Paparan Uu 29 Tahun 2014
Paparan Uu 29 Tahun 2014
Paparan Uu 29 Tahun 2014
INSARAG Classified teams, also teams in the IEC queue, they have adopted
the INSARAG guidelines, and they are applying the common methodology to
ensure professional response, to ensure a well-coordinated response.
The bottom line is we encourage teams with the intent to assist affected
countries to meet these standards and stand up for classification, if not, it
would be rather time consuming during the disaster, to find out what sort of
capacities a team is bringing to the response and worse of all, if we find out
that these teams have arrived unprepared.
We hope to see professional teams on the ground, fully self sufficient, fully
aware of the high standards expected of them, in assisting the affected
country, and not become a burden instead. We have seen too many of such
teams in disasters, coming unprepared, or ill equipped, and time and effort
have to be spent to manage them instead.
PENDAHULUAN
Pengaturan mengenai pencarian dan pertolongan
(search and rescue) masih tersebar pada
beberapa peraturan perundang-undangan
UU Nomor 24
UU Nomor 1 UU Nomor 17 tahun 2007 UU Nomor 21 Perpres Nomor
Tahun 2009 Tahun 2008 tentang tahun 2013 36 Tahun 2006
tentang tentang Penanggulangan tentang tentang
Penerbangan Pelayaran (Pasal Bencana Keantariksaan Pencarian dan
(Pasal 353); 259); (Pasal 48 c dan (Pasal 70) Pertolongan.
Pasal 52);
Telah diusulkan
Tahun 2009 dan ke BPHN
2010, Badan
untuk masuk
SAR Nasional
secara internal dalam Program
menyusun Legislasi
Nasional
Rancangan Undang-
undang tentang
Pencarian dan
Pertolongan
Setelah usulan RUU tentang
Pencarian dan Pertolongan
dimasukkan dalam Prolegnas Sebelum pengesahan
2009-2014 dan melalui dilakukan dalam Sidang
perjalanan yang panjang Paripurna, RUU tentang
dengan penuh dinamika, pada Pencarian dan Pertolongan UNDANG-UNDANG NOMOR
tanggal 16 September 2014 telah melalui proses 29 TAHUN 2014 TENTANG
dalam Rapat Paripurna yang pembahasan mulai dari PENCARIAN DAN
dilaksanakan DPR-RI, telah Penyusuan DIM, Raker, Panja, PERTOLONGAN
dinyatakan bahwa Rancangan Timmus, Timsin, Raker untuk
Undang-Undang tentang pengambilan Keputusan, dan
Pencarian dan Pertolongan Sidang Paripurna DPR-RI.
disahkan menjadi Undang-
Undang.
UNDANG-UNDANG NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG
PENCARIAN DAN PERTOLONGAN
TERDIRI ATAS 16 BAB DAN 88 PASAL
BAB I BAB IX
KETENTUAN UMUM (Psl. 1 s/d Psl. 2) SARANA DAN PRASARANA
BAB II (Psl. 51 s/d Psl. 56)
ASAS DAN TUJUAN (Ps 3 s/d Psl. 4) BAB X
BAB III SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
PENYELENGGARAAN PENCARIAN DAN (Psl. 57 s/d Psl. 72)
PERTOLONGAN (Psl. 5 s/d Psl. 7) BAB XI
BAB IV PENDANAAN (Psl. 73 )
POTENSI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN BAB XII
(Psl. 8 s/d Psl. 9) KERJA SAMA INTERNASIONAL
BAB V (Psl. 74 s/d Psl. 79)
RENCANA INDUK PENCARIAN DAN BAB XIII
PERTOLONGAN (Psl. 10 s/d Psl. 13) PERAN SERTA MASYARAKAT
BAB VI (Psl. 80 s/d Psl. 81)
PENYELENGGARAAN OPERASI PENCARIAN BAB XIV
DAN PERTOLONGAN (Psl. 14 s/d Psl. 41) KETENTUAN PIDANA (Psl. 82 s/d Psl. 83)
BAB VII BAB XV
SUMBER DAYA MANUSIA (Psl. 42 s/d Psl. 46) KETENTUAN PERALIHAN (Psl. 84 s/d Psl. 85)
BAB VIII BAB XVI
KELEMBAGAAN (Psl. 47 s/d Psl. 50) KETENTUAN PENUTUP (Psl, 86 s/d Psl. 88)
Undang-undang Nomor 29 Tahun 2014 tentang Pencarian dan
Pertolongan dibentuk selain alasan pengaturan yang ada masih tersebar
dalam berbagai peraturan, dan belum dapat dijadikan landasan hukum
yang kuat, menyeluruh, serta belum sesuai dengan kebutuhan hukum
masyarakat. juga dalam rangka :
• Batasan pengertian;
Potensi Pencarian dan Pertolongan adalah sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, informasi dan teknologi, serta hewan, selain Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan yang dapat dimanfaatkan untuk menunjang
kegiatan penyelenggaraan Operasi Pencarian dan Pertolongan.
