Imdg Baru 2013

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 176

PENANGANAN BARANG BERBAHAYA

PADA ANGKUTAN LAUT


(IMDG CODE)
 PENDAHULUAN
 FAKTA DAN DATA
 PENGENALAN SOLAS
 PENANGANAN MUATAN
LIQUID,CHEMICAL DAN GAS
 IMDG CODE dan KLASIFIKASI
 PENGEPAKAN BARANG BERBAHAYA
 TANDA, LABEL dan PLAKAT
 MATERIAL SAFETY DATA SHEETS
 SISTEM dan PROSEDUR PENANGANAN
BARANG BERBAHAYA
 MEDICAL FIRST AID GUIDE
 PENUTUP
PENDAHULUAN
 PAPARAN INI DISAJIKAN SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN DENGAN
MATERI SESUAI KETENTUAN SOLAS 1974 CONSOLIDATED 2009 CHAPTER
VII CARRYING OF DANGEROUS GOODS , IMO MODEL COURSE 1.10 DAN
BUKU IMDG CODE 2010, DILENGKAPI REKAM JEJAK PENULIS KETIKA
MENANGANI MUATAN BERBAHAYA SELAMA 12 TAHUN BERLAYAR DI
KAPAL-KAPAL DJAKARTA LLOYD MENYINGGAHI PELABUHAN USA ,
EROPA, JEPANG DAN AUSTRALIA SERTA PENGALAMAN MENGAJAR
SELAMA 35 TAHUN Di LEMBAGA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN
PELAYARAN.
 PELATIHAN IMDG CODE DIDASARI OLEH KEPUTUSAN MENTERI
PERHUBUNGAN NO: KM 02 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN
PENANGANAN BARANG BERBAHAYA DI PELABUHAN DALAM KEGIATAN
PELAYARAN.
 PATUT DISADARI BAHWA DALAM JUMLAH YANG SEDIKIT MUATAN JENIS
INI MAMPU MENIMBULKAN PETAKA BESAR, TERMASUK PENCEMARAN
LINGKUNGAN.
 DIPERLUKAN KOORDINASI DALAM PENANGANAN BARANG BERBAHAYA
ANTARA BERBAGAI INSTANSI SEPERTI SYAHBANDAR,
BATAN,KEMPERINDAG,KEMKES,LIPI,POLRI,PERUSAHAAN
PELAYARAN,PERUSAHAAN PERGUDANGAN ,FREIGHT FORWARDING DAN
LAIN-LAIN.
PROSES DAN METHODE
PEMBELAJARAN :
1. CERAMAH / TATAP MUKA
2. STUDI KASUS

3. DISKUSI KELOMPOK

4. PENINJAUAN LAPANGAN

5. EVALUASI
PEMBELAJARAN
FAKTA DAN DATA
* In 1974 a container vessel crossing the Atlantic had, unknown to the crew,
a number of arsine cylinders in a containers leaked because it was
incorrectly stowage. Some 20 years later, crew members who went to
investigate were still unable to work because of the effect.
* In 1984 the Mont St Louis, a cargo vessel, sank in the North Sea after
colliding with a ro-ro ferry. Part of the cargo contained uranium
hexafluoride. Although there was no leakage, the fact that nuclear
material sank in one of the busiest shipping lanes in the world, caused an
outcry
* In 1985 the east African port of Mogadishu ( Somalia) was put on alert
for possible evacuation when the Ariadne ran aground and began to break
up. The ship’s manifest showed that there were dangerous goods from six
of the nine classes on board. As the ship broke up and the containers
washed overboard the population had to be warned not to eat fish and
dead fish began to be washed up on the shore.
* In 1987 the Cason ran aground in bad weather off the Spanish coast.
On board were dangerous goods from six of the nine classes
amounting to over 1000 tones. Large quantities of dangerous goods
were spilt into the sea. The incident raised questions regarding the
adequacy of packaging, stowage and on board documentations
• In 1990 in Bangkok, Thailand, a tanker of petrol exploded killing a
large number of people;
• In 1991 the Stora – Korsnas-Link I, shipping forest products from
Sweden to the UK, had two 20 foot containers holding flexible IBCs
of sodium chlorate ( class 5.1 and liable to explosion). The ship’s
master was unaware of the consignment and it was only and it was
only when the emergency services contacted the chemical company
that they discovered the dangerous goods. The chemical company had
correctly declared the goods but the information had not been
transferred to the ship’s manifest
• Pada tahun 1975 M.V. Johannes Latuharhary (10.000 DWT) mengangkut
VOLVO CKD dan formic acids berlayar dari Gothenburg ke Antwerpen,
di perairan Skagerrak mengalami cuaca buruk dan kapal terguncang
selama 2 hari sehingga muatan nyaris hancur, hampir semua CKD di re-
stowing setelah tiba di Antwerpen, serta muatan drum-drum berisi formic
acid (Dangerous cargo class 8 Corrosives) yang dimuat di geladak dengan
alas lapisan pasir/serbuk gergaji hancur dan merusak pelat geladak dan
membuat cacat kulit tangan dan kaki 2 orang abk.
• Pada tahun 1977 m.v. Setiabudhi ( 10.000 DWT) mengangkut amunisi
dari Ploce (Yugoslavia) tujuan Jakarta, kapal memuat selama 6 hari karena
hanya boleh siang hari, sehubungan amunisi termasuk dangerous cargo
class 1 (explosives), kapal mendapat prioritas urutan pertama dari 50 kapal
yang menyeberangi Suez canal dari Port Said ke Port Taufic.
• Pada tahun 1978 m.v. Djatipura ( 14.000 DWT) berada di pelabuhan Baltimore
(Maryland) untuk memuat synthetic cotton tujuan Jakarta. Karena keteledoran
buruh membuang puntung rokok di dalam palka terjadi kebakaran di palka 5.
Petugas pemadam kebakaran (fire brigade) dan US Coast Guard meminta data
Dangerous cargo manifest dari barang-barang berbahaya yang ada dikapal,
sebelum memutuskan untuk menggenangi palka 5 dengan air laut. FBI hadir pada
pagi harinya untuk menginvesitigasi kemungkinan sabotage crew atau gangguan
dan kapal Portugal yang ketika itu bermusuhan dengan Indonesia. Walaupun
akhirnya musibah dapat teratasi tetapi kerugian cukup besar untuk claim
kerusakan muatan dan biaya restowing.
• Tahun 1981 m.v. Mataram ( 17.000 DWT) mengangkut 80 Teus container berisi
barang berbahaya di pelabuhan New Orleans , ditempatkan sebagian di dalam
palka dan di geladak di atas Hatch cover setinggi 4 tier. Dalam pemuatan itu US
Coast Guard dipimpin oleh COTP ( Captain of The Port) meminta para perwira
kapal untuk mempelajari rekomendasi IMDG Code dan CFR (Code of Federal
Regulatuions) Volume 33 dan 40.
Solas adalah konvensi internasional tentang keselamatan
jiwa dilaut,yang merupakan Kesepakatan Internasional
(International Agreement) yang secara terus menerus
diperbaiki dan mencakup banyak aspek tentang
keselamatan jiwa di laut.
Abad XIX dan XX merupakan era keemasan angkutan
penumpang melalui laut dalam kondisi masih kurangnya
angkutan udara, sementara jumlah imigram dari Eropa ke
Amerika terus meningkat. Pada waktu itu banyak kapal-
kapal penumpang yang berperan dan kecelakaan di laut
lebih banyak terjadi, kapal-kapal Inggris rata-rata
mengalami kehilangan jiwa 700 – 800 selama periode
tersebut.
WHAT DO THESE VESSELS HAVE IN
COMMON ?

 IN 1914, TWO YEARS AFTER THE TITANIC DISASTER OF 1912, IN


WHICH 1503 PEOPLE LOST THEIR LIVES, MARITIME NATIONS
GATHERED IN LONDON ADOPTED THE SOLAS CONVENTION,
TAKING INTO ACCOUNT LESSONS LEARNED FROM THE TITANIC.
 IN 1987, RORO FERRY THE HERALD FREE ENTERPRISE – 4
MINUTES AFTER LEAVING ZEEBRUGE, BELGIUM BOUND FOR
DOVER WITH SPEED OF 14 KNOTS, WAS SANK IN 1987 , DUE TO
BOW DOOR WAS NOT PROPERLY CLOSED. THIS SHIP MANNED BY
18 CREW MEMBERS, CARRIED 81 CARS,47 FREIGHT VEHICLES
AND 460 PASSENGERS. THE RESULT OF INVESTIGATIONS, THIS
ACCIDENT HAPPENED DUE TO “ LACK OF MANAGEMENT” AND “
HUMAN ERROR “.
THE RO-RO PASSENGER FERRY “ESTONIA’ SANK IN THE
NOTHERN BALTIC SEA DURING THE EARLY HOURS OF 28
SEPTEMBER 1994. OF THE 989 PEOPLE ON BOARD, 137 SURVIVED.
ALL 95 VICTIMS RECOVERED FROM THE SEA HAVE BEEN
 Konvensi SOLAS 1914
Konperensi ini diselenggarakan karena terjadi
musibah tenggelam “The White Star LINER
TITANIC” pada pelayaran perdananya tahun
1912. Lebih dari 1500 penumpang dan awak
kapal meninggal dunia dan musibah ini
memunculkan banyak pertanyaan tentang
perlunya standar-standar keselamatan.
Konperensi dihadiri oleh 13 negara dan
mengesahkan KONVENSI pada tanggal 20
Januari 1914.
Konvensi SOLAS 1914 mengeluarkan persyaratan-
persyaratan internasional tentang :
– Keselamatan navigasi untuk semua kapal niaga.
– Ketentuan sekat kedap air dan sekat tahan api.
– Alat-alat penolong, alat-alat pencegahan kebakaran
dan alat-alat pemadam kebakaran pada kapal-kapal
penumpang.
– Persyaratan-persyaratan lain yang berhubungan
dengan perlengkapan radio telegraphy (karena jika
berita bahaya / Distress alert yang dikirimkan oleh
S.S. TITANIC tidak ditangkap oleh kapal-kapal
lain maka jumlah korban bisa lebih banyak).
– Konperensi juga menyetujui ditetapkannya NORTH
ATLANTIC ICE PATROL.
 Konvensi SOLAS 1929
Pada tahun 1927 muncul usul untuk menyelenggarakan
Konperensi dan diwujudkan tahun 1929 dihadiri oleh 18
negara, menghasilkan SOLAS 1929 yang mulai
diberlakukan 1933.
Dilakukan revisi pada Peraturan Internasional mencegah
Tubrukan di laut (COLLISION REGULATIONS).

 Konvensi 1948
Pada tahun 1948 pemerintah Inggris mengambil peranan
dengan menyelenggarakan Konperensi Internasional yang
menghasilkan SOLAS 1948 yang lebih luas dan lebih rinci.
a. Ada perbaikan pada sekat kedap air di kapal
penumpang, standar stabilitas, pemeliharaan dan
pelayanan dalam keadaan darurat, perlindungan
terhadap kebakaran, sekat tahan api dll.
b. Sertifikat keselamatan perlengkapan kapal barang dengan
ukuran 500 GT keatas mulai diperkenalkan, collision
regulations juga direvisi yang berhubungan dengan
keselamatan navigasi, meteorologi dan patroli di daerah es.
c. Satu Bab terpisah dimasukkan yang berhubungan dengan
pengangkutan muatan curah dan barang berbahaya
termasuk EXPLOSIVES.
d. Telah terjadi perkembangan tentang hal komunikasi radio,
sehingga dijadikan bab judul tersendiri yang memuat
tentang radio telephony dan radio telegraphy.

