3237-Article Text-9538-1-10-20230204

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, Februari 2023, 9 (3), 48-53

DOI: https://doi.org/10.5281/zenodo.7605170
p-ISSN: 2622-8327 e-ISSN: 2089-5364
Accredited by Directorate General of Strengthening for Research and Development
Available online at https://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP

Review Artikel: Standar Pelaksanaan Pelayanan Informasi Obat (Pio) di


Apotek Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016 di Indonesia

Andariningtyas Putri Febrianti1*, Eni Nuraeni2*, Firlie Bastia Putty


Zahra3*, Nadya Yundasari4, Neng Feri Fajarwati5, Adam Permana6, Tria
Alfina Damayanti7, Nia Yuniarsih8
1,2,3,4,5,6,7,8
Fakultas Farmasi, Universitas Buana Perjuangan Karawang, Karawang,
Jawa Barat, Indonesia

Abstract
Received: 2 Januari 2023 Exclusive and responsible service to patients related to the use of
Revised: 14 Januari 2023 pharmaceutical preparations is the meaning of Pharmaceutical Services.
Accepted: 22 Januari 2023 Pharmaceutical services aim to achieve definite results in order to
improve the quality of life of patients. The pharmacy was established as a
pharmaceutical service facility that provides medicines and medical
devices with guaranteed quality and safety. Clinical pharmacy services
are the core of pharmacy practice services, especially by pharmacists who
are responsible for pharmaceutical services in pharmacies. One of the
clinical pharmacy services in pharmacies is the Drug Information Service
(PIO). PIO is an activity carried out by pharmacists in providing
information about drugs that are impartial, critically evaluated and
proven to be the best in all aspects of use. This study aims as material for
consideration of data analysis of pharmaceutical services in pharmacies
by pharmacists, especially in the PIO (Drug Information Services) section
and/or self-medication according to Permenkes No 73 of 2016. The
method used in this study was a literature search. of 15 research journals
published from 2016-2021. The results of the study show that
pharmaceutical services in the form of PIO by pharmacists in pharmacies
are mostly in accordance with Permenkes No 73 of 2016.
Keywords: PIO, Drug Information Services, Permenkes No.73 of 2016

(*) Corresponding Author: [email protected],

How to Cite: Febriati, A., Nuraeni, E., Zahra, F. B., Yundasari, N., Fajarwati, N., Permana, A., Damayanti,
T., & Yuniarsih, N. (2023). Arikel Riview: Pegaruh Pemerian Resusitasi Cairan pada Pasien Gawat Darurat
dengan Syok Hypovolemik. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(3), 48-53.
https://doi.org/10.5281/zenodo.7605170

PENDAHULUAN
Pelayanan kefarmasian di apotek adalah bagian dari pelayanan
kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien. Hal tersebut
diperjelas dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek yang
menyebutkan bahwa pelayanan kefarmasian adalah bentuk pelayanan dan
tanggung jawab langsung profesi farmasi dalam pekerjaan kefarmasian untuk
meningkatkan kualitas hidup pasien (Nurhaini et al., 2020).
Menurut Permenkes nomor 73 tahun 2016 sarana pelayanan kefarmasian
tempat dimana dilakukan praktik kefarmasian oleh apoteker, sedangkan apoteker
merupakan sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker. adalah pengertian dari apoteker. Apotek

48
Febriati, A., et al / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 9(3), 48-53

sendiri didirikan sebagai suatu sarana pelayanan kefarmasian yang menyediakan


obat dan/atau maupun alat kesehatan dengan kualitas serta keamanan yang
terjamin serta adanya edukasi bagi masyarakat berupa Pelayanan Informasi Obat
(PIO) atau swamedikasi.
Pelayanan Informasi Obat (PIO) adalah suatu kegiatan yang dilakukan
oleh Apoteker dalam pemberian informasi mengenai obat yang tidak memihak,
serta dievaluasi secara kritis dan dibuktikan dengan yang terbaik dalam segala
aspek penggunaan.

