Proposal Thesis

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Teologi1 adalah suatu ilmu yang mempelajari seluk beluk agama secara
mendalam. Dalam istilah arab ajaran-ajaran dasar itu disebut Usul al-Din dan oleh
karena itu buku yang membahas soal-soal teologi dalam Islam selalu diberi nama
kitab Usul al-Din oleh para pengarangnya, dan teologi dalam Islam disebut juga ‘ilm
al-Tauhid.
Umat Islam pernah mengukir tinta emas dalam sejarah dan peradaban
kebudayaan Islam. Dalam periode ini peradaban Islam seakan telah mendominasikan
peradaban dunia dengan cemerlang, di masa ini pulalah berkembang dan
memuncaknya ilmu pengetahuan baik dalam bidang agama maupun ilmu
pengetahuan dan sains.2 Perkembangan yang begitu pesat ini tidak lepas dari donkrin
teologi yang menganjurkan agar umat Islam mengaktualisasi potensi penalaran
semaksimal mungkin, perkembangan teologi ini juga telah merambah ke persoalan
yang bersifat filosofis hingga muncullah arus rasionalitas dalam Islam.

Teologi tradisional lahir dalam konteks sejarah ketika inti keislaman sistem
kepercayaan, yakni transendensi Tuhan, di serang oleh wakil-wakil dari sekte-sekte
dan budaya Islam.3 Sementara itu konteks sosial-politik sekarang sudah berubah.
Islam mengalami berbagai kekalahan di berbagai medan pertempuran sepanjang
1
Teologi Islam merupakan istilah lain dari ilmu kalam, istilah ini berasal dari bahasa Inggris,
dengan mengutip kata-kata Willian Ockham (1287-1347) Reese lebih jauh mengatakan, Theology to
be a discipline resting on revealed truth and independent of both philosophy and science (Teologi
merupakan disiplin ilmu yang berbicara tentang kebenaran wahyu serta independensi filsafat dan ilmu
pengetahuan). Lihat. Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, ( Bandung: Pustaka Setia, 2012),
20. Teologi itu dimaksudkan yaitu teologi yang bersifat dialektik lebih diarahkan untuk
mempertahankan donkrin utama dan memelihara kemurniannya, bukan dialektika konsep tentang
watak sosial dan sejarah, disamping bahwa ilmu kalam juga sering disusun sebagai persembahan
kepada penguasa, yang dianggap sebagai wakil tuhan dibumi. Lihat, A. Khudori Soleh, Wacana Baru
Filsafat Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar;2004), 37.
2
Harun Nasution, Pembaharuan Dalam Islam Pemikiran Dan Gagasan (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996). 13

1
periode kolonialisasi. Oleh karena itu kerangka konseptual masa-masa permulaan
yang berasal dari kebudayaan klasik itu harus diubah menjadi kerangka konseptual
yang baru yang berasal dari kebudayaan modern.

Selain itu, teologi islam (‘ilm al-kalam asy’ari) yang dianut oleh mayoritas
Muslim saat ini, menurut Hassan Hanafi mengandung banyak kelemahan mendasar,
yaitu bahwa ia tidak bisa dibuktikan secara ilmiah maupun filosofis. 4 Sedemikian,
hingga pemikiran teologi lepas dari sejarah dan pembicaraan tentang manusia di
samping cenderung menjadi sebagai alat legitimasi bagi status quo dan sebagai
wahana pembebas dan penggerak manusia kearah kemandirian dan kesadaran. 5 Atas
dasar inilah Hanafi Menuduh teologi Asy’ari sebagai salah satu penyebab
kemunduran Islam, disamping sufisme.6

Dalam perkembangan pemikiran Islam kontemporer, tidak hanya didominasi


oleh golongan yang mengarah pada perubahan-perubahan khazanah klasik atau
golongan yang bersikap kritis terhadap tradisi-tradisi lama, tetapi ada juga kelompok
pemikiran Islam yang berusaha melestarikan tradisi keilmuan Islam yang telah mapan
serta memanfaatkannya untuk membendung aspek negatif dari gerak arus
pembangunan dan modernisasi dalam segala bidang.7 Dalam tradisi pemikiran Islam
kontemporer, gagasan yang menghadapkan agama dengan proses pembebasan