Pada tahun 1948 itu, konperensi diselenggarakan di Geneva


yang diprakarsai oleh PBB (UNO = United Nations), disahkan
satu konvensi tentang pendirian IMCO (Intergovernmental
Maritime Consultative Organization ) yang kemudian tahun 1982
menjadi IMO (International Maritime Organization).
 Konvensi 1960
Konperensi SOLAS 1960 yang dihadiri delegasi dari 55 negara
anggota, adalah konperensi yang pertama kali diselenggarakan oleh
IMO.
Pada konvensi SOLAS 1960 telah direvisi beberapa ketentuan, antara
lain :
a. Pengawasan dan persyaratan untuk berbagai sourvey dan sertifikat
untuk kapal-kapal barang 500 GT keatas yang melayari international
voyages.
b. Setiap negara mengadakan penyelidikan-penyelidikan terhadap
kecelakaan dan memberikan informasi kepada IMO.
c. Beberapa ketentuan yang wajib dipenuhi oleh kapal penumpang, mulai
diberlakukan juga bagi kapal barang seperti mengenai tenaga,
penerangan darurat dan perlindungan terhadap bahaya kebakaran.
Konperensi 1960 mengesahkan 56 resolusi dan salah satu resolusi
tentang IMDG (Internasional Maritime Dangerous Goods) Code.
 Konvensi SOLAS 1974
Konperensi SOLAS 1974 diselenggarakan di London tanggal
21 Oktober – 1 Nopember 1974 dan dihadiri oleh 71
negara.
a. Prosedur amandemen “TACIT ACCEPTANCE”
mengatur bahwa perubahan suatu Konvensi akan
diberlakukan jika perubahan (amandemen) diterima
oleh 2/3 dari negara-negara peserta Konvensi
(CONTRACTING GOVERNMENTS).
Bab VIII SOLAS 1974 mengatur bahwa amandemen-
amandemen terhadap Bab II – Bab VIII dari
Lampiran dianggap diterima dalam kurun waktu 2 tahun,
kecuali amandemen tersebut ditolak oleh 2/3 negara
atau negara-negara yang jumlah armadanya 50% atau
lebih dari tonase kotor (gross tonnage) dunia.
 b. Lampiran-lampiran (ANNEX) terdiri dari :
Bab I : Ketentuan Umum
Bab II : 1. Konstruksi – sub divisi dan stabilitas, instalasi-
instalasi permesinan dan listrik.
2. Konstruksi – perlindungan kebakaran, deteksi
kebakaran dan pemadaman kebakaran.
Bab III : Alat-alat penolong (Life – Saving Appliances)
Bab IV : Radio telegrapi dan radio telephoni
Bab V : Keselamatan navigasi
Bab VI : Pengangkutan muatan padi-padian / gandum (Carriage of Grain).
Bab VII : Pengangkutan barang-barang / muatan berbahaya (Carriage of
Dangerous Goods).
Bab VIII : Kapal-kapal Nuclear
Bab IX : Manajemen keselamatan untuk pengoperasian kapal-kapal.
Bab X : Tindakan-tindakan keselamatan untuk kapal kecepatan tinggi
(High Speed Craft)
Bab XI : Tindakan-tindakan khusus untuk mempertinggi keselamatan
maritime.
Bab XII : Tambahan tindakan-tindakan untuk bulk carriers.
International Maritime Dangerous Goods (IMDG) Code
merupakan salah satu instrumen yang sangat penting
dibidang keselamatan maritime yang dibuat oleh IMO pada
tahun 1965 dan telah mengalami perubahan-perubahan
serta penambahan-penambahan sesuai perkembangan
angkutan barang berbahaya dan jenis-jenissnya.
IMDG Code pertama terdiri dari 5 volume dan sekarang
menjadi 2 volume ditambah supplement.
Didalam Konvensi Internasional SOLAS 1974 Bab VII dan
Amandemennya, diatur tentang “CARRIAGE OF
DANGEROUS GOODS” yang dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
Bagian A : Carriage of dangerous goods in
packaged form or in solid form in bulk.
Bagian B : Construction and equipment of ships
carrying dangerous liquid chemicals in bulk.
Bagian C : Construction and equipment of ships
carrying liquefied gases in bulk.
Bagian D : Special requirements for the carriage
irradiated nuclear fuel, plutonium and high
– level radioactive wastes on board ships.

Materi bagian B menjadi acuan dalam “International Bulk


Chemical (IBC) Code” sedang bagian C menjadi acuan
“International Gas Carriage (IGC) Code” dan Bagian D
menjadi Acuan “Intenational Irradiated Nuclear Fuel (INF)
Code”.
IMDG CODE
 IMDG CODE means the International Maritime
Dangerous Goods (IMDG) Code
 Muatan berbahaya adalah bahan-bahan kimia, material
dan artikel-artikel yang termasuk dalam IMDG Code
 Kemasan adalah bentuk pengemasan yang ditentukan
dalam IMDG Code
 Didalam semua dokumen yang ada kaitannya dengan
pengangkutan muatan berbahaya curah padat melalui
laut, nama PELAYARAN MUATAN CURAH ( Proper
Shipping Name) tersebut harus digunakan ( nama
dagangnya sendiri tidak boleh digunakan)
REPORTING OF INCIDENTS INVOLVING DANGEROUS
GOODS( laporan insiden yang melibatkan muatan berbahaya)

 Ketika suatu insiden yang terjadi menyebabkan


hilangnya atau kemungkinan tenggelamnya muatan
berbahaya , Nakhoda atau orang lain yang
berwenang dikapal tersebut, harus melaporkan
kejadian langsung dan sesegera mungkin kepada
pelabuhan negara terdekat.
 Pada saat kapal tersebut diatas DITINGGALKAN
atau pada saat laporan dari kapal tidak lengkap
atau tidak dapat diperoleh, perusahaan pelayaran
pemilik kapal harus sesegera mungkin menanggung
kewajiban menggantikan Nakhoda .
PENGANGKUTAN BARANG BERBAHAYA
PADAT CURAH
 Muatan berbahaya padat curah adalah bahan
apa saja, selain dari cair atau gas, terdiri dari
gabungan partikel-partikel, butiran-butiran atau
bagian-bagian yang lebih besar, yang umumnya
memiliki komposisi yang sama, yang termasuk
dalam IMDG Code dan dimuat langsung ke
dalam ruang muat sebuah kapal tanpa bentuk
lanjutan apapun dari pengemasan dalam wadah,
dan termasuk didalamnya bahan-bahan yang
dimuat dalam sebuah tongkang atau diatas
sebuah tongkang yang membawa kapal.
SYARAT-SYARAT PENYIMPANAN MUATAN DAN PEMISAHAN

 Muatan berbahaya curah padat :


1. Harus dimuat dan ditempatkan secara aman dan tepat
sesuai dengan sifat dasar muatan tersebut. Muatan yang
sifatnya berlawanan harus dipisahkan antara yang satu
dengan yang lain.
2. Yang mempunyai kemungkinan untuk panas secara
spontan atau terbakar, tidak boleh diangkut tanpa tindakan
pencegahan yang cukup memadai untuk meminimalisir
kemungkinan percikan api.
3. Yang menimbulkan uap berbahaya, harus ditempatkan
dalam sebuah ruang muatan yang memiliki ventilasi yang
baik.
KONSTRUKSI DAN KELENGKAPAN KAPAL YANG
MENGANGKUT BAHAN KIMIA CAIRCURAH

 International Bulk Chemical Code ( IBC


Code) adalah koda (aturan) internasional
mengenai konstruksi dan kelengkapan
kapal yang mengangkut bahan kimia cair
curah yang digunakan oleh Maritime
Safety Committee (MSC) International
Maritime Organization (IMO)
PERSYARATAN KAPAL TANGKI YANG MEMUAT BAHAN KIMIA

 A chemical tanker ( kapal pengangkut


bahan kimia) harus memenuhi
persyaratan IBC Code , disurvei dan di
sertifikasi
 Kapal chemical tanker adalah kapal yang

dibuat atau disesuaikan dan digunakan


untuk pengangkutan curah dari produk
cair yang terdaftar dalam IBC Code.
PENANGANAN MUATAN LIQUID
CHEMICAL DAN GAS

 Sesuai ketentuan konvensi internasiona SOLAS 1974


consolidated 2009 diberikan definisi sbb :
1) OIL TANKER, means a ship constructed and used
for the carriage of petroleum and petroleum products in
bulk.
2) CHEMICAL TANKER, means a ship copntructed or
adapted and used for the carriage in bulk of any liquid
product as listed in the chapter 17 of the International
Bulk Chemical Code.
3) LIQUEFIED GAS TANKER, means a ship
constructed or adapted and used for the carriage in bulk
of any liquefied gas or other products listed in cghapter
19 of the International Gas carrier Code.
Lanjutan…..
 Muatan curah cair (liquid cargo) dimuat di kapal
tangker sesuai jenisnya.
- Muatan minyak produksi ( Oil product)
seperti avtuur, premium atau solar ditempatkan
ditangki-tangki kapal
- Muatan minyak mentah (crude Oil), dimuat di
kapal-kapal tangki khusus seperti Super tanker
(± 100.000 dwt), VLCC ( Very large crude
carrier (± 250.000 dwt), ULCC ( Ultra large
crude carrier ± 500.000 dwt) dimana kapal ini
karena draft (sarat) yang relatif dalam, hanya
dapat melayari perairan tertentu.
Lanjutan…..
 Muatan chemical (kimia curah) menggunakan kapal tanker
yang tangkinya terbuat dari stainless steel atau dicat dengan
epoxy
 Muatan gas, memerlukan penanganan khusus, karena

muatan dikompres sehingga berbentuk cair. Untuk LPG


banyak diangkut dengan kapal-kapal LPG dan LNG diangkut
dengan kapal yang tangkinya berbentuk bulat berukuran
besar, mempunyai suhu sampai - 160◦ C. Pada saat
sekarang kapal LNG tangkinya menggunakan sistem
membran, berbentuk trapesium Di Indonesia produsen LNG
di Arun Aceh, Bontang Kalimantan Timur dan Tangguh
Bintuni-Papua.
 Pada konvensi STCW 1978 amandemen 2010, direncanakan

pemisahan pelatihan kapal tanker minyak dan chemical


tersendiri, dan kapal pengangkut gas terpisah.
Lanjutan…..

 Sebelum memuat di kapal tangker diperlukan dokumen berikut


ini :
- Clealiness/ Dry certificate
- Tightness certificate
- Heating coil certificate
 Peralatan cleaning tangki seperti Butterworth pump, Free gas
system, Crude Oil washing dan penataan Oily water separator,
Inert gas system, sewage plant, incinerator sebagaimana diatur
pada konvensi Marpol 1973 protocol 1978
 Konstruksi kapal tangker juga semakin ditata dengan ketentuan
Double hull sesuai Annex I Regulations 13 F Marpol
Lanjutan…..
 Konstruksi tangki-tangki kapal tangker dibagi menjadi beberapa tangki
dengan sekat-sekat yang memisahkan tangki center dan tangki wings
(portside dan starboardside), dilengkapi dengan pompa-pompa dikamar
pompa , pada saat sekarang digunakan individual pump di setiap tangkinya.
 Pada saat muat lajimnya digunakan pompa dari darat, sedangkan pada
saat bongkar digunakan pompa kapal.
 Jika kapal di charter, pihak kapal harus membuat NOR ( notice of
readiness) yang berisi nota kesiapan kapal waktu tiba atau berangkat
pelabuhan dan Tanker Time Sheet yang berisi semua kegiatan muat dan
bongkar, sebagai dokumen perhitungan charter kapal
 Di Jetty Oil yang biasanya terletak jauh dari pelabuhan umum, dilengkapi
dengan dolphin untuk mengikat kapal, grounding cable untuk menetralkan
kapal dari muatan listrik, tali tunda yang digantung di luar lambung kapal
untuk digunakan dalam keadaan darurat.
KONSTRUKSI DAN KELENGKAPAN KAPAL
YANG MENGANGKUT GAS CAIR CURAH

 International Gas Carrier Code ( IGC


Code) adalah koda ( aturan) internasional
mengenai konstruksi dan kelengkapan kapal
yang mengangkut gas cair curah yang
digunakan oleh Maritime Safety Committee IMO
 Gas carrier adalah kapal pengangkut gas yang
dibuat atau disesuaikan dan digunakan untuk
pengangkutan curah dari gas cair atau produk
lain yang terdaftar dalam IGC Code.
PERSYARATAN KAPAL PENGANGKUT
GAS

A gas carrier (kapal pengangkut gas)


harus mematuhi persyaratan IGC Code, juga
disurvei dan disertifikasi, persyaratan dari
koda (aturan) harus diperlakukan sebagai
mandatori
 Kapal pengangkut gas yang memegang
sertifikat yang diterbitkan sesuai ketetapan
diatas , harus tunduk kepada pengawasan
yang ditetapkan .
BRIEF INFORMATION ABOUT
THE LNG CARRIER
 An LNG carrier is a ship designed for transporting liquefied natural gas.
As the LNG market is growing rapidly in this decade, the fleet of LNG
carriers is also growing rapidly.

 Itis widely known that LNG shipping and LNG ship finance have seen an
unprecedented boom a few years, previously. More than 80 LNG ships
have been ordered in the last two years alone, against a current fleet size
of approximately 176. The competition among ship owners for this rapidly
growing market is intense. The LNG ship finance market has faced similar
trends – it has grown significantly and extremely competitive. To give
current market conditions, both LNG shipping companies and financiers
must wonder whether this momentum can hold and, if so, for how long.
The question is whether the market will follow a cyclical trend so common
to the shipping sector at large or evolve in a different way.
LNG CARRIER
HISTORICAL RECORDS
In 1914, Godfrey Cabot patented a barge to carry liquid gas,
demonstrating that waterborne transportation was technically feasible.
It was not until 1959, however that the Methane Pioneer, a converted
cargo ship, was used to carry LNG between Lake Charles, Louisiana
and the UK .
The first purpose-built ship, called the Methane Princess, went into
operation in 1964 and remained in operation until 1998 when it was
scrapped. To the end of 2005, a total of 203 vessels had been built
and only 10 of them had yet been scrapped.
Mid decade, there is a boom in the size of the LNG fleet. The Gas
Carrier Register indicates that there were more than 140 vessels on
order at the world's ship yards in late 2005. Today the majority of the
new vessels are in the size range of 120,000 m3 to 140,000 m3, but
there are orders for ships with capacities near 270,000 m3.
CONTAINMENT SYSTEM
In order to transport natural gas, it is being cooled approximately to -163
degrees Celsius where it condenses to a liquid at atmospheric pressure
shrinking to approximately 1/600 of its original volume with a density of 420
to 490 kg/m3. The tanks onboard LNG carriers function, in effect, as big
thermos containers wherein the liquid remains boiling during the voyage.
Some gas is removed to prevent a gradual build up in pressure; this is
known as Boil Off Gas (BOG). The latent heat of vapourization required to
turn a small amount of LNG from a liquid to a gas is what keeps the
remaining liquid cooled.
Recently, designs have been developed for pressurized transport systems
as well, to be called pressurized natural gas (PNG) carriers, although none
have yet been constructed .
At present, there are four containment systems in use for new ships. Two
of the designs are of the self-supporting type. The other two are of the
membrane type which are patented designs owned by Gaz Transport and
Technigaz (GT&T). The trend is toward the membrane instead of the self-
supporting types, most likely due to lower construction costs.
THE DEVELOPMENT OF
LNG CARRIER
Persyaratan khusus untuk pengangkutan bahan bakar
nuklir yang memancarkan radiasi, plutonium, dan sampah
radioaktif tingkat tinggi di atas kapal.

