemeriksaan
lanjutan, tetapi pemeriksaan lanjutan jarang dilakukan karena menghabiskan
waktu dan biaya
f) Komplikasi Konjungtivitis virus bisa berkembang menjadi kronis, seperti
blefarokonjungtivitis. Komplikasi lainnya bisa berupa timbulnya
pseudomembran, dan timbul parut linear halus atau parut datar, dan
keterlibatan kornea serta timbul vesikel pada kulit
g) Penatalaksanaan Konjungtivitis virus yang terjadi pada anak di atas 1 tahun
atau pada orang dewasa umumnya sembuh sendiri dan mungkin tidak
diperlukan terapi, namun antivirus topikal atau sistemik harus diberikan untuk
mencegah terkenanya kornea (Scott, 2010). Pasien konjungtivitis juga
diberikan instruksi hygiene untuk meminimalkan penyebaran infeksi
c. Konjungtivitis Alergi A.
a) Definisi Konjungtivitis
Definisi Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing
sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang
diperantarai oleh sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering
terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1
b) Etiologi dan Faktor Resiko Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima
subkategori, yaitu konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi
tumbuh-tumbuhan yang biasanya dikelompokkan dalam satu grup,
keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis
papilar raksasa. Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-
beda sesuai dengan subkategorinya. Misalnya konjungtivitis alergi musiman
dan tumbuhtumbuhan biasanya disebabkan oleh alergi tepung sari, rumput,
bulu hewan, dan disertai dengan rinitis alergi serta timbul pada waktu-waktu
tertentu. Vernal konjungtivitis sering disertai dengan riwayat asma, eksema
dan rinitis alergi musiman. Konjungtivitis atopik terjadi pada pasien dengan
riwayat dermatitis atopic, sedangkan konjungtivitis papilar rak pada pengguna
lensakontak atau mata buatan dari plastic
c) Gejala Klinis Gejala klinis konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan
subkategorinya. Pada konjungtivitis alergi musiman dan alergi tumbuh-
tumbuhan keluhan utama adalah gatal, kemerahan, air mata, injeksi ringan
konjungtiva, dan sering ditemukan kemosis berat. Pasien dengan
keratokonjungtivitis vernal sering mengeluhkan mata sangat gatal dengan
kotoran mata yang berserat, konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila
halus di konjungtiva tarsalis inferior. Sensasi terbakar, pengeluaran sekret
mukoid, merah, dan fotofobia merupakan keluhan yang paling sering pada
keratokonjungtivitis atopik. Ditemukan jupa tepian palpebra yang eritematosa
dan konjungtiva tampak putih susu. Pada kasus yang berat ketajaman
penglihatan menurun, sedangkan pada konjungtiviitis papilar raksasa dijumpai
tanda dan gejala yang mirip konjungtivitis vernal
d) Diagnosis Diperlukan riwayat alergi baik pada pasien maupun keluarga pasien
serta observasi pada gejala klinis untuk menegakkan diagnosis konjungtivitis
alergi. Gejala yang paling penting untuk mendiagnosis penyakit ini adalah
rasa gatal pada mata, yang mungkin saja disertai mata berair, kemerahan dan
fotofobia
e) Komplikasi Komplikasi pada penyakit ini yang paling sering adalah ulkus pada
kornea dan infeksi sekunder
f) Penatalaksanaan Penyakit ini dapat diterapi dengan tetesan vasokonstriktor-
antihistamin topikal dan kompres dingin untuk mengatasi gatal-gatal dan
steroid topikal jangka pendek untuk meredakan gejala lainnya
d. Konjungtivitis Jamur
a) Konjungtivitis jamur paling sering disebabkan oleh Candida albicans dan
merupakan infeksi yang jarang terjadi. Penyakit ini ditandai dengan adanya
bercak putih dan dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan
sistem imun yang terganggu. Selain Candida sp, penyakit ini juga dapat
disebabkan oleh Sporothrix schenckii, Rhinosporidium serberi, dan
Coccidioides immitis walaupun jarang. Konjungtivitis Parasit Konjungtivitis
parasit dapat disebabkan oleh infeksi Thelazia californiensis, Loa loa, Ascaris
lumbricoides, Trichinella spiralis, Schistosoma haematobium, Taenia solium
dan Pthirus pubis walaupun jarang
e. Konjungtivitis kimia atau iritatif
Konjungtivitis kimia-iritatif adalah konjungtivitis yang terjadi oleh pemajanan
substansi iritan yang masuk ke sakus konjungtivalis. Substansisubstansi iritan yang
masuk ke sakus konjungtivalis dan dapat menyebabkan konjungtivitis, seperti
asam, alkali, asap dan angin, dapat menimbulkan gejalagejala berupa nyeri,
pelebaran pembuluh darah, fotofobia, dan blefarospasme. Selain itu penyakit ini
dapat juga disebabkan oleh pemberian obat topikal jangka panjang seperti
dipivefrin, miotik, neomycin, dan obat-obat lain dengan bahan pengawet yang
toksik atau menimbulkan iritasi. Konjungtivitis ini dapat diatasi dengan
penghentian substansi penyebab dan pemakaian tetesan ringan
f. Konjungtivitis lain Selain disebabkan oleh bakteri, virus, alergi, jamur dan parasit,
konjungtivitis juga dapat disebabkan oleh penyakit sistemik dan penyakit
autoimun seperti penyakit tiroid, gout dan karsinoid. Terapi pada konjungtivitis
yang disebabkan oleh penyakit sistemik tersebut diarahkan pada pengendalian
penyakit utama atau penyebabnya. Konjungtivitis juga bisa terjadi sebagai
komplikasi dari acne rosacea dan dermatitis herpetiformis ataupun masalah kulit
lainnya pada daerah wajah (Han & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee,
2019)

