Putuindra,+8.+31419 74267 2 ED.86 97
Putuindra,+8.+31419 74267 2 ED.86 97
Putuindra,+8.+31419 74267 2 ED.86 97
Abstract Indonesia's natural wealth must be maintained as a source of human life. However, currently,
there is much environmental damage in Indonesia due to human activity. The environment that provides
livelihoods is a threat to the community because of its damage. Several local community groups are
continuing to strive to protect their environment, one of which is through local wisdom. This study aims to
determine how the impact of the local wisdom of Ruwat Petirtaan Jolotundo on the preservation of the
environment around it. This study uses a qualitative approach with in-depth interview techniques,
participatory observation, and documentation. This research was conducted in Seloliman Village, Trawas,
Mojokerto. The research was conducted for six months, starting from preparation, preliminary studies,
interviews, observations, and participating in Ruwat activities to data processing and analysis. The results
showed that Ruwat Petirtaan Jolotundo had a good impact on preserving water sources, flora, and fauna
in the Jolotundo area. The quantity and quality of water sources are maintained. Pine, mahogany, sengon,
teak, and fauna such as monkeys, wild dogs, and wild boar (wild boar) can easily be found. Ruwat
Jolotundo can make people aware of the importance of protecting the environment. This local wisdom
must be preserved and passed on to our children and grandchildren as the nation's successor to maintain
our environment. This research can be developed on the theme of the urgency of Ruwat or local wisdom
as an alternative to protecting the environment.
Abstrak Kekayaan alam Indonesia harus dijaga keberadaannya sebagai sumber kehidupan manusia.
Tetapi saat ini banyak terjadi kerusakan lingkungan hidup di Indonesia akibat ulah manusia. Lingkungan
hidup yang memberikan penghidupan justru menjadi ancaman untuk masyarakat karena kerusakannya.
Beberapa kelompok masyarakat daerah ada yang terus berupaya menjaga lingkungan hidup mereka,
salah satunya melalui kearifan lokal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana dampak
kearifan lokal Ruwat Petirtaan Jolotundo pada kelestarian lingkungan hidup di sekitarnya. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik wawancara mendalam, observasi partisipasi, dan
dokumentasi. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Seloliman Kecamatan Trawas Kabupaten Mojokerto.
Penelitian dilaksanakan selama 6 bulan, diawali dari persiapan, studi pendahuluan, wawancara,
observasi serta mengikuti kegiatan Ruwat, hingga pengolahan dan analisis data. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Ruwat Petirtaan Jolotundo memberikan dampak yang baik terhadap kelestarian
sumber air, flora dan fauna di kawasan Jolotundo. Sumber air sangat terjaga kuantitas dan kualitasnya,
tumbuhan pinus, mahoni, sengon, jati dan fauna seperti kera,anjing liar, dan babi hutan (celeng) dengan
mudah dapat ditemukan. Ruwat Jolotundo mampu menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga
lingkungan. Kearifan lokal ini harus dijaga dan diturunkan kepada anak cucu sebagai penerus bangsa
agar lingkungan kita tetap terjaga. Penelitian ini dapat dikembangkan pada tema urgensi Ruwat atau
kearifan lokal sebagai alternatif menjaga lingkungan hidup.
terjaga hingga saat ini. Pohon besar dalam rangka beradaptasi dengan
tumbuh dengan kerapatan tinggi, alam.
rumput serta bambu. Serta banyak Selanjutnya dari prosesi Ruwat
pohon buah-buahan yang masih terjaga yang mempunyai dampak positif
keberadaannya. Pohon jati, mahoni, terhadap lingkungan hidup adalah
sono, dan sengon, serta pohon-pohon Sumaningah pelepasan burung.
khas yang mungkin sebagian tidak Sebuah ritual melepaskan burung ke
ditemui di hutan lain masih terjaga alam bebas, sebuah pelajaran berharga
keberadaannya. Pohon-pohon tersebut bagi masyarakat, sebuah kesadaran
tumbuh menyebar di hutan-hutan yang mahal di zaman sekarang. Achal
(hutan lindung, hutan produksi) dan dkk. (2016) menyatakan kita saat ini
tegalan. berada di era dimana keberlanjutan
menjadi hal yang sangat penting.
Tujuan dari prosesi pelepasan burung
adalah agar masyarakat tidak
menangkap atau menembak burung
sembarangan, masyarakat menjaga
segala jenis fauna yang ada di sekitar
kawasan Jolotundo.
Sehingga masyarakat akan
terbiasa menjaga fauna yang ada,
secara tidak langsung mereka juga
menjaga sumber air dan flora yang ada
sebagai penopang kehidupan fauna.
Gambar 4. Kenampakan vegetasi di
Sebab kearifan lokal berdasar pada
kawasan Jolotundo
kemampuan komprehensif manusia
untuk mencapai keharmonisan dengan
Gambar di atas menunjukkan
alam (Zhang dkk., 2016). Seperti
kondisi vegetasi yang berada di dalam
halnya adat Sasi yang dilakukan
kompleks Petirtaan Jolotundo yang asri
masyarakat Maluku dan Papua adalah
dan terjaga. Begitu pula kondisi di luar
agar sumber daya dapat terus
kompleks Petirtaan Jolotundo, ataupun
menjamin kehidupan generasi
hampir di seluruh wilayah Desa
mendatang (Putri dkk., 2020).
Seloliman yang masih sangat terjaga
Hingga saat ini penduduk
segala jenis tumbuhan yang ada.
kawasan Jolotundo dengan mudah
Secara umum vegetasi di kawasan
dapat menemukan kera, anjing liar,
Jolotundo masih hijau, yang berarti
babi hutan (celeng) serta beberapa
bahwa masih dijaga oleh penduduk
jenis burung di hutan sekitar Petirtaan
sekitar dengan baik. Kesadaran akan
Jolotundo. Selaras dengan kondisi
pentingnya pohon dari acara Ruwat
vegetasi yang baik, maka fauna yang
menjadi salah satu penyebab kondisi
ada juga mengikuti sebab hutan dan
flora yang ada. Menurut Swandi (2017)
pohon adalah rumah bagi fauna,
kearifan lokal dalam pengelolahan
termasuk sumber makanan di
hutan merupakan warisan leluhur
dalamnya. Termasuk juga keberadaan