 INF( Irradiated Nuclear Fuel) Code adalah koda


(aturan) internasional mengenai pengangkutan yang
aman dari bahan bakar yang memancarkan radiasi,
plutonium, dan sampah radioaktif tingkat tinggi di
atas kapal.
 INF cargo ( muatan INF) adalah bahan bakar nuklir
yang memancarkan radiasi, plutonium dan sampah
radioaktif tingkat tinggi yang dibawa sesuai muatan
sesuai dengan Klas 7 IMDG Code.
DEFINISI
 Irradiated nuclear fuel / bahan bakar nuklir yang
memancarkan radiasi , adalah bahan yang mengandung uranium
, thorium dan/atau isotop-isotop plutonium yang digunakan untuk
mempertahankan reaksi rantai kelangsungan hidup nuklir itu
sendiri.
 Plutonium adalah hasil campuran isotop-isotop dari bahan-
bahan yang disuling dari bahan bakar nuklir yang memancarkan
radiasi dari proses ulang.
 High level radioactive wastes (sampah radioaktif tingkat
tinggi) adalag sampah cair hasil dari operasi tingkat pertama
sistem penyulingan atau sari dari sampah dari tingkat berikutnya
dari penyulingan, dalam proses ulang bahan bakar nuklir yang
memancarkan radiasi, atau zat padat ke dalam sampah cair yang
telah berubah.
APLIKASI BAGI KAPAL YANG
MENGANGKUT BAHAN INF
 INF Code tidak berlaku bagi kapal-kapal perang, kapal
bantu angkatan laut atau kapal lain yang dimiliki atau
dioperasikan oleh Pemerintah dan digunakan untuk saat
ini, hanya pada pelayanan non komersial, masing-masing
pemerintah harus mengambil tindakan yang tepat dan
tidak mengganggu operasi atau kemampuan operasional
kapal yang dimiliki dan dioperasikannya.
 Tidak satupun dari INF Code merugikan hak-hak dan
tugas-tugas pemerintah sesuai hukum internasional dan
tindakan apapun yang diambil untuk melaksanakan
aturan harus diselaraskan dengan hukum internasional.
PERSYARATAN KAPAL YANG MENGANGKUT MUATAN INF

 Kapal yang mengangkut muatan


INF harus memenuhi persyaratan
INF Code disamping persyaratan
lain yang dapat digunakan dari
ketentuan ini, dan harus disurvei
dan disertifikasi sebagaimana
dimaksudkan dalam koda tersebut.
PENANGANAN MUATAN LIQUID
CHEMICAL DAN GAS

 Sesuai ketentuan konvensi internasiona SOLAS 1974 consolidated 2009 diberikan definisi sbb :
1) OIL TANKER, means a ship constructed and used for the carriage of petroleum and petroleum products in
bulk.
2) CHEMICAL TANKER, means a ship copntructed or adapted and used for the carriage in bulk of any liquid
product as listed in the chapter 17 of the International Bulk Chemical Code.
3) LIQUEFIED GAS TANKER, means a ship constructed or adapted and used for the carriage in bulk of any
liquefied gas or other products listed in cghapter 19 of the Internatioal Gas carrier Code.
 Muatan curah cair (liquid cargo) dimuat di kapal tangker sesuai jenisnya.
- Muatan minyak produksi ( Oil product) seperti avtuur, premium atau solar ditempatkan ditangki-tangki
kapal
- Muatan minyak mentah (crude Oil), dimuat di kapal-kapal tangki khusus seperti Super tanker ( +/-
100.000 dwt), VLCC ( Very large crude carrier ( +/- 250.000 dwt), ULCC ( Ultra large crude carrier +/- 500.000
dwt) dimana kapal ini karena draft (sarat) yang relatif dalam, hanya dapat melayari perairan tertentu.
- Muatan minyak hasil tumbuhan, seperti CPO ( Crude palm oil),coconut oil, latex, cananga oil, clove leaf
oil dll.
- Kegiatan muat bongkar kapal tangker dilakukan di dermaga khusus yang lajim disebut Yetty Oil dan
lokasinya menjorok ke laut.
 Muatan chemical (kimia curah) menggunakan kapal tanker yang tangkinya terbuat dari stainless steel atau dicat
dengan epoxy
 Muatan gas, memerlukan penanganan khusus, karena muatan dikompres sehingga berbentuk cair. Untuk LPG
banyak diangkut dengan kapal-kapal LPG dan LNG diangkut dengan kapal yang tangkinya berbentuk bulat
berukuran besar, mempunyai suhu sampai - 160◦ C. Pada saat sekarang kapal LNG tangkinya menggunakan
sistem membran, berbentuk trapesium Di Indonesia produsen LNG di Arun Aceh, Bontang Kalimantan Timur dan
Tangguh Bintuni-Papua.
 Pada konvensi STCW 1978 amandemen 2010, direncanakan pemisahan pelatihan kapal tanker minyak dan
chemical tersendiri, dan kapal pengangkut gas terpisah.
Lanjutan…..
 Sebelum memuat di kapal tangker diperlukan dokumen
berikut ini :
- Cleanliness/ Dry certificate
- Tightness certificate
- Heating coil certificate
 Peralatan cleaning tangki seperti Butterworth pump, Free

gas system, Crude Oil washing dan penataan Oily water


separator, Inert gas system, sewage plant, incinerator
sebagaimana diatur pada konvensi Marpol 1973 protocol
1978
 Konstruksi kapal tangker juga semakin ditata dengan

ketentuan Double hull sesuai Annex I Regulations 13 F


Marpol
Lanjutan…..
Konstruksi tangki-tangki kapal tangker dibagi menjadi beberapa
tangki dengan sekat-sekat yang memisahkan tangki center dan
tangki wings ( portside dan starboardside), dilengkapi dengan
pompa-pompa dikamar pompa , pada saat sekarang digunakan
individual pump di setiap tangkinya.
Pada saat muat lajimnya digunakan pompa dari darat, sedangkan
pada saat bongkar digunakan pompa kapal.
Jika kapal di charter, pihak kapal harus membuat NOR ( notice of
readiness) yang berisi nota kesiapan kapal waktu tiba atau
berangkat pelabuhan dan Tanker Time Sheet yang berisi semua
kegiatan muat dan bongkar, sebagai dokumen perhitungan charter
kapal
Di Jetty Oil yang biasanya terletak jauh dari pelabuhan umum,
dilengkapi dengan dolphin untuk mengikat kapal, grounding cable
untuk menetralkan kapal dari muatan listrik, tali tunda yang
digantung di luar lambung kapal untuk digunakan dalam keadaan
darurat.
VOLUME – 1 VOLUME – 2
Part – 1 General provisions, Part – 3 Dangerous Goods
definitions and training list and limited
Part – 2 Classification quantities Exceptions
Part – 4 Packing and tank
provisions
Part – 5 Consignment Procedures
Part – 6 Construction and testing
of packaging Intermediate
bulk container, large
packaging, portable tanks
and road tank vehicles
Part – 7 Provisions concerning
transport operation

IMO MODEL COURSE 1.10 DANGEROUS, HAZARDOUS AND HARMFUL


CARGOES 1999.
PELATIHAN PENANGANAN BARANG
BERBAHAYA BAGI PERSONIL DARAT

 MENGAPA PERSONIL DARAT PERLU MENDAPAT


PELATIHAN PENANGANAN BARANG BERBAHAYA ?
 SEBAGAIMANA DIKETAHUI BAHWA BARANG
BERBAHAYA DALAM JUMLAH YANG RELATIF KECIL
DAPAT MENIMBULKAN RESIKO YANG SANGAT BESAR,
BUKAN SAJA DI KAPAL TETAPI JUGA DI PELABUHAN
DAN DI TEMPAT-TEMPAT INDUSTRI LAINNYA.
 PENANGANAN BARANG BERBAHAYA HARUS
DILAKUKAN DENGAN AZAS “ HANDLE
CAREFULLY=TANGANI DENGAN HATI-HATI” DAN “
KNOW THE NATURE OF HAZARD= PAHAMI RESIKO-
RESIKO YANG DAPAT DITIMBULKANNYA”
SHORE-SIDE PERSONNEL
 Personil darat yang bertugas dalam kegiatan pengangkutan
barang berbahaya yang diangkut melalui laut, harus dilatih
dan memahami ketentuan-ketentuan tentang barang
berbahaya, sesuai dengan tingkat tanggung jawab mereka
masing-masing.
 Para personil darat tersebut harus dilatih sesuai dengan
persyaratan dari “ Training of shore-side personnel”
sebelum melaksanakan tugasnya, dan bagi personil yang
belum dilatih, jika menangani barang berbahaya harus
dibawah pengawasan dari seorang Supervisor yang
kompeten.
 Materi pelatihan khususnya pada pengamanan barang
berbahaya sebagaimana diatur dalam Chapter 1.4 tentang
ketentuan pengawasan yang harus dipatuhi.
YANG DIMAKSUD PERSONIL DARAT
ADALAH MEREKA YANG BEKERJA
Mengklasifikasi dan mengindentifikasi “proper
shipping name” barang berbahaya
Melakukan pengepakan barang berbahaya
Memberi mark, label atau plakat
Memuat/membongkar “cargo transport unit”
Menyiapkan dokumen angkutan barang
berbahaya
Memasarkan pengangkutan barang berbahaya
Menerima barang berbahaya untuk diangkut
Sambungan .....

 Menyusun rencana pemadatan barang berbahaya


 Memuat/membongkar ke/dari kapal
 Mengangkut barang berbahaya untuk
dinaikkan/diturunkan ke/dari kapal
 Menegakkan,mensurvey dan memeriksa kesesuaian
dengan aturan yang ada
 Siapapun yang terlibat dalam pengangkutan barang
berbahaya , sebagaimana diatur oleh pihak yang
berwenang.
PERSONIL DARAT HARUS
MENDAPAT PELATIHAN
KESIAGAAN
Setiap personil harus dilatih dalam rangka
pengenalan dengan ketentuan umum pengangkutan
barang berbahaya
Pelatihan antara lain meliputi ketentuan tentang
klasifikasi, pemasangan
label/marking/placard,pengepakan, pamadatan,
pemisahan dan kecocokan classd masing-masing,
penjelasan tentang rujuan dan isi dokumen barang
berbahaya( seperti multi modal dangerous goods
form & Container/Vehicle packing certificates), dan
PELATIHAN BAGI PERSONIL YANG
MEMILIKI FUNGSI KHUSUS
 Setiap orang yang memiliki fungsi khusus harus
mendapat pelatihan tentang penanganan barang
berbahaya, yang sesuai dengan tugas khusus
personil tersebut.
 Pada barang berbahaya khusus, diberikan pedoman
cara pengangkutan melalui laut dan persyaratan
pelatihan diberikan pada paragraph 1.3.1.6. tentang
“ Indicative table describing section of the IMDG
code “ atau instrument-instrument lain yang dapat
menjadi pertimbangan pada pelatihan tersebut.
KETENTUAN UMUM
SEHUBUNGAN DENGAN CLASS 7
RADIOACTIVE
Tujuan dari ketentuan ini adalah menetapkan aturan yang
dapat menjamin keselamatan dan perlindungan terhadap
manusia, harta benda dan lingkungan dari pengaruh
radiasi pada pengangkutan zat radioactive
Perlindungan tersebut antara lain
1. Tabung yang diisi zat radioactive
2. Pengendalian tingkat radiasi eksternal
3. Tindakan yang diperlukan dalam hal terjadi situasi
kritis
4. Pencegahan kerusakan yang disebabkan oleh panas
CLASS 7 :RADIO ACTIVE
SUBSTANCES

