9598 30969 1 SM
9598 30969 1 SM
9598 30969 1 SM
Abstract
Improving the quality of the process and learning outcomes is a challenge in the
implementation of education at SMA Negeri 4 Rejang Lebong. Therefore, as educators,
teachers really determine the quality of learning. Teachers are required to have high motivation
and pedagogic competence in carrying out their duties. In general, the quality of teachers at
SMA Negeri 4 Rejang Lebong as many as 71% of teachers who have attended the training have
motivation and pedagogic competence which are in the high category, and 29% of teachers
who have not attended the training are in the medium and low categories. The research method
uses descriptive analysis method with quantitative and qualitative approaches or mixed
methods. Data obtained from interviews, document analysis and questionnaires. Based on the
results of the study, it was concluded that there were differences between teachers who had
attended the training both in terms of motivation, pedagogic competence and learning quality.
From the calculation of the regression simultaneously obtained that motivation and pedagogic
competence can affect the quality of learning. Therefore, 29% of teachers who have not
attended the training are expected to have the opportunity to take part in trainings to develop
motivation and pedagogic competence. Meanwhile, 71% of teachers are expected to maintain
their motivation and pedagogical competence in order to achieve good learning quality.
Keywords: teacher competence, school, motivation, learning quality.
Abstrak
Peningkatan mutu proses serta hasil belajar menjadi tantangan dalam
penyelenggaraan pendidikan di SMA Negeri 4 Rejang Lebong . Oleh karena itu, sebagai
pendidik guru sangat menentukan mutu pembelajaran. Guru dituntut memiliki motivasi dan
kompetensi pedagogik yang tinggi dalam melaksanakan tugas. Secara umum kualitas guru di
SMA Negeri 4 Rejang Lebong sebanyak 71% guru yang sudah mengikuti Diklat memiliki
motivasi dan Kompetensi Pedagogik yang termasuk kategori tinggi, dan 29% guru yang belum
mengikuti Diklat termasuk dalam kategori sedang dan rendah. Metode penelitian menggunakan
metode deskriptif analisis dengan cara pendekatan kuantitatif dan kualitatif atau mixed
methods. Data diperoleh dari wawancara, analisis dokumen serta kuisioner. Berdasarkan hasil
penelitian disimpulkan bahwa ada perbedaan antara guru yang telah mengikuti diklat baik dari
segi motivasi, kompetensi pedagogik maupun mutu pembelajaran. Dari perhitungan regresi
secara bersamaan diperoleh bahwa motivasi dan kompetensi pedagogik dapat mempengaruhi
mutu pembelajaran. Oleh karena itu sebesar 29% guru yang belum mengikuti Diklat
diharapkan berkesempatan untuk mengikuti pelatihan-pelatihan guna mengembangkan
motivasi dan kompetensi pedagogik. Sedangkan terhadap 71% guru diharapkan bisa
mempertahankan motivasi dan kompetensi pedagogiknya guna mencapai mutu pembelajaran
yang baik.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453
Nabi Adam A.s adalah sosok pertama yang ada di muka bumi, sejak saat inilah
pendidikan dimulai. Pada masa ini pendidikan terjadi ketika adanya komunukasi antara
Nabi Adam A.s dengan ALLAH SWT. Komunikasi ini terjadi karena munculnya
motivasi di dalam diri Nabi Adam A.S untuk mencapai kehidupan yang bahagia serta
sejahtera (Kifli, 2019). Sejalan dengan pendapat (Kustiana Arisanti, 2020) yang
menyatakan bahwa komunikasi timbul berdasarkan motivasi yang ada pada diri
seseorang yang selalu berusaha berkembang dan ingin menyesuaikan dengan kondisi
lingkungan sekitar.