3
Teologi itu dimaksudkan yaitu teologi yang bersifat dialektik lebih diarahkan untuk
mempertahankan donkrin utama dan memelihara kemurniannya, bukan dialektika konsep tentang
watak sosial dan sejarah, disamping bahwa ilmu kalam juga sering disusun sebagai persembahan
kepada penguasa, yang dianggap sebagai wakil tuhan dibumi. Lihat, A. Khudori Soleh, Wacana Baru
Filsafat Islam, (Yogyakarta, Pustaka Pelajar;2004). 37.
4
Apa yang dimaksud tidak dapat dibuktikan secara filosofis adalah bahwa metode teologi
dinilai tidak mampu mengantarkan kepada keyakinan atau pengetahuan yang menyakinkan tentang
Tuhan dan wujud-wujud spiritual lainnya, tetapi baru pada tahap mendekati keyakinan. Adapu yang
dimaksud tidak dapat dibuktikan secara ilmiah adalah bahwa teologi lebih berisi ide-ide kosong dan
melangit, bukan ide-ide konkret yang mampu membangkitkan dan menuntun umat dalam mengarungi
kehidupan nyata sehingga teologi menjadi asing dari dirinya sendiri dan dari masyarakat. Lihat, A.
Khodori Soleh, Filsafat Islam (Dari Klasik Hingga Kontemporer), (Jogjakarta, Ar-Ruzz Media; 2013).
63.
5
A. Khodori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, …,52.
6
A. Khodori Soleh, Wacana Baru Filsafat Islam, …,52.
7
Amin Abdullah, Falsafah Kalam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelakar, 1997). 30.

2
manusia bukanlah hal yang baru, karena telah ada beberapa pemikir yang telah
mencoba mengemukakan secara akademis tentang perlunya gagasan rekontruksi
teologi yang dalam bentuk konkritnya dikenal sebagai teologi pembebasan yang
diharapkan dapat mengembalikan kemajuan dan kesejahteraan peradaban Islam , di
antaranya Hassan Hanafi yang mencetus al-Yasar Islami, Ali Syari’ati di Iran, Ashgar
Ali Engineer yang memberi gagasan Teologi Pembebasan, Shalahuddin Jursyi
karangannya Al-Islamiyah Al-Taqaddumiyah, Nashr Hamid Abu Zayd dalam al-
Nashr, al-Sultanah Wa al-Haqiqah, Muhammad Al-Qawmani yang mencetuskan
’Nahwa Lahut Ufuqi Mustanir’(ke arah teologi horizontal yang tercerahkan) 8, Harun
Nasution, Fazlul Rahman, Nurchalish Madjid dan Amin Abdullah di Indonesia yang
mengusulkan gagasan pembaharuan.