Pertama : Perhitungan dengan tingkat resiko dan


batasan isi untuk setiap
pengepakan/pengangkutan sesuai standar yang
ditetapkan untuk radioactive
Kedua : Menetapkan persyaratan dari desain
pengepakan dan cara pemeliharaan packing
dengan mengingat sifat fisika dan sifat kimia dari
muatan radioactive
Ketiga : Diperlukan pengendalian dan
pengawasan, termasuk pengesahan dari pihak
PROPER SHIPPING NAME
( P.S.N.)
“PROPER SHIPPING NAMES” dari barang berbahaya
sebagaimana terdapat pada daftar 3.2 Dangerous Goods
List (DCL). Sinonim, secondary names, initials,
singkatan dari nama-nama dan lain-lain yang terdapat
dalam indek digunakan untuk mencari PSN.
 PSN diuraikan secara rinci di dalam Dangerous Goods
List, sesuai yang ditunjukkan pada kolom-kolom diatas
daftar tersebut ,dengan tulisan “sec”, “tert” disertai huruf
m,n,o,p sebagai bagian integral dari namanya.
Nama lain dapat ditandai dalam kurung, seperti
ETHANOL ( ETHYL ALCOHOL).
PSN dengan “as” atau “or”
UN 1057 LIGHTERS or LIGHTER REFILLS
PSN bisa merupakan kombinasi antara Lighter dan Lighter Refills
UN 2583 ALKYLSULPHONIC ACIDS , SOLID or ARYLSULPHONIC
ACIDS , SOLID with more than 5% free sulphuric acids , PSN dapat
tercatat sebagai :
ALKYLSULPHONIC ACIDS, SOLID
ARYLSULPHONIC ACIDS, SOLID
UN 2793 FERROUS METAL BORINGS,SHAVINGS, TURNINGS or
CUTTINGS in a form liable to self-heating,PSN dapat tercatat sebagai :
FERROUS METAL BORINGS, FERROUS METAL SHAVINGS,
FERROUS METAL TURNINGS, FERROUS METAL CUTTINGS.
PSN BISA MENGGUNAKAN KATA TUNGGAL ATAU JAMAK, nama
dagang dan militer dari barang class 1, aturannya dapat merupakan lampiran
GENERIC ATAU NOT
OTHERWISE SPECIFIED (N .O.S)

 Generic atau NOS pada PSN yang diikuti


nomor 274 dan 318 pada kolom 6 Dangerous
Cargo List harus diberi keterangan tentang
kelompok nama teknis dan nama kimia
 Nama teknis harus dikenal nama kimia atau
nama biologinya , atau nama lain yang
sekarang digunakan di dalam buku-buku
Scientific dan Technical .
 Nama dagang tidak boleh dipergunakan
MARINE POLLUTANTS

 Untuk barang generic dan NOS, perlu


dilengkapi lampiran PSN dengan nama-nama
kimia dari marine pollutant.
 Contoh:

UN 1993 FLAMMABLE LIQUID,nos


( prophyl ecetate,di-n-butylin di-2-
ethylhexanoate) class 3 PG III (50o C cc)
Marine pollutant
UN 1263 PAINT (triethylbenzene)Class 3
PG III (27o C cc) Marine Pollutant
 Emergency response procedures for ships carrying
dangerous goods (The EmS Guide)
 Medical first aid guide for use in accidents involving
dangerous goods (MFAG)
 Reporting procedures
 IMO / ILO / UN ECE guidelines for packing cargo
transport units.
 International code for the safe carriage of packaged
irradiated nuclear fuel, plutonium and high – level
radioactive wastes on board ships (INF Code)
 Recommendations on the safe use of pesticides in ships
 Appendix : Resolutions and circulars referred to in the
IMDG Code and supplement
Class 1 – EXPLOSIVES (Zat-zat yang memiliki sifat mudah
meledak)
 Divisi 1 : Zat-zat dan barang-barang yang memiliki bahaya eksplosi
 Divisi 2 : Zat-zat dan barang-barang yang memiliki sifat khusus tetapi
tidak bahaya eksplosi
 Divisi 3 : Zat-zat dan barang-barang yang memiliki bahaya kebakaran
dan letusan kecil
 Divisi 4 : Zat-zat dan barang-barang yang tidak menimbulkan bahaya
besar
 Divisi 5 : Zat-zat yang tidak dianggap memiliki bahaya ekplosi
 Divisi 6 : Barang-barang yang sama sekali tidak memiliki bahaya
eksplosi.
Class 2 – GASES COMPRESSED, LIQUEFIED OR DISSOLVED
UNDER PRESSURE : gas-gas yang bertekanan, dicairkan
atau diuraikan dibawah tekanan.
Class 3 – FLAMMABLE LIQUIDS : Zat-zat cair yang mudah
menyala.
 Class 4.1 – FLAMMABLE SOLID : Zat-zat padat yang mudah
menyala
 Class 4.2 – SUBSTANCES LIABLE TO SPONTANEOUS
COMBUSTION : Zat-zat yang mempunyai
kemungkinan besar dapat terbakar secara spontan.
 Class 4.3 – SUBSTANCES WHICH, IN CONTACT WITH
WATER EMIT FLAMMABLE GASES : Zat-zat
yang jika kontak dengan air dapat memancarkan
gas-gas yang mudah menyala.
 Class 5.1 – OXIDIZING SUBSTANCES : Zat-zat yang dapat
beroksidasi
 Class 5.2 – ORGANIC PEROXIDES : Organik peroksida
 Class 6.1 – TOXIC SUBSTANCES : Zat-zat yang beracun
 Class 6.2 – INFECTIOUS SUBSTANCES : Zat-zat yang
menular
 Class 7 – RADIOACTIVE MATERIALS : Bahan-bahan
radio aktif
 Class 8 – CORROSIVE : Bahan korosif yang merusak
 Class 9 – MISCELLANEOUS DANGEROUS SUBSTANCES
AND ARTICLES, I.E. ANY OTHER SUBSTANCE
WITH EXPRERIENCE HAS SHOW OR MAY
SHOW, TO BE A SUCH OF DANGEROUS
CHARACTER THAT THE PROVISONS OF THIS
PART SHALL APPLY TO IT : Bermacam-macam
zat berbahaya yaitu zat-zat lain yang menurut
pengalaman telah memperlihatkan atau dapat
memperlihatkan sifat sedemikian rupa, sehingga
ketentuan-ketentuan tentang barang berbahaya
harus diterapkan ORM (Other Regulated Materials).
a. Pengepakan barang berbahaya
– Harus kuat dan dalam keadaan baik.
– Mempunyai sifat bahwa permukaan bagian dalam
yang isinya mungkin bersinggungan dengannya,
tidak menimbulkan bahaya.
– Mampu menahan / melindungi jika ada resiko-
resiko yang terjadi dari penanganan dan
pengangkutan melalui laut.
b. Bila digunakan bahan yang mempunyai sifat
mengisap atau material sebagai bantalan / ganjal
yang biasa dipakai untuk pengemasan zat-zat cair
dalam tabung, maka bahan atau material tersebut
harus :
1. Bisa memperkecil bahaya yang mungkin
ditimbulkan oleh zat cair itu.
2. Ditempatkan sedemikian rupa guna mencegah
isi kemasan dapat bergerak dan tabung itu tetap
terlindung.
3. Bila memungkinkan, sejumlah penyerap yang
cukup mampu untuk mengisap bocoran zat cair
jika tabungnya pecah.
 Tabung yang diisi zat-zat cair berbahaya harus ada
jarak antara permukaan cairan dengan penutupnya
(ULLAGE), pada pengisian dengan suhu yang cukup
guna memungkinkan pemuaian pada suhu tertinggi
selama pengangkutan secara normal.
 Silinder-silinder atau tabung-tabung yang diisi gas-gas
bertekanan harus memiliki konstruksi yang memadai,
ditest, dipelihara dan dilakukan pengisian dengan cara
yang benar.
 Tabung yang kosong dan tidak dibersihkan atau yang
bekas dipakai sebelumnya untuk mengangkut cairan
berbahaya, harus diperhatikan ketentuan-ketentuan
yang mengatur tentang cara pengisian kembali, kecuali
ada cara-cara layak yang diambil untuk menghilangkan
bahaya.
Barang-barang berbahaya mempunyai resiko yang berbeda-beda
sesuai dengan klasifikasi, sifat fisika dan kimianya sehingga
pengepakan dibagi menjadi dalam 3 kelompok PG (Packaging
Group)
a. PG I = Great Danger
Adalah barang-barang yang mensyaratkan standar yang
cukup
tinggi dalam pengepakannya (United Nation – Specification
Packaging).
b. PG II = Medium Danger
Adalah barang-barang yang harus diangkut secara aman,
edikit dibawah standar pengangkutan.
c. PG III = Lesser Danger
Adalah beberapa barang-barang yang boleh dikurangi
kualitas standar pengepakannya, sejauh masih dalam batas aman.
1.Terminologi
a.Packages
Adalah suatu system pengepakan baik dalam kotak atau
drum, biasanya dibatasi 400 kg atau 400 liters.
1) Single Packaging
Hanya satu cara pengepakan tanpa bungkus tambahan,
misalnya Steel Drum.
2)Combination Packaging
Biasanya terdapat 2 cara pengepakan, satu bagian dalam
dan bungkus diluarnya, misalnya botol plastik didalam
kotak fibre.
b.Intermediate Bulk Container ( IBC )
Pengepakan yang besar tidak boleh lebih dari 3000 m3 atau
3000 liter, yang diangkut memakai alat mekanik (seperti
forklift).
c.Tank
Pengertian tangki termasuk “Portable Tank” atau “Road tank
vehicle” dengan kapasitas lebih dari 450 liters dan
dilengkapi peralatan pelayanannya seperti slang, kran dll.

2.Pengepakan Tidak Boleh Bocor, karena :


a.Vibration
Getaran kapal selama pelayaran pasti terjadi dan bisa terjadi
kebocoran jika tidak dipack dengan baik.
b.Perubahan suhu, humidity dan tekanan
Sebuah container yang dimuat bulan Januari di Rotterdam
dan dikirim ke Australia akan mengalami perubahan-
perubahan cuaca yang cukup besar.
Pemuaian akan menyebabkan kebocoran, kelembaban udara
menimbulkan karat pada drum.
c.Compatibility
Beberapa bahan kimia dapat mempengaruhi bahan lainnya,
sehingga perlu diketahui bahan kimia mana yang akan
menganggu pengepakan barang itu.
3.Sistem Tangki
Barang berbahaya yang dipackage dalam tangki terdiri dari :
Liquid Dangerous Goods ( tangki tipe 1, 2 dan 4 )
Non – Refrigerated Liquefied Gases ( tangki tipe 5 dan 6 )
Refrigerated Liquefied Gases ( tangki tipe 7 dan 8 )
Tipe tangki-tangki adalah sebagai berikut :
Tipe 1-Tangki Portable dengan tekanan diatas 1, 75 bar
Tipe 2-Tangki portable dengan tekanan antara 1,0 – 1,75 bar
Tipe 4-Tangki permanen yang ditempatkan pada chasis
dengan 4 – ISO Twistlocks berkapasitas lebih dari 450
liters dan hanya digunakan untuk “Short International
Voyage”.
Tipe 5- Tangki portable untuk “Non – Refrigerated Liquefied
Gases”
Tipe 6-Tangki mobil untuk “Non – Refrigerated Liquefied
Gases”
Tipe 7-Tangki Portable yang dilapisi bahan tahan panas untuk
“Refrigerated Liquefied Gases”
Tipe 8-Tangki mobil untuk “Refrigerated Liquefied Gases “.
4.Type Pengepakan adalah :
a.Steel drums e.Textile bags.
b.Steel or aluminium jerricans f.Plastic film bags.
c.Wooden boxes
d.Fibreboard boxes

5.Untuk melakukan test terhadap pengepakan barang berbahaya


dilakukan beberapa cara :
a.DROP (dijatuhkan dari ketinggian 1,2 meter) untuk semua
jenis pengepakan.
b.STACK (ditumpuk dan diberi beban diatasnya) cara ini untuk
drum, tidak untuk bags.
c.LEAKAGE (Kebocoran) untuk single – package liquid (cairan
yang dimuat hanya dengan satu system pengepakan,
misalnya drum atau barrel).
d.Hydraulic Pressure ( Tekanan hidraulik) untuk test kekedapan
terhadap single – package liquid.
e.COOPERAGE (Uji kekuatan) untuk pengepakan didalam
barrel yang terbuat dari kayu.
a.ROLLING b. SWAYING

c. PITCHING d. SURGING
e. YAWING f. HEAVING

g. Mengerem, gaya kedepan h. Memutar, gaya menyamping

i. Menambah kecepatan gaya kebelakang j. Melangsir


1.Kemasan-kemasan yang berisi barang berbahaya harus
diberi tanda yang bisa bertahan lama dengan nama teknik
yang tepat (Correct Technical Name), nama dagang atau
merek dagang (Trade Name) tunggal tidak boleh
dipergunakan.
2.Kemasan-kemasan yang berisi barang berbahaya harus
dilengkapi dengan label tersendiri atau khusus
(Distinctive Label) atau plakat (Placard), yang sesuai
untuk menjelaskan sifat atau kandungan bahaya dari
barang tersebut.
3.Cara pemberian tanda / nama teknik dan melekatkan label
atau plakat pada kemasan-kemasan yang berisi barang
berbahaya, harus sedemikian rupa hingga informasi dari
barang berbahaya tersebut masih dapat diidentifikasi -
pada kemasan-kemasannya sedikitnya 3 bulan jika ia
tenggelam di laut. Sehubungan denga hal tersebut perlu
dipertimbangkan penggunaan bahan yang tahan lama.
4.Kemasan-kemasan yang berisi barang berbahaya harus
diberi tanda dan label sedemikian rupa, kecuali jika :
a.Kemasan-kemasan barang berbahaya tersebut memiliki