Komunikasi adalah bagian dari proses pendidikan yang perlu didukung oleh
lingkungan dan strategi yang sesuai dalam proses tranfortasi ilmu pengetahuan
(Cahyono, 2020). Siswa diberi kebebasan untuk mengapresiasikan dirinya, namun tetap
dibatasi oleh adab-adab dan etika-etika yang ada. Keluarga/Orang tua adalah tempat
pertama anak-anak mendapatkan pendidikan. Namun karena pertimbangangan
efektivitas dan efisiensi, tidak semua orang tua bisa menjalankan perannya sehingga
muncullah lembaga pendidikan yang tak ter’lepas dari lapangan pembina karakter-
utama sebagain pendidik (Syahid & Kamaruddin, 2020). Lembaga pendidikan dikonsep
dengan mempertimbangkan secara edukatif supaya pendidikan dapat berjalan dengan
mudah, terjangkau secara ekonomi dan berhasil mencapai tujuan yang telah disetujui
serta ditetapkan secara bersama-sama oleh guru, lembaga pendidikan, serta keluarga.
Sebagai seorang pendidik diharapkan mempunyai norma-norma yang akan diajarkan
untuk peserta didik dalam melaksanakan pendidikan. Selain itu pendidik harus
berwawasan luas dan memahami materi-materi yang akan disampaikan.
Pendidikan merupakan pondasi untuk membangun karakter suatu bangsa yang
bertujuan untuk mencerdaskan bangsa (Warlizasusi, 2017).’ Kemajuan sebuah negara
bukan saja terletak pada hasil alam yang berada pada di didalamnya (SDA), akan tetapi
hal terpenting dapat dilihat dari kualitas manusia/ Sumber daya manusianya (SDA).
Sesuai dengan pendapat bahwa “ Suatu bangsa yang besar akan terlihat dari kualitas dan
dan karakter yang terdapat pada manusia itu sendiri” (Zakiyah & Rusdiana, 2014).
Pendidikan sebagai faktor yang paling utama dalam pembentukan karakter/pribadi
manusia yang bertujuan untuk memperbaiki pola pikir masyarakat sehingga dapat
terwujudnya negara kuat berlandas pengetahuan.
Sesuai dengan (Undang-Undang RI no 14, 2005) yang mebahasan guru serta
dosen, Pasal 7 secara garis besar menerangkan bahwa pengembangan diri untuk proses
pemberdayaan profesi guru dilaksanakan dengan cara de-mokratis, adil, tidak
membeda-bedakan, dilakukan secara terus-menerus dan tidak mengabaikan nilai-nilai
agama, nilai-nilai budaya, serta k-ode etik guru . Selain itu berdasarkan pasal 20 guru
dalam pelaksanaan tugas ke-profesionalan wajib me-ningkatkan dan me-ngembangkan
kualitas akademik dan kom-petensi yang sejalan dan ber-kelanjutan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan seni .
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis dengan cara pendekatan
kuantitatif dan kualitatif atau mixed-method (Supriyati, 2015). Subjek penelitian adalah
Guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong di Kabupaten Rejang Lebong. Data penelitian
diperoleh dari dewan guru serta pihak-pihak yang terkait dalam upaya peningkatan
motivasi dan kompetensi pedagogic guru.
Data penelitian didapat dari wawancara, analisis data, serta kui-sioner.
Dikembangkan instrument dalam bentuk pedoman wawancara dam kuisioner untuk
membantu proses pengumpulan data (Duli, 2019).
Menurut (Hardani, S.Pd. & dkk, 2020) Jenis data dari penelitian adalah data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dianalisis untuk menjelaskan variable
penelitian (Syofian Siregar, 2013). Sedangkan data kualitatif dianalisis untuk
memperkuat berbagai penemuan pada penelitian (Nawawi, 2012). 2 jenis data tersebut
dianalisis secara berbeda untuk mendapatkan jawaban yang sama (Mustaqim, 2016).