1.2 Histologi Konjungtiva


Konjungtiva terdiri atas tiga lapisan yang secara histologi berbeda, yaitu lapisan
epitelium, adenoid, dan fibrosa. Lapisan epitelium merupakan lapisan terluar konjungtiva
dengan struktur yang bervariasi di setiap regio. Epitel konjungtiva marginal terdiri atas
lima lapis epitel gepeng berlapis dan pada konjungtiva tarsal terdiri atas dua lapis epitel
silindris dan gepeng. Konjungtiva forniks dan bulbar terdiri atas tiga lapis epitel yaitu sel
silindris, sel polihedral, dan sel kuboid, sedangkan konjungtiva limbal terdiri atas berlapis-
lapis sel gepeng.4,5 Lapisan adenoid merupakan lapisan limfoid yang berfungsi dalam
respons imun di permukaan mata. Lapisan itu disebut conjunctiva-associated lymphoid
tissue (CALT); terdiri atas limfosit dan leukosit yang dapat berinteraksi dengan mukosa
sel epitel melalui sinyal resiprokal yang dimediasi oleh growth factor, sitokin dan
neuropeptida.4,5 Lapisan fibrosa terdiri atas jaringan kolagen dan fibrosa serta pembuluh
darah dan konjungtiva. Konjungtiva palpebra diperdarahi oleh pembuluh darah palpebra,
sedangkan konjungtiva bulbar memperoleh darah dari arteri siliaris anterior. Persarafan
sensorik konjungtiva berasal dari cabang nervus kranialis (Han & goleman, daniel;
boyatzis, Richard; Mckee, 2019)

1.3 Patogenesis Infeksi Mata


Mikroorganisme masuk ke dalam tubuh dengan cara adhesi, evasi, dan invasi. Adhesi
adalah penempelan molekul mikroorganisme ke epitel mata yang dimediasi oleh protein
permukaan mikroorganisme. Evasi adalah upaya mikroorganisme untuk menembus
pertahanan sistem imun. Hampir semua mikroorganisme hanya menginvasi bila terdapat
kerusakan epitel kecuali beberapa bakteri seperti Neissseria gonorhoeae dan Shigella spp.
Pada infeksi virus, adhesi sekaligus memfasilitasi proses invasi melalui interaksi molekul
virus dengan sel hospes seperti interaksi kapsul adenovirus dengan integrin sel hospes
yang menyebabkan proses endositosis virus oleh sel. Mikroorganisme juga dapat
bertahan melewati sistem pertahanan tubuh dan bereplikasi seperti pada infeksi HSV,
virus varisela serta herpes zoster namun sebagian besar infeksi lainnya dapat dieradikasi
oleh sistem imun tubuh (Muliadi, 2015)