METODE PENELITIAN
Strategi penelitian ini dilakukan dengan cara penelusuran pustaka jurnal
penelitian, artikel ilmiah dan jurnal melalui database elektronik seperti pada Google
Scholar, PubMed dan Science Direct. Pencarian dan penelusuran pustaka dilakukan
dengan menggunakan kata kunci terkait seperti: Permenkes nomor 73 tahun 2016,
Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek, Apotik Indonesia, Pelayanan Informasi
Obat di apotek, PIO di apotek, swamedikasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan melalui penelusuran jurnal
artikel ilmiah ini, didapatkan banyak jurnal artikel ilmiah yang sesuai dengan kata
kunci yang peneliti cari. Setalah dilakukan skrining dari jurnal artikel ilmiah
tersebut, didapatkan 15 jurnal artikel ilmiah yang di-review, dan dapat dilihat pada
tabel 1.

Tabel 1. Daftar Jurnal Artikel Referensi Kategori Pelayanan Informasi Obat


(PIO)
No Metode Hasil Referensi
1 Deskriptif Penyerahan informasi obat sudah Latifah et al., 2016.
dilakukan oleh 73% apotek di Kota
Magelang, yang meliputi dosis obat,
frekuensi pemakaian obat, lama
pengobatan, cara pemakaian, efek
samping dan kontra indikasi.
2 Deskriptif Kegiatan pelayanan farmasi klinis yang Mulyagustina et al.,
Observatif paling sering dilakukan oleh apoteker 2017.
adalah pelayanan informasi obat sebesar
75,24 %.
3 Deskriptif Pada aspek penerapan pelayanan Prabandari., 2018.
informasi obat telah dilakukan dengan
baik oleh Apoteker.
4 Potong Pelayanan informasi obat dilakukan oleh Hairunnisa et al.,
lintang (cross apoteker. Seluruh apotek sudah 2018.
sectional) melakukan pelayanan informasi obat, akan
tetapi pelaksanaannya belum dilaksanakan
dengan baik terutama pada dokumentasi
pelayanan informasi obat (catatan,
formulir, brosur, leaflet).

- 49 -
Febriati, A., et al / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 9(3), 48-53

No Metode Hasil Referensi


5 Deskriptif Seluruh apotek yang diteliti sudah Nasyrah et al.,
melakukan pelayanan informasi obat, 2019.
tetapi pelaksanaannya belum sepenuhnya
diterapkan, dengan persentase sebesar
72%.
6 Deskriptif Pelayanan informasi obat di apotek Kota Diana et al., 2019.
Palu sebesar 62,1% tidak dilakukan, hanya
27,5% dilakukan oleh apoteker.
7 Deskriptif Kesesuaian standar Pelayanan Informasi Nurhaini et al.,
Obat di Apotek Kecamatan Tulung 2020.
Kabupaten Klaten yang paling sering
dilakukan yaitu menjelaskan waktu
penggunaan obat
(100%) selalu dilakukan, jumlah obat
yang dikonsumsi (100%) selalu
dilakukan,sedangkan menjelaskan efek
samping obat (100%) jarang dilakukan.
8 Deskriptif Standar pelayanan informasi obat di 40 Alrosyidi dan
apotek Pamekasan mayoritas belum Kurniasari., 2020.
dilaksanakan.
9 Deskriptif Sebanyak 85% persen tenaga kefarmasian Saibi et al., 2020.
yang memberikan informasi obat kepada
pasien simulasi adalah non apoteker.
10 Deskriptif Apotek Telemedika Farma 14 Manado Mongi et al., 2020.
kualitatif belum sepenuhnya melakukan pelayanan
informasi obat terkait farmakokinetik.
11 Deskriptif Pemberian informasi obat melalui leaflet Purwaningsih et al.,
atau brosur sebanyak 22,58% selalu 2021.
dilakukan; informasi terkait nama obat
sebanyak 80,65% selalu dilakukan; bentuk
sediaan obat sebanyak 82,26% selalu
dilakukan; dosis obat sebanyak 77,42%
selalu dilakukan; cara pemakaian obat
sebanyak 85,48% selalu dilakukan; cara
penyimpanan obat sebanyak 80,65%
selalu dilakukan; indikasi obat sebanyak
72,58% selalu dilakukan; interaksi obat
sebanyak 75,81% selalu dilakukan;
pencegahan terhadap interaksi obat
sebanyak 74,19% selalu dilakukan; efek
samping obat sebanyak 79,03% selalu
dilakukan; cara pemusnahan obat
sebanyak 9,68% selalu dilakukan.
12 Pendekatan Apotek se-Kabupaten Pemalang sudah K. lfrida et al.,
Functional melakukan pelayanan informasi obat 2021.
Analysis (77,4%) sesuai dengan SPO Pelayanan
Survey Farmasi Klinik di apotek.
13 Deskriptif Apotek Kimia Farma di Kota Kotamobagu Boky et al., 2021.
melakukan pelayanan informasi obat baik