Salah satu kontribusi Hassan Hanafi dalam melacak penyebab utama krisis
pada khazanah Islam klasik adalah tidak adanya kajian atas manusia yang artinya
Hassan Hanafi tidak bermaksud menafikan tentang beberapa kajian tentang manusia
dalam khazanah Islam klasik. Misalnya ilmu ushul al-din yang pada dasarnya
memperlihatkan studi tentang manusia, eksistensi tentang manusia, esensi manusia,
sejarah manusia, gerakan manusia, masyarakat manusia, akan tetapi dalam kajiannya
tidak independen sehingga justru akan mengeluarkan manusia dari esensinya. Selain
itu eksistensi manusia dalam setiap pengetahuan dan pemikiran telah ditutup oleh
beribu selubung linguistik, ideologi, mitos dan aturan-aturan. 9 Hassan Hanafi adalah
mengubah teologi Asy’ariyah (yang di susun oleh Abu al- Hasan al- Asy’ari 935 M)
yang teosentris menjadi antroposentris.10 Misalnya, term Wahdaniyyah (keEsaan)
yang hanya membicarakan keesaan Tuhan, penyucian Tuhan dari paham Syirik yang
diarahkan pada paham trinitas maupun politeisme, yang kemudian diarahkan pada
8
Shalahuddin Jursyi, al-Islamiyah al-Taqaddumiyun, terj M. Aunul Abied Shah, Membumikan
Islam Progresif, ( Jakarta: Paramadina, 2004). 228
9
Kazuo Shimogaki, Kiri islam (Antar Modernisme dan Postmodernisme Kajian Kritik Atas
pemikiran Hassan Hanafi, terj. Dari Madha Ya’ni Al- Yasar Al- Islami Kitabat fi Al-Nahdla Al-
Islamiyah, Karya: Hassan Hanafi,…,46
10
Yang cenderung padau wahyu dan menomerduakan akal. Lihat Abdul Rozak, dan Rosihon
Anwar, Ilmu Kalam(Bandung: Pustaka Setia, 2012).149

3
ekspermentasi kemanusiaan. Wahdaniyyah adalah pengalaman umum kemanusiaan
tentang kesatuan : kesatuan tujuan, kesatuan kelas, kesatuan nasib, kesatuan tanah air,
kesatuan kebudayaan dan kesatuan kemanusiaan.11

Selanjutnya, Hanafi memandang bahwa teologi bukanlah pemikiran murni


yang hadir dalam kehampaan kesejarahan, melainkan merefleksikan konflik-konflik
sosial-politik. Oleh karena itu, kritik teologi merupakan tindakan yang sah dan
dibenarkan. Sebagai produk pemikiran manusia, teologi dibuka untuk di kritik.
Menurut Hanafi sesungguhnya teologi bukan ilmu tentang Tuhan, yang secara
etimologis berasal dari kata Theos dan Logos, melainkan ilmu tentang kata (‘Ilm al-
Kalam).12 Hanafi menunjukkan bahwa teologi tradisional tidak dapat menjadi sebuah
“pandangan yang benar-benar hidup” dan memberi motivasi tindakan dalam
kehidupan konkret umat manusia. Sebab penyusunan teologi tidak didasarkan atas
kesadaran murni dan nilai-nilai perbuatan manusia, sehingga muncul keterpecahan
(split) antara keimana teoritik dan kimanan praktis dalam umat, yang pada gilirannya
melahirkan sikap-sikap moral ganda (singkritisme kepribadian).13 Secara praksis,
teologi tradisional gagal menjadi ideologi yang fungsional bagi kehidupan nyata
masyarakat muslim.14

Lebih lanjut dengan kehadiran Hassan Hanafi dan karyanya yang tercakup
dalam dimensi atau aspek wacana proyeksi intelektual yaitu Min al-‘Aqidah Ila al-
Tsawrah, wacana Hassan Hanafi ini berakar langsung dari pengamatannya tentang
situasi dunia kontemporer dan nestapa kaum Muslim yang tidak berdaya apa-apa,
bukan hanya kerena ketidakmampuaan mereka dalam menghadapi kesadaran Barat,

11
Dalam pandangan Hassan Hanafi, Asy’ariyah merupakan basis kekuatan dalam pandangan
dunia mayoritas Muslim, basis ideologi dalam kemapanan kekuasaan dan sekaligus sebagai basis
perilaku fatalistik pada sebagian besar masa Islam, yang menunggu pertolongan dan inspirasi dari
surga. Kazuo Shimogaki, Kiri islam (Antar Modernisme dan Postmodernisme Kajian Kritik Atas
pemikiran Hassan Hanafi, terj. Dari Madha Ya’ni Al- Yasar Al- Islami Kitabat fi Al-Nahdla Al-
Islamiyah, Karya: Hassan Hanafi,…, 67
12
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam,..., 273
13
A. Khudori Soleh, Wacana baru Baru Filsafat islam,..., 37
14
Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam,…, 273

