Sigit Kristiyanto - E2M - Case Kopi Cowas & Kenangan
Sigit Kristiyanto - E2M - Case Kopi Cowas & Kenangan
Sigit Kristiyanto - E2M - Case Kopi Cowas & Kenangan
Kopi Cowas
Berikut analisis kasus “Kopi Cowas” berdasarkan artikel "What is Strategy?" dari Harvard
Business Review oleh Michael Porter dan referensi dari Hambrick dan Fredrickson (2005)
dalam konteks strategi bisnis tentang bagaimana strategi yang baik dapat membedakan suatu
perusahaan dari pesaingnya.
1. Unique Positioning
• Kopi Cowas: Warung kopi ini memilih untuk berada di gang-gang kecil di kampung-
kampung Surabaya, yang berbeda dari cafe di mall besar. Dengan positioning ini, mereka
melayani segmen pasar yang berbeda—lebih lokal dan terjangkau, serta menciptakan
pengalaman yang lebih intim dan sederhana. Ini mirip dengan apa yang Porter sebut
sebagai variety-based positioning, di mana fokus pada satu segmen pasar dapat
menciptakan nilai yang unik.
• Cafe Anak Muda di Mall: Sebaliknya, cafe-cafe seperti Bukanagara Coffee
menggunakan lokasi mall premium untuk menarik konsumen dengan daya beli tinggi,
serta memanfaatkan tren gaya hidup yang mengutamakan kenyamanan dan status sosial.
2. Trade-offs
• Kopi Cowas: Dengan modal yang relatif kecil, Kopi Cowas memilih untuk fokus pada
volume dan aksesibilitas, dengan potensi margin keuntungan yang lebih rendah per
transaksi namun mengkompensasi dengan jumlah pelanggan yang lebih besar. Trade-off
di sini adalah mereka mungkin tidak bisa menawarkan berbagai macam kopi spesial
dengan harga tinggi seperti yang dilakukan cafe premium.
• Cafe Premium: Mereka melakukan trade-off dengan investasi besar dalam mesin dan
lokasi, namun ini memungkinkan mereka untuk menargetkan segmen pasar yang
berbeda, yang bersedia membayar lebih untuk kualitas dan pengalaman. Mereka
mengorbankan volume besar untuk margin keuntungan yang lebih tinggi per transaksi.
• Kopi Cowas: Seluruh elemen dari bisnis mereka—lokasi, harga, produk yang
sederhana—saling melengkapi dan menciptakan sistem yang kohesif. Ini memungkinkan
mereka untuk menjaga biaya rendah dan tetap relevan dengan target pasar.
• Cafe Premium: Elemen seperti lokasi strategis, branding mewah, dan teknologi canggih
untuk pemesanan online saling melengkapi untuk menciptakan pengalaman premium
yang diharapkan oleh pelanggan mereka.
4. Creating Value
• Kopi Cowas menciptakan nilai dengan memberikan akses mudah dan murah kepada
kopi bagi masyarakat lokal yang mungkin tidak terjangkau oleh cafe-cafe premium.
Mereka juga membangun loyalitas dengan konsep "teman lama".
• Cafe Premium menciptakan nilai dengan menawarkan lebih dari sekadar kopi—mereka
menjual pengalaman, status sosial, dan kenyamanan, yang penting bagi konsumen
perkotaan dengan gaya hidup cepat.
5. Sustainability
• Kopi Cowas mungkin memiliki strategi yang lebih mudah dipertahankan dalam jangka
panjang karena mereka melayani pasar yang relatif stabil dan tidak memerlukan investasi
besar untuk tetap kompetitif.
• Cafe Premium menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mempertahankan posisi
mereka karena harus terus berinovasi dan menjaga citra premium mereka, yang
memerlukan biaya tinggi dan pengelolaan yang lebih kompleks.
Dalam kerangka Hambrick dan Fredrickson (2005), strategi ini bisa dilihat sebagai serangkaian
pilihan yang saling berkaitan—arenas, vehicles, differentiators, staging, dan economic logic.
Kedua model bisnis ini, baik Kopi Cowas maupun cafe premium, menunjukkan bagaimana
pemilihan strategi yang berbeda bisa menghasilkan kesuksesan yang signifikan, meskipun
dengan pendekatan yang sangat berbeda.
Menganalisis kasus Kopi Kenangan berdasarkan konsep strategi kompetitif dari Michael E.
Porter ("Introduction to Competition and Strategy," 1996) memberikan wawasan tentang
bagaimana perusahaan ini bersaing dan menerapkan strategi untuk mencapai tujuannya.
1. Keunggulan Kompetitif:
3. Diferensiasi:
Diferensiasi adalah konsep kunci dari Porter, di mana perusahaan berusaha menjadi unik
dalam industrinya berdasarkan dimensi yang dihargai oleh pelanggan. Kopi Kenangan
membedakan dirinya melalui identitas merek dan penawaran produk. Penggunaan elemen
budaya lokal, seperti nama "Kopi Mantan" yang beresonansi dengan pengalaman pribadi,
serta fokus pada bahan berkualitas tinggi seperti susu Greenfields, membedakannya dari
pesaing. Diferensiasi ini membantu Kopi Kenangan menarik dan mempertahankan basis
pelanggan yang loyal.
4. Strategi Fokus:
Strategi fokus Porter melibatkan penargetan segmen pasar tertentu. Kopi Kenangan
menggunakan strategi diferensiasi yang terfokus dengan melayani peminum kopi harian
yang menginginkan kualitas dengan harga terjangkau. Dengan menargetkan segmen khusus
ini, Kopi Kenangan dapat memenuhi kebutuhan pelanggan yang mungkin tidak mampu
membeli kopi premium setiap hari tetapi tetap menginginkan alternatif yang lebih baik
daripada opsi yang murah dan berkualitas rendah.
Kerangka Five Forces dari Porter penting untuk memahami bagaimana kekuatan kompetitif
membentuk strategi. Dalam konteks Kopi Kenangan:
Strategi Kopi Kenangan dapat dipahami melalui kerangka Porter sebagai perpaduan antara
kepemimpinan biaya, diferensiasi, dan fokus. Dengan menawarkan kopi berkualitas tinggi
dengan harga terjangkau dan menjaga efisiensi operasional, perusahaan ini telah menempatkan
dirinya dengan kuat dalam lanskap kompetitif. Penggunaan strategis merek, diferensiasi
produk, dan ekspansi cepat semakin memperkuat posisinya di pasar, memungkinkan Kopi
Kenangan untuk bersaing secara efektif melawan alternatif premium maupun berbiaya rendah.
Konsep Porter mengilustrasikan bagaimana strategi Kopi Kenangan dirancang tidak hanya
untuk bersaing tetapi juga untuk mempertahankan keunggulan kompetitifnya seiring waktu.