- 50 -
Febriati, A., et al / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 9(3), 48-53

No Metode Hasil Referensi


secara aktif maupun pasif, dengan
memberikan informasi obat tanpa
menunggu pertanyaan dari pasien, dan
dengan penerbitan brosur.
14 Observasional 70 sampel menunjukan pelayanan farmasi Safitri et al., 2021.
Analitik klinik pada pelayanan informasi obat
100%, Informasi obat yang disampaikan
pada nama obat 89%, sediaan obat 96%,
dosis 96%, cara pakai 96%, penyimpanan
obat 89%, indikasi 100%, interaksi 50%,
efek samping 76%. Tingkat pengetahuan
pasien terhadap pelayanan informasi obat,
kategori baik 56%, sedang 36%, buruk
8%.
15 Deskriptif Sebanyak 10 Apotek dari 17 apotek yang Fahruichsan et al.,
tersebar di kota Maumere memberikan 2022.
pelayanan swamedikasi dengan kategori
baik, sebanyak 7 apotek memberikan
pelayanan swamedikasi dengan kategori
cukup baik dan tidak terdapat apotek yang
memberikan pelayanan swamedikasi
dengan ketegori buruk.

Pelayanan Informasi Obat (PIO)


Apoteker harus membangun jejaring dengan apotek dan fasilitas kesehatan
lain di lingkungannya untuk memudahkan komunikasi dalam melakukan kerjasama
dan konfirmasi terkait pelayanan resep. Untuk memberikan pelayanan farmasi
klinik pada pasien dengan efektif dan efisien, serta tepat sasaran, perlu dilakukan
seleksi terhadap pasien yang diprioritaskan untuk menerima pelayanan farmasi
klinik khususnya untuk kegiatan konseling serta PIO.
Pelayanan Farmasi Klinis Menurut Permenkes RI No 73 Tahun 2016 pasal
3 ayat 3 menyebutkan bahwa pelayanan farmasi klinis yang ada di apotik yaitu
pengkajian resep, dispensing, pelayanan informasi obat (PIO), konseling,
pelayanan kefarmasian di rumah, pemantauan terapi obat, monitoring efek samping
obat. Pelayanan farmasi klinik di Apotek merupakan bagian dari Pelayanan
Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien berkaitan
dengan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dengan
maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan kualitas hidup pasien
(Amalia, 2019).
Dari beberapa hasil penelitian yang telah di lakukan sebagian besar apotek
sudah melakukan pelayanan informasi obat berdasarkan petunjuk teknis standar
pelayanan farmasi klinis di apotek. Pelayanan kefarmasian dapat dilakukan oleh
apoteker dan tenaga teknis kefarmasian. Apotek telemedika farma 14 Manado juga
belum sepenuhnya melakukan pelayanan informasi obat sesuai Permenkes no 73
Tahun 2016 dikarenakan belum memberikan informasi kepada pasien terkait
Farmakokinetik. Apotek di kota Magelang 73% sudah melakukan penyerahan
informasi obat yang diberikan kepada pasien meliputi dosis obat, frekuensi