4
tetapi juga karena kungkungan dogma teologis yang membelenggu mereka. Menurut
Hassan Hanafi sistem keimanan, aqidah atau teologi yang dipegangi kaum Muslimin
secara ketat berkaitan erat dengan pertarungan kekuasaan di antara para penguasa
Muslim di masa silam. Para penguasa menggunakan para ulama untuk merumuskan
sistem kepercayaan dan teologi yang pada gilirannya hanya berguna untuk
menjustifikasi absolutisme kekuasaan mereka. Padahal para ulama sebanarnya dapat
merumuskan “teologi oposisi”; tetapi ini tidak mereka lakukan, sehingga akhirnya
kaum muslimin terpenjara tidak hanya dalam penjara teologi, tetapi dalam kekuasaan
politik absolut. Karena itu Hanafi memandang perlu untuk meninjau kembali sistem
kepercayaan dan teologi itu dan selanjutnya merumuskan sebuah “teologi
pembebasan” yang dapat melandaskan teologi yang efektif dalam perlawanan
terhadap berbagai bentuk penindasan. Perumusan sebuah “teologi pembebasan”,
dengan demikian sangat instrumental bagi terwujudnya cetak biru Islam revolusioner
yang bisa menolong setiap masyarakat Muslim untuk berpindah dari dogma menuju
revolusi.15

B. Batasan Masalah

Kajian yang begitu luas dipadu dengan realitas peradaban manusia yang terus
berjalan dan berubah serta probematika yang dihadapi tentu saja akan menyita banyak
waktu dan tenaga untuk menjelaskannya. Oleh karenanya Proposal Thesis ini
memfokuskan pada tema Anomali Teologi Islam Klasik Menurut Hassan Hanafi dan
Realitas Manusia Modern yang didorong oleh perkembangan zaman yang semakin
maju dan berkembang sebagai salah satu gagasan reaktualisasi pemikiran Islam.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, dapat kita ambil rumusan masalah,
yaitu:
1. Kenapa terjadi Anomali dalam teologi Ulama klasik?
15
Hassan Hanafi, Dari Aqidah Ke Revolusi ( Sikap Kita Atas Tradisi Lama), Terj. Asep
Usman Ismail, Saodi Putro Dan Abdul Rauf, (Jakarta: Paramadina, 2003), hal. xvi

5
2. Apa sebab munculnya pemikiran teologi Hassan Hanafi yang berbeda
dengan Ulama klasik?
3. Teologi mana yang lebih sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat
modern?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini yaitu
1. Untuk mengetahui kenapa terjadi Anomali dalam teologi Ulama
klasik.
2. Untuk mengetahui apa sebab munculnya pemikiran teologi Hassan
Hanafi yang berbeda dengan Ulama klasik.
3. Untuk mengetahui teologi mana yang lebih sesuai dengan realitas
kehidupan masyarakat modern.
E. Manfaat Penelitian

Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi


untuk pengembangan pemikiran keislaman di era milenial, khususnya dalam bidang
pemikiran tentang teologi Islam dan realitas yang dihadapi masyarakat modern.
Secara pragmatis, penelitian ini dapat memberikan sutu perspektif dalam melakukan
pembaharuan terhadap Umat Islam.

Adapun manfaat lain dalam penelitian ini agar dapat mencapai tujuan yaitu
pengembangan dalam cakrawala berfikir ilmiah dalam memecahkan suatu
permasalahan mengenai pemikiran Hassan Hanafi tentang bagaimana konsep teologi
Islam yang seharusnya dan kenyataan yang dihadapi oleh masyarakat modern saat ini

F. Tinjauan pustaka

Secara umum tentang judul yang peneliti kajian sudah banyak diteliti dan
dikaji oleh penulis dan ilmuan lainnya Seperti dalam buku Kiri Islam Hassan Hanafi
(Menguak Kemapanan Agama dan Politik) karangan Abad Badruzaman, di buku
tersebut dijelaskan bahwa Islam merupakan ajaran praksis yang berusaha