1.4 Mekanisme Perlindungan Mata


Mata tersusun dari jaringan penyokong yang salah satu fungsinya adalah melawan
infeksi secara mekanik. Orbita, kelopak mata, bulu mata, kelenjar lakrimal dan kelenjar
meibom berperan dalam produksi, penyaluran dan drainase air mata. Jaringan ikat di
sekitar mata dan tulang orbita berfungsi sebagai bantalan yang melindungi mukosa okular.
Kelopak mata berkedip 10-15 kali per menit untuk proses pertukaran dan produksi air
mata, serta mengurangi waktu kontak mikroba dan iritan ke permukaan mata. Mata
memiliki jaringan limfoid, kelenjar lakrimal dan saluran lakrimal yang berperan dalam
sistem imunitas didapat. Makromolekul yang terkandung dalam air mata memiliki efek
antimikroba seperti lisozim, laktoferin, IgA, dan sitokin lainnya. Epitel konjungtiva yang
tidak terinfeksi menghasilkan CD8 sitotoksik dan sel langerhans, sedangkan substansia
propia konjungtiva memiliki sel T CD4 dan CD8, sel natural killer, sel mast, limfosit B,
makrofag dan sel polimorfonuklear. Pembuluh darah dan limfe berperan sebagai media
transpor komponen imunitas dari dan ke mata. Pada inflamasi, berbagai mediator
menyebabkan dilatasi vaskular, peningkatan permeabilitas dan diapedesis sel inflamasi
dari pembuluh darah yang mengakibatkan mata menjadi merah (Han & goleman, daniel;
boyatzis, Richard; Mckee, 2019)

1.5 Patofisiologi
Mikroorganisme (virus, bakteri, jamur), bahan alergen, iritasi menyebabkan kelopak mata
terinfeksi sehingga kelopak mata tidak dapat menutup dan membuka sempurna. Karena
mata menjadi kering sehingga terjadi iritasi menyebabkan konjungtivitis. Pelebaran
pembuluh darah disebabkan karena adanya peradangan ditandai dengan konjungtiva dan
sklera yang merah, edema, rasa nyeri dan adanya sekret mukopurulen. Konjungtiva,
karena posisinya terpapar pada banyak organisme dan faktor lingkungan lain yang
mengganggu. Ada beberapa mekanisme melindungi permukaan mata dari substansi luar,
seperti air mata. Pada film air mata, unsur berairnya mengencerkan infeksi bakteri, mucus
menangkap debris dan mekanisme memompa dari palpebra secara tetap akan mengalirkan
air mata ke ductus air mata. Air mata mengandung substansi anti mikroba termasuk
lisozim. Adanya agen perusak, menyebabkan cedera pada epitel konjungtiva yang diikuti
edema epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertropi epitel atau granuloma. Mungkin pula
terdapat edema pada stroma konjungtiva (kemosis) dan hipertropi lapis limfoid stroma
atau pembentukan folikel. Sel-sel radang bermigrasi melalui epitel ke permukaan. Sel-sel
ini kemudian bergabung dengan fibrin dan pus dari sel goblet, membentuk eksudat
konjungtiva yang menyebabkan perlengketan tepian palpebra pada saat bangun tidur.
Adanya peradangan pada konjungtiva ini menyebabkan dilatasi pembuluh-pembuluh mata
konjungtiva posterior, menyebabkan hiperemi yang tampak paling nyata pada formiks dan
mengurang kearah limbus. Pada hiperemi konjungtiva ini biasanya didapatkan
pembengkakan dan hipertropi papilla yang sering disertai sensasi benda asing dan sensasi
tergores, panas atau gatal. Sensasi ini merangsang sekresi air mata. Transudasi ringan juga
timbul dari pembuluh darah yang hiperemi dan menambah jumlah air mata (Muliadi,
2015)

1.6 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan sediaan langsung dengna pewarnaan gram atau Giemsa
b. Kultur virus
c. Sel inklusi intranuklear
(Widyastuti & Siregar, 2016)