- 51 -
Febriati, A., et al / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 9(3), 48-53

pemakaian obat, lama pengobatan, cara pemakaian obat, efek samping dan kontra
indikasi obat. Sebesar 62,1% standar pelayanan informasi obat di apotek kota Palu
tidak dilakukan, hanya 27,5% dilakukan oleh apoteker di kota Palu. Apotek di kota
Jambi, Apotek Permata kota sudah melakukan pelayanan informasi obat sesuai
dengan standar pelayanan farmasi klinis di apotek.
Semua obat yang digunakan pada pengobatan; semua jenis kondisi
kesehatan dapat menyebabkan efek samping, tetapi tak semua obat akan
menimbulkan efek samping tersebut. Faktanya kebanyakan orang yang minum
beberapa obat tertentu tidak mengalami efek samping atau mungkin hanya
mengalami efek ringan saja. Perlunya disampaikan efek samping obat untuk
mencegah pasien membeli obat lain untuk mengobati efek samping yang terjadi.
Efek samping yang terjadi akan hilang dengan sendirinya ketika pemberhentian
minum obat dilakukan (Nurhaini et al., 2020).
Faktor penghambat implementasi standar pelayanan informasi obat adalah
faktor dari pasien dimana adanya keragu-raguan pasien kepada tenaga farmasi,
keterbatasan kehadiran apoteker dikarenakan ada pekerjaan pokok diluar apotek,
kekurangan skill berupa manajemen, dan komunikasi, serta tidak ada ruang layanan
konseling dan keterbasan jumlah SDM farmasi.

KESIMPULAN
Kegiatan pelayanan farmasi klinis yang paling sering dilakukan oleh
apoteker adalah pelayanan informasi obat sebesar 75,24 % Kesesuaian standar
Pelayanan Informasi Obat di Apotek Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten yang
paling dilakukan yaitu menjelaskan waktu penggunaan obat (100%) selalu
dilakukan, jumlah obat yang dikonsumsi (100%) selalu dilakukan, sedangkan
menjelaskan efek samping obat (100%) jarang dilakukan.
Pemberian informasi obat melalui leaflet atau brosur sebanyak 22,58%
selalu dilakukan; informasi terkait nama obat sebanyak 80,65% selalu dilakukan;
bentuk sediaan obat sebanyak 82,26% selalu dilakukan; dosis obat sebanyak
77,42% selalu dilakukan; cara pemakaian obat sebanyak 85,48% selalu dilakukan;
cara penyimpanan obat sebanyak 80,65% selalu dilakukan; indikasi obat sebanyak
72,58% selalu diinteraksi obat sebanyak 75,81% selalu dilakukan; pencegahan
terhadap interaksi obat sebanyak 74,19% selalu dilakukan; efek samping obat
sebanyak 79,03% selalu dilakukan; cara pemusnahan obat sebanyak 9,68% selalu
dilakukan Apotek se-Kabupaten Pemalang sudah melakukan pelayanan informasi
obat (77,4%) sesuai dengan SPO Pelayanan Farmasi Klinik di apotek Pelayanan
informasi obat di apotek Kota Palu sebesar 62,1% tidak dilakukan, hanya 27,5%
dilakukan oleh apoteker Sebanyak 85% persen tenaga kefarmasian yang
memberikan informasi obat kepada pasien simulasi adalah non apoteker.

DAFTAR PUSTAKA
Alrosyidi, A.F., dan Kurniasari, S. (2020). Pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian di Apotek KabupatenPamekasan Tahun 2020. Journal of
Pharmacy and Science, 5(2), 55-57.
Amalia, T. (2019). Evaluasi Standar Pelayanan Kefarmasian Apotek Di Apotek X
Berdasarkan Permenkes Nomor 73 Tahun 2016. Jurnal Inkofar: 1(1), 49-58.