tingkat bahaya yang rendah atau dikemas dalam jumlah


terbatas.
b.Untuk hal-hal tertentu dapat diijinkan, jika kemasan-
kemasan yang dimuat dalam unit-unit diidentifikasi oleh
label dan plakat secara keseluruhan unitnya.
- PSN (Proper Shipping Name)
Nama barang berbahaya harus jelas disebutkan agar
mudah diidentifikasi, dipasang pada kedua sisi dari suatu
tangki, pengepakan barang curah yang diangkut dengan
semi-trailer, vehicle, container atau gerbong kereta api.
Contoh tanda dan isyarat :
1)Tanda bahan pencemaran laut (Marine Pollutant)
Tanda tersebut di atas berukuran sedikitnya 250 mm
dipasang pada sisi gerbong kereta api, tangki-tangki
dan Pada bagian depan road vehicle serta pada 4
(empat) sisi dari suatu semi trailer, container dan
portable tank.
2) Elevated temperature
Tanda warna merah pada elevated temperature
berukuran sedikitnya 250 mm, dipasang keempat
sisi dari CTU (Cargo Transport Unit)
3) Fumigant Warning Sign (Isyarat Peringatan Fumigasi)
Suatu isyarat peringatan fumigasi harus dipasang, jika
sebuah CTU berisi barang yang sedang difumigasi,
ditempat yang mudah dilihat oleh orang yang akan
masuk
kedalam CTU seperti container dan lain-lain.
Isyarat ini empat persegi dengan ukuran lebar 300 mm
dan tinggi 250 mm disertai tulisan berwarna hitam di atas
dasar putih.
Tanda tersebut harus dapat menunjukkan tanggal dan
waktu fumigasi dilakukan, serta tipe dari alat fumigant
yang dipakai (misalnya HCN = Hydrogen Cyanida).
- Placard (Plakat)
Sebagaimana label barang berbahaya, plakat harus
dipasang pada Cargo Transport Unit (CTU), berbentuk
diamond dengan ukuran 250 mm x 250 mm.
Jika barang tersebut mempunyai 2 jenis resiko, cukup
dipasang plakat untuk salah satu resiko yang tertinggi.
1) U.N. Numbers
Pada situasi tertentu nomor U. N. (United Nations)
harus dipasang pada package barang berbahaya,
dengan huruf hitam dan ukuran tinggi 65 mm pada
bagian bawah plakat yang berwarna dasar putih atau
bentuk empat persegi berwarna orange ukuran tinggi
120 m dan lebar 300 mm disertai garis pinggir hitam.
Ketentuan ini berlaku untuk tangki-tangki, single
substance yang beroperasi di jalan menggunakan
kendaraan atau container.
2) Pengecualian
Plakat tidak perlu dipasang untuk CTU yang
mengangkut barang berbahaya class I Explosives, jika
tidak lebih dari 1 divisi class tersebut.

- Labelling Of Packages
Setiap pengepakan barang berbahaya harus dipasang
label berbentuk diamond, yang menunjukkan class dari
barang berbahaya tersebut.
Jika barang tersebut mempunyai lebih dari 1 (satu) resiko,
maka label untuk resiko yang lain harus dipasang.
1) Nomor class ditempatkan pada bagian bawah diamond
dan penggunaan tulisan TOXIC atau FLASH POINT tidak
diwajibkan, kecuali untuk class 7 Radio Active harus
dicantumkan spesifikasinya.
2) Ukuran label sedikitnya 100 mm x 100 mm.
Contoh Penempatan Placard :
Dangerous Cargo Labels :
1. Dokumen Barang Berbahaya
a. Dalam semua dokumen yang berhubungan dengan
pengangkutan barang berbahaya melalui laut, harus tertera
secara jelas nama, nama teknik dan spesifikasinya.
b. Dokumen pengapalan yang disiapkan oleh Shipper (Pengirim)
harus dilengkapi dengan sertifikat atau keterangan yang ditanda
tangani bahwa pengiriman barang (Shipment) tersebut telah
dilengkapi tanda, label atau plakat dengan baik.
c. Pihak yang bertanggung jawab dalam pengemasan barang
berbahaya dalam suatu peti kemas yang diangkut kapal (Freight
Container) atau kendaraan darat (Road Vehicle), harus
memberikan sertifikat pengemasan peti kemas (Container
Packing Certificate) atau surat keterangan pengemasan
angkutan kendaraan darat (Vehicle Packing Declaration) yang
menyatakan bahwa barang dalam unit telah dikemas
sebagaimana mestinya dan memenuhi persyaratan-persyaratan
transportasi.
d. Bilamana terdapat kecurigaan bahwa suatu Freight Container
atau Road Vehicle dimana barang-barang berbahaya dikemas
tersebut tidak memenuhi syarat atau sertifikat atau surat
keterangan tersebut tidak ada, maka peti kemas tidak dapat
diterima untuk dimuat di kapal.
e. Setiap kapal yang mengangkut barang-barang berbahaya harus
memiliki suatu daftar khusus atau daftar barang-barang yang
diangkut di kapal “Dangerous Cargo Manifest”, sesuai klasifikasi
dan lokasi penempatannya. Suatu bagan pemadatan muatan
(Cargo Stowage Plan) dibuat lengkap dengan klasifikasi dan
lokasi muatan berbahaya.

2. Persyaratan Pemadatan (Stowage Requirements)


a. Barang berbahaya harus dimuat, disusun atau dipadatkan
hingga terjamin keselamatannya dan diatur sebagaimana
mestinya sesuai dengan sifat dari muatan itu.
Muatan yang tidak cocok (Incompatible) dengan muatan jenis
lain, harus dipisahkan pemadatannya.
b. Muatan eksplosives yang dapat menimbulkan resiko serius
harus dipadatkan dalam suatu “Magazine” yang dijaga tetap
tertutup dan terjamin selama di laut.
Muatan ini harus dipisahkan dari detonatornya, peralatan dan
kabel-kabel listrik dalam setiap kompartemen dimana muatan
ditempatkan harus didesain sedemikian rupa yang dapat
memperkecil resiko kebakaran atau peledakan.

c. Barang berbahaya dalam bentuk kemasan yang mengeluarkan


gas berbahaya harus ditempatkan dalam satu ruang yang
mendapat ventilasi secara mekanik atau dipadatkan di atas deck.
Barang berbahaya dalam bentuk padat dan berjumlah besar
yang dapat mengeluarkan gas berbahaya harus ditempatkan
dalam satu ruang yang mendapat cukup ventilasi.
d. Didalam kapal-kapal yang mengangkut zat-zat cair dan gas-
gas yang mudah menyala, perlu diambil tindakan pencegahan
yang khusus terhadap resiko kebakaran atau peledakan.

e. Zat-zat yang secara spontan dapat menimbulkan panas dan


terbakar tidak boleh diangkut, kecuali tindakan pencegahan
yang memadai telah diambil untuk memperkecil terkena api.

f. Unit-unit muatan yang diangkut, termasuk peti kemas, harus


dimuat, disusun atau dipadatkan (Stowed) dan terjamin
keselamatan selama pelayaran sesuai “Cargo Securing
Manual” yang disahkan oleh Administrasi (Pemerintah)..
Sebagaimana pernah disampaikan bahwa dalam menangani barang
berbahaya, ada 2 (dua) hal yang perlu diperhatikan, yaitu :
a. Handle Carefully (Tangani dengan penuh perhatian)
Penanganan barang berbahaya di kapal maupun di pelabuhan perlu
dilakukan dengan hati-hati, karena bisa berdampak resiko yang tinggi
terhadap manusia dan lingkungannya.
Penggunaan peralatan stevedoring seperti sling, forklift, ganco dan
sebagainya harus benar agar tidak merusak muatan, karena drum berisi
cairan yang bocor atau karung yang isinya tumpah akan sangat berbahaya.
b. Know The Nature Of Hazards (Mengetahui sifat-sifat bahaya dari barang
tersebut)
Dengan mengetahui sifat fisika dan kimia termasuk klasifikasinya,
pemadatan barang berbahaya harus diatur sesuai rekomendasi yang
diberikan didalam IMDG Code.
Demikian pula jika terjadi suatu kecelakaan terhadap manusia yang
diakibatkan oleh barang berbahaya, bisa diketahui bagaimana cara
mengatasinya.
Sebagaimana diatur dalam MFAG (Medical First Aid Guide) dan EmS
(Emergency Schedules).
1. Solids (Zat Padat)
Beberapa jenis zat padat seperti garam biasa bentuknya berupa
kristal,
sedangkan yang bentuknya bisa bermacam-macam adalah kaca,
karet, plastik dll. Garam disebut zat higroskopis karena menyerap air
yang ada diudara, hingga garam bisa menjadi basah.
2. Liquids (Zat Cair)
Zat cair memiliki berat dan volume tertentu tetapi tidak berbentuk,
mereka mengikuti bentuk tempat dimana ia ditaruh.
Beberapa zat cair seperti air sangat mudah bergerak sesuai dengan
kemiringan.
3. Gases (Gas-gas)
Gas seperti udara, memiliki gaya berat tetapi tidak mempunyai
volume dan ia akan berkembang mengikuti ruangan yang tersedia.
Gas tidak lebih padat dari zat padat atau zat cair, tetapi beberapa gas
seperti Chlorine lebih berat dari udara sedangkan Hydrogen lebih
ringan. Gas mudah ditekan (Compressed) dan dapat dimasukkan
kedalam suatu gas silinder.
4. Boiling Point (Titik Didih)
Titik didih adalah temperatur dimana jika zat cair dimasak ia
mulai berubah menjadi uap.
5. Vapour Pressure (Tekanan Uap)
Semua zat padat dan zat cair mengeluarkan uap yang terdiri
dari atom atau molekul yang menguap dari permukaannya.
Tekanan yang keluar dari uap dalam kondisi tertentu disebut
tekanan uap. Tekanan uap akan bertambah bersama dengan
temperatur dan suatu zat cair akan masak jika tekanan uapnya
sama dengan tekanan atmosfir.
6. Flashpoint (Titik Nyala)
Titik nyala adalah suhu terendah dimana suatu zat cair
mempunyai cukup uap yang akan menjadi nyala diudara. Suatu
cairan tidak dapat menyala pada suhu dibawah titik nyala
tersebut. Misalnya Petrol mempunyai flashpoint dibawah –
18oC, sehingga mobil bisa distart mesinnya walaupun berada
dibenua Artic.
7. Autoignition Point (Titik Nyala Sendiri)
Titik nyala sendiri adalah suhu yang harus dicapai oleh zat cair, sehingga
dapat menimbulkan api atau ledakan jika tersentuh oleh nyala atau panas
yang ditimbulkan oleh suatu reaksi atau pecahan / keretakan.Tidak ada
kaitan antara Flash Point dan Autoignition point.
8. Explosive Limits (Batas terjadinya ledakan)
Batas ledakan adalah prosentase volume uap dan konsentrasi udara
pada suatu zat yang mudah menyala. Dibawah “Lower Explosive Limit
(LEL)” suatu zat akan cenderung lebih kecil kemungkinan untuk menyala,
sedangkan diatas “Upper Explosive Limit (UEL)” suatu zat akan
mempunyai kemungkinan yang lebih besar.
9. Melting Point (Titik Lebur)
Titik lebur (leleh) adalah suhu terendah dimana suatu zat padat akan
berubah menjadi zat cair jika dipanaskan. Misalnya es berubah menjadi
air.
10.Density (Kepadatan)
Density suatu zat adalah pembagian antara berat dengan volume yang
dipakai zat itu. Density dinyatakan dengan kg/m3, misalnya besi baja
memiliki density 7,9 kg/m3 sedangkan kayu balsa memiliki density 0,2
kg/m3.
11.Solubility / Miscibility (Pelarutan / Pencampuran)
Jika suatu zat padat atau gas dilarutkan dalam suatu cairan pelarut maka
akan terbentuk campuran yang homogen. Walaupun ditambahkan
berbagai larutan tidak akan merubah campuran itu, hal ini disebut
“Saturated = Jenuh”. Misalnya garam biasa dilarutkan kedalam air akan
menghasilkan larutan yang jernih, dengan
menambah garam terus menerus larutan akan menjadi pekat.
12.Odour ( Bau )
Beberapa bahan mempunyai bau yang karakteristik, biasanya bau ini
dipakai sebagai peringatan terhadap suatu resiko bahaya, misalnya :
- Anaesthetic ( lupa ) berkaitan dengan mengantuk
- Acrid ( tajam ) berkaitan dengan bisa menyala.
- Ammoniacal ( keras ) berkaitan dengan Ammonia.
- Etherial ( bius ) berkaitan dengan mengantuk
- Fragant ( harum ) berkaitan dengan kenyamanan.
- Irritating ( merangsang ) berkaitan dengan bau yang tidak nyaman.
- La Chrymatury ( keluar air mata ) yang dapat menyebabkan
menangis.
- Nacrotic dapat menyebabkan mengantuk / lupa ingatan
- Phenolic ( asam karbol ) dapat menyebabkan bau karbol
- Pungent ( pedas ) dapat menyebabkan pengaruh kuat pada rasa.
1. Bahan Kimia beracun :
NO. JENIS ZAT JENIS BAHAN AKIBAT KERACUNAN & GANGGUAN
BERACUN
1. Logam 1. Cadmium - Hati, Ginjal, Darah
2. Krom (Cr) - Kanker
3. Arsen - Iritasi
4. Phospor - Metabolisme karbohidrat

