9598 30969 1 SM

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 12

Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186

http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

PENGEMBANGAN KOMPETENSI DAN MOTIVASI GURU


DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN
DI SMA NEGERI 4 REJANG LEBONG
1
Anggi Mantara, 2Jumira Warlizasusi, 3Ifnaldi
1
Mahasiswi Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri Curup,
Curup, Bengkulu, Indonesia
email: [email protected]
2
Dosen Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri Curup,
Curup, Bengkulu, Indonesia
email: [email protected]
3
Dosen Pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam, Institut Agama Islam Negeri Curup,
Curup, Bengkulu, Indonesia
email: [email protected]

Abstract
Improving the quality of the process and learning outcomes is a challenge in the
implementation of education at SMA Negeri 4 Rejang Lebong. Therefore, as educators,
teachers really determine the quality of learning. Teachers are required to have high motivation
and pedagogic competence in carrying out their duties. In general, the quality of teachers at
SMA Negeri 4 Rejang Lebong as many as 71% of teachers who have attended the training have
motivation and pedagogic competence which are in the high category, and 29% of teachers
who have not attended the training are in the medium and low categories. The research method
uses descriptive analysis method with quantitative and qualitative approaches or mixed
methods. Data obtained from interviews, document analysis and questionnaires. Based on the
results of the study, it was concluded that there were differences between teachers who had
attended the training both in terms of motivation, pedagogic competence and learning quality.
From the calculation of the regression simultaneously obtained that motivation and pedagogic
competence can affect the quality of learning. Therefore, 29% of teachers who have not
attended the training are expected to have the opportunity to take part in trainings to develop
motivation and pedagogic competence. Meanwhile, 71% of teachers are expected to maintain
their motivation and pedagogical competence in order to achieve good learning quality.
Keywords: teacher competence, school, motivation, learning quality.

Abstrak
Peningkatan mutu proses serta hasil belajar menjadi tantangan dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 4 Rejang Lebong . Oleh karena itu, sebagai
pendidik guru sangat menentukan mutu pembelajaran. Guru dituntut memiliki motivasi dan
kompetensi pedagogik yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Secara umum kualitas guru di
SMA Negeri 4 Rejang Lebong sebanyak 71% guru yang sudah mengikuti Diklat memiliki
motivasi dan Kompetensi Pedagogik yang termasuk kategori tinggi, dan 29% guru yang belum
mengikuti Diklat termasuk dalam kategori sedang dan rendah. Metode penelitian menggunakan
metode deskriptif analisis dengan cara pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau mixed
methods. Data diperoleh dari wawancara, analisis dokumen serta kuisioner. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa ada perbedaan antara guru yang telah mengikuti diklat baik dari
segi motivasi, kompetensi pedagogik maupun mutu pembelajaran. Dari perhitungan regresi
secara bersamaan diperoleh bahwa motivasi dan kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi
mutu pembelajaran. Oleh karena itu sebesar 29% guru yang belum mengikuti Diklat
diharapkan berkesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan guna mengembangkan
motivasi dan kompetensi pedagogik. Sedangkan terhadap 71% guru diharapkan bisa
mempertahankan motivasi dan kompetensi pedagogiknya guna mencapai mutu pembelajaran
yang baik.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Kata kunci: kompetensi guru, sekolah, motivasi, mutu pembelajaran.