1.7 Penatalaksanaan
a. Tetes mata antibiotika siang hari, malam, salep
b. Penggunaan handuk sendiri-sendiri
c. Menggunakan tissue bukan sapu tangan dan dibuang setelah pemakaian satu kali
d. Rasa sakit dapat dikurangi dengan membuang kerak-kerak di kelopak mata dengan
mengusap pelan-pelan dengan salin
e. Fotofobia dapat diatasi dengan memakai kaca mata gelap
f. Pemakaian topeng seluloid pada mata yang sakit tidak dianjurkan, karena akan
memberikan lingkugan yang baik untuk perbanyakan mikroorganisme
(Widyastuti & Siregar, 2016)
BAB II
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN

2.1 Tinjauan Asuhan Keperawatan


2.1.1 Pengkajian
a. Anamnesa
1) Tanyakan adanya riwayat penyakit mata, pembedahan atau trauma mata
2) Tanyakan penggunaan obat tetes; jenis, jumlah, frekuensi dan lama
penggunaan
3) Tanyakan adanya kotoran mata, nyeri pada daerah mata, nyeri kepala
4) Tanyakan adanya riwayat konjungtivitis sebelumnya; sifatnya, ada
hubungan dengan alergi, musim/cuaca
b. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala : perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan
penglihatan
2) Makanan/cairan
Gejala : anoreksia
3) Neurosensori
Gejala : Gangguan penglihatan (kabur/tak jelas), sinar terang
menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap penglihatan perifer,
fotofobia Tanda : Konjungtiva dan sklera merah peningkatan air mata
4) Nyeri/kenyamanan
Gejala : ketidaknyamanan ringan/mata berair nyeri tiba tiba/tekanan pada
dan sekitar mata, sakit kepala rasa tidak enak/ngeres

2.1.2 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri (akut/kronis) berhubungan dengan peradangan pada konjungtiva,
ketegangan, vasospasme
Batasan Karakteristik :
Data Subjektif Komunikasi (verbal atau kode) dari pemberi gambaran nyeri
Data Objektif
a) Perilaku melindungi, protektif
b) Memfokuskan pada diri sendiri
c) Penyempitan fokus ( perubahan persepsi waktu, menarik diri dari kontak
sosial, kerusakan proses pikir )
d) Perilaku distraksi ( merintih, menangis, mondar-mandir, mencari orang lain
dan/atau aktivitas, gelisah )
e) Wajah tampak menahan nyeri ( mata tak bersemangat, “tampak terpukul”,
gerakan terfiksasi atau menyebar, meringis ) Perubahan pada tonus otot
( dapat berkisar dari malas, sampai kaku )
f) Respons autonomik tidak terlihat pada nyeri stabil kronis (diaforesis,
perubahan tekanan darah dan nadi, pupil, dilatasi, peningkatan atau
penurunan frekuensi pernapasan)
b. Gangguan sensori perseptual ; penglihatan berhubungan dengan gangguan
penerimaan sensori / status organ indra, adanya proses peradangan, adanya sekret
pada kornea
Batasan Karakteristik
Mayor ( harus terdapat )
Tidak akuratnya interpretasi terhadap stimulus lingkungan dan / atau perubahan
negatif dalam jumlah atau pola dari stimulus yang masuk.
Minor ( mungkin terdapat )
1) Disorientasi waktu dan tempat
2) Perubahan kemampuan dalam pemecahan masalah
3) Perubahan pola komunikasi dan perilaku
4) Gelisah Melaporkan halusinasi dengar dan lihat
5) Ketakutan
6) Ansietas
7) Apatis
8) Peka rangsang
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan fotofobia sekunder kojungtivitis
Batasan Karakteristik
Mayor ( harus terdapat )
Perubahan respon fisiologis terdapat aktivitas
Pernapasan Dispnea
Pernapasan pendek
Frekuensi nafas meningkat berlebih
Penurunan frekuensi Nadi
Perubahan irama
Tekanan darah Gagal meningkat dengan aktivitas Diastolik meningkat > 15 mmHg
Minor ( mungkin terdapat )
Kelemahan
Kelelahan
Pucat atau sianosis
Kacau mental Vertigo
d. Potensial cidera / trauma berhubungan dengan ketajaman penglihatan menurun