Kecelakaan adalah peristiwa yang menimpa pesawat udara, kapal,
kereta api, kendaraan bermotor, dan alat transportasi lainnya yang
dapat membahayakan dan/atau mengancam keselamatan manusia.
Kondisi Membahayakan Manusia adalah peristiwa yang menimpa,
membahayakan, dan/atau mengancam keselamatan manusia, selain
Kecelakaan dan Bencana.
Melakukan
pencarian serta
Menjamin Mewujudkan
memberikan Meningkatkan
penyelenggaraan sumber daya Memberikan
pertolongan, kesadaran
Mencegah dan pencarian dan manusia kepastian hukum
penyelamatan, masyarakat
mengurangi pertolongan yang pencarian dan dalam
dan evakuasi terhadap
kefatalan dalam terencana, pertolongan yang penyelenggaraan
korban secara pentingnya
Kecelakaan; terpadu, memiliki pencarian dan
cepat, tepat, pencarian dan
terkoordinasi, dan kompetensi dan pertolongan; dan
aman, terpadu, pertolongan.
menyeluruh; profesional;
dan
terkoordinasi;
Undang-Undang tentang Substansi dimaksud
Pencarian dan Pertolongan Pencarian dan dimasukan dalam salah satu
juga mengandung harapan pertolongan ini dinilai Tujuan Penyelenggaraan
agar pencarian dan penting untuk dapat Pencarian dan Pertolongan
pertolongan menjadi sebuah yaitu: “Meningkatkan
kegiatan bersama seluruh menjadi budaya (just
culture) dari semua kesadaran masyarakat
komponen masyarakat, terhadap pentingnya
dalam rangka save human lapisan masyarakat.
pencarian dan pertolongan” .
life.
BAB III
PENYELENGGARAAN PENCARIAN DAN PERTOLONGAN
Penyelenggaraan
Negara bertanggung
Pencarian dan
jawab terhadap
Pertolongan
penyelenggaraan
dimaksud
Pencarian dan
dilaksanakan oleh
Pertolongan.
Pemerintah.
Lanjutan ...
Pengawasan. Pengaturan;
Pengendalian; dan
Pengaturan dilakukan dengan:
a b c
Kecelakaan yang
sumber daya
membutuhkan
teknologi dan manusia yang
penanganan prosedur kerja
sarana kerja memiliki
merupakan tertentu.
tertentu; kompetensi
kecelakaan yang
tertentu; dan
memerlukan:
Dalam melaksanakan
penyelenggaraan operasi
pencarian dan pertolongan
terhadap bencana, Badan
Nasional Pencarian dan
Pertolongan berkoordinasi
dengan badan yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
penanggulangan bencana.
Penyelenggaraan Operasi Pencarian
dan Pertolongan terhadap Kondisi
Membahayakan Manusia yang terjadi di
kawasan perkotaan dapat dilakukan
oleh satuan kerja perangkat daerah
yang bertanggung jawab di bidang
pemadaman kebakaran atau yang
disamakan dengan itu.
Kepala
Instansi
Panglima Kepolisian
pemerintah
Tentara Negara
yang
Nasional Republik
menyelenggara Pejabat yang
Indonesia atau Indonesia atau
kan urusan berwenang
pejabat yang pejabat yang
pemerintahan pada kawasan
ditunjuk pada ditunjuk pada
di bidang terlarang
Kecelakaan Kecelakaan
keantariksaan lainnya.
Pesawat Udara Pesawat Udara
pada bandar
militer dan kepolisian dan
antariksa;
Kapal militer; Kapal
dan/atau
kepolisian;
Dalam hal terjadi Kecelakaan
di wilayah otoritas bandar
udara atau otoritas pelabuhan,
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan dapat segera
memberikan bantuan dengan
berkoordinasi dengan otoritas
bandar udara atau otoritas
pelabuhan.
Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan
dilakukan oleh organisasi yang bersifat ad hoc, terdiri
atas:
Koordinator
Koordinator Unit
Misi Koordinator
Pencarian Pencarian
Pencarian Lapangan;
dan dan
dan dan/atau
Pertolongan; Pertolongan.
Pertolongan;
ON SCENE COORDINATOR
OSC
Berdasarkan ketentuan:
2. Sarana yang dioperasikan di darat, laut, dan udara, harus laik operasi dan
harus diuji secara berkala.