Secara keselutuhan diperoleh hasil bahwa dari 48 guru yang sudah mengikuti
diklat menunjukkan bahwa mutu pembelajaran termasuk kategori tinggi mencapai
73,73% sedangkan 20 orang guru yang belum mengikuti diklat menunjukkan kategori
rendah hanya mencapai 43,23 % Dilihat dari data ini perlu adanya peningkatan mutu
pembelajaran pada guru SMAN 4 Rejang Lebong terkhusus yang belum mengikuti
diklat.
b. Motivasi Guru untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Menurut (Sari, 2019) Motivasi guru adalah kekuatan yang ada dalam pribadi
masing-masing yang menunjukkan semangat untuk melakukan usaha yang maksimal
untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai peran sebagai pendidik. Motivasi yang
tinggi yang dimiliki oleh guru akan membuat guru mengerahkan secara maksimal
potensi yang ada pada dirinya sehingga bisa mencapai tujuan pembelajaran yang
diharapkan.
Menurut (Sadik & Susilawati, 2019) dalam penelitiaan ini motivasi diukur
berdasarkan indicator sebagai berikut :
1. Mencapai-tujuan
2. Memenuhi-standar
3. Pengembangan diri
4. Hubungan.
5. Tekun dalam pelaksanaan tugas
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator pertama sebanyak 4 penyataan.
Pada kelompok A skor antara 12 sampai 14 dengan rata-rata 14,92. Perbandingan
skornya adalah 74,6% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan untuk kelompok B skor
antara 11 sampai 15 dengan skor rata-rata 12,95. Perbandingan skornya adalah 64,75%
merupakan kategori “sedang” .
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator kedua sebanyak 5 penyataan.
Pada kelompok A skor antara 16 sampai 24 dengan skor rata-rata 18,77. Perbandingan
skornya adalah 75,08% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor
antara 11 sampai 18 dengan skor rata-rata 15,2. Perbandingan skornya adalah 60,8%
merupakan kategori “ sedang “
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator ketiga sebanyak 5 pernyataan.
Pada kelompok A skor antara 16 sampai 25 dengan skor rata-rata 18,92. Perbandingan
skornya adalah 75,68% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor
antara 14 sampai 20 dengan skor rata-rata 16,4. Perbandingan skornya adalah 65,6 %
yang merupakan kategori “sedang”
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator keempat sebanyak 5 pernyataan.
Pada kelompok A skor antara 16 sampai 25 dengan skor rata-rata 19,77. Perbandingan
skornya adalah 79,08% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor
antara 15 sampai 20 dengan rata-rata 17,55. Perbandingan skornya adalah 70,2 %
merupakan kategori “sedang”
Alat ukur motivasi guru berdasarkan indicator kelima sebanyak 6 pernyataan.
Pada kelompok A skor antara 18 sampai 29 dengan skor rata-rata 22,31. Perbandingan
skornya 74,38% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B skor antara
18 sampai 20 dengan skor rata-rata 18,25. Perbandingan skornya adalah 60,83%
merupakan kategori “sedang”
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453
Alat ukur motivasi guru secara keseluruhan terdiri dari 25 pernyataan. Pada
kelompok A skor antara 78 sampai 122 dengan skor rata- rata 94,69. Perbandingan
skornya addalah 75,75% merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan pada kelompok B
skor antara 68 sampai 93 dengan skor rata-rata 80,35. Perbandingan skornya adalah
64,28 % merupakan kategori ‘sedang”
Perbandingan skor masing-masing indicator, pada kelompok A indikator
mencapai tujuan sebesar 74,6 % , indikator upaya memenuhi standar sebesar 75,08% ,
indikator keinginan untuk mengembangkan diri sebesar 75,68% , indikator membina
hubungan dengan orang lain 79,08% , dan ketekunan dalam melaksanakan tugas
sebesar 74,38% . Sedangkan pada kelompok B indikator mencapai tujuan sebesar 64,75
% , indikator upaya memenuhi standar sebesar 60,08% , indicator keinginan untuk
mengembangkan diri sebesar 65,6% , indikator membina hubungan dengan orang lain
70,22% , dan ketekunan dalam melaksanakan tugas sebesar 60,83%.