2. Bahan Pelarut 1. Hidrokarbon - Pusing, koma


2. Alkohol - Syaraf pusat, leukemia
3. Glikol - Ginjal, tumor

3. Gas Beracun 1. Asam Sianida - Pusing, sesak nafas


(HCN) - Kejang,hilang kesadaran
2. Asam Sulfida - Saraf, otak
(H2S)
3. Karbon Monok
sida (CO)

4. Karsinogen 1. Asbes - Paru-paru


2. Benzena - Leukimia
3. Vinil Khlorida - Syaraf pusat

5. Pestisida 1. Organo Klorin - Pusing, kejang


2. Organo Fosfat - Pusing, kejang
2. Campuran Eksplosif :
Eksplosif dapat terjadi akibat dari percampuran beberapa bahan, terutama
OKSIDATOR dan REDUKTOR dalam suatu reactor maupun dalam
penyimpanan.
OKSIDATOR REDUKTOR / TEROKSIDASI

KClO3, NaNO3 KARBON, BELERANG


ASAM NITRAT ETANOL
KALIUM PERMANGANAT GLISEROL
KROM TRIOKSIDA HIDRAZIN

3. Bahan Eksplosif di Indonesia :


INDUSTRI BAHAN DIPRODUKSI / DIGUNAKAN
PELEDAK NH4NO3, TNT
AMUNISI CAMPURAN
GAS INDUSTRI ASETILEN, H2, O2
MERCON NaNO3, KClO3, KARBON
KOREK API
ZAT WARNA KCl03 BELERANG
A2O, DIAZO
4. Klasifikasi Zat Beracun :
KLAS ZAT BERACUN LD50 (mg/kg) CONTOH

6. SUPER RACUN <5 NIKOTIN


5. AMAT SANGAT BERACUN 5 – 10 TIMBAL ARSENAT
4. AMAT BERACUN 50 – 500 HIDROKARBON
3. BERACUN SEDANG 500 – 5000 ISOPROPANO
2. SEDIKIT BERACUN 5000 – 15000 ASAM SORBAT
1. TIDAK BERACUN > 15000 PROPILEN GLICOL

5. Gas Bertekanan dan bahayanya :


GAS PENGGUNAAN BAHAYA
ASETILEN GAS BAKAR MUDAH TERBAKAR
AMONIAK BAHAN BAKU BERACUN
ETILEN OKSIDA STERILISASI BERACUN & MUDAH TERBAKAR
HIDROGEN HIDROGENASI,GAS KARBIT MUDAH TERBAKAR
NITROGEN GAS PENCUCI, MEMBUAT UDARA INERT ASPIKSIAN
KLOR KLORINASI BERACUN, KOROSIF
VINIL KHLORIDA PRODUKSI PLASTIK BERACUN & MUDAH TERBAKAR
 Lembar-lembar data keselamatan material barang
berbahaya cair ,berisi hal-hal yang harus
diperhatikan pada waktu menangani muatan
tersebut.
 Dengan mengetahui PSN (Proper Shipping Name)
dapat diperoleh lembar data ini sebagai petunjuk
dalam menghadapi resiko-resiko yang mungkin
terjadi
 Dalam penanganan barang berbahaya di laut dan
di pelabuhan setiap nama material yang
diproduksi oleh suatu manufacturers mempunyai
standar dan kriteria berbeda, misalnya US
standards, Australia, Inggris dan Canada
A. PEMISAHAN BARANG BERBAHAYA

1. Berdasarkan Konvensi Internasional SOLAS 1974 Chapter VII bahwa


barang- barang berbahaya yang memiliki sifat fisika dan kimia saling
berlawanan satu sama lain pemadatannya harus dipisahkan. Pengaturan
pemisahan ini berlaku untuk pemadatan didalam ruang muat (palka)
maupun di atas geladak kapal, bagi setiap jenis kapal maupun unit-unit
pengangkut barang yang lain. Dua zat atau barang berbahaya yang
sifatnya saling berlawanan dan dipadatkan dalam satu ruangan, akan
berbahaya jika salah satu mengalami kebocoran, tumpah atau kecelakaan
lainnya.
Resiko yang ditimbulkan apabila mereka bercampur bisa bermacam-
macam, sehingga perlu diatur cara pemisahan yang berbeda. Ada yang
cukup dipisahkan dengan jarak tertentu, tetapi adapula yang perlu
dibatasi sekat-sekat (bulkheads) atau gabungan dari keduanya. Dalam hal
diwajibkan dipadat dengan ruang antara (Intervening Spaces) antara 2
(dua) barang berbahaya, maka ruang antara itu dapat diisi muatan lain
yang sifatnya tidak berlawanan dengan barang berbahaya didekatnya.
2. Terminologi yang digunakan dalam pengaturan pemadatan barang
berbahaya adalah sebagai berikut :
a. Away from (jauhkan)
b. Separated from (pisahkan)
c. Separated by a complete compartment or hold from (pisahkan dengan
batas ruangan atau palka).
d. Separated longitudinally by an intervening complete compartment or hold
from (pisahkan dengan batas sebuah ruangan secara membujur kapal).

3. Pemadatan barang berbahaya pada suatu ShelterTween Deck (geladak


antara pelindung), tidak dapat dianggap sebagai dimuat diatas geladak (On
deck Stowage).
Pada kapal dengan konstruksi shelter deck ship, geladak pelindung
dianggap berada dalam ruangan dibawah geladak (Under Deck Stowage).
4. Pemadatan di atas deck ditentukan sebagai berikut : AWNING
a. On Deck (On Weather Deck)
AWNING

b. On Deck (Shade) AWNING

c. On Deck (Protected) AWNING

Watertight
Spray Proof
Not Permitted
B. KETENTUAN PEMISAHAN BARANG BERBAHAYA
1. Jika terdapat barang berbahaya dalam satu class tetapi memiliki 2 (dua)
sifat fisika dan kimia yang berbeda, yaitu primary hazard dan secondary
hazard, maka perlu diperhitungkan bahwa salah satu barang itu lebih
berbahaya dari yang lain.
2. Contoh pemisahan barang berbahaya :
a. Muatan Acetylene, Dissolved Class 2.1 UN. No : 1001 harus “Separated
From” dari muatan Chlorine.
b. Muatan Barium Cyanide class 6.1 UN No. 1565 harus “Separated From”
dari Acids.
3. Kecuali bagi barang berbahaya class 1 Eksplosif, maka ketentuan tentang
pemisahan barang yang memiliki 2 sifat berbahaya berbeda, diatur
didalam daftar muatan berbahaya (Dangerous Cargo List).
Sebagai contoh, didalam dangerous cargo list dijelaskan bahwa Bromide
Chloride class 2.3 UN No : 2901, juga mempunyai resiko tambahan class
5.1 dan class 8, sehingga direkomendasikan sebagai berikut :
Segregration as for Class 5.1 but “ Separated From” class 7.
4. Terdapat beberapa barang berbahaya yang memiliki sifat fisika dan kimia
sama, sehingga mereka ditempatkan dalam satu kelompok dengan
pembagian masing-masing.
Daftar kelompok barang berbahaya adalah sebagai berikut :
a. ACIDS b. AMMONIUM COMPOUNDS
c. BROMATES d. CHLORATES
d. CHLORITES e. CYANIDES
f. HYPOCHRORITES g. LEAD & LEAD COMPOUNDS
h.LIQUID HALOGENATED HYDROCARBONS i. MERCURY & MERCURY
j. COMPOUNDS k. NITRITES
l. PERCHLORATES m. PERMANGANATES
n. POWDERED METALS o. PEROXIDES
q. AZIDES

5. Tidak semua zat masuk didalam kelompok dengan nama tersebut diatas, zat-
zat ini dikapalkan dengan sebutan NOS (Not Otherwise Specified).Barang-
barang yang masuk kelompok atau barang-barang yang dikapalkan dengan
NOS harus diteliti sifatnya yang paling mendekati dengan salah satu
kelompok.
6. Daftar pemisahan barang berbahaya.
1.1
1.3
CLASS 1.2 1.4 2.1 2.2 2.3 3 4.1 4.2 4.3 5.1 5.2 6.1 6.2 7 8 9
1.6
1.3
Explosives 1.1, 1.2, 1.5 . . . 4 2 2 4 4 4 4 4 4 2 4 2 4 x
Explosives 1.3, 1.6 . . . 4 2 2 4 3 3 4 4 4 2 4 2 2 x
Explosives 1.4 . . . 2 1 1 2 2 2 2 2 2 x 4 2 2 x
Flammable gases 2.1 4 4 2 x x x 2 1 2 x 2 2 x 4 2 1 x
Non-toxic, non-flammable gases 2.2 2 2 1 x x x 1 x 1 x x 1 x 2 1 x x
Toxic gases 2.3 2 2 1 x x x 2 x 2 x x 2 x 2 1 x x
Flammable liquids 3 4 4 2 2 1 2 x x 2 1 2 2 x 3 2 x x
Falmmable solids (including selfreactive
and related substances and 4.1 4 3 2 1 x x x x 1 x 1 2 x 3 2 1 x
desentized explosives)
Substances liable to
4.2 4 3 2 2 1 2 2 1 x 1 2 2 1 3 2 1 x
spontaneous combustion
Substances which, in contact with
4.3 4 4 2 x x x 1 x 1 x 2 2 x 2 2 1 x
water, emit flammable gases
Oxidizing substances (agents) 5.1 4 4 2 2 x x 2 1 2 2 x 2 1 3 1 2 x
Organic peroxides 5.2 4 4 2 2 1 2 2 2 2 2 2 x 1 3 2 2 x
Toxic substances 6.1 2 2 x x x x x x 1 x 1 1 x 1 x x x
Infectious substances 6.2 4 4 4 4 2 2 3 , 3 2 3 3 1 x 3 3 x
Radioactive material 7 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 1 2 x 3 x 2 x
Corrosive substances 8 4 2 2 1 x x x 1 1 1 2 2 x 3 2 x x
Miscellaneous dangerous
9 x x x x x x x x x x x x x x x x x
substances and articles
C. KAPAL BARANG KONVENSIONAL

1. Tanda-tanda yang dipakai


a. Barang berbahaya

b. Barang berbahaya lain yang harus dipisahkan

c. Geladak yang tahan api dan air

2. Away from (jauhkan)


a = Daerah terlarang
a
b = Jarak 3 m
Dijauhkan agar barang
berbahaya lain yang harus
b b dipisahkan tidak
menimbulkan interaksi
berbahaya jika terjadi
suatu kecelakaan. Boleh
dalam satu ruangan
a dengan jarak membujur 3
meter.
3. Separated from (pisahkan)
a. Jika dimuat didalam palka harus berada
pada ruangan yang berbeda.
b. Dalam palka yang sama pada deck yang
berbeda diperbolehkan, tetapi harus ada
batas deck yang tahan api dan air.
c. Jika dimuat diatas deck harus berjarak 6
meter secara membujur.

4. Separated by a complete compartment or hold from (pisahkan dengan


batas sebuah ruang atau palka)
a. Pisahkan dengan sebuah ruangan baik
membujur maupun tegak, jika tidak ada
batas deck yang tahan api atau air maka
hanya boleh secara membujur.
b. Jika diatas deck harus dengan jarak
membujur sedikitnya 12 m.
c. Demikian pula jika 1 package diatas deck
sedangkan yang lainnya di UTD (UPPER
TWEEN DECK) jaraknya tidak kurang 12 m.
5. Separated longitudinally by an INTERVENING complete compartment or
hold from (Pisahkan dengan batas sebuah ruangan secara membujur)
24
meter a. Pemuatan secara vertikal tidak dapat
dipakai untuk jenis ini.
b. Jika diatas deck sedikitnya berjarak
secara membujur 24 meter.
c. Jika satu package on deck dan yang lain
in hold (didalam) palka, tetap harus
terpisah oleh satu ruangan dan berjarak
24 m secara membujur.

D. KAPAL PENGANGKUT PETI KEMAS (CONTAINER)


1. Pengertian
a. Container space (ruang peti kemas) adalah suatu ruangan dengan
ukuran 6 meter membujur dan 2,4 meter melintang kapal.
b. 2 (dua) unit container 20’ dianggap sebagai ruangan untuk 1 container 40’
c. Jarak antara 2 (dua) unit container 40’ adalah 2 feet (60 cm).
d. Terminologi pemadatan container

1) - Barang berbahaya
2) N N - CTU ( Cargo Transport Unit ) berisi barang
yang harus dipisahkan, (TIDAK DIIJINKAN).

3) - CTU ( Cargo Transport Unit ) berisi barang


yang harus dipisahkan tetapi DIIJINKAN).
N N
4) - Jarak melintang 1 container space.
N N N N
- Jarak melintang 2 container spaces.
N N N N N N
- Jarak melintang 3 container spaces

5) N - Jarak
N melintang 1 container space.

N N N N
- Jarak melintang 2 container
spaces.