- 52 -
Febriati, A., et al / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 9(3), 48-53

Boky, H., Lolo, W.A., dan Jayanto, I. (2021). Penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian Pada Apotek Kimia Farma Di Kota Kotamobagu.
PHARMACON, 10(2), 825-833.
Diana, K., Tandah, M.R., dan Basuki, M. (2019). Pelaksanaan Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Kota Palu. As-Syifaa Jurnal Farmasi. 11(01), 45-54.
Fahruichsan, Lameng, F.X., dan Rui, E. (2022). Evaluasi Pelayanan Swamedikasi
Di Apotek Berdasarkan Wwham Dan Peraturan Menteri Kesehatan No. 73
Tahun 2016 Di Kota Maumere. Jurnal Ilmu Kesehatan Dan Farmasi, 1(1),
15-20.
Hairunnisa, S., Purwanti, N.U., dan Desnita, R. (2018). Evaluasi Penerapan Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek-Apotek Kabupaten Kubu Raya Tahun
2018. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 1(1).
K. Elfrida, Z.Z., Permadi, Y.W., Muthoharoh, A., dan Pambudi, D.B. (2021).
Evaluasi Spo Pelayanan Farmasi Klinik Di Apotek Berdasarkan Petunjuk
Teknis Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Tahun 2019. Jurnal Ilmiah Jophus
: Journal of Pharmacy UMUS, 3(01), 64-74.
Kemenkes RI, (2019). Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek.
Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kemenkes RI. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 73
Tahun 2016 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian Di Apotek. Jakarta:
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Latifah, E., Pribadi, P., dan Yuliastuti, F. (2016). Penerapan Standar Pelayanan
Kefarmasian Di Apotek Kota Magelang. Jurnal Farmasi Sains dan Praktis,
II(1), 11-17.
Mongi, D., Pareta, D., Maarisit, W., dan Kanter, J. (2020). Evaluasi Pelaksanaan
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek Telemedika Farma 14 Manado. Jurnal
Biofarmasetikal Tropis, 3(2), 65-71.
Mulyagustina,. Wiedyaningsih, C., dan Kristina, S.A. (2017). Implementasi
Standar Pelayanan Kefarmasian Diapotek Kota Jambi. Jurnal Manajemen
dan Pelayanan Farmasi, 7(2), 83-96.
Nasyrah, D.A., Desnita, R., & Purwanti., N.U. (2019). Evaluasi Penerapan Standar
Pelayanan Kefarmasian Di Apotek-Apotek Kecamatan Pontianak Barat
Tahun 2018. Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN, 4(1).
Nurhaini, R., Munasari, F., dan Agustiningrum, R. (2020). Kesesuaian Pelayanan
Informasi Obat (PIO) di Apotek Kecamatan Tulung Kabupaten Klaten.
CERATA Jurnal Ilmu Farmasi, 11(1), 15-20.
Prabandari, S. (2017). Gambaran Manajemen Standar Pelayanan Kefarmasian Di
Apotek Permata Kota Tegal. Jurnal Para Pemikir, 7(1), 202-208.
Purwaningsih, N.S., Senjaya, A., dan Rukmana, J.U. (2021). Analisis Pelayanan
Informasi Obat (PIO) Pada Pasien Di Apotek X Periode Mei 2021. Edu
Masda Journal, 5(2), 147-154.
Safitri, T.N., D.M., Octaviani, P., dan Prabandari, R. (2021). Evaluasi Tingkat
Pengetahuan Pasien terhadap Pelayanan Informasi Obat (PIO) di Apotek
Kabupaten Banyumas. Seminar Nasional Penelitian dan Pengabdian Kepada
Masyarakat (SNPPKM), Purwokerto, 292-297.

- 53 -
Febriati, A., et al / Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan 9(3), 48-53

Saibi, Y., Suryani, N., Et al. (2020). Pemberian informasi obat pasien dengan resep
antibiotik dan penyediaan antibiotik tanpa resep di Tangerang Selatan. Jurnal
Farmasi Galenika (Galenika Journal of Pharmacy) (e-Journal), 6 (2).

- 54 -

You might also like