2.1.3 Rencana Keperawatan


Tujuan : Nyeri klien berkurang atau hilang
Kriteria Hasil :
1. Klien mengungkapkan nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang
2. Klien menyeringai kesakitan berkurang
Intervensi :
1. Kaji tingkat nyeri klien
R : Mengetahui tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan selanjutnya
2. Menjelaskan sebab dan akibat nyeri pada klien serta keluarganya
R : Dengan menjelaskan sebab dan akibat nyeri diharapkan klien berpartisipasi
dalam perawatan untuk mengurangi nyeri
3. Observasi adanya tanda-tanda ketidaknyamanan non verbal misalnya ; eksprsi
wajah, posisi tubuh gelisah, meringis
R : Merupakan indikator/derajat nyeri yang tidak langsung dialami
4. Anjurkan untuk beristirahat dalam ruangan yang tenang
R : Menurunkan stimulasi yang berlebihan yang dapat mengurangi
ketidaknyamanan
5. Berikan kompres dingin jika memungkinkan
R : Meningkatkan rasa nyaman dengan menurunkan vasodilatasi

Tujuan : Sensori perseptual penglihatan kembali adekuat


Kriteria Hasil :
1. Klien menyatakan adanya penurunan gejala kelebihan beban sensori
2. Klien mampu menghilangkan faktor-faktor risiko
Intervensi :
1. Tentukan ketajaman penglihatan
R : Kebutuhan individu dan pilihan intervensi bervariasi
2. Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala lebih lanjut (disorientasi)
R :terbangun dalam lingkungan yang tidak adekuat dan mengalami keterbatasan
penglihatan dapat mengakibatkan bingung
3. Perhatian pada suram / penglihatan kabur dan iritasi
R : Gangguan penglihatan / iritasi dapat terjadi secara bertahap
4. Anjurkan pasien untuk menggunakan kaca mata untuk membatu mengurangi silau
pada mata
R : Membantu mengurangi ketidaknyamanan pada fobia
5. Kolaborasi dengan dokter dalam pilihan intervensi medis
R : Membantu masalah denagn tindakan medis

Tujuan : Klien dapat beraktivitas secara adekuat Kriteria hasil :


1. Klien dapat menunjukkan perilaku yang meningkatkan aktivitas
2. Klien melaporkan tidak adanya fakta-fakta yang memperberat aktivitas
3. Klien mengalami kemajuan aktivitas
Intervensi :
1. Tentukan tingkat ansietas sekarang/keadaan fisik
R : Memberikan informasi untuk mengembangkan perencanaan perawatan bagi
program rehabilitasi
2. Anjurkan klien untuk melakukan perawatan diri sesuai dengan kemampuan
maksimal
R : Meningkatkan kemandirian dan rasa kontrol diri
3. Menganjurkan klien mengatur periode istirahat konsisten di antara aktivitas
R : Menurunkan kelelahan dan kelemahan otot mata yang berlebihan
4. Anjurkan klien meningkatkan manajemen stres, teknik relaksasi
R : Meningkatkan relaksasi dan penghematan energi, memusatkan kembali
perhatian, dan dapat meningkatkan koping

Tujuan : Tidak terjadi cedera / trauma


Kriteria hasil
1. Klien menyatakan tidak adanya faktor-faktor potensial yang berbahaya
2. Klien melaporkan kegiatan kegiatan yang aman di rumah
Intervensi :
1. Batasi aktivitas yang berlebihan
R : meminimalkan cedera
2. Pertahankan keamanan lingkungan
R : Mencegah terjadinya risiko cedera
3. Berikan posisi nyaman pada pasien
R : Kenyamanan tersebut akan membuat pasien lebih aman untuk beraktivitas
4. Anjurkan klien untuk memodifikasi lingkungan
R : Menghindari terjadinya kecelakaan / trauma
2.1.4 Implementasi dan Evaluasi keperawatan
Langkah yang terakhir dalam asuhan keperawatan pada pasien konjungtivitis adalah
evaluasi, dimana evaluasi merupakan penilaian efektifitas terhadap intervensi
keperawatan sehubungan dengan keluhan, pemeriksaan hasil laboratorium
menunjukkan hasil yang normal. Intervensi dikatakan efektif bila tingkah laku klien
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan. Dalam evaluasi, perawat melakukan pengkajian
ulang tentang keluhan nyeri dada, terapi yang diberikan pada klien serta perilaku klien
setelah melakukan implementasi dari intervensi. Evaluasi menggunakan observasi,
mengukur dan wawancara dengan pasien. Evaluasi pada pasien konjungtivitis meliputi
: Nyeri klien berkurang atau hilang, ketajaman penglihatan klien kembali seperti
sebelum sakit, lingkungan pasien aman terhindar dari risiko trauma, klien melakukan
aktivitas secara adekuat (Najib, 2016)
DAFTAR PUSTAKA