6
membongkar tatanan sosial yang menindas dan diskriminatif. Dalam kontek itulah,
Teologi Islam selalu identik dengan Teologi pembebasan.16

Machasin, Teologi Revolusioner Hassan Hanafi dalam Islam Teologi


Aplikatif. Mengulas bagaimana posisi teologi Islam terhadap persoalan-persoalan
yang dihadapi umat manusia dewasa ini. Dalam tulisan ini dijelaskan secara ringkas
apa yang dimaksudkan Hassan Hanafi dengan adanya perpindahan dari aqidah ke
sebuah revolusi dalam ilmu ushuluddin dan melihat secara kritis jangkauan dan
muatan perubahannya.17

Amin Abdullah dalam bukunya Falsafah Kalam (Di Era Postmodernisme),


menyatakan bahwa titik kelemahan pemikiran teologi islam “klasik” akan segera
tampak ke permukaan jika alur pemikiran dihadapkan pada kenyataan atau realitas
sosial-empirik kehidupan manusia yang senantiasa berkembang dan berubah, sejalan
dengan perkembangan ilmu dan peradaban manusia. Literatur pemikiran teologi
Islam klasik masih beranjak dari rumusan persoalan teologi abad tengah, Tema-tema
seperti itu masih diulang-ulang dalam literature teologi (kalam) klasik baik
dilingkungan pesantren maupun dalam masyarakat awam maupun dan forum
keagamaan yang lain. Dengan lain ungkapan corak teologi Islam klasik masih
diwarnai, kalau tidak malah didominasi oleh corak pemikiran yang bersifat
transendental spekulatif dan kurang menaruh minat pada persoalan-persoalan realitas
empiris kehidupan masyarakat.18

Kemudian buku yang ditulis oleh Kozuo Shimogaki yaitu Kiri Islam Antara
Modernisme dan Post Modernism Telaah Kritik Atas Pemikiran Hassan Hanafi, juga
menjelaskan bahwa dalam buku ini menjelaskan tentang kiri Islam yang berupaya
menggali dan mewujudkan makna revolusioner daya agama, sebagai konsekuensi
16
Abad Badruzaman, Kiri Islam Hassan Hanafi (Menguak Kemapanan Agama dan Politik),
(Yogyakarta :Tiara Wacana, , 2005).
17
Machasin, Islam Teologi Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Alief, 2003)
18
Amin Abdullah, Falsafah Kalam (Di Era Postmodernisme), (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,1994).

7
dari keberpihakkan kepada rakyat yang lemah dan tertindas. Secara garis besar buku
ini mengupas tentang pemikiran Hassan hanafi dalam kebangkitan Kiri Islam,
kerangka metodologis Islam dan postmodernisme, serta tantangan barat terhadap
Islam. tokoh pembaharu Islam bertopang pada tiga pilar dalam rangka mewujudkan
kebangkitan Islam, revolusi Islam (revolusi Tauhid), dan kesatuan ummat. Pilar
pertama adalah revitalisasi khazanah Islam klasik. Pilar kedua adalah perlunya
menanamkan peradaban barat. Pilar ketiga adalah analisis atas realitas dunia Islam. 19

Dalam buku Dari Aqidah Ke Revolusi (Sikap Kita Terhadap Tradisi Lama),
karangan dari Hassan Hanafi, menjelaskan bahwa kehadiran tradisi bukan hanya
sekedar sisa-sisa masa lalu melainkan masa lalu dan masa kini yang menyatu
menjadikan sebuah uji coba untuk merekontruksi bangunan ilmu ushuluddin klasik.20

Dan didalam buku Membumikam Islam Progresif karangan Shalahuddin


Jursyi dan diterj oleh M. Aunul Abied Shah juga menjelaskan bahwa khazanah
pemikiran klasik bukan koleksi material di perpustakaan dan bukan pula entitas
teoritis yang independen. Melainkan khazanah pemikiran klasik masih berperan
dominan dalam menentukan orientasi masyarakat dalam kehidupan mereka. 21

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa, penelitian yang penulis


lakukan belum pernah diteliti oleh peneliti sebelumnya, jadi penelitian ini di nyatakan
sah.

