Lampiran Rinosinusitis
Lampiran Rinosinusitis
Lampiran Rinosinusitis
MODUL RINOSINUSITIS
KOLEGIUM THT-KL
2 DEFINISI
• Hidung eksternal :
• Hidung internal:
Drainase vena :
oleh vena
fasialis, vena
retromandibular
, dan vena
jugular internal.
Netter F H,. Atlas Human Anatomy. 3rd Edition. Icon Learning System. 2003
NASAL MUCOSA
KOMPLEKS OSTEOMEATAL
• Struktur anatomis osteomeatal
adalah : prosesus unsinatus, hiatus
semilunaris, resesus frontalis, bulla
etmoid, infudibulum etmoid, dan
ostium sinus maksilaris
3. Etmoid Infundibulum
4. Semilunaris hiatus
5. Bulosa Etmoidalis
7. crista gali
8. lamina papyracea
10.Media turbinate
11.Sel Haler
12.Sinus maxilary
13.Turbinate inferior
CT scan sagittal dinding
lateral hidung
19. Turbinate Inferior
20. Turbinate Media
21. Sinus Frontalis
22. crista gali
23. Turbinate superior
24. Sinus sfenoid
LEUNG RM, WALSH WE, KERN R, SINONASAL ANATOMY AND PHYSIOLOGY IN BAILEY’S HEAD
AND NECK SURGERY-OTOLOARYNGOLOGY 5TH ED 2014, LIPPINCOTT WILLIAM & WJ IKINS, A
WOLTER KLUWER BUSINESS, PHILADELPHIA.P.361
Leunig A; Endoscopic Surgery of The Lateral Nasal Wall, Paranasal Sinuses and Anterior Skull Base; Straub Druck+Medien AG, 2014
DEFINISI, ETIOLOGI,
FAKTOR PREDISPOSISI
DAN PATOFISIOLOGI
RINOSINUSITIS
INTRODUCTION
Fokkens W, Lund V, Mullol J. European position paper on rhinosinusitis and nasal polyps 2007. Rhinol Suppl. 2007(20):1-136.
13
DEFINITION OF RHINOSINUSITIS
and/or
• CT changes:
- mucosal changes within the ostiomeatal complex and/or sinuses.
RHINOSINUSITIS
Acute Chronic
• Ostia patency
• Cilia function
• Nasal secretions quality
Alterations alone or
combination
• Hoddeson E.K., et al, Acute Rhinosinusitis in Bailey's Head and Neck Surgery-Otolaryngology 5th ed 2014, Lippincott Williams &.
WJ.lkins, a Wolters Kluwer business, Philadelphia. p 509-522
FACTORS ASSOCIATED WITH
CRSWNP AND
CRSSNP
1.Anterior rhinoscopy
• nasal inflammation, mucosal oedema
• purulent nasal discharge
• polyps
• anatomical abnormalities
2. Temperature
Fever of >38°C indicates the presence of a more severe illness and the
possible need for more active treatment
3. Inspection and palpation of sinuses
swelling and tendernessindicating more severe
diseaseand the need for antibiotics
DIAGNOSTIC INVESTIGATION
1. Nasal endoscopy
Berger G, Berger RL. The contribution of flexible endoscopy for diagnosis of acute bacterial rhinosinusitis. European archives of oto-rhino-
laryngology : official journal of the European Federation of Oto- Rhino-Laryngological Societies (EUFOS) : affiliated with the German
Society for Oto-Rhino-Laryngology - Head and Neck Surgery. 2011 Feb;268(2):235-40.
2.CT scanning
• confirm the anatomy and extent of pathology
• should not as the primary step in the diagnosis ARS.
• Considered:
• corroborates history and endoscopic examination after
failure of medical therapy.
• in very severe disease
• in immuno-compromised patients.
• suspicion of complications.
Kazkayasi M, Karadeniz Y, Arikan OK. Anatomic variations of the sphenoid sinus on computed tomography. Rhinology.
