Identifikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Dari Rhizosfer Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Dan Tomat (Menggunakan Media Zeolit
Identifikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Dari Rhizosfer Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Dan Tomat (Menggunakan Media Zeolit
Identifikasi Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) Dari Rhizosfer Tanaman Cabai (Capsicum Annuum L.) Dan Tomat (Menggunakan Media Zeolit
4, Oktober 2015
ABSTRACT
Various attempts have been made to increase the production of chilli and
tomato plants by farmers, including by using inorganic fertilizer application on and
on going basis. Considering potential problems that may occured due to inorganic
fertilizer use, aplication of biological fertilizer which one of them is containing
vesicular arbuscular mycorrhizae (VAM) could be expected to assist the growth of
chilli and tomato in more naturally manner. This study was aimed to determine genus
and species of VAM in chilli and tomato rhizosphere, its colonization in root tissue,
and to examine zeolite media compatibility with corn as a symbiont. Based on the
results of the study, it was found four species namely Acaulospora fofeata, A.
colombiana, A. Laevis, and Glomus ambisporum in chilli and four species in tomato
that were identified as A. fofeata, A. colombiana, Scutellospora calospora, and G.
ambisporum. Colonization were found in roots of chilli, tomato, and corn indicated
by symbiotic structures arbuscules, vesicles, and inner spores. Zeolite media with
corn as symbiotic plant is considered suitable for VAM spore propagation.
1. Pendahuluan
304 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
peningkatan produksi tanaman cabai dan tomat dilakukan dengan cara pemberian
pupuk kimia secara terus-menerus yang telah diketahui mengakibatkan terjadinya
kerusakan tekstur dan struktur tanah. Pemberian pupuk kimia secara berkelanjutan
akan menyebabkan kerusakan lingkungan biotik maupun abiotik. Melihat
permasalahan tersebut diperlukan adanya upaya peningkatan produksi dan
pemanfaatan lahan marjinal dengan pemberian pupuk hayati dan salah satunya
adalah mikoriza yang bersifat ramah lingkungan dan bisa membantu penyerapan
unsur hara.
Mikoriza merupakan simbiosis mutualisme antara jamur dengan akar tanaman.
Selain disebut sebagai jamur tanah, mikoriza juga biasa dikatakan sebagai jamur
akar. Keistimewaan dari jamur ini adalah kemampuannya dalam membantu tanaman
untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara fosfat (Syib’li, 2008). Jamur dan
tanaman sama-sama memperoleh keuntungan dari simbiosis yang terjadi.
Keuntungan yang diperoleh tanaman antara lain berupa serapan unsur hara
meningkat dan adaptasi tanaman yang lebih baik terhadap cekaman biotik maupun
abiotik. Di lain pihak jamur pun dapat memenuhi keperluan hidupnya berupa
karbohidrat dan keperluan tumbuh lainnya dari tanaman simbion (Anas, 2009).
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan isolasi dan identifikasi MVA
serta perbanyakannya untuk mengetahui jenis mikoriza dan keefektivannya memacu
pertumbuhan tanaman. Mikoriza tersebut diharapkan mampu membantu
pertumbuhan tanaman tomat maupun cabai tanpa bergantung pada pupuk kimia.
Perbanyakan dilakukan dengan menggunakan media zeolit dan simbion jagung.
Keberhasilan perbanyakan dalam media zeolit akan mendukung pembuatan pupuk
hayati yang memerlukan inokulan dalam jumlah besar. Pupuk tersebut pada
akhirnya dapat digunakan untuk membantu rehabilitasi tanah dan peningkatan
produksi tanaman.
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 305
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
tanaman cabai dan tomat dari Desa Songan Kintamani, 10% KOH, 3% H2O2, 1%
HCl, lactoglycerol, trypan blue, dan air kran.
306 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
Infeksi MVA pada akar dihitung menggunakan rumus Giovannety dan Mosse
(Setiadi & Setiawan, 2011) sebagai berikut:
1. Genus Acaulospora
Spora Acaulospora dibentuk oleh sporiferous saccule yang berasal dari
perluasan hifa terminal. Ketika spora telah terbentuk sempurna, isi dari saccule akan
berpindah ke dalam spora, kemudian saccule menipis dan lama kelamaan
terdegradasi. Genus Acaulospora memiliki bentuk bulat sampai agak bulat, atau
tidak beraturan sampai lonjong dengan dua lapis dinding spora (INVAM, 2009).
2. Genus Glomus
Genus ini berbentuk bulat sampai agak bulat, lonjong, maupun agak lonjong
dengan dinding spora lebih dari satu lapis. Warna spora Glomus bervariasi mulai dari
kuning-kecoklatan, coklat-kekuningan, coklat muda, hingga coklat-tua-kehitaman
(INVAM, 2009).