Catatan : Semua sekat (BULKHEADS) dan geladak (DECKS) harus


tahan api serta air.
A. KETENTUAN NASIONAL DAN INTERNASIONAL
1. Sejarah Peraturan Pengangkutan
a. Ordonansi pengangkutan minyak 1927
b. Peraturan pengangkutan minyak 1927
c. Ordonansi penyimpanan minyak 1927
d. Ordonansi kapal-kapal 1935 (Pasal 143 s/d 153)
e. Peraturan bandar 1925
f. Peraturan bahan peledak dan senjata api
- Peraturan pengangkutan bahan peledak 1893
- Ordonansi petasan 1932
- Peraturan pelaksanaan ordonansi petasan 1932
g. Peraturan penumpukan batu bara 1913
h. International Maritime Dangerous Goods (IMDG) code
i. The Bulk Chemical (BCH) code
j. The International Bulk Chemical (IBC) code
k. Keppres No. 65 Tahun 1980 tentang pengesahan Konvensi
Internasional SOLAS 1974 consolidated 2009
l. Keppres No46 tahun 1986 tentang pengesahan Konvensi
Internasional MARPOL 73 / 78 amandemen 2006
m. International Standards and Recommended Practices, the safe transport of
dangerous goods by air, Annex 18 ICAO.
n. Technical Instructions for the safe transport of dangerous goods by air
D.O.C-9284 AN/1905-ICAO.
o. Keputusan Menteri Perhubungan No : KM 14 Tahun 1989 tentang penertiban
penumpang, barang dan cargo yang diangkut pesawat udara sipil
p. Undang Undang RI No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran
q. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan
2. Ketentuan di pelabuhan laut
a. Dasar Hukum
1) REEDEN REGLEMENT 1926
2) PETROLEUM VERVOER ORDONANTIE STBL.1927 NO : 214
3) Peraturan pengangkutan barang peledak stbl 1843 No : 234
4) Petunjuk umum untuk Syahbandar
5) Ordonansi muatan berbahaya 1930
6) Kepmenhub no KM: 02 tahun 2010 tentang pelatihan IMDG Code
b. Syahbandar melakukan pembinaan, pengawasan dan koordinasi
1) Pembinaan terhadap penyelenggaraan angkutan laut
- Perusahaan pelayaran
- Agen pelayaran
- Stevedores
- Anak kapal
meliputi :
- Cara pengepakan
- Pemberian tanda
- Cara pemuatan
- Tindakan pengamanan
2) Pengawasan terhadap
- Muatan itu sendiri
- Kapal dan ruang muatnya
- Orang-orang yang menangani muatan
meliputi
- Sejak muatan di dermaga sampai dengan dimuat ke kapal
- Proses pemuatannya
- Penempatan muatan yang sesuai dengan sifat, jenis, dan kelasnya
3) Koordinasi dengan instansi terkait
Dalam menentukan besarnya bobot resiko bahaya
- BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional)
- LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)
- KEMKES (Kementerian Kesehatan)
- KEMPERINDAG (Kementerian Perindustrian dan Perdagangan)
- CARGO SURVEYOR
3. Pengawasan barang-barang berbahaya
a. Instansi pelabuhan yang melakukan pengawasan adalah sebagai berikut:
1) Adpel/ Syahbandar
Pengawasan terhadap keselamatan, termasuk muat/bongkar
2) PELINDO
Pengawasan di pelabuhan, termasuk gudang dan lapangan penumpukan
3) BEA CUKAI
Pengawasan untuk penerimaan negara
b. Pengawasan terdiri dari administrasif dan fisik
1) Administratif
- Cargo manifest (dangerous cargo list) harus dalam nama teknik dan
bukan merek dagang
- Klas
- U.N. Number
- Stowage atau rencana penumpukan
- Waktu pemesanan
2) Fisik
- Ijin pelaksanaan muat bongkar
- Peralatan yang tersedia sesuai perijinan
- Stowage / penumpukan sesuai ketentuan
- Sertifikat
- Kemasan (packaging)
- Marking, labelling & Placard
B. KEWAJIBAN PERUSAHAAN PELAYARAN
Perusahaan Pelayaran
mengajukan
permohonan Apabila ada kapal yang
muat/bongkar barang
berbahaya
melakukan kegiatan muat bongkar
barang berbahaya, perusahaan
-
-
Daftar barang berbahaya
Pernyataan pengangkutan
pelayaran/ Agen Pelayaran wajib
- Cargo stowage plan memberitahukan kepada pihak
Kantor Adpel/ pengelola pelabuhan (Adpel dan
Syahbandar
Pelindo) sebagai syarat
prosedur penanganan barang
-
Meneliti
Kelas/ jenis barang berbahaya
berbahaya.
- Stowage memenuhi persyaratan Untuk kelas 1 dan kelas 7, harus
dipersiapkan semua dokumen
yang terkait dengan penyelesaian
TIDAK MEMENUHI SYARAT IZIN
TIDAK DAPAT DIPROSES
Memenuhi syarat dan
izin dapat diberikan
IN/ OUT CLEARANCE

Perusahaan Pelayaran Petugas


Pengawas barang
Kapal berbahaya

Kegiatan muat/
bongkar barang
berbahaya
1. FLOW CHART PEMUATAN BARANG BERBAHAYA
SHIPPER PELAYARAN BEA CUKAI UTPK

PERMOHONAN

1.P.E.B. PERMOHONAN PEMBERITAHUAN


2.DOKUMEN BB
LAINNYA
1.P.E.B.
2.DOKUMEN P.E.B. FIAT
LAINNYA

MUAT

P.E.B = Pemberitahuan Ekspor Barang


UTPK = Unit Terminal Peti Kemas
BB = Barang Berbahaya
2. FLOW CHART PEMBONGKARAN BARANG BERBAHAYA
PELAYARAN BEA CUKAI UTPK CONSIGNEE

PERMOHONAN

1.D.O. PERMOHONAN PEMBERITAHUAN


2.DOKUMEN LAINNYA BB

D.O. FIAT
1.D.O.
2.DOKUMEN LAINNYA
S.P.2

PERSETUJUAN
DELIVERY

D.O. = DELIVERY ORDER


BB = Barang berbahaya
SP2 = Surat Penyerahan Peti Kemas
3. Untuk barang berbahaya selain kelas 1 dan kelas 7 penanganannya tetap
sesuai ketentuan dan petujuk pelaksanaan Adpel, yaitu
a. Pengaturan lokasi
b. Penempatan jarak untuk masing-masing barang berbahaya.
c. Pengawasan
d. Pemberitahuan untuk segera dikeluarkan atau disajikan permohonan
pemindahan ketempat lain diluar lokasi.
4. Khusus barang berbahaya yang akan dimasukkan kedalam container,
guna mencegah kerusakan dan menjamin keselamatan, harus :
a. Terbungkus secara rapi dan kuat
b. Penempatan didalam container tidak berubah selama perjalanan
c. Dilengkapi dengan surat-surat ijin atau dokumen sebagaimana
disyaratkan secara Interansional, yang sewaktu-waktu dapat
ditunjukkan jika diperlukan.
5. Larangan atau hal yang harus dihindari adalah
a. Memasukkan barang ke dalam container yang isinya tidak sesuai
dengan dokumen.
b. Memasukkan barang berbahaya secara curah
c. Mengisi container dengan dua atau lebih jenis/klas barang berbahaya.
6. Container yang berisi barang-barang berbahaya harus
diberi label yang sesuai dengan kelas barang berbahaya
itu sendiri
7. Penyusunan container
a. Penempatan container yang berisi barang
berbahaya harus sesuai dengan pengaturan barang
berbahaya berdasarkan IMDG code.
b. Penumpukan pada SLOT yang sama dengan
ketentuan jarak antara tertentu.
c. Penumpulkan pada ROW yang sama dengan
ketentuan jarak antara tertentu.
d. Dihindari penumpukan secara vertikal (TIER) pada
SLOT dan ROW yang sama.
8. Hal-hal yang perlu diperhatikan
a. Saat STUFFING barang berbahaya kedalam container
- Harus dilakukan secara hati-hati
- Harus diwaspadai kemungkinan adanya kerusakan atau
kebocoran muatan selama perjalanan.
b. Pada saat membuka container yang berisi barang
berbahaya khususnya “TOXIC PRODUCTS” harus diberikan
tenggang waktu beberapa saat (± 30 menit) untuk sirkulasi
udara.
c. Menggunakan alat-alat keselamatan kerja
9. Setelah selesai mengeluarkan barang-barang dari container
maka :
a. Harus diyakini bahwa tidak ada akibat bahaya yang
ditimbulkan.
b. Apabila terdapat ceceran sisa terutama yang sifatnya
TOXIC, container harus dibersihkan.
c. Container yang sudah bebas dari barang berbahaya, maka
label barang berbahaya harus dilepas (disobek).
A. PERSIAPAN SARANA DAN CARA PENANGGULANGAN
1. Perlengkapan yang harus dipersiapkan untuk digunakan
a. Alas kaki yang lembut, sepatu boot dan baju kaki.
b. Sikat/ sapu yang lembut
c. Alat penadah dari plastik
d. Sarung tangan
e. Pakaian pelindung, baju tahan api dan lain-lain.
f. Pelindung kepala, kacamata pelindung
g. Alat pernafasan automatis
h. Gas detector
2. Jenis alat pemadam yang dipergunakan.
a. Selang pemadam air (tidak untuk pemadaman
kebakaran class 3)
b. Tabung busa (foam)
c. Dry chemical
d. Tabung CO2
3. Cara menghadapi kejadian
a. Pakailah pakaian pelindung, gunakan baju tahan api jika kebakaran semakin
besar.
b. Bila terdapat gas beracun, gunakan alat pernafasan.
c. Jauhkan obyek dari segala sumber api, seperti nyala api terbuka, aliran listrik,
goncangan mekanik, gesekan-gesekan.
d. Kenali resiko dari sifat fisika dan sifat kimia barang berbahaya tersebut. Jika
terdapat korban luka dan lain-lain, pertolongan ikuti prosedur sesuai EmS
(Emergency Schedule) dan MFAG (Medical First Aid Guide)

B. PENANGGULANGAN KEBAKARAN DAN KEBOCORAN SETIAP CLASS


BARANG BERBAHAYA
1. Class 1 : Explosive
Semua bahan-bahan peledak yang dapat meledak sekaligus maupun
yang ledakannya mengakibatkan kebakaran, mengeluarkan gas beracun
dan menimbulkan bunga api.
a. Kebakaran
1) Pergunakan selang air, busa atau dry chemical, bila mungkin
dengan tembakan air dari tempat yang agak jauh.
2) Dijaga agar kemasan senantiasa basah dan singkirkan barang-
barang disekitarnya yang mungkin akan ikut terbakar.
3) Jika ada kemungkinan terjadi ledakan, jauhi atau tinggalkan tempat
kebakaran.
4) Barang sisa kebakaran dibersihkan.
b. Kebocoran
1) Lokasi dijaga agar tetap basah.
2) Ceceran dikumpulkan dan dibuang ketempat yang sama.
3) Siram dengan air dan dibuang ketempat yang aman.

2. Class 2 : gas-gas
Semua gas yang dapat menyala / terbakar dan beracun
a. Kebakaran
1) Pergunakan semburan air dari tempat yang sejauh mungkin.
2) Jauhkan obyek dari sumber api
3) Tindakan dilakukan dari sisi bawah api
b. Kebocoran
1) Usahakan menutup kebocoran
2) Berikan peranginan yang cukup, bila didalam ruangan

3. Class 3 : zat cair yang mudah menyala


Semua zat cair yang mudah menyala, termasuk yang memiliki sifat
beracun dan atau merusak.
a. Kebakaran
1) Pergunakan water spray (kabut air), busa atau dry chemical, jangan
pakai tembakan air.
2) Pindahkan barang-barang lain disekitarnya.
3) Barang disekitarnya diisolir dengan memakai busa dan dry chemical.
b. Kebocoran
1) Pakai bahan penyerap seperti serbuk gergaji, pasir.
2) Kumpulkan ceceran dan buang ditempat yang aman
3) Dibersihkan memakai air
4) Bila mengandung racun, gunakan pakaian pelindung dan alat
pernafasan.