29 2005;43(2):109-14
3. Plain sinus X Rays
• insensitive , limited usefulness for the diagnosis of rhinosinusitis
false positive and negative results
• useful to prove ARS in research studies.
4. Transillumination
• Inexpensive
• The insensitivity and unspecificity unreliable for the diagnosis of
rhinosinusitis.
5. Ultrasound
• insensitive and of limited usefulness for the diagnosis of ARS (false
positive and negative results).
• in well-trained hands are comparable to X-ray in the diagnostics of ARS.
Landman MD. Ultrasound screening for sinus disease. Otolaryngology--head and neck surgery : official journal of American Academy
of Otolaryngology-Head and Neck Surgery. 1986 Feb;94(2):157-64.
Tampilan Klinis dan Evaluasi
• Gejala umum: Halitosis
Fatigue
• obstruksi
Nyeri gigi
• beringus Nyeri tenggorokkan
• post nasal drip Rasa penuh pd telinga
• Rasa tertekan Otalgia
dan nyeri wajah Nyeri kepala
• gangguan
penciuman
• batuk
• demam
Hoddeson E.K., et al, Acute Rhinosinusitis in Bailey's Head and Neck Surgery-Otolaryngology 5th ed 2014, Lippincott Williams &.
WJ.lkins, a Wolters Kluwer business, Philadelphia. p 509-522
TATALAKSANA
RINOSINUSITIS :
MEDIKAMENTOSA
DAN OPERATIF
33
33
ALGORITMA
TATALAKSANA
RINOSINUSITIS
RINOSINUSITIS
Penatalaksanaan
ANAMNESIS
Hidung tersumbat, hidung beringus, nyeri di wajah/pipi, gangguan penghidu
RINOSKOPI ANTERIOR
Polip?Tumor?
Komplikasi Sinusitis?
Lakukan
Penatalaksanaan yang sesuai
TIDAK YA
FaktorRisiko: Nasoendoskopi/
Terapi tambahan: Rinitis alergi CT Scan SPN minimal pot.koronal
Dekongestan, anti LPR (bila belum dilakukan)
histamin, analgetik Variasi anatomi: Kultur MM
Kortikosteroid topikal, Deviasi septum, TesAlergi (atas indikasi)
< 10 hari (RSAV):
cuci hidung larutan garam Konkabulosa, Tes untuk LPR (indikasi)
Terapi suportif
(Terapi tambahan) fisiologis,mukolitik, herbal Hipertrofiadenoid
(pelargonium sp) Jamur
Immunocompromised
YA
Perbaikan? SEMBUH
Hanya variasi anatomi Tanpa variasi anatomi Polip
TIDAK tanpa polip maksimal
Ya medikamentosa (dibuat
> 10 hari/double sickening(*) (RSAB): kotak terpisah)
AB empirik (3 – 5 hari)-Lini I:
Amoksisilin/Amoksisilin-
asamklavulanat/Eritromisin Ke penatalaksanaan
Terapi sesuai panduan: polip
------- JIKA TIDAK MEMBAIK -------
1.Rinitis alergi
Lini II AB 2.LPR
Sefalosporin, kuinolon, makrolid
Observasi 5 hari
+ Terapitambahan
YA Teruskan AB YA Teruskan terapi
Perbaikan? mencukupi Perbaikan?
