Ciri - Ciri Khusus Agama Islam
Ciri - Ciri Khusus Agama Islam
Ciri - Ciri Khusus Agama Islam
MPU3092
FAIRUZZAH BINTI HARUN
ADZLI BIN ISMAIL
RABBANIYAH
• Islam adalah agama yg dtg drpd Allah S.W.T. Ia merupakan agama wahyu
yg bersih drpd campur tangan manusia
Prinsip2 Rabbaniyah
• Islam ialah satu pegangan yg jitu & bersih drpd kekurangan, kejahilan &
dorongan hawa nafsu
Allah S.W.T memiliki seluruh sifat kesempurnaan sbgaimana
dijelaskan dlm Asma al-Husna.
Allah S.W.T menyediakan satu perundangan & sistem yg bersifat
sempurna serta Islam terpelihara drpd sifat2 kekurangan & kejahilan.
Islam menolak sebarang dorongan hawa nafsu yg merosakkan
SYUMULIYYAH
• Islam adalah agama yg bersifat syumul iaitu lengkap & sempurna
• Islam juga merangkumi setiap persoalan dunia & akhirat krn ia berteraskan
kpd dasar2 rabbani yg jelas & sepadu.
• Sifat ini menjadikan Islam berbeza dgn sistem / agama lain yg hanya
mengatur sebahagian / sesuatu sudut tertentu sahaja dlm kehidupan
SYUMULIYYAH
PRINSIP2 SYUMULIYYAH
• Kesempurnaan hanya milik Allah S.W.T
• Manusia tidak memiliki sifat2 kesempurnaan, malahan bersifat lemah.
• Islam yg diciptakan oleh Allah S.W.T ialah agama yg sempurna & mampu
memenuhi semua kehendak & keperluan manusia dlm segenap aspek
kehidupan mrk.
• Semua makhluk yg hidup di dunia ini terikat dgn masa, tmpt & ruang yg
tertentu.
• Setiap makhluk perlu tunduk & patuh kpd sunnah & peraturan Allah
S.W.T yg tlh ditetapkan kpd mrk spt rasa lapar, dahaga, sakit & sebagainya
• Kesepaduan dan keseimbangan sistem Islam ini bukan sahaja dlm aspek
hukum-hakam, bahkan juga dlm segala ciptaan Allah S.W.T termasuk
penciptaan langit & bumi yg kesemuanya bersifat sepadu & seimbang
Waqi’iyyah
• Islam sebagai agama yg sempurna & menyeluruh sudah tentu tidak akan
terlaksana dgn hanya berlandaskan teori semata2.
• Islam diturunkan utk seluruh alam bukan utk kaum / masa / tempat
tertentu.
• Prinsip:
Kedudukan manusia sebaik2 kejadian
Nilai keadilan Islam bersifat sejagat
Islam sentiasa menegakkan kebenaran dan mencegah kemungkaran
Islam menjamin hak asasi manusia
• ‘Alamiyyah bermaksud Islam merupakan agama yang universal, tidak
terikat dengan masa, tempat dan ruang. Malah, Islam sesuai untuk semua
manusia, setiap bangsa dan tidak terbatas pada masa-masa tertentu.
Aspek‘alamiyyah merangkumi tiga bidang utama iaitu syariah, akhlak dan
akidah.
• Semua manusia tanpa mengira bahasa, warna kulit dan bangsa mempunyai
kedudukan yang sama di sisi Allah s.w.t. Tidak ada bangsa yang lebih mulia
daripada bangsa lain kerana faktor bangsa atau warna kulit atau bahasa
semata-mata. Faktor tunggal yang membezakan seseorang dengan yang
lain ialah tahap ketakwaan kepada Allah s.w.t. Semakin bertakwa, maka
semakin tinggilah kedudukan orang tersebut di sisi Allah.
• Dalam Daulah Khilafah Islam, politik hubungan internasional disusun berlandaskan pada
upaya mengemban dakwah Islam ke seluruh dunia. Hal ini tidak terlepas dari salah satu
metode (thoriqoh) Islam untuk menjaga dan menyebarkan mabda’ Islam yaitu dakwah dan
jihad. Oleh karena itu, aktivitas diplomasi harus menyandarkan kepada aqidah Islam itu
sendiri. Allah swt berfirman:
• Dan al-Qur’an itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh umat manusia. (TQS. Al –
Qolam (68): 52)
• Ayat ini adalah ayat Makkiyah, diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud bahwa pada saat ayat ini
turun, baru ada enam orang pemeluk agama Islam. Hal ini menunjukkan visi penyebaran
Islam ke seluruh umat manusia di dunia.
• Begitupun dengan firman Allah swt yang artinya
• Dan Kami tidak mengutus kamu (Muhammad) melainkan kepada umat manusia
seluruhnya, sebagai pembawa berita dan pemberi peringatan (TQS. Saba’ (34): 28)
• Katakanlah: hai manusia, sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu
semua.(TQS. Al A’raaf (7): 158)
• Ayat – ayat di atas tidaklah bermakna bahwa orang – orang yang belum mengetahui
kedatangan Islam atau belum mendengar bahwa Allah swt telah mengutus seseorang
Rasul, akan mengetahuinya secara otomatis tanpa perlu ada yang menyampaikan
kepadanya dan mengajaknya masuk Islam.
• Dengan demikian pengertian diplomasi dalam Islam adalah seni mengedepankan
kepentingan Dakwah Islam melalui negosiasi dengan cara-cara damai apabila mungkin
dalam berhubungan dengan negara lain. Apabila cara-cara damai gagal untuk memperoleh
tujuan yang diinginkan, diplomasi mengijinkan penggunaan ancaman atau kekuatan nyata
sebagai cara untuk mencapai tujuan-tujuannya.
• Diplomasi Pada Masa Rasulullah saw
•
Taaruf
• Kedua, prinsip bahwa perbedaan terjadi karena kehendak Tuhan (waqi` bi masyi’atillah).
Alquran sendiri menegaskan bahwa perbedaan agama karena kehendak-Nya. Allah SWT
tentu tidak berkehendak pada sesuatu kecuali ada kebaikan di dalamnya. Kalau Allah
menhendaki maka semua penduduk bumi menjadi Islam. Namun, hal demikian tidak
dikehendaki-Nya. (QS Yunus [10]: 99).
• Ketiga, prinsip yang memandang manusia sebagai satu keluarga (ka usrah wahidah).
Semua orang, dari sisi penciptaan, kembali kepada satu Tuhan, yaitu Allah SWT, dan dari
sisi nasab, keturunan, ia kembali kepada satu asal (bapak), yaitu Nabi Adam AS. Pesan ini
terbaca dengan jelas dalam surah al-Nisa ayat 1 dan dalam dekalrasi Nabi SAW yang amat
mengesankan pada haji wada`.
Keempat, prinsip kemuliaan manusia dari sisi kemanusiannya (takrim al-Insan li-
insaniyyatih). Manusia adalah makhluk tertingi ciptaan Allah, dimuliakan dan dilebihkan
atas makhluk-makhluk lain (QS al-Isra [17]: 70), dan dinobatkannya sebagai khalifah (QS
al-Baqarah [2]: 30). Penghormatan Nabi kepada jenazah Yahudi dilakukan semata-mata
karena kemanusiannya, bukan warna kulit, suku, atau agamanya.
Toleransi Islam diajarkan dalam konteks sosial, bukan vertikal dengan satu tujuan, yaitu
mewujudkan rasa aman dan damai. (QS Quraisy [106]: 3-4). Wallahu a`lam!