Han, E. S., & goleman, daniel; boyatzis, Richard; Mckee, A. (2019). Konungtiva. Journal of
Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.
Muliadi, D. (2015). Universitas Sumatera Utara 7. 7–37.
Najib, m. bachrudin & moh. (2016). keperawatan medikal bedah I (1st ed.).
Sitompul, R. (2017). Konjungtivitis Viral: Diagnosis dan Terapi di Pelayanan Kesehatan
Primer. EJournal Kedokteran Indonesia, 5(1). https://doi.org/10.23886/ejki.5.7605.65-71
Widyastuti, S. B., & Siregar, S. P. (2016). Konjungtivitis Vernalis. Sari Pediatri, 5(4), 160.
https://doi.org/10.14238/sp5.4.2004.160-4
STIKES RS. BAPTIS KEDIRI

PRODI KEPERAWATAN DIPLOMA III

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

NAMA MAHASISWA : PUTRI AYU IRFANI

NIM : 01.1.18.00846

RUANG :

TANGGAL :

1. Pengkajian
1.1 Identitas Pasien
Nama : Tn. L

Umur :................................................................................................................

Agama : ...............................................................................................................

Jenis Kelamin :................................................................................................................

Status marital :................................................................................................................

Pendidikan :................................................................................................................

Pekerjaan :................................................................................................................

Asuransi :................................................................................................................

Suku bangsa :................................................................................................................

Alamat :................................................................................................................

Tanggal Masuk :................................................................................................................

Tanggal Pengkajian :................................................................................................................

No Register : ...............................................................................................................

Diagnosa Medis : ...............................................................................................................

1.2 Riwayat Kesehatan


1) Keluhan Utama :

Mata pedih dan penglihatan kabur

2) Riwayat penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan mata pedih dan penglihatan kabur serta rasa mengganjal selama ± 1
minggu dan semakin sakit bila digunakan untuk membaca. Kemudian pasien periksa ke
Poliklinik Mata RSU dr. Saiful Anwar Malang.
.......................................................................................................................................................

3) Riwayat Kesehatan Dahulu


Sebelumnya pasien pernah mengalami sakit mata, namun baru sekali ini pasien periksa ke
Rumah Sakit.

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien tidak ada yang menderita penyakit mata seperti pasien.

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

Genogram

Genogram

GENOGRAM

Keterangan
: Laki-laki
: Perempuan

: Pasien
: Meninggal
X
: Garis perkawinan
Garis keturunan

Tinggal satu rumah

5) Riwayat sosiokultural :
Pasien memeluk agama Islam dan taat menjalankan ajaran agamanya.

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

....................................................................................................................................................

6) Review Pola Sehat Sakit


Nutrisi : Makan 3 kali/hari (nasi, sayur, lauk pauk).

Minum 6 – 8 gelas / hari (air putih, teh)

Aktivitas : Sehari – hari pasien bersekolah

Higiene : Mandi 2 – 3 kali / hari Gosok gigi 2 kali / hari

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

7) Pola fungsi kesehatan Gordon


(1) Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(2) Pola nutrisi dan metabolik


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(3) Pola Eliminasi


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(4) Pola Aktivitas dan Latihan


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(5) Pola kognitif dan persepsi


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(6) Pola Persepsi Konsep Diri


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(7) Pola tidur dan Istirahat


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(8) Pola peran dan hubungan


.............................................................................................................................................
.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

.............................................................................................................................................

(9) Pola seksual- Reproduksi


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(10) Pola Toleransi Stres-koping


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

(11) Pola Nilai- Kepercayaan


..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

..................................................................................................................................................

1.3 Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum
.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

b. Tanda-tanda vital
.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

c. Kepala
.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................
d. Mata
.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

e. Hidung
.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

.......................................................................................................................................................

f. Telinga
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

g. Mulut
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

h. Leher
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

i. Dada dan Punggung


..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

j. Abdomen
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

k. Ekstremitas
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

l. Genetalia
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

m. Anus
..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

..........................................................................................................................................................