sesuai panduan
10-14 hari
RA dan LPR
TIDAK
TIDAK
IDENTIFIKASI & PENATALAKSAAN
Ro.polos SPN/ CT
FAKTOR RISIKO SESUAI PANDUAN: Terapi persiapan 1-2 minggu
SCAN
1.Bakteri gram negatif/anaerob TINDAKAN BEDAH:
Naso-endoskopi
2.Rinitis alergi BSEF / Septum reseksi/
(NE)/Kultur MM/pungsi
3.LPR adenoidektomi (sesuai
sinus /anamnesis
4.Variasi anatomi indikasi/temuan)
curiga RA dan LPR
Lakukan
Faktor risiko 2,3,4 YA penatalaksaan Tindakan
Rinosinusitis BSEF/operasi
TIDAK kronik lainnya
ARING ANN M, And MIRIAM M, Acute Rhinosinusitis In Adults Pharmd, Riverside Methodist Hospital, Columbus, Ohio, 2011
38
KOMPLIKASI ORBITAL
• Bailey, Byron J. Head & Neck Surgery - Otolaryngology, 5th Edition, 2014
KOMPLIKASI ORBITAL SINUSITIS
TEMUAN TERAPI
41
Selulitis Preseptal Kelopak mata edema dan kemerahan Medikamentosa
Otot ekstraokular intak
Pengelihatan normal
Selulitis Orbital Edema orbital lebih difus Medikamentosa
Terganggunya otot ekstraokuler + drainase sinus
Pengelihatan normal
Subperiosteal abscess Kelopak mata edema dan kemerahan Medikamentosa
Proptosis ± drainase sinus ± drainase
abses
Orbital abscess Exophtalmus, kemosis, Medikamentosa
Ophtalmoplegia Drainase sinus , sering
Drainase abses, biasanya
Cavernous Sinus Nyeri orbital bilateral, kemosis, Medikamentosa
Thrombophlebitis proptosis Drainase sinus , sering
Ophtalmoplegia
CN Ill, IV, V1, V2., V3, VI dapat
terganggu
Potongan Axial CT scan pada
pasien dengan sinusitis
ethmoid dan selulitis preseptal
kiri (panah)
CT scan axial setelah 4 hari
pemberian terapi antibiotik IV
menunjukkan perkembangan
suatu infeksi abses preseptal
kiri (panah)
CT scan axial menunjukkan abses
subperiosteal kiri. Abses berdekatan
dengan Ute papyraoea (panah berada
di dalam abses dan menjukkan batas
lateral abses)
CT scan axial menunjukkan selulitis
orbital kanan dengan perubahan
inflamatori yang merupakan intra
dan ekstraconal (lingkaran terbuka);
terdapat preseptal edema dan
perubahan inflamatori (panah)
DIAGNOSIS DAN EVALUASI TERAPI
DIAGNOSIS
Chandler JR. Langenbrunner DJ, St~s ER. 1he pathogenesis of orbital complications in acute sinusitis
ABSES EPIDURAL
• Merupakan komplikasi
sinusitis frontalis akibat
komunikasi vena
• Nyeri kepala, demam, dan
terkadang edema orbital,
nyeri lokal, dan/atau nyeri
tekan
• Antibiotik spektrum luas
dosisi tinggi
• Operasi drainase abses
Chandler JR. Langenbrunner DJ, St~s ER. 1he pathogenesis of orbital complications in acute sinusitis
ABSES SUBDURAL ABSCESS
Chandler JR. Langenbrunner DJ, St~s ER. 1he pathogenesis of orbital complications in acute sinusitis
ABSES INTRASEREBRAL
Chandler JR. Langenbrunner DJ, St~s ER. 1he pathogenesis of orbital complications in acute sinusitis
MENINGITIS
Chandler JR. Langenbrunner DJ, St~s ER. 1he pathogenesis of orbital complications in acute sinusitis
KOMPLIKASI TULANG
• osteomielitis tulang frontalis disebut sebagai
Pott’s puffy tumor
• Nyeri kepala parah dan demam
• S. species, terutama kelompok S. Viridans
group dan S. Aureus
• Antibiotik IV dan drainase abses dengan
pengangkatan tulang terinfeksi
Kumpulan pus
subperiosteal pada
forehead
menghasilkan
fluktuatif bengkak
• Seorang laki-laki, 47 tahun datang berobat dengan
mengeluh nyeri menelan sejak 2 bulan yang lalu, keluhan
disertai dengan benjolan di bagian belakang mulut sebelah
kanan dan benjolan di leher kanan yang tidak nyeri. Tidak
ada keluhan sesak napas, suara dirasakan berubah seperti
bergumam, kadang-kadang ludah bercampur darah. Dari
pemeriksaan orofaring didapatkan massa pada tonsil
kanan dengan bagian yang ulseratif, kemerahan, mudah
berdarah. Apakah langkah-langkah penatalaksanaan pada
pasien di atas?