G. Kerangka Teori

Sebuah teori tidak bisa lepas dalam sebuah penelitian, karena teori adalah
dasar-dasar operasional dalam penelitian, dengan demikian sebuah teori berfungsi
19
Kazuo Shimogaki, Kiri islam (Antar Modernisme dan Postmodernisme Kajian Kritik Atas
pemikiran Hassan Hanafi, terj. Dari Madha Ya’ni Al- Yasar Al- Islami Kitabat fi Al-Nahdla Al-
Islamiyah, Karya: Hassan Hanafi, ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1993).
20
Hassan Hanafi, Dari Aqidah Ke Revolusi ( Sikap Kita Atas Tradisi Lama), Terj. Asep
Usman Ismail, Saodi Putro Dan Abdul Rauf, (Jakarta: Paramadina, 2003),
21
Shalahuddin jursyi, Al-Islamiyah Al-Taqaddumiyun, terj M. Aunul Abied Shah, Membumikan
Islam Progresif, ( Jakarta: Paramadina, 2004),

8
menuntun peneliti memecahkan masalah penelitiannya. 22 Dalam penelitian ini
penulis, pertama menggunakan pemikiran falsafah kalam Hassan Hanafi, sebagai
pelopor perumus teologi revolusioner yang terkenal dalam sebutan teologi
pembebasan, beliau menyebutkan nilai-nilai teologi pembebasan tidak memiliki
kepentingan agama-agama per-se, tetapi hanya memiliki kepentingan atas manusia. 23

Paling tidak Hanafi menggunakan tiga metode berfikir yaitu dialektika,


fenomenologi dan hermenetika. Dialektika adalah metode pemikiran yang didasarkan
atas asumsi bahwa perkembangan prosessejarah terjadi lewat konfrontasi dialektika
saat tesis melahirkan antitesis yang dari situ kemudian melahirkan sintesis. Hanafi
menggunakan metode ini untuk mejelaskan sejarah perkembangan pemikiran Islam
dan untuk membumikan teologi yang dianggap melangit. Apa yang dilakukan Hanfi
ini sesungguhnya sama sebagaimana yang dilakukan Marx (1818-1883) terhadap
pemikiran Hegel (1770-1831M). Menurut Marx pemikiran Hegel berjalan diatas
kepalanya sehingga harus diubah dan dijalankan diatas kakinya agar bisa berjalan
normal. Artinya teologi klasik yang terlalu melangit dan teosentris harus diubah dan
dipindahkan menjadi konsep yang manusiawi, duniawi, dan antroposentris agar bisa
berjalan normal.24

Fenomenologi adalah metode berfikir yang kelahirannya sering dihubungkan


dengan seorang filsuf Jerman (berwarga Austria) bernama Edmund Husserl (1859-
1939M).25 Jadi fenomenologi adalah metode berfikir yang berusaha untuk mencari
sebuah hakikat fenomena atau realitas. Untuk mencapai hakikat tersebut, Husserl

22
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, (Yogyakarta: Paradigm, 2005). 239-
240.
23
Hassan Hanafi, Bongkar Tafsir; Liberasi, Revolusi, Hermenetik, terj. Jajat Hidayatul Firdaus,
Neila Meutiah Diena Rochman, (Yogyakarta: Prisma Sophie, 2003). 124.
24
Khudori Soleh, Filsafat Islam: Dari Klasik Hingga Kontemporer, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media,
2013). 67-68.
25
Asep Ahmad Hidayat, Filsafat Bahasa: mengungkapkan Hakikat Bahasa Makna dan Tanda,
(Bandung: Remaja RosdaKarya, 2006). 143.