PENDAHULUAN

Nabi Adam A.s adalah sosok pertama yang ada di muka bumi, sejak saat inilah
pendidikan dimulai. Pada masa ini pendidikan terjadi ketika adanya komunukasi antara
Nabi Adam A.s dengan ALLAH SWT. Komunikasi ini terjadi karena munculnya
motivasi di dalam diri Nabi Adam A.S untuk mencapai kehidupan yang bahagia serta
sejahtera (Kifli, 2019). Sejalan dengan pendapat (Kustiana Arisanti, 2020) yang
menyatakan bahwa komunikasi timbul berdasarkan motivasi yang ada pada diri
seseorang yang selalu berusaha berkembang dan ingin menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Komunikasi adalah bagian dari proses pendidikan yang perlu didukung oleh
lingkungan dan strategi yang sesuai dalam proses tranfortasi ilmu pengetahuan
(Cahyono, 2020). Siswa diberi kebebasan untuk mengapresiasikan dirinya, namun tetap
dibatasi oleh adab-adab dan etika-etika yang ada. Keluarga/Orang tua adalah tempat
pertama anak-anak mendapatkan pendidikan. Namun karena pertimbangangan
efektivitas dan efisiensi, tidak semua orang tua bisa menjalankan perannya sehingga
muncullah lembaga pendidikan yang tak ter’lepas dari lapangan pembina karakter-
utama sebagain pendidik (Syahid & Kamaruddin, 2020). Lembaga pendidikan dikonsep
dengan mempertimbangkan secara edukatif supaya pendidikan dapat berjalan dengan
mudah, terjangkau secara ekonomi dan berhasil mencapai tujuan yang telah disetujui
serta ditetapkan secara bersama-sama oleh guru, lembaga pendidikan, serta keluarga.
Sebagai seorang pendidik diharapkan mempunyai norma-norma yang akan diajarkan
untuk peserta didik dalam melaksanakan pendidikan. Selain itu pendidik harus
berwawasan luas dan memahami materi-materi yang akan disampaikan.
Pendidikan merupakan pondasi untuk membangun karakter suatu bangsa yang
bertujuan untuk mencerdaskan bangsa (Warlizasusi, 2017).’ Kemajuan sebuah negara
bukan saja terletak pada hasil alam yang berada pada di didalamnya (SDA), akan tetapi
hal terpenting dapat dilihat dari kualitas manusia/ Sumber daya manusianya (SDA).
Sesuai dengan pendapat bahwa “ Suatu bangsa yang besar akan terlihat dari kualitas dan
dan karakter yang terdapat pada manusia itu sendiri” (Zakiyah & Rusdiana, 2014).
Pendidikan sebagai faktor yang paling utama dalam pembentukan karakter/pribadi
manusia yang bertujuan untuk memperbaiki pola pikir masyarakat sehingga dapat
terwujudnya negara kuat berlandas pengetahuan.
Sesuai dengan (Undang-Undang RI no 14, 2005) yang mebahasan guru serta
dosen, Pasal 7 secara garis besar menerangkan bahwa pengembangan diri untuk proses
pemberdayaan profesi guru dilaksanakan dengan cara de-mokratis, adil, tidak
membeda-bedakan, dilakukan secara terus-menerus dan tidak mengabaikan nilai-nilai
agama, nilai-nilai budaya, serta k-ode etik guru . Selain itu berdasarkan pasal 20 guru
dalam pelaksanaan tugas ke-profesionalan wajib me-ningkatkan dan me-ngembangkan
kualitas akademik dan kom-petensi yang sejalan dan ber-kelanjutan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan seni .
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Pada (Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tentang Sistem Pendidikan


Nasional, 2003), pasal 40 menjelaskan pendidik dan tenaga ke-pendidikan berhak
mendapatkan pembinaan karir dan pengembangan kualitas, serta berhak menggunakan
sarana dan prasarana yang mendukung pelaksaan tugas. Peningkatan kompetensi guru
dilakukan melalui pendidikan prajabatan(prajab) dan dalam jabatan(daljab). Tujuan
pendidikan dalam jabatan(daljab) adalah agar guru mampu mengajarkan ilmu-ilmu baru
kepada siswa. Pihak-pihak sekolah diharapkan dengan penuh percaya diri mampu
menghadapi perubahan-perubahan. Untuk meningkatkan profesionalisme guru
dikelompokan 2 macam pembinaan. Pertama su-pervisi pendidikan, ser-tifikasi, dan
tugas belajar. Kedua, melalui pembinaan kesejahteraannya (Cahyana, 2010).
Menurut (Maya, 2017) guru adalah sosok yang memberi inspirasi dan motivasi
kepada siswa untuk mencapai cita-citanya. Salah satu kekuatan bagi siswa untuk
mencapai cita-cita adalah jika guru mampu menjadi inspirasi dan motivasi bagi siswa.
Mutu generasi muda yang merupakan generasi penerus bahwa berasal dari mutu
pendidikan yang baik, serta mutu pendidikan akan baik jika mutu gurunya juga baik.
Semuanya bersinergi secara bersama-sama guna mencapai mutu pembelajaran yang
diinginkan.
Menurut Permendikbud RI (Nomor 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses
Pendidikan Dasar Dan Menengah, 2019) menerangkan bahwa langkah-langkah proses
belajar-mengajar di sekolah dilaksanakan secara aktif satu sama lain, memberi inspirasi,
menghadirkan rasa senang, memberikan tantangan, memberikan motivasi bagi siswa
untuk berperan secara aktif, serta memberikan kebebasan untuk berkreasi, mandiri
berdasarkan minat dan bakatnya serta memperhatikan kondisi psikologis dan fisik
siswa. Selain itu menurut (Rusman, 2017) untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
proses belajar-mengajar dengan memanfaatkan teknologi komunikasi informasi.
Ada tiga variable yang menentukan mutu pembelajaran di sekolah meliputi budaya,
langkah-langkah pembelajaran, kondisi nyata di sekolah . Budaya sekolah meliputi
kebiasaan, nilai , slogan dan perilaku-perilaku yang dilakukan secara terus menerus dan
terbentuk menjadi kebiasaan yang diteruskan dari satu ang-katan ke ang-katan
berikutnya. Budaya ini dipercaya akan mempengaruhi seluruh elemen yang ada di
dalamnya meliputi kepala sekolah, dewan guru, staff administrasi, serta orang tua
peserta didik . Budaya yang baik dan positif menjadikan elemen-elemen yang ada di
sekolah terdorong untuk meningkatan mutu sekolah, begitupun sebaliknya budaya yang
tidak baik akan menjadi hambatan dalam proses meningkatkan mutu sekolah (Afifullah
Nizary & Hamami, 2020).
Upaya yang dilakukan pemerintah untuk mencapai mutu prosese belajar-
mengajar berkualitas, tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 yang di
dalamnya memuat membahas tentang standar proses. Standar proses adalah standar
yang berhubungan dengan proses belajar-mengajar untuk mencapai SKL(Standar
Kompetensi Lulusan) (SNP, 2005). Proses pembelajaran yang baik akan menghasilkan
kompetensi lulusan yang baik pula. Jika kompetensi lulusan baik maka mutu pendidikan
akan baik .
Untuk mencapai mutu pendidikan, sekolah harus memiliki guru-guru yang
bermutu yang memiliki kompetensi yang memadai sehingga bisa menjadi guru
professional seperti yang diharapkan (Priansa, 2018). Suasana proses belajar-mengajar
yang kreatif, aktif, dan inovatif dapat tercipta dengan menghadirkan guru-guru yang
profesional, sehingga mutu pendidikan pun bisa tercapai sesuai perkembangan zaman
(Wati & Kamila, 2019).
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Pada penelitian ini focus penelitiannya adalah Pengembangan Kompetensi dan