•
61
– Sebelum pembelajaran
62
22. Sebutkan faktor resiko yang paling sering
menjadi penyebab neoplasma hipofaring?
a. Alkohol
b. Merokok
c. Mengkonsumsi Sirih
d. Makanan berpengawet
e. Makanan berminyak
B
63
23. Sebutkan gejala klinis neoplasma hipofaring?
a. Suara serak,sesak,pembesaran kelenjar
b. Coughing,chocking,gasping,gangging
c. Disfagia,hoarseness,massa pada leher,penurunan berat
badan, nyeri tenggorok,dan otalgia.
d. Disfonia menetap,rasa mengganjal di tenggorok,sering
mendehem (clearing throat) tanpa mengeluarkan
secret,disfagia
C
e. Odinofagia,nyeri
tenggorokan,malaise,demam,batuk,mual
64
• Sebutkan pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan untuk mendiagnosis neoplasma
hipofaring?
a. CT Scan leher dan FNA
b. USG leher dan FNA
c. USG leher dan CT Scan leher
d. CT scan leher dan biopsi
D
e. FNA dan Biopsi
65
25. Sebutkan tatalaksana untuk neoplasma
hipofaring
a. Radiasi
b. Kemoterapi
c. Radiasi dan pembedahan
E
d. Kemoterapi dan pembedahan
e. Pembedahan,radiasi dan kemoterapi
66
26. Sebutkan tatalaksana neoplasma hipofaring
yang telah mempunyai metastase KGB?
a. RND,Pembedahan dan radiasi
b. Radiasi dan pembedahan
c. Radiasi dan kemoterapi
d. Pembedahan dan RND
e. Pembedahan dan kemoterapi
D
67
27. Sebutkan pendekatan pembedahan pada
neoplasma hipofaring?
a. Eksisi internal
b. Eksisi eksternal
c. Eksis internal dan eksternal
d. Eksisi trans oral C
e. Eksisi intra oral
68
28. Indikasi dilakukan total laringektomi adalah:
a. Karsinoma laring stadium 1 dan 2 yang gagal dengan
terapi radiasi dan kemoterapi
b. Karsinoma laring stadium 3 yang tidak mungkin
dilakukan parsial laringektomi
c. Karsinoma laring stadium 3 dan 4 yang ekstensi ke glotis
d. Karsinoma subglotik atau karsinoma glotik dengan
ekstensi ke subglotik > 1,5 cm
e. Karsinoma basis lidah yang ekstensinya belum melebihi
papila sirkumvalata
D
69
• Tn A 45 tahun, seorang petani berobat ke
poliklinik Ilmu Kesehatan THT-KL dengan
keluhan suara serak yang makin lama semakin
memberat sejak 3 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan telinga, hidung, dan faring tidak
ditemukan kelainan. Tidak terdapat
pembesaran kelenjar leher
70
29. Pemeriksaan selanjutnya yang harus
dilakkukan adalah
a. CT-Scan leher
b. Foto polos leher AP/lateral
c. Trakeostomi untuk persiapan biopsi
d. Fleksibel laringoskopi dan biopsi
e. Direk laringoskopi dan biopsi
D
71
30. Rehabilitasi suara yang banyak dilakukan
segera pasca total laringektomi adalah:
a.Suara esofagus
b. Shunt and valve
c. Prostesis suara
d. Prostesis trakeoesofageal
e. Laring elektronik E
72
31. Komplikasi yang paling sering sesudah
tindakan total laringektomi adalah
a. Hipertiroidism
b. Esofagitis
c. Stenosis esofagus
d. Fistula dan infeksi luka operasi
e. Disfagia D
•
73
32. Perawatan pasien pasca total laringektomi
a. Makan dan minum setelah 5 hari perawatan
b. Posisi pasien tidur terlentang
c. Drain diangkat pada hari ke 2 atau bila jumlah
perdarahan < 15 cc
d. NGT dipertahankan sampai hari ke 5
e. Pasien dianjurkan tidak menelan ludah