9
sang penggagas metode ini, seseorang harus melalui tiga tahap reduksi (saringan):
reduksi fenomenologi, eidetik, dan transendental.26

Hanafi menggunakan metode ini untuk menganalisis, memahami, memetakan


realitas-realitas sosial-politik, ekonomi, realitas khazanah Islam, dan realitas
tantangan Barat, yang diatasnya kemudia dibangun sebuah rvolusi. Dengan motode
ini Hanafi ingin agar realitas Islam berbicara bagi dirinya sendiri bahwa Islam adalah
Islam yang harus dilihat dari kacamata Islam bukan dari Barat. Jika Brat dilihat dari
kacamata Barat, dan Islam dilihat dari Barat maka akan terjadi sungsang, tidak
tepat.27

Hermenetik adalah sebuah cara untuk menafsirkan teks atau simbol. Metode
ini mensyaratkan adanya kemampuan untuk menafsirkan kondisi masa lalu yang
tidak dialami kemudian dibawa pada kontek masa sekarang. Hanafi menggunakan
metode hermenetika untuk membumika gagasan yang antroposentrisme-teologis, dari
wahyu kepada kenyataan, dari logos kepraktis, dari pikiran Tuhan kepada pikiran
manusia.28

H. Metodelogi penelitian

1. Metode Pengumpulan Data

Penulisan ini berbentuk studi konseptual, maka penelitian ini difokuskan pada
penelitian “ Library Research” (Penelitian Kepustakaan). Seperti yang diketahui
Hassan Hanafi adalah seorang ilmun yang sangat produktif yang menghasilkan
banyak karya-karya dalam bentuk buku, artikel, dan sebagainya, maka langkah awal
penelitian ini adalah menentukan tahap-tahap dalam menempuh metode penelitian ini
yaitu sebagai berikut:

1. Sumber Data
26
Khudori Soleh, Filsafat Islam,..., 67-68.
27
Khudori Soleh, Filsafat Islam,..., 67-68
28
Khudori Soleh, Filsafat Islam,..., 70.

10
Dalam hal ini untuk menentukan data yang berkaitan dengan Hassan Hanafi
dan hubungannya dengan teologi Islam klasik itu adalah:

a. Data Primer

Data ini merupakan data pokok dalam penulisan skripsi yang menjadi sumber
penelitian dan pengkajian pemikiran Hassan Hanafi, yaitu : Hanafi, Hassan. Dirasat
Islamiyyah, bab I dan bab II terj. Miftah Faqih, Yogyakarta, LKiS, Cet.I, 2004.
Hanafi, Hassan. Dirasat Islamiyyah, bab III dan bab IV terj. Miftah Faqih,
Yogyakarta, LKiS, Cet.I, 2004. Hanafi, Hassan. Dirasat Islamiyyah, bab V terj.
Miftah Faqih, Yogyakarta, LKiS, Cet.I, 2004. Hassan Hanafi, Minal al-Aqidah ila
al-Tsaurah, terj. Asep Usman Ismail at all, Jakarta, Paramadina, Cet.I, 2003

b. Data Skunder

Untuk mendukung data primer penulis menggunakan data skunder. Data ini
diambilkan dari buku-buku yang membahas pemikiran Hassan Hanafi ataupun yang
berbicara masalah anomali teologi Islam klasik, dan data-data pendukung lainnya
yang dapat menguatkan analisis tentang penulisan ini seperti buku-buku pendukung,
jurnal, artikel, media elektronik termasuk skripsi, thesis dan disertasi yang berkaitan
dengan penulisan ini.