1.4 Data Penunjang Medis ( Pemeriksaan Diagnostik )


............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................

............................................................................................................................................................
1.5 Data Tambahan ( Penatalaksanaan)
Polydex 4x1 ODS

Cenfrees 6x1 ODS

Kediri, ………………………………….

Mahasiswa

(……………………………………….)

ANALISA DATA

NAMA PASIEN : ...................................................................

UMUR :

NO. REGISTER : ...................................................................

DATA OBYEKTIF (DO) FAKTOR YANG MASALAH


BERHUBUNGAN/RISIKO (E) KEPERAWATAN
DATA SUBYEKTIF (DS)
(NANDA)
DS : Nyeri Akut Perandangan pada
konjungtiva
Pasien mengatakan mata pedih dan
terasa mengganjal serta penglihatan
kabur.

DO :
-Pasien gelisah.

- P asien sering mengusap kedua


matanya dengan sapu tangan

- Mata tampak merah.


DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO. REGISTER :

NO TANGGAL DIAGNOSA TANGGAL TANDA


MUNCUL KEPERAWATAN TERATASI TANGAN
(NANDA)

Nyeri akut berhubungan dengan


adanya peradangan pada
konjungtiva yangh ditandai
dengan Pasien mengatakan mata
merah dan terasa mengganjal
serta penglihatan kabur, pasien
gelisah, pasien sering mengusap
kedua matanya dengan sapu
tanga
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO REGISTER :
DIAGNOSA KEPERAWATAN :

1. NOC :

a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

2. NOC :

a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

3. NOC :

a. Dipertahankan/ditingkatkan pada
b. Dipertahankan/ditingkatkan pada
c. Dipertahankan/ditingkatkan pada
d. Dipertahankan/ditingkatkan pada
e. Dipertahankan/ditingkatkan pada
f. Dipertahankan/ditingkatkan pada
g. Dipertahankan/ditingkatkan pada
h. Dipertahankan/ditingkatkan pada
i. Dipertahankan/ditingkatkan pada
j. Dipertahankan/ditingkatkan pada
k. Dipertahankan/ditingkatkan pada

Keterangan : (dipertahankan/ditingkatkan) coret salah satu


RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO. REGISTER :

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN INTERVENSI RASIONAL

(NIC)
1. Nyeri akut berhubungan dengan adanya 1. Kaji tingkat nyeri. 1.Menentukan tingkat nyeri klien dalam menentukan tindakan
peradangan pada konjungtiva yangh selanjutnya.
2.Obsrevasi tanda-tanda ketidaknyamanan non verbal. 3.Jelaskan
ditandai dengan Pasien mengatakan mata
sebab dan akibat nyeri pada klien / keluarga. 2. Merupakan indikator derajat nyeri yang tidak langsung
merah dan terasa mengganjal serta
dialami.
penglihatan kabur, pasien gelisah, pasien 4.Anjurkan klien untuk beristirahat dalam ruang yang tenang.
sering mengusap kedua matanya dengan 3. Dengan diberikan penjelasan diharapkan klien dan keluarga
sapu tanga 5.Anjurkan klien minum obat secara teratur dan kontrol kembali jika
berpartisipasi dalam perawatan jalan untuk mengurangi nyeri.
obat habis
4. Menurunkan stimulasi yang berlebihan sehingga dapat
mengurangi ketidaknyamanan.

5. Mengurangi peradangan, nyeri dan mengantisipasi


kekambuhan

2.
TINDAKAN KEPERAWATAN

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO.REGISTER : ...................................................................

NO NO.DX TGL/JAM TINDAKAN KEPERAWATAN TANDA

TANGA

1.

1. Mengkaji tingkat nyeri.

2. Mengobservasi tanda-tanda ketidak nyaman non


verbal.

3. Menjelaskan pada klien mengenai nyeri yang


dirasakan.

4. Melakukan pemeriksaan tekanan intra okuler


(tonometri).

5. Menganjurkan klien untuk minum obat secara


teratur.

6. Menganjurkan klien untuk kontrol kembali jika


obat habis.
CATATAN PERKEMBANGAN

NAMA PASIEN :

UMUR :

NO.REGISTER : ...................................................................

NO NO.DX TGL/JAM EVALUASI

Anda mungkin juga menyukai