Berdasarkan penemuan-penemuan di atas menjelaskan bahwa motivasi guru
SMA Negeri 4 Rejang Lebong pada kelompok A yaitu guru-guru yang sudah mengikuti
Diklat terlihat sudah baik terkait dengan pelaksanaan tugas untuk mencapai tujuan
pembelajaran, pengembangan diri serta pembinaan hubungan yang baik dengan
masyarakat sekolah atau pun sekitar. Namun perlu ditingkatkan pada kelompok B yaitu
guru-guru yang belum pernah mengikuti Diklat, guru-guru kelompok ini sudah baik
dalam melaksanakan hubungan baik dengan masyarakat sekolah ataupun sekitar, hanya
saja dikarenakan belum mengikuti diklat ada beberapa poin yang harus ditingkatkan.
Peningkatan motivasi guru berdasarkan pelaksanaan tugas dengan cara membangkitkan
semangat para guru untuk melaksanakan tugasnya secara tekun agar tercapai tujuan
yang diinginkan Peningkatan motivasi berdasarkan pe-ngembangan diri dengan cara
memberikan semangat untuk peningkatan kualitas serta kompetensi dan jenjang karir
sebagai pendidik (Fachmi et al., 2021).
Gambaran umum tentang motivasi guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong
menunjukkan bahwa motivasi guru sudah baik pada kelompok A dan perlu ditingkatkan
pada kelompok B bagi guru yang belum mengikuti Diklat. Sebesar 29% guru yang
belum mengikuti Diklat pada Indikator Mutu pembelajar baik proses maupun hasil
menunjukkan kategori rendah. Sedangkan untuk indicator motivasi termasuk dalam
kategori sedang. Sebesar 71 % guru yang sudah mengikuti Diklat pada indicator mutu
pembelajaran dan motivasi termasuk kategori tinggi.
c. Kompetensi Pedagogik Guru untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran
Kompetensi guru adalah elemen penting dalam proses belajar-mengajar di
sekolah. Setiap guru wajib memiliki kompetensi dan memenuhi kualifikasi sebagai
tenaga pendidik dalam kemaharin ber-fikir (Zaki et al., 2021). Kompetensi guru adalah
gabungan antara pengetahuan, keterampilan, nilai-nilai dan sikap yang akan
tergambarkan melalui tindakan dan pemikiran. Kompetensi guru merupakan syarat
seorang guru dikatakan bisa melaksanakan tugasnya dan mampu membina siswa dalam
memcapai tujuan-nya (Agustiani et al., 2020).
Kompetensi yang dilihat dari penelitian ini adalah kompetensi pedagogic. Alat
ukur kompetensi pedagogic menggunakan 8 pernyataan. Pada kelompok A skor antara
26 sampai 36 dengan skor rata-rata 30,46. Perbandingan skornya adalah 76,14%
merupakan kategori “tinggi”. Sedangkan kelompok B skor antara 17 sampai 21 dengan
skor rata-rata 19,15. Perbandingan skornya adalah 47,88 % merupakan “sedang”
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453
1. Kegiatan MGMP baik tingkat Provinsi, Kabupaten, atau sesama rekan kerja di
sekolah
2. Workshop
3. Diklat
4. Seminar
5. Kegiatan ilmiah atau kegiatan lain yang mendukung
Kepala sekolah sebagai pimpinan dapat mendorong peningkatan kompetensi
pedagogic. Melalui wawancara diperoleh informasi mengenai peningkatan kompetensi
pedagogic yaitu:
1. Kepala sekolah mengutus guru ikut serta dalam kegiatan seperti pelatihan,
workshop, seminar.
2. Kepala sekolah dapat mengundang narasumber yang kompeten untuk mengisi acara
pertemuan di sekolah untuk meningkatkan kompetensi pedagogik guru.