2. Metode Pengolahan Data

Metode Analisis dimaksudkan untuk mendapatkan pen getahuan ilmiah


dengan mengadalan pemerincian terhadap obyek yang diteliti dan menggabungkan
beberapa pengertian, diharapkan nantinya, akan didapatkan pengetahuan baru untuk
pemahaman dan kejelasan arti yang dipahami.29 metode itu adalah:

a. Metode Diskriptif

29
Sudarto, Metodologi penelitian Filsafat, (PT. Raja Grafindo Persada: Jakarta, 1997), hal.
39-62

11
Setelah melakukan pengumpulan data, dalam mengupas permasalahan dalam
penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan cara menganalisis
data, yang merupakan suatu proses pengumpulan data agar dapat ditafsirkan, yang
berarti menggolongkan dalam satu pola tertentu kemudian diinterpretasikan dalam
arti memberi makna dan mencari hubungan dari berbagai konsep yang telah
dikumpulkan30 Diskriptif adalah metode secara umum mencoba memberikan
penjelasan secara menyeluruh tentang suatu obyek untuk lebih memperjelas sebuah
kajian tertentu.31 Metode deskriptif berupaya untuk melukiskan peta sejarah yaitu
menyangkut tentang apa, siapa, kapan, bagaimana, dan dimana peristiwa sejarah itu
terjadi.32Dengan demikian metode ini digunakan untuk menggambarkan pemikiran
Hassan Hanafi tentang anomali teologi Islam Klasik menurut Hassan Hanafi dan
realitas manusia modern.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Amin, Falsafah Kalam (Di Era Postmodernisme), (Yogyakarta: Pustaka


Pelajar,1994).

____________, Falsafah Kalam, ( Yogyakarta: Pustaka Pelakar, 1997).

Abdul Rozak dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 2012).
Asmuni Yusran, Ilmu Tauhid, Ed 1, Cet 1 (Jakarta :Rajawali Press, 1993).
Badruzaman Abad, Kiri Islam Hassan Hanafi (Menguak Kemapanan Agama Dan
Politik), (Yogyakarta: Tiara Wacana, , 2005).

Hassan Hanafi, Dari Aqidah Ke Revolusi ( Sikap Kita Atas Tradisi Lama), Terj. Asep
Usman Ismail, Saodi Putro Dan Abdul Rauf, (Jakarta: Paramadina, 2003).

30
Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik, (Bandung: Tarsito, 1992). 126-130
31
Consevela G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, terj. Alimuddin Tuwu, (UI-Pers:,
Jakarta,1993). 24
32
Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner, (Yogyakarta: Paradigm, 2012). 191

12
____________, Islamologi 1(Dari Teologi Statis Ke Anarkis), terj, Maftah Faqih,
(Yogyakarta: LKiS, 2004)

Hossein Seyyed Nasr, Ensiklopedi Tematis Spritualitas Islam (Manifestasi), terj,


Komaruddin, (Bandung: Mizan, 2003)

In’am Muhammad Esha. Teologi Islam (isu-isu kontemporer). (Malang: UIN Malang
Press, 2008).

Kaelan, Metode Penelitian Kualitatif Interdisipliner, (Yogyakarta: Paradigm, 2012).

Kazoo Shimogaki, Kiri islam (Antar Modernisme dan Postmodernisme Kajian Kritik
Atas pemikiran Hassan Hanafi, terj. Dari Madha Ya’ni Al- Yasar Al- Islami
Kitabat fi Al-Nahdla Al- Islamiyah, Karya: Hassan Hanafi, ( Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Yogyakarta, 1993). hal 7.

Machasin, Islam Teologi Aplikasi, (Yogyakarta: Pustaka Alief, 2003)

Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik, (Bandung: Tarsito, 1992)

Shalahuddin jursyi, Al-Islamiyah Al-Taqaddumiyun, pterj M. Aunul Abied Shah,


Membumikan Islam Progresif, (Jakarta: Paramadina, 2004),

Sudarto, Metodelogi Penelitian Filsafat, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1996

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, (Rinika Cipta: Jakarta,1997)

Consevela G. Sevilla, Pengantar Metode Penelitian, terj. Alimuddin Tuwu, (UI-


Pers:, Jakarta,1993).

13

You might also like