Motivasi Guru dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di SMA Negeri 4 Rejang
Lebong.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan cara pendekatan
kuantitatif dan kualitatif atau mixed-method (Supriyati, 2015). Subjek penelitian adalah
Guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong di Kabupaten Rejang Lebong. Data penelitian
diperoleh dari dewan guru serta pihak-pihak yang terkait dalam upaya peningkatan
motivasi dan kompetensi pedagogic guru.
Data penelitian didapat dari wawancara, analisis data, serta kui-sioner.
Dikembangkan instrument dalam bentuk pedoman wawancara dam kuisioner untuk
membantu proses pengumpulan data (Duli, 2019).
Menurut (Hardani, S.Pd. & dkk, 2020) Jenis data dari penelitian adalah data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis untuk menjelaskan variable
penelitian (Syofian Siregar, 2013). Sedangkan data kualitatif dianalisis untuk
memperkuat berbagai penemuan pada penelitian (Nawawi, 2012). 2 jenis data tersebut
dianalisis secara berbeda untuk mendapatkan jawaban yang sama (Mustaqim, 2016).

HASIL DAN PEMBAHASAN’


a. Mutu-Pembelajaran
Menurut (Prasojo, 2016) mutu-pembelajaran adalah sasaraan utama pendidikan.
Mutu pembelajaran melambangkan berhasilnya sekolah untuk men-capai tujuan
pembelajaran. Mutu pembelajaran merupakan hasil kerja sama yang baik dari proses
dan hasil yang dicapai siswa dan tidak terlepas dari dukungan guru dan tenaga
kependidikan. Pembelajaran yang bermutu akan tercapai jika semua pihak terkait yaitu
siswa, guru, dan tenaga kependidikan mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab
dengan kinerja yang maksimal. Pada su-dut pandang yang lain mutu pembelajaran
terlihat dari kuali-tas inputnya (masukan), pro-ses, serta outputnya (hasil).
Pada penelitian ini karakteristik mutu pembelajaran diukur melalui aspek pro-ses
dan ha-sil. Alat ukur mutu pembelajaran segi proses menggunakan 7 pernyataan dengan
skor masing-masing 1-5. Diperoleh hasil kelompok A skor antara 21 sampai 30. Pada
kelompok B skor antara 14 sampai 20. Rata-rata kelompok A adalah 25,83.
Perbandingan skornya adalah 73,9 % merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan rata-rata
kelompok B adalah 16,25. Perbandingan skornya adalah 46,42% merupakan kategori
“rendah”
Alat ukur mutu pembelajaran segi hasil menggunakan 6 pernyataan. Diperoleh
hasil pada kelompok A skor antara 18 sampai 24. Pada kelompok B skor antara 10
sampai 14. Skor rata-rata kelompok A adalah 22,10. Perbandingan skornya adalah
73,68 % merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan skor rata-rata untuk kelompok B
adalah 11,85. Perbandingan skornya 39,5% merupakan kategori “rendah” .
Hasil pengukuran mutu pembelajaran secara keseluruhan menggunakan 13
pernyataan. Hasil pengukuran keseluruhan mutu pembelajaran pada kelompok A skor
antara 39 sampai 54 dengan skor rata-rata 47,93. Perbandingan skornya adalah 73,73%
merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor antara 24 sampai 34
dengan skor rata-rata 28,10. Perbandingan skornya adalah 43,23% merupakan kategori
“rendah” .
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Secara keselutuhan diperoleh hasil bahwa dari 48 guru yang sudah mengikuti
diklat menunjukkan bahwa mutu pembelajaran termasuk kategori tinggi mencapai
73,73% sedangkan 20 orang guru yang belum mengikuti diklat menunjukkan kategori
rendah hanya mencapai 43,23 % Dilihat dari data ini perlu adanya peningkatan mutu
pembelajaran pada guru SMAN 4 Rejang Lebong terkhusus yang belum mengikuti
diklat.
b. Motivasi Guru untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Menurut (Sari, 2019) Motivasi guru adalah kekuatan yang ada dalam pribadi
masing-masing yang menunjukkan semangat untuk melakukan usaha yang maksimal
untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai peran sebagai pendidik. Motivasi yang
tinggi yang dimiliki oleh guru akan membuat guru mengerahkan secara maksimal
potensi yang ada pada dirinya sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Menurut (Sadik & Susilawati, 2019) dalam penelitiaan ini motivasi diukur
berdasarkan indicator sebagai berikut :
1. Mencapai-tujuan
2. Memenuhi-standar
3. Pengembangan diri
4. Hubungan.
5. Tekun dalam pelaksanaan tugas
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator pertama sebanyak 4 penyataan.
Pada kelompok A skor antara 12 sampai 14 dengan rata-rata 14,92. Perbandingan
skornya adalah 74,6% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan untuk kelompok B skor
antara 11 sampai 15 dengan skor rata-rata 12,95. Perbandingan skornya adalah 64,75%
merupakan kategori “sedang” .
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator kedua sebanyak 5 penyataan.
Pada kelompok A skor antara 16 sampai 24 dengan skor rata-rata 18,77. Perbandingan
skornya adalah 75,08% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor
antara 11 sampai 18 dengan skor rata-rata 15,2. Perbandingan skornya adalah 60,8%
merupakan kategori “ sedang “
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator ketiga sebanyak 5 pernyataan.
Pada kelompok A skor antara 16 sampai 25 dengan skor rata-rata 18,92. Perbandingan
skornya adalah 75,68% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor
antara 14 sampai 20 dengan skor rata-rata 16,4. Perbandingan skornya adalah 65,6 %
yang merupakan kategori “sedang”
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator keempat sebanyak 5 pernyataan.
Pada kelompok A skor antara 16 sampai 25 dengan skor rata-rata 19,77. Perbandingan
skornya adalah 79,08% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor
antara 15 sampai 20 dengan rata-rata 17,55. Perbandingan skornya adalah 70,2 %
merupakan kategori “sedang”
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator kelima sebanyak 6 pernyataan.
Pada kelompok A skor antara 18 sampai 29 dengan skor rata-rata 22,31. Perbandingan
skornya 74,38% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor antara
18 sampai 20 dengan skor rata-rata 18,25. Perbandingan skornya adalah 60,83%
merupakan kategori “sedang”
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Alat ukur motivasi guru secara keseluruhan terdiri dari 25 pernyataan. Pada
kelompok A skor antara 78 sampai 122 dengan skor rata- rata 94,69. Perbandingan
skornya addalah 75,75% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B
skor antara 68 sampai 93 dengan skor rata-rata 80,35. Perbandingan skornya adalah
64,28 % merupakan kategori ‘sedang”
Perbandingan skor masing-masing indicator, pada kelompok A indikator
mencapai tujuan sebesar 74,6 % , indikator upaya memenuhi standar sebesar 75,08% ,
indikator keinginan untuk mengembangkan diri sebesar 75,68% , indikator membina
hubungan dengan orang lain 79,08% , dan ketekunan dalam melaksanakan tugas
sebesar 74,38% . Sedangkan pada kelompok B indikator mencapai tujuan sebesar 64,75
% , indikator upaya memenuhi standar sebesar 60,08% , indicator keinginan untuk
mengembangkan diri sebesar 65,6% , indikator membina hubungan dengan orang lain
70,22% , dan ketekunan dalam melaksanakan tugas sebesar 60,83%.
Berdasarkan penemuan-penemuan di atas menjelaskan bahwa motivasi guru
SMA Negeri 4 Rejang Lebong pada kelompok A yaitu guru-guru yang sudah mengikuti
Diklat terlihat sudah baik terkait dengan pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan
pembelajaran, pengembangan diri serta pembinaan hubungan yang baik dengan
masyarakat sekolah atau pun sekitar. Namun perlu ditingkatkan pada kelompok B yaitu
guru-guru yang belum pernah mengikuti Diklat, guru-guru kelompok ini sudah baik
dalam melaksanakan hubungan baik dengan masyarakat sekolah ataupun sekitar, hanya
saja dikarenakan belum mengikuti diklat ada beberapa poin yang harus ditingkatkan.
Peningkatan motivasi guru berdasarkan pelaksanaan tugas dengan cara membangkitkan
semangat para guru untuk melaksanakan tugasnya secara tekun agar tercapai tujuan
yang diinginkan Peningkatan motivasi berdasarkan pe-ngembangan diri dengan cara
memberikan semangat untuk peningkatan kualitas serta kompetensi dan jenjang karir
sebagai pendidik (Fachmi et al., 2021).
Gambaran umum tentang motivasi guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong
menunjukkan bahwa motivasi guru sudah baik pada kelompok A dan perlu ditingkatkan
pada kelompok B bagi guru yang belum mengikuti Diklat. Sebesar 29% guru yang
belum mengikuti Diklat pada Indikator Mutu pembelajar baik proses maupun hasil
menunjukkan kategori rendah. Sedangkan untuk indicator motivasi termasuk dalam
kategori sedang. Sebesar 71 % guru yang sudah mengikuti Diklat pada indicator mutu
pembelajaran dan motivasi termasuk kategori tinggi.
c. Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Kompetensi guru adalah elemen penting dalam proses belajar-mengajar di
sekolah. Setiap guru wajib memiliki kompetensi dan memenuhi kualifikasi sebagai
tenaga pendidik dalam kemaharin ber-fikir (Zaki et al., 2021). Kompetensi guru adalah
gabungan antara pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang akan
tergambarkan melalui tindakan dan pemikiran. Kompetensi guru merupakan syarat
seorang guru dikatakan bisa melaksanakan tugasnya dan mampu membina siswa dalam
memcapai tujuan-nya (Agustiani et al., 2020).
Kompetensi yang dilihat dari penelitian ini adalah kompetensi pedagogic. Alat
ukur kompetensi pedagogic menggunakan 8 pernyataan. Pada kelompok A skor antara
26 sampai 36 dengan skor rata-rata 30,46. Perbandingan skornya adalah 76,14%
merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan kelompok B skor antara 17 sampai 21 dengan
skor rata-rata 19,15. Perbandingan skornya adalah 47,88 % merupakan “sedang”
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Disimpulkan bahwa kompetensi pedagogik guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong


untuk kelompok A sudah baik. Sedangkan untuk kelompok B relatif masih rendah.
Kompetensi pedagogic adalah kecakapan guru untuk mengelola proses belajar-
mengajar yang terdiri dari pemahaman, rencana dan pelaksanaan proses belajar-
mengajar, evaluasi, serta pengayaan.
d. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Guru Terhadap Mutu Pembelajaran
Penggunaan analisis secara kuantitatif dibantu oleh aplikasi SPSS 17 (Siregar,
2017). Untuk pengujian beda antara variable-variable kelompok A(guru sudah
mengikuti diklat) dan kelompok B(guru belum mengikuti diklat). Berikut disajikan hasil
analisisnya :
1. Pengaruh Motivasi Terhadap Mutu Pembelajaran
Hasil SPSS menggunakan analisis regresi linear sederhana (Harlan, 2018)
diperoleh besarnya nilai korelasi/hubungan R = 0,83. Koefisien determinasi (R Square)
= 0,689 menjelaskan pengaruh variable bebas (Motivasi) terhadap variable terikat
(Mutu Pembelajaran) = 68,9% . Dari output diketahui nilai F hitung = 146.375 dengan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 , maka disimpulkan ada pengaruh
variable bebas terhadap variable terikat.
2. Pengaruh Kompetensi-Pedagogik Terhadap Mutu Pembelajaran.
Hasil SPSS menggunakan analisis regresi linear sederhana diperoleh nilai
korelasi/hubungan R = 0,97. Koefisien determinasi (R square) = 0,942 menjelaskan
pengaruh variable bebas (Kompetensi Pedagogik) terhadap variable terikat (Mutu
Pembelajaran = 94,2%. Dari output nilai F hitung = 1081.548 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,005 lebih kecil dari 0,05, maka disimpulkan ada pengaruh
variable bebas terhadap variable terikat.
3. Pengaruh Kompetensi Pedagogik Terhadap Motivasi
Hasil SPSS mengunakan analisis regresi linear sederhana diperoleh nilai
korelasi/hubungan R = 0,817. Koefisien determinasi (R square) = 0,667 menjelaskan
pengaruh variable bebas (Kompetensi Pedagogik) terhadap variable terikat (Motivasi) =
66,7%. Dari output nilai F hitung = 132.479 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan ada pengaruh variable bebas terhadap variable
terikat.
4. Pengaruh Motivasi dan Kompetensi Pedagogik Terhadap Mutu Pembelajaran.
Hasil SPSS menggunakan analisis regresi linear ganda diperoleh nilai
korelasi/hubungan R = 0,973. Koefisien determinasi (R square) sebesar 0,947
menjelaskan pengaruh variable bebas (Motivasi dan Kompetensi Pedagogik) terhadap
variable terikat (Mutu Pembelajaran) = 94,7%. Dari output nilai F hitung = 576.279
dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 maka disimpulkan ada
pengaruh variable bebas terhadap variable terikat.
5. Pengembangan-Motivasi,dan Kompetensi,Guru untuk Meningkatkan
Mutu Pembelajaran.
Salah satu elemen terpenting dalam terlaksananya proses belajar-mengajar
adalah guru. Pada hakikatnya keberhasilan pendidikan berada ditangan guru, karena
guru merupakan garda terdepan proses pendidikan. Mutu pembelajaran bergantung
terhadap eksistensi guru sebagai pendidik. Melalui kekuatan motivasi dan penguasaan
kompetensi guru merupakan cara untuk mempertahankan eksistensinya (Rindjin, 2007).
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Jika kita meningkatkan motivasi dan kompetensi guru maka mutu