3. Memberikan semangat kepada guru untuk melanjutkan studinya atau pun
memberikan beasiswa serta memfasilitasinya.
4. Melakukan kunjungan ke-sekolah lain yang lebih`maju.
5. Berusaha melengkapi sarana dan prasarana sekolah untuk menunjang proses
pembelajaran.
6. Memberikan reward kepada guru berprestasi.
Pengawas sekolah sebagai supervisor sekolah dapat mendorong peningkatan
kompetensi pedagogic. Melalui wawancara didapat informasi yaitu:
1. Pengawas melakukan supervisi secara teratur.
2. Memerdayakan MGMP sebagai wadah pertukaran ilmu pengetahuan.
3. Mengadakan pelatihan untuk peningkatan penguasaan materi.
4. Pengawas memberikan pemahaman tentang kode etik guru.
5. Pengawas melakukam pembinaan disiplin, percaya diri dalam melaksanaan tugas
sesuai dengan tanggung jawab masing-masing.
Dinas Pendidikan Provinsi Bengkulu melalui Cabang dinas yang berada di
kabupaten Rejang Lebong dan pemerintah kabupaten rejang lebong melalui dinas
pendidikan kabupaten rejang lebong mempunyai peran untuk peningkatan kompetensi
pedagogic. Melalui wawancara didapat informasi yaitu :
1. Cabdin berusaha memfasilitasi kegiatan-kegiatan ilmiah seperti workshop, seminar,
lesson study, diklat
2. Cabdin melalui pengawas sekolah memfasilitasi pembinaan dan meningkatkan
kualitas pembinaan
Secara keseluruhan dapat disimpulkan untuk meningkatkan kompetensi
pedagogik terdapat dua factor pendukung yaitu factor internal dan eksternal. Factor
internal dapat dikembangkan dengan belajar secara mandiri sedangkan factor ekternal
yang dilakukan oleh kepalas sekolah, pengawas, serta lembaga dalam bentuk fasilitas
kegiatan-kegiatan keilmuan.
c. Pendidikan`dan Pelatihan`(Diklat)`Guru
Penjelasan sebelumnya`mengatakan bahwa salah satu kegiatan yang bisa
meningkatkan kompetensi pedagogik guru adalah dengan mengikuti diklat.
Guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong Rejang Lebong sebesar 71% guru sudah mengikuti
Diklat dan 29% yang belum mengikuti Diklat. Didapat informasi melalui wawancara
guru yang pernah mengikuti Diklat yaitu sebagai berikut:
1. Menambah kemampuan ataupun keterampilan mengenai strategi, teknik, serta
metode baru dalam proses pembelajaran
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan pada penelitian ini adalah:
1. Motivasi guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong sebesar 71% termasuk kategori
tinggi, dalam artian guru-guru di SMA Negeri 4 Rejang Lebong sudah memiliki
Motivasi dan Kompetensi Pedagogik yang Baik dan perlu dipertahankan seiring
dengan perkembangan mutu pendidikan. Sedangkan sebesar 29% termasuk dalam
kategori sedang dan rendah sehingga perlu ditingkatkan lagi sesuai dengan
indicator-indikatornya.
2. Kompetensi pedagogik guru SMA Negeri 4 Rejang Lebong sebesar 71% termasuk
kategori tinggi dalam arti perlu dipertahankan untuk menghadapi perkembangan
mutu pembelajaran. Sedangkan sebesar 29% termasuk kategori sedang dan rendah
yang masih perlu ditingkatkan. Hasil analisis-menunjukan terdapat
hubungan/pengaruh positif antara kompetensi-pedagogik guru,dengan mutu
pembelajaran.
3. Hasil analisis memperlihatkan ada perbedaan antara kelompok guru yang
mengikuti diklat dengan kelompok guru yang belum mengikuti diklat dari segi
motivasi, kompetensi`dan mutu-pembelajaran.