3. Genus Scutellospora
Spora Scutellospora umumnya ditemukan dengan atau tanpa ornamen.
Memiliki dua lapis dinding spora dan dua lapis dinding dalam yang fleksibel. Genus
Scutellospora memiliki bentuk spora bulat, agak bulat, agak lonjong, dan terkadang
tidak beraturan dengan warna dinding spora kuning hingga kecoklatan (INVAM,
2009).
Berdasarkan spora yang ditemukan, pada tanaman cabai ditemukan 4 spesies
yaitu dengan ciri warna spora merah gelap kecoklatan, bentuk bulat dengan ukuran
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 307
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
261 µm. Setelah dicocokkan dengan INVAM, maka termasuk Acaulospora fofeata,
yang memiliki warna oranye-kemerahan sampai merah-gelap-kecoklatan berbentuk
bulat, agak bulat kadang-kadang tidak beraturan dengan ukuran 240-360 µm
(Gambar 2A).
Spora yang ditemukan berikutnya memiliki warna oranye, bentuk bulat dengan
ukuran 140 µm, setelah dicocokkan dengan INVAM termasuk spesies Acaulospora
colombiana yang memiliki warna oranye sampai oranye-gelap-kecoklatan, bentuk
bulat sampai agak bulat dengan ukuran 100-140 µm (Gambar 2B). Spora berikutnya
(Gambar 2C) adalah spora yang memiliki warna oranye-kecoklatan, bentuk bulat
dengan ukuran 145 µm. Setelah dibandingkan dengan INVAM termasuk
Acaulospora laevis yang memiliki warna oranye sampai oranye-kecoklatan, bentuk
bulat sampai agak bulat dengan ukuran 140-240 µm. Selanjutnya adalah spora seperti
Gambar 2D yaitu spora dengan warna coklat-gelap, bentuk bulat dengan ukuran 121
µm dan terdapat karakteristik khusus berupa hifa penyangga. Setelah dibandingkan
dengan INVAM maka termasuk Glomus ambisporum, memiliki warna coklat-gelap
sampai hitam, bentuk bulat sampai agak bulat dengan ukuran 120-180 µm.
Gambar 2. Spesies MVA dari rhizosfer tanaman cabai (perbesaran 100 kali).
Hasil identifikasi spora pada tanaman tomat ditemukan spora seperti Gambar
3A dengan warna oranye-kemerahan, bentuk bulat dengan ukuran 260 µm., setelah
dicocokkan dengan INVAM maka termasuk Acaulospora fofeata, yaitu memiliki
warna oranye-kemerahan sampai merah-gelap-kecoklatan berbentuk bulat sampai
agak bulat, kadang-kadang tidak beraturan dengan ukuran 240-360 µm. Selanjutnya
ditemukan spora dengan warna oranye, bentuk bulat dengan ukuran 137 µm, setelah
dibandingkan dengan INVAM maka termasuk Acaulospora colombiana, memiliki
warna oranye sampai oranye-gelap-kecoklatan, bentuk bulat sampai agak bulat
dengan ukuran 100-140 µm (Gambar 3B). Spora lainnya ditemukan berwarna
kuning-pucat sampai kehijauan, bentuk tidak beraturan dengan ukuran 120 µm,
setelah dicocokkan dengan INVAM termasuk Scutellospora calospora, memiliki
warna kuning pucat sampai kehijauan, bentuk bulat sampai lonjong, tidak beraturan
dengan ukuran 120-145 µm (Gambar 3C). Selanjutnya ditemukan spora dengan
warna hitam, bentuk agak bulat dengan ukuran 120 µm dan terdapat hifa penyangga,
setelah dibandingkan dengan INVAM termasuk Glomus ambisporum, memiliki
warna coklat-gelap sampai hitam, bentuk bulat sampai agak bulat dengan ukuran
120-180 µm seperti Gambar 3D.
308 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
Gambar 3. Spesies MVA dari rhizosfer tanaman tomat (perbesaran 100 kali)
1. Arbuskula
Jamur ini dalam akar membentuk struktur khusus yang disebut arbuskula.
Arbuskula merupakan hifa bercabang halus yang dibentuk oleh percabangan
dikotomi yang berulang-ulang sehingga menyerupai pohon dari dalam sel simbion
(Pattimahu, 2004). Arbuskula merupakan percabangan dari hifa masuk ke dalam sel
tanaman simbion. Masuknya hifa ini ke dalam sel tanaman simbion diikuti oleh
peningkatan sitoplasma, peningkatan respirasi, dan aktivitas enzim dalam sel
tanaman inang.