pembelajaranpun dapat ditingkatkan. Diperlukan strategi untuk mengembangkan
motivasi dan kompetensi guru. Berikut dijelaskan upaya untuk meningkatkan motivasi
dan kompetensi yaitu menurut guru’, kepala sekolah, pengawas, sekolah, dan pembina
pendidikan,di Sekolah.
a. Pengembangan Motivasi Guru
Upaya peningkatan motivasi guru adalah upaya,internal,untuk.menumbuhkan.
keyakinan’tentang peran penting dan eksistensi’guru. Diperoleh informasi berikut
dalam wawancara:
Upaya yang dilakukan untuk mengembangkan motivasi guru yang pertama
adalah adanya kesadaran diri sendiri atau faktor internal yang dimiliki guru. Guru harus
menyadari bahwa mengajar dan mendidik anak-anak adalah salah satu amal jariyah
yang akan membawa kebaikan baik di dunia sampai akhirat. Sehingga sebagai guru kita
kan ikhlas menjalankan pekerjaan. Disisi lain sebagai guru menanggung beban
moral’untuk menciptakan karakter’siswa yang sesuai,dengan’tujuan pendidikan.
Selain factor internal, peningkatan motivasi guru harus juga didukung oleh
faktor eksternal seperti kepala sekolah, pengawas sekolah, dan Pembina sekolah.
Didapat informasi melalui wawancara yaitu sebagai berikut:
1. Kepala sekolah membimbing dan memberi pemahaman tugas dan tanggung jawab
dalam proses belajar-mengajar. Kemudian kepala sekolah juga memberikan
kebebasan kepada guru untuk menyelesaikan masalah baik itu secara pribadi
maupun kelompok.
2. Kepala sekolah memberikan,tugas,dan.tanggung-jawab sesuai’dengan`kemampuan
yang dimiliki. Tugas yang menantang bisa digunakan untuk memacu motivasi
guru.
3. Kepala sekolah bisa meningkatkan motivasi guru melalui penilaian kinerja, setelah
itu memberikan umpan balik. Prinsip reward and punishment bisa digunakan.
Pengawas sekolah juga berpotensi untuk meningkatkan motivasi guru. Didapat
informasi melalui wawancara yaitu:
1. Sebagai pengawas untuk meningkatkan motivasi guru dapat dilakukan dengan cara
membantu guru apabila mengalami masalah, memberikan semangat agar lebih giat
bekerja.
2. Sebagai pengawas untuk meningkatkan motivasi guru melalu penilaian kinerja
secara objektif dan pemberian umpan balik berupa informasi tentang kelebihan dan
kekurangan kepada guru yang bersangkutan.
Pihak yang turut andil dalam meningkatkan Motivasi guru sekolah adalah
melalui Dinas Pendidikan, khususnya ditingkat Provinsi melalui cabang dinas wilayah
Kabupaten Rejang Lebong. Didapat informasi melalui wawancara yaitu sebagai berikut:
1. Program Diklat
2. Penghargaan guru berprestasi
3. Memberikan dorongan kepada pengawas sekolah untuk melakukan pembinaan di
sekolah dan ikut serta memfasilitasi kegiatan tersebut
4. Bagi guru berprestasi diberikan peluang untuk pengembangan karir/promosi jabatan
b. Pengembangan Kompetensi Pedagogik Guru
Kompetensi pedagogic adalah kemampuan guru untuk melaksanakan proses
belajar-mengajar mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi. Didapat informasi
melalui wawancara yaitu sebagai berikut:
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