Pengenaan bea
Kemudahan akses
masuk dan pajak
Tindakan karantina diberikan oleh
dalam rangka impor
yang dilaksanakan menteri terkait
sesuai dengan
sesuai dengan berdasarkan
ketentuan peraturan
ketentuan peraturan permohonan dari
perundang-
perundang- Kepala Badan
undangan di bidang
undangan. Nasional Pencarian
kepabeanan dan
dan Pertolongan.
perpajakan; dan
BAB X
SISTEM INFORMASI DAN KOMUNIKASI
Memberikan
informasi
Mendukung
Mendukung mengenai Melakukan
perumusan
pelaksanaan penyelenggaraan evaluasi
kebijakan
operasi dan penyelenggaraan
penyelenggaraan
pencarian dan perkembangan pencarian dan
pencarian dan
pertolongan; pencarian dan pertolongan.
pertolongan;
pertolongan;
dan
Pelayanan sistem informasi
pencarian dan pertolongan instansi pemerintah yang
tersebut dilakukan dengan menyelenggarakan urusan pihak lain yang melakukan
memanfaatkan pemerintahan di bidang kegiatan di bidang
perkembangan teknologi komunikasi dan informatika; komunikasi dan informatika.
informatika dan komunikasi, dan/atau
dengan melibatkan:
• otoritas bandar udara;
• unit penyelenggara bandar udara;
• syahbandar;
• penyelenggara perkeretaapian;
Pelayanan sistem
• pusat informasi lalu lintas dan angkutan
informasi pencarian
dan pertolongan
jalan;
tersebut harus • penyelenggara penanggulangan
terkoneksi ke bencana;
sejumlah lembaga • penyelenggara meteorologi, klimatologi,
pemerintah, paling dan geofisika;
sedikit dengan • penyelenggara vulkanologi dan mitigasi
bencana geologi;
• penyelenggara rumah sakit;
• penyelenggara informasi geospasial;
• penyelenggara kenavigasian; dan
• penyelenggara informasi keantariksaan.
Pelayanan
Informasi
sistem informasi
Pencarian dan mengenai Operasi
Pertolongan Pencarian dan
diselenggarakan oleh Pertolongan harus
Badan Nasional Pencarian disampaikan kepada
dan Pertolongan dengan
membangun dan masyarakat secara
mengembangkan jaringan cepat, tepat, dan
informasi secara efektif, akurat berdasarkan
efisien, dan terpadu. data yang terperinci.
Menteri yang
menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang
komunikasi dan informatika
menetapkan penggunaan kanal
frekuensi radio untuk
penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan berdasarkan usul
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan.
Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan mengoperasikan sistem
komunikasi yang berfungsi sebagai deteksi dini, koordinasi,
pengendalian, dan administrasi dalam penyelenggaraan pencarian
dan pertolongan.
Pilot, nakhoda, personel pelayanan lalu lintas Penerbangan, dan petugas stasiun
radio pantai yang tidak memberitahukan berita dan/atau sinyal darurat
kecelakaan dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Alat pemancar sinyal mara bahaya
pada Pesawat Udara dan Kapal
secara otomatis teregister pada
Badan Nasional Pencarian dan
Pertolongan.
Pemberian
Pemberian
masukan
masukan
Pelaporan kepada badan
kepada badan
apabila nasional
nasional
mengetahui pencarian dan Pemberian Pemberian
pencarian dan
terjadinya pertolongan bantuan dalam akses kepada
pertolongan
suatu dalam penyeleng petugas dalam
dalam rangka
kecelakaan, penyempur garaan operasi melaksanakan
pembinaan,
bencana, dan/ naan pencarian dan operasi
penyeleng
atau kondisi peraturan, pertolongan; pencarian dan
garaan, dan
memba pedoman, dan dan/atau pertolongan.
pengawasan
hayakan standar teknis
kegiatan
manusia; di bidang
pencarian dan
pencarian dan
pertolongan;
pertolongan;
BAB XIV
KETENTUAN PIDANA
Dalam Undang-Undang tentang Pencarian dan Pertolongan ini juga memuat sanksi pidana
yang dimaksudkan untuk melindungi sarana pencarian dan pertolongan, sehingga terhadap
setiap orang yang dengan sengaja merusak atau memindahkan sarana pencarian dan
pertolongan yang mengakibatkan terganggunya fungsi sarana pencarian dan pertolongan
dapat sanksi pidana berupa pidana penjara paling lama 2 (dua) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
Selain itu terdapat juga ancaman pidana terhadap setiap orang yang menyalahgunakan alat
komunikasi dan alat pemancar sinyal mara bahaya yang memberikan informasi kecelakaan,
bencana, atau kondisi membahayakan manusia, yang sanksi pidananya berupa pidana
penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).