4. Pengembangan motivasi dilakukan baik secara internal maupun eksternal.
DAFTAR PUSTAKA
Afifullah Nizary, M., & Hamami, T. (2020). Budaya Sekolah. At-Tafkir.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453
https://doi.org/10.32505/at.v13i2.1630
Agustiani, E. D., Rustaman, N., & Wulan, A. R. (2020). Elementary School Teachers’
Scientific Competence and Their Teaching Experiences. Jurnal Basicedu.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v4i2.328
Cahyana, A. (2010). Pengembangan Kompetensi Profesional Guru dalam Menghadapi
Sertifikasi. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v16i1.434
Cahyono, A. D. (2020). Membangun Komunikasi Efektif dalam Menentukan
Keberhasilan Pembelajaran. Balai Besar Pengembangan Penjaminan Mutu
Pendidikan Vokasi Bidang Otomotif Dan Elektronika.
Duli, N. (2019). Metodologi Penelitian Kuantitatif: Beberapa Konsep Dasar Untuk
Penulisan Skripsi & Analisis Data dengan SPSS. In Deepublish Publisher.
Fachmi, M., Mustafa, M., & Ngandoh, A. M. (2021). The Role of Motivation and
Professional Competence in Improving Teacher Performance. Journal of Digital
Learning and Education. https://doi.org/10.52562/jdle.v1i01.14
Hardani, S.Pd., M. S., & dkk. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. In CV.
Pustaka Ilmu Editor.
Harlan, J. (2018). Analisis Regresi Linear. In Journal of Chemical Information and
Modeling (Vol. 53, Issue 9).
Kifli, Z. (2019). KONSEP PENDIDIKAN DALAM ISLAM. Rausyan Fikr : Jurnal
Pemikiran Dan Pencerahan. https://doi.org/10.31000/rf.v15i2.1805
Kustiana Arisanti. (2020). Proses Pendidikan Nabi Adam Perspektif al-Qur’an. Jurnal
Pendidikan Islam Indonesia. https://doi.org/10.35316/jpii.v4i2.195
Maya, R. (2017). Pengertian Guru. In Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam.
Mustaqim. (2016). Metode Penelitian Gabungan Kuantitatif Kualitatif / Mixed Methods
Suatu Pendekatan Alternatif. Jurnal Intelegensia.
Nawawi, I. (2012). Metoda Penelitian Kualitatif. In CV Dwiputra Pustaka Jaya,
Jakarta.
Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah, Hilos
Tensados (2019).
Prasojo, L. D. (2016). Maajemen Mutu Pendidikan. In UNY Press.
Priansa, D. J. (2018). Kinerja dan profesionalisme guru. Bandung: Alfabeta.
Rindjin, K. (2007). Peningkatan Profesionalisme Guru. Undiksha.
Rusman. (2017). Belajar & Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan. In
PT Kharisma Putra Utama.
Sadik, & Susilawati, E. (2019). Motivasi Berprestasi Guru Berdasarkan Gaya
Kepemimpinan Kepala Sekolah SMP Negeri di Kecamatan Martapura Kota
Kabupaten Banjar. STILISTIKA: Jurnal Bahasa, Sastra, Dan Pengajarannya.
https://doi.org/10.33654/sti.v4i2.991
Sari, H. P. (2019). PENGARUH KOMPETENSI, MOTIVASI KERJA DAN INSENTIF
TERHADAP KINERJA GURU SMA. Perspektif Ilmu Pendidikan.
https://doi.org/10.21009/pip.331.8
Siregar, S. (2017). Statistika parametik untuk enelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan
Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS Versi 17. In Statistika Parametik untuk
Penelitian Kuantitatif Dilengkapi dengan Perhitungan Manual dan Aplikasi SPSS
Versi 17.
SNP. (2005). PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. In
Evaluation.
Al-Idarah: Jurnal Kependidikan Islam Vol XX, No XX (20XX) P-ISSN: 2086-6186
http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/idaroh e-ISSN: 2580-2453