1. Kegiatan MGMP baik tingkat Provinsi, Kabupaten, atau sesama rekan kerja di
sekolah
2. Workshop
3. Diklat
4. Seminar
5. Kegiatan ilmiah atau kegiatan lain yang mendukung
Kepala sekolah sebagai pimpinan dapat mendorong peningkatan kompetensi
pedagogic. Melalui wawancara diperoleh informasi mengenai peningkatan kompetensi
pedagogic yaitu:
1. Kepala sekolah mengutus guru ikut serta dalam kegiatan seperti pelatihan,
workshop, seminar.
2. Kepala sekolah dapat mengundang narasumber yang kompeten untuk mengisi acara
pertemuan di sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
3. Memberikan semangat kepada guru untuk melanjutkan studinya atau pun
memberikan beasiswa serta memfasilitasinya.
4. Melakukan kunjungan ke-sekolah lain yang lebih`maju.
5. Berusaha melengkapi sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang proses
pembelajaran.
6. Memberikan reward kepada guru berprestasi.
Pengawas sekolah sebagai supervisor sekolah dapat mendorong peningkatan
kompetensi pedagogic. Melalui wawancara didapat informasi yaitu:
1. Pengawas melakukan supervisi secara teratur.
2. Memerdayakan MGMP sebagai wadah pertukaran ilmu pengetahuan.
3. Mengadakan pelatihan untuk peningkatan penguasaan materi.
4. Pengawas memberikan pemahaman tentang kode etik guru.
5. Pengawas melakukam pembinaan disiplin, percaya diri dalam melaksanaan tugas
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu melalui Cabang dinas yang berada di
kabupaten Rejang Lebong dan pemerintah kabupaten rejang lebong melalui dinas
pendidikan kabupaten rejang lebong mempunyai peran untuk peningkatan kompetensi
pedagogic. Melalui wawancara didapat informasi yaitu :
1. Cabdin berusaha memfasilitasi kegiatan-kegiatan ilmiah seperti workshop, seminar,
lesson study, diklat
2. Cabdin melalui pengawas sekolah memfasilitasi pembinaan dan meningkatkan
kualitas pembinaan
Secara keseluruhan dapat disimpulkan untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik terdapat dua factor pendukung yaitu factor internal dan eksternal. Factor
internal dapat dikembangkan dengan belajar secara mandiri sedangkan factor ekternal
yang dilakukan oleh kepalas sekolah, pengawas, serta lembaga dalam bentuk fasilitas
kegiatan-kegiatan keilmuan.
c. Pendidikan`dan Pelatihan`(Diklat)`Guru
Penjelasan sebelumnya`mengatakan bahwa salah satu kegiatan yang bisa
meningkatkan kompetensi pedagogik guru adalah dengan mengikuti diklat.
Guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong Rejang Lebong sebesar 71% guru sudah mengikuti
Diklat dan 29% yang belum mengikuti Diklat. Didapat informasi melalui wawancara
guru yang pernah mengikuti Diklat yaitu sebagai berikut:
1. Menambah kemampuan ataupun keterampilan mengenai strategi, teknik, serta
metode baru dalam proses pembelajaran
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

2. Umumnya materi diklat yang disampaikan sesuai dengan bidang masing-masing.


Persoalan yang terjadi pada SMA Negeri 4 Rejang Lebong sebanyak 71% guru
sudah mengikuti diklat, dan 29% guru belum-mengikuti Diklat. Wawancara
memperlihatkan bahwa guru yang sudah mengikuti-diklat lebih baik dari pada yang
tidak mengikuti diklat dari segi mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Berdasarkan
data yang ditemukan ada beberapa kesulitan yang dilalui guru yang tidak ikut diklat
dalam ketercapaian mutu proses dan hasil pembelajaran.
1. Terdapat kesulitan dalam menghadapi keberagaman kemampuan siswa
2. Kesulitan dalam menyajikan materi-materi yang dianggap sulit
3. Kesulitan dalam menerapkan metode pembelajaran
Dapat ditarik kesimpulan bahwa tujuan diadakannya diklat guru adalah untuk
menghasilkan guru yang bermutu yang mampu melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Sejalan dengan narasi bahwa
seiring waktu tugas guru terus bertambah, sehingga perlu dilakukan update wawasan,
pengetahuan, dan keterampilan untuk pengembangan profesi yang berkelanjutan.
Menjawab kebutuhan tersebut terdapar beragam diklat sebagai berikut:
1. Pelatihan di sekolah
2. Program magang
3. Kemitraan sekolah
4. PJJ (pembelajaran jarak jauh) bisa dilakukan dengan memanfaatkan koneksi
internet tanpa harus hadir langsung pada kegiatan. Apalagi disaat pandemik seperti
ini. Cara ini merupakan salah satu cara yang efektif dan efisien.
5. Pelatihan di LPMP atau lembaga lain yang diberi wewenang.
6. Kursus di lembaga pendidikan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik

PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Motivasi guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong sebesar 71% termasuk kategori
tinggi, dalam artian guru-guru di SMA Negeri 4 Rejang Lebong sudah memiliki
Motivasi dan Kompetensi Pedagogik yang Baik dan perlu dipertahankan seiring
dengan perkembangan mutu pendidikan. Sedangkan sebesar 29% termasuk dalam
kategori sedang dan rendah sehingga perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan
indicator-indikatornya.
2. Kompetensi pedagogik guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong sebesar 71% termasuk
kategori tinggi dalam arti perlu dipertahankan untuk menghadapi perkembangan
mutu pembelajaran. Sedangkan sebesar 29% termasuk kategori sedang dan rendah
yang masih perlu ditingkatkan. Hasil analisis-menunjukan terdapat
hubungan/pengaruh positif antara kompetensi-pedagogik guru,dengan mutu
pembelajaran.
3. Hasil analisis memperlihatkan ada perbedaan antara kelompok guru yang
mengikuti diklat dengan kelompok guru yang belum mengikuti diklat dari segi
motivasi, kompetensi`dan mutu-pembelajaran.
4. Pengembangan motivasi dilakukan baik secara internal maupun eksternal.