2. Vesikula
Vesikula merupakan struktur jamur yang berasal dari pembengkakan hifa
internal secara terminal, kebanyakan berbentuk bulat telur, dan berisi banyak
senyawa lemak sehingga merupakan organ penyimpanan cadangan makanan dan
pada kondisi tertentu dapat berperan sebagai spora atau alat untuk mempertahankan
kehidupan cendawan. Tipe MVA memiliki fungsi yang paling menonjol dari tipe
jamur mikoriza lainnya. Hal ini dimungkinkan karena kemampuannya dalam
berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman, sehingga dapat digunakan secara luas
untuk meningkatkan produktivitas tanaman (Pattimahu, 2004).
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 309
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
Tabel 2. Perbandingan persentase infeksi MVA pada akar tanaman cabai, tomat,
dan tanaman simbion jagung
310 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
Tabel 3. Genus dan jumlah kepadatan spora MVA pada tanaman cabai dan tomat
Jumlah spora/100 g
Genus spora MVA Pening-
sampel
katan
Populasi
Sampel jumlah
Awal Setelah Populasi Populasi setelah
spora
pengambilan perbanyakan sampel awal perba-
(%)
nyakan
Acaulospora Acaulospora
Cabai 73 23 120 422
Glomus Glomus
Acaulospora Acaulospora
Tomat 84 23 137 496
Glomus Glomus
Scutellospora
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 311
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
4.2 Saran
1. Perlu dilakukan identifikasi MVA sampai tingkat spesies secara molekuler supaya
hasil identifikasi lebih tegas.
2. Perlu dilakukan penelitian dengan variasi media perbanyakan selain zeolit dan
simbion jagung untuk mengetahui keefektivan media dan tanaman simbion lain
sebagai media perbanyakan MVA.
Daftar Pustaka
Anas, I. 2009. Bioteknologi Tanah. Laboratorium Biologi Tanah. Jurusan Tanah,
Fakultas Pertanian, IPB. Bogor.
Bianciotto, V., D. Palazzo, & P. Bonfante-Fasolo. 1989. Germination process and
hyphal growth of vesicular-arbuscular mycorrhizal fungus. Alionia 29:17-24.
Brundrett M., B. Neale, D. Bernei, G. Tim & M. Nick. 1996. Working with
Mycorrhizas in Forestry and Agriculture. Australian Centre for International
Agriculture Research (ACIAR). Canberra, Australia.
INVAM. 2008. International culture collection of vesicular arbuscular mycorrhizal
fungi. <http://invam.caf.wvu.EduMyco-info/Taxonomy/classification.htm>.
[12 Januari 2015].
Mosse, B. 1981. Vesicular-Arbuscular Mycorrizhal Research for Tropical
Agriculture Tress. Bull. Hawai.
Nurbaity, A., A. Setiawan, & O. Mulyani. 2011. Efektivitas arang sekam sebagai
bahan pembawa pupuk hayati mikoriza arbuskular pada produksi sorghum.
Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Bandung.
Pacioni, G. 1992. Wet-sieving and decanting techniques for the extraction of spores
of vesicular-arbuscular fungi. Pp. 317-322 in J.R. Norris, D.J. Read, and A.K.
Varma (eds.), Methods in Microbiology Vol. 24. Academic Press, London.
Pattimahu. 2004. Prospek Pupuk Hayati Mikoriza. Program Studi Ilmu Tanaman,
Program Pasca Sarjana, Universitas Sriwijaya, Palembang, Indonesia.
312 http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT
E-Jurnal Agroekoteknologi Tropika ISSN: 2301-6515 Vol. 4, No. 4, Oktober 2015
Prasetia, D.T. & S.H. Octaviana. 2012. Efektivitas media dan tanaman inang untuk
perbanyakan fungi mikoriza arbuskular (FMA). Fakultas MIPA, Universitas
Pakuan. Bogor.
Setiadi, Y. & A. Setiawan. 2011. Studi status fungi mikoriza arbuskula di areal
rehabilitasi pasca penambangan nikel. Direktorat Jenderal Pendidikan
Tinggi, Pusat Antar Universitas IPB. Bogor.
Sofyan, A., Y. Musa, & H. Feranita. 2005. Perbanyakan cendawan mikoriza
arbuskular (CMA) pada berbagai varietas jagung (Zea mays L.) dan
pemanfaatannya pada dua varietas tebu (Saccharum officinarum L.).
Jurnal Sains dan Teknologi 5(1): 12-20.
Syib’li. M. A. 2008. Jati mikoriza: sebuah upaya mengembalikan eksistensi
hutan dan ekonomi Indonesia. <http://-www.kabarindonesia.com>. [28
Februari 2009].
http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT 313