E
74
33. Seorang laki-laki usia 56 tahun datang dengan keluhan suara
serak sejak 4 bulan yang lalu, tidak disertai demam, sakit menelan,
maupun batuk. Pasien memiliki riwayat merokok sejak remaja. Pada
pemeriksaan fisik telinga dan hidung tidak didapatkan kelainan. Pada
laringoskopi indirek ditemukan massa kemerahan pada keseluruhan
plika vokalis kanan dengan gerakan masih baik. Pada biopsi
didapatkan hasil PA SCC differensiasi baik. Pemeriksaan penunjang
apakah yang saudara anjurkan selanjutnya?
a. CT-scan
b. Soft Tissue Leher
c. USG leher D
d. MRI
75
34. Manajemen apakah yang paling tepat untuk
pasien tersebut?
a. Laringektomi parsial tanpa diseksi leher
b. Laringektomi parsial dengan diseksi leher
c. Laringektomi total tanpa diseksi leher
d. Laringektomi total dengan diseksi leher
A
76
35. Apakah yang harus diperhatikan pada
durante tindakan operasi?
a. frozen section
b. pemasangan/persiapan provox
c. pemberian marker pada specimen
d. penutupan stoma pada akhir operasi
C
77
36. Seorang pasien laki-laki usia 62 tahun datang dengan keluhan sesak
nafas. Keluhan tersebut diawali dengan suara serak sejak 1 tahun yang
lalu kemudian memberat dalam 2 bulan terakhir. Keluhan disertai batuk
dengan dahak yang disertai bercak darah, tidak didapatkan benjolan
pada leher. Pada pemeriksaan fisik didapatkan rektraksi supraklavikula
dengan stridor inspiratoir. Pasien telah dilakukan trakeostomi cito.
Pemeriksaan lanjutan apakah yang saudara sarankan untuk pasien ini?
a. USG leher
b. Ct-scan
c. Rontgen toraks
d. triple endoskopi
• D
78
37. Pada hasil 2 macam pemeriksaan yaitu ct-scan dan
triple endoskopi. Hasil ct-scan ditemukan massa sudah
mendestruksi kartilago tiroid dan meluas ke anterior.
Hasil triple endoskopi tidak didapatkan massa/ perluasan
ke esofagus. Apa perkiraan stadium pada pasien ini
menurut saudara?
a. T1N0Mx
b. T2N0Mx
c. T3N0Mx
d. T4N0Mx D
79
38. Pada biopsi didapatkan hasil PA SCC
differensiasi buruk, manajemen apakah yang
saudara anjurkan untuk pasien ini?
a. Laringektomi parsial tanpa diseksi leher
b. Laringektomi parsial dengan diseksi leher
c. Laringektomi total tanpa diseksi leher
d. Laringektomi total dengan diseksi leher
C
80
• 78. Tumor ganas pada hidung dan sinus
paranasal berbeda dengan karsinoma
nasofaring dari gejala yang timbul, kecuali :
A. Sering ditemukan metastase regional
B. Gejala oklusi tuba tidak mudah terjadi
C. Gejala pada mata terjadi karena invasi
tumor
D. Jarang di temukan metastasis regional
A
81
• 79. Komplikasi operasi tumor ganas pada
hidung dan sinus paranasal yang paling sering
dijumpai pada orbita adalah, kecuali :
• A. Terrpotongnya duktus nasolakrimalis
• B. Enoptalmos dan hipotalmos
• C. Stenosis muara sakus lakrimalis, dapat
mengakibatkan epifora
• D. Strabismus
D
82
• 80. Pemeriksaan penunjang yang menjadi
baku standar untuk menegakkan diagnosis
tumor hidung dan sinus paranasal adalah :
• A. CT scan
• B. Biopsi
• C. Foto polos sinus paranasal
• D. PET scan
B
83
• 81. Kegawatdaruratan yang mungkin pada
penyakit ini.