BAB XV
KETENTUAN PERALIHAN
Untuk menghindari kekosongan hukum, menjamin kepastian hukum,
memberikan perlindungan hukum, dan bagi pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan peraturan perundang-undangan, maka pada Ketentuan
Peralihan diatur hal sebagai berikut:
2. Setiap perjanjian yang telah diadakan oleh Badan SAR Nasional dengan
pihak lain masih tetap berlaku sampai berakhirnya perjanjian.
BAB XVI
KETENTUAN PENUTUP
• Pada saat Undang-Undang tentang Pencarian dan Pertolongan
ini mulai berlaku, maka semua peraturan perundang-undangan
yang mengatur pencarian dan pertolongan masih tetap berlaku
sepanjang tidak bertentangan atau belum dikeluarkan peraturan
pelaksanaan baru berdasarkan Undang-undang ini.
(2) Pengaturan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan dengan:
a. membuat norma, standar, prosedur, dan kriteria penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan;
dan
b. membuat kebijakan dalam penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan.
(3) Pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan dengan:
a. memberi arahan dan petunjuk dalam pelaksanaan norma, standar, prosedur, kriteria, dan
kebijakan yang telah ditetapkan; dan
b. memberi bimbingan dan penyuluhan mengenai hak dan kewajiban kepada masyarakat dalam
penyelenggaraan Pencarian dan Pertolongan.
(4) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dilakukan dengan:
a. pemantauan dan penilaian terhadap pelaksanaan kebijakan dan penyelenggaraan Pencarian dan
Pertolongan; dan
b. penyempurnaan terhadap pelaksanaan kebijakan yang telah ditetapkan.
RENCANA INDUK
PENCARIAN DAN
PERTOLONGAN
Pasal 18
(1) Dalam hal Kecelakaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b yang
tidak membutuhkan penanganan khusus, penyelenggaraan Operasi Pencarian
dan Pertolongan dilakukan oleh aparat yang berwajib dan/atau masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan khusus diatur
dengan Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
Pasal 20
(2) Satuan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mempunyai
standar kompetensi.
(2) Operasi Pencarian dan Pertolongan, selain sebagaimana dimaksud pada ayat
(1), dapat dilaksanakan di luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
sesuai dengan ketentuan hukum internasional.
(3) Operasi Pencarian dan Pertolongan harus dilakukan oleh sumber daya
manusia yang mempunyai keahlian dan/atau standar kompetensi di bidang
Pencarian dan Pertolongan.
(2) Dalam hal terjadi Kecelakaan di wilayah otoritas bandar udara atau otoritas
pelabuhan, Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan dapat segera
memberikan bantuan dengan berkoordinasi dengan otoritas bandar udara atau
otoritas pelabuhan.
(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan prosedur bantuan Operasi
Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dalam Peraturan Pemerintah.
Pasal 28
(1) Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 huruf a dilakukan pada saat terjadi Kecelakaan, Bencana, dan/atau Kondisi
Membahayakan Manusia.
(2) Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan dalam bentuk:
a. pelaksanaan pencarian dengan pertolongan;
b. pelaksanaan pencarian tanpa pertolongan; atau
c. pelaksanaan pertolongan tanpa pencarian.
(3) Pelaksanaan Operasi Pencarian dan Pertolongan didasarkan pada penyusunan rencana
yang efektif dan efisien.
(2) Pendidikan dan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Badan Nasional
Pencarian dan Pertolongan meliputi:
a. pembentukan dan peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia berkemampuan
Pencarian dan Pertolongan;
b. kurikulum dan silabus serta metode pendidikan dan pelatihan sesuai dengan standar yang
ditetapkan; dan
c. pemutakhiran dan peningkatan teknologi sarana dan prasarana belajar mengajar pada lembaga
pendidikan dan pelatihan di bidang Pencarian dan Pertolongan.
(3) Selain Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan, Setiap Orang dan organisasi/instansi pemerintah
dapat melaksanakan pendidikan dan pelatihan di bidang Pencarian dan Pertolongan dengan
berkoordinasi dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
(4) Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan mengarahkan, membimbing, dan mengawasi
penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan di bidang Pencarian dan Pertolongan.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan pelatihan diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.
Pasal 50
Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penanganan khusus diatur dengan
Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan.(Vide Pasal 18
PERATURAN ayat (4)).
KEPALA BADAN
NASIONAL
PENCARIAN
Ketentuan lebih lanjut mengenai pendidikan dan pelatihan diatur dengan
DAN Peraturan Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan. (Vide Pasal 43
PERTOLONGAN AYAT (5))
Dengan memperhatikan amanah dalam Undang-Undang tentang Pencarian
dan Pertolongan tersebut, maka peraturan pelaksanaan yang diperlukan
sementara diproyeksikan berupa :