4. Class 4 : zat padat yang mudah menyala.


Semua zat padat yang dapat terbakar atau terbakar sendiri atau jika
basah dapat menyala.
a. Kebakaran
1) Gunakan semburan air dari tempat yang aman.
2) Isolir pusat kebakaran dengan foam dan dry chemical
3) Jangan memakai air, untuk zat padat yang dapat terbakar jika
basah.
4) Pindahkan barang-barang lainnya.
b. Kebocoran
1) Kumpulkan ceceran dan buang ketempat yang aman.
2) Zat padat yang mudah terbakar, dijaga dijaga agar tidak basah.
3) Zat padat yang mudah terbakar jika basah, dijaga agar tetap
kering.
5. Class 5 : zat-zat oksidasi
Semua zat oksidasi dan peroksida organik yang berupa zat cair atau
zat padat.
a. Kebakaran
1) Pergunakan limpahan air dari tempat yang sejauh mungkin.
2) Untuk zat pengoksider cair yang memiliki sifat beracun dan
merusak serta beraksi keras terhadap air, pergunakan
semburan air dari balik perlindungan.
3) Bila zat pengoksider bersifat meledak, agar dipertimbangkan
untuk menjauhinya dan dilarang menggunakan tembakan air.
4) Pindahkan barang-barang lain yang mungkin ikut terbakar.
b. Kebocoran
1) Limpahi dengan air yang dipancarkan dari jarak sejauh
mungkin, untuk
dibuang ketempat yang aman.
2) Kumpulkan ceceran dengan bahan, penyerap
DIATOMACEOUS EAR dan dilarang memakai bahan penyerap
dari serbuk gergaji atau bahan lain yang mudah terbakar (jika
berupa cairan). Jika bahan cairan pakailah sikat atau sapu
lembut.
3) Dilarang mengumpulkan ceceran untuk mengapalkan
kembali.
6. Class 6 : zat-zat beracun
Semua zat beracun yang berupa cairan, padat kering dan atau dapat
menyala dengan mudah.
a. Kebakaran
1) Gunakan semburan air dan alat pemadam lainnya, jika bahan
padat kering dapat digunakan limpahan air.
2) Singkirkan barang-barang lain disekitarnya
b. Kebocoran
1) Kumpulkan ceceran dengan memakai bahan penyerap untuk
dibuang secara aman.
2) Pindahkan barang disekitarnya, terutama bahan makanan.

7. Class 7 : Radio active


Semua bahan radiasi yang dapat merusak dengan adanya
pemancaran partikel bermuatan dan gelombang elektromagnet
secara spontan.
a. Kebakaran
1) Gunakan semprotan air dari jarak yang jauh, jaga agar tetap
dingin dan minta petunjuk dari Badan Tenaga Atom Nasional.
2) Isolir lokasi agar tidak meluas ke tempat lain.
3) Gunakan baju anti radiasi.
b. Kebocoran
1) Tutup kebocoran dengan bahan penyerap, kemasan ditutup
dengan lembar penyerap dan jangan dibuang.
2) Isolir lokasi agar tidak meluas dan minta bantuan ahli dari
BATAN.
8. Class 8 : Corrosive (zat yang merusak)
Semua zat yang merusak dan atau yang memiliki sifat dapat
menyala/ terbakar dengan mudah.
a. Kebakaran
1) Jauhkan dari semua sumber api seperti nyala api terbuka,
aliran listrik dan perkakas elektrik.
2) Gunakan semburan air atau mengguyur dengan air dari tempat
sejauh mungkin.
3) Gunakan alat pemadam foam dengan dry chemical untuk
mengisolir.
4) Pindahkan barang-barang disekitarnya.
b. Kebocoran
1) Gunakan bahan penyerap, untuk dikumpulkan dan dibuang
ketempat yang aman.
2) Gunakan limpahan air atau mengguyur dengan air yang
dipancarkan dari tempat sejauh mungkin.
C. KEGIATAN BONGKAR MUAT BARANG BERBAHAYA
1. Kesiapan Kapal
a. Sebelum masuk pelabuhan, setiap kapal yang membawa barang
berbahaya harus memenuhi persyaratan sesuai Peraturan
Kebandaran.
b. Selama di pelabuhan setiap kapal atau alat apung lainnya,
dilarang untuk menyandarkan tongkang atau kapal lainnya untuk
kepentingan bongkar muat barang berbahaya, tanpa ijin Adpel/
Syahbandar.
c. Setiap kapal wajib memenuhi :
1) Persyaratan administratif, dokumen dan lain-lain.
2) Tersedianya alat pengamanan mencegah terjadinya kebakaran,
pencemaran dan bahaya lainnya.
3) Harus ada PBM yang menjadi penanggung jawab kegiatan.
4) Keadaan fisik pembungkus barang berbahaya harus terjamin.
5) Alat angkut, tongkang harus memenuhi syarat
6) Jika bongkar muat dilakukan malam hari harus mendapat
persetujuan yang berwenang.
d. Peralatan pemadaman kebakaran di kapal dan didarat disiapkan
sesuai jenis klas barang berbahaya.
2. Tata kerja penanganan barang berbahaya
a. Bongkar muat barang berbahaya setelah mendapat ijin dari
Syahbandar dapat dilakukan dengan 4 (empat) cara yaitu :
1) TRUKLOOSING, pembongkaran/ pemuatan langsung dari kapal
keatas truk atau sebaliknya.
2) Bongkar muat ke gudang api/ gudang khusus (OVER BRINGEN).
3) Bongkar muat ke gudang/ lapangan LINI I
4) Bongkar muat ke / dari tongkang.
b. Peralatan bongkar muat yang diperlukan
1) Sling jala-jala (net), pallet dan lain-lain.
2) Alat pemadam api (slang air yang stand-by mengalir dan sementara
diarahkan kelaut)
3) Alat keselamatan buruh seperti masker, sarung tangan dan lain-lain.
c. Tanda bahaya dipasang berupa bendera B (BRAVO) di kapal dan di
dermaga, semua orang yang berada di dekat kegiatan dilarang
merokok.
d. Pengawasan pengamanan dari Kantor Adpel dan Pelindo.
3. Tempat penimbunan di pelabuhan.
a. Tempat penimbunan di tongkang
Dilakukan untuk barang berbahaya Class 1 Explosive dan Class 7
Radioactive.
b. Tempat penimbunan di darat
1) Gudang api untuk class 1, 2, 3, 4 dan 5
2) Gudang khusus untuk class 2, 3, 4, 5, 6 dan 8
3) Gudang umum pada LINI I untuk class 2, 5 (LOW), 6 (LOW), 8 (LOW)
dan 9 (LOW).
4. Tempat penimbunan barang berbahaya di gudang diatur sebagai
berikut :
a. Tertutup, artinya mempunyai dinding dan atap dengan peranginan
yang cukup. Gudang tersebut diperuntukkan barang berbahaya yang
tidak boleh terkena sinar matahari secara langsung ataupun basah
karena hujan/ air.
b. Setengah terbuka, artinya mempunyai atap tetapi tanpa dinding
ataupun dengan setengah dinding. Gudang tersebut dperuntukkan
menimbun barang berbahaya yang tidak boleh terkena sinar matahari
secara langsung atau basah karena hujan/ air tetapi tidak boleh
ditimbun pada ruang tertutup karena akan menimbulkan penguapan/
gas.
c. Terbuka, merupakan lapangan (OPEN STORAGE)
Tempat ini umumnya dipakai untuk menimbun barang berbahaya yang
sifatnya dapat merusak barang lain atau bangunan, tetapi tidak
terpengaruh oleh panasnya matahari atau kena air/ hujan.
A. PENDAHULUAN
MFAG (MEDICAL FIRST AID GUIDE) adalah pedoman pertolongan
pertama kecelakaan (P3K) yang diakibatkan oleh barang-barang
berbahaya, sebagai standar yang dipakai oleh IMO / WHO / ILO.
Pedoman ini sejalan dengan ketentuan-ketentuan yang ada IMDG
Code, EmS, IBC Code, INF code dan IGC Code.
1. MFAG memberikan informasi umum tentang pengaruh racun
yang mungkin ditemui pada kecelakaan yang berhubungan
dengan barang berbahaya, disertai pertimbangan tersedianya
alat pertolongan yang ada di kapal. Cara penanganan
kecelakaan dijabarkan secara lebih rinci pada tabel-tabel yang
ada, dengan menyadari bahwa disetiap negara terdapat
perbedaan cara penanganannya. Secara lebih spesifik dapat
dikatakan bahwa dalam pedoman ini hanya diperuntukkan
menolong manusia dari kecelakaan barang berbahaya yang
diangkut melalui laut.
Walaupun data jumlah kecelakaan tidak banyak, tetapi harus dilakukan
pertolongan secara benar.
Gejala-gejala sakit lain yang terjadi di kapal, untuk pertolongannya dapat
menggunakan IMGS (International Medical Guide for Ships)

2. Bagaimana cara memakai pedoman yang terdapat pada MFAG adalah


sebagai berikut :
a. Jika terjadi kecelakaan, mulailah dengan tindakan darurat lalu ikuti
petunjuk yang dianjurkan.
b. Untuk menjamin tindakan yang cepat, lakukan langkah-langkah sebagai
berikut :
1) Langkah – 1 : Tindakan darurat dan diagnosis
2) Langkah – 2 : Gunakan Tabel-tabel yang tersedia, pada tabel-tabel
diberikan instruksi-instruksi singkat untuk setiap
keadaan.
3) Langkah – 3 : Lampiran-lampiran
Pada lampiran-lampiran dilengkapi dengan
informasi detail, daftar obat-obatan dan daftar
bahan kimia yang jumlahnya terbatas dan hanya
untuk bahan kimia yang perlu penanganan khusus
(lampiran 15).
B. TINDAKAN DARURAT DAN DIAGNOSIS
1. Tindakan Darurat
Apakah korban membutuhkan
YA Lihat Tabel - 1
pertolongan dari udara yang tercemar ?

TIDAK
Apakah pernafasan YA LIHAT TABEL-2 DAN TABEL 3
berhenti ?
TIDAK
Apakah korban YA LIHAT TABEL–4
tidak sadar ?
TIDAK
Apakah korban YA LIHAT TABEL–5
kejang ?
TIDAK
Apakah mata korban LIHAT TABEL - 7
YA
terkontaminasi ?
TIDAK
Apakah kulit korban YA LIHAT TABEL - 8
terkontaminasi
TIDAK
Apakah bahan kimia sudah LIHAT TABEL - 9
YA
dihirup
TIDAK

Apakah bahan kimia telah YA LIHAT TABEL - 10


tertelan ?
TIDAK
YA
Apakah mengalami sakit LIHAT TABEL - 13
hebat ?
TIDAK
MENUJU LANGKAH DIAGNOSIS
2. Langkah Diagnosis
Apakah jenis bahan kimia itu - Hanya beberapa zat-zat yang butuh penanganan khusus (lampiran 15)
YA
diketahui ? - CALCIUM OXIDE, CALCIUM HYDROXIDE (Tabel 7)
UU. No:, LABEL SHIPPING - PHOSPHOROUS, WHITE OF YELLOW (Tabel 8)
DOCUMENT ? - COUMARIN DERIVATED PESTICIDES (Tabel 9)
- HYDROFLUORIC ACID, HYDROGEN FLUORIDE, FLUORIDES (Tabel
16)
- ORGANOPHOPHORUS & CARBAMATE INSECTICIDES (Tabel 17)
- CYANIDES (Tabel 18)
- METHANOL & ETHYLENE GLYCOL (Tabel 19)
- BAHAN RADIOATIVE (Tabel 20)

Bagaimanakah keadaan korban sekarang ?

Pernafasan cepat, dangkal, susah, tidak normal atau dalam ? Tabel 3 & lampiran 3

Korban batuk, bunyi menciut, parau atau sesak nafas ? Tabel 9 & lampiran 9

Nadi pelan, lemah atau cepat ? Tabel 11 & lampiran 11

Melepuh, hangus atau radang dingin nampak ? Tabel 8 & lampiran 8

Korban coma ? Tabel 4 & lampiran 4

Korban mengalami kejang (serangan ?) Tabel 5 & lampiran 5

Korban muntah-muntah ? Tabel 10 & lampiran 10

Korban gelisah, bingung atau mimpi Tabel 6 & lampiran 6

Korban berpenyakit kuning (kulit dan mata) ? Tabel 15

URINE berkurang atau tidak ada ? Tabel 12 & lampiran 12

Terdapat darah pada urine, muntaber, gusi berdarah, terdapat sedikit HAENORRHAGES pada kulit Tabel 14

Bagaimana sejarah penyakit pasien ?


Kapan mulai sakit ?
Apa gejala-gejalanya ?
Gejala mana yang paling mengganggu ?

Apakah pasien pernah mengalami hal yang sama sebelumnya ?


Buat catatan dari penyakit, kecelakaan, operasi yang pernah
diderita dan pengobatan sekarang
PENUTUP
 DEMIKIAN MATERI SAJIAN TENTANG
PENANGANAN BARANG BERBAHAYA
PADA ANGKUTAN LAUT.
 AGAR DAPAT DIPEROLEH PROSES
PENALARAN YANG OPTIMAL,
DIANJURKAN UNTUK MENGKAJI BUKU
IMDG CODE EDISI 2010, PERAGAAN
LABEL DAN POSTER-POSTER SERTA
PENINJAUAN LAPANGAN DI GUDANG
PELABUHAN DAN DI KAPAL
 SEKIAN DAN TERIMA KASIH
 HANDLE CAREFULLY (TANGANI DENGAN HATI-
HATI).
DALAM JUMLAH YANG SEDIKIT DAPAT
BERDAMPAK LUAS BERUPA LEDAKAN,
KEBAKARAN, PANAS, RACUN, RADIASI DAN
KERUSAKAN LINGKUNGAN.
 KNOW THE NATURE OF HAZARD (PAHAMI SIFAT-
SIFAT FISIKA DAN KIMIANYA)
DAPAT DIKETAHUI CARA PENANGANAN YANG
BENAR, RESIKO PENCEMARAN, PEMADATAN,
PERANGINAN, TINDAKAN BERJAGA-JAGA SAMPAI
PENANGGULANGAN / PERTOLONGAN.

You might also like