DAFTAR PUSTAKA
Afifullah Nizary, M., & Hamami, T. (2020). Budaya Sekolah. At-Tafkir.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

https://doi.org/10.32505/at.v13i2.1630
Agustiani, E. D., Rustaman, N., & Wulan, A. R. (2020). Elementary School Teachers’
Scientific Competence and Their Teaching Experiences. Jurnal Basicedu.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.328
Cahyana, A. (2010). Pengembangan Kompetensi Profesional Guru dalam Menghadapi
Sertifikasi. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i1.434
Cahyono, A. D. (2020). Membangun Komunikasi Efektif dalam Menentukan
Keberhasilan Pembelajaran. Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu
Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif Dan Elektronika.
Duli, N. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS. In Deepublish Publisher.
Fachmi, M., Mustafa, M., & Ngandoh, A. M. (2021). The Role of Motivation and
Professional Competence in Improving Teacher Performance. Journal of Digital
Learning and Education. https://doi.org/10.52562/jdle.v1i01.14
Hardani, S.Pd., M. S., & dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. In CV.
Pustaka Ilmu Editor.
Harlan, J. (2018). Analisis Regresi Linear. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Kifli, Z. (2019). KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM. Rausyan Fikr : Jurnal
Pemikiran Dan Pencerahan. https://doi.org/10.31000/rf.v15i2.1805
Kustiana Arisanti. (2020). Proses Pendidikan Nabi Adam Perspektif al-Qur’an. Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia. https://doi.org/10.35316/jpii.v4i2.195
Maya, R. (2017). Pengertian Guru. In Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam.
Mustaqim. (2016). Metode Penelitian Gabungan Kuantitatif Kualitatif / Mixed Methods
Suatu Pendekatan Alternatif. Jurnal Intelegensia.
Nawawi, I. (2012). Metoda Penelitian Kualitatif. In CV Dwiputra Pustaka Jaya,
Jakarta.
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Hilos
Tensados (2019).
Prasojo, L. D. (2016). Maajemen Mutu Pendidikan. In UNY Press.
Priansa, D. J. (2018). Kinerja dan profesionalisme guru. Bandung: Alfabeta.
Rindjin, K. (2007). Peningkatan Profesionalisme Guru. Undiksha.
Rusman. (2017). Belajar & Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. In
PT Kharisma Putra Utama.
Sadik, & Susilawati, E. (2019). Motivasi Berprestasi Guru Berdasarkan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri di Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjar. STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya.
https://doi.org/10.33654/sti.v4i2.991
Sari, H. P. (2019). PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI KERJA DAN INSENTIF
TERHADAP KINERJA GURU SMA. Perspektif Ilmu Pendidikan.
https://doi.org/10.21009/pip.331.8
Siregar, S. (2017). Statistika parametik untuk enelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. In Statistika Parametik untuk
Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS
Versi 17.
SNP. (2005). PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. In
Evaluation.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453

Supriyati. (2015). Metode Penelitian Gabungan (Mixed Methods). Widyaiswara BDK.


Syahid, A., & Kamaruddin, K. (2020). Peran Orang Tua dalam Pendidikan Islam Pada
Anak. AL-LIQO: Jurnal Pendidikan Islam.
https://doi.org/10.46963/alliqo.v5i01.148
Syofian Siregar. (2013). Statistika parametrik untuk penelitian kuantitatif. In Bumi
aksara.
Undang-Undang RI no 14. (2005). UU no 14 tahun 2005. Tentang Guru Dan Dosen.
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,
Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah Umum (2003).
Warlizasusi, J. (2017). Reformasi Pendidikan Dalam Rangka Peningkatan Mutu
Pendidikan di Kabupaten Rejang Lebong. Tadbir : Jurnal Studi Manajemen
Pendidikan. https://doi.org/10.29240/jsmp.v1i2.243
Wati, I., & Kamila, I. (2019). Pentingnya Guru Professional dalam Mendidik Siswa
Milenial Untuk Menghadapi Revolusi 4.0. Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Program Pascasarjana Universitas PGRI Palembang.
Zaki, F., Ahmad, A., & Othman, N. (2021). Kompetensi Guru dalam Penerapan
Kemahiran Berfikir Aras Tinggi dalam Pengajaran Pendidikan Sejarah. Malaysian
Journal of Social Sciences and Humanities (MJSSH).
https://doi.org/10.47405/mjssh.v6i1.632
Zakiyah, Q. Y., & Rusdiana, A. (2014). Pendidikan Nilai; Kajian Teori dan Praktik di
Sekolah. In CV Pustaka Setia.

You might also like