• A. Kebocoran cairan serebrospinal
• B. Trauma pada duktus nasolakrimalis
• C. Osteoradionekrosis
• D. Abses intrakranial
A
84
85. Urutan angka kejadian tumor ganas berdasarkan lokasi
pada kelenjar liur adalah:
a. Parotis<kelenjar liur minor<submandibula
b. kelenjar liur minor<submandibula<parotis
c. Parotis<submandibula<kelenjar liur minor
d. Submandibula<parotis<kelenjar liur minor
B
85
86. Apakah jenis patologi keganasan yang paling
sering ditemukan pada kelnjar parotis?
a. Karsinoma Adenoid sistik
b. Karsinoma Mukoepidermoid
c. Karsinoam ex Adenoma pleomorfik
d. Adenokarsinoma
B
86
• 88. Soal :
• 1. Wanita, 30 tahun dengan benjolan pada rahang atas sejak
1 tahun yang lalu. Benjolan membesar perlahan. Pemeriksaan
fisik : tampak benjolan ukuran 1 cm, batas tegas, lunak.
Pasien didiagnosis dengan kista odontegenik. Berdasarkan
prevalensi diagnosis pasien, kemungkinan terbesar jenis kista
pada pasien adalah ?
• A. Radikular
• B. Dentigerus
• C. Calcifying odontogenic
• D. Glandular odontogenic B
87
• 89. Laki-laki, 45 tahun dengan benjolan pada rahang
bawah. Dilakukan CT scan tampak gambaran tumor
pada rahang bawah disertai remodeling dan
penipisan kortikal ke arah pipi dan lingual seperti foto
di bawah. Apakah kemungkinan diagnosis pasien?
88
• A. Abses apikal
• B. Kista dentigerus
• C. karsinoma sel skuamosa
• D. Ameloblastoma
• E. Tumor odontogenik keratokistik
D
89
• 90. Kista pada rahang terdiri dari kista
inflamasi, kista perkembangan, dan kista non
odontogenik. Jenis kista yang termasuk kista
non odontogenik adalah ?
• A. Kista radikular
• B. Kista duktus nasopalatine
• C. Kista dentigerus
• D. Kista gorlin B
90
• 91. Pernyataan yang tidak benar mengenai
ameloblastoma mandibula adalah?
• A. Neoplasma jinak mandibula yang paling
sering
• B. Dapat menjadi ganas
• C. Terdiri dari 2 jenis histopatologi
• D. Tidak dapat dilakukan enukleasi dan
kuretase
D
91
92 . Tatalaksana primer ameloblastoma adalah
• A. Ekstraksi gigi
• B .Enukleasi
• C. Enukleasi dan kuretase
• D. Reseksi dengan batas 1-1,5 cm dari tulang
sehat
D
92
• 93. Wanita, 40 tahun dengan keluhan terdapat benjolan di
daerah dagu kiri sejak 6 bulan yang lalu. Pemeriksaan fisik
tampak benjolan ukuran 2x1 cm, lunak, berbatas
tegas.Pasien didiagnosis dengan kista dentigerus
mandibula.
• Apakah tatalaksana yang dapat dilakukan pada pasien ini ?
• A. Mandibulektomi segmental
• B .Enukleasi
• C. Enukleasi dan ekstraksi gigi
• D. Radiasi pasca operasi
C
93