2 PB
2 PB
2 PB
Optimasi formula dan karakterisasi dodol buah salak dengan tepung singkong
termodifikasi sebagai bahan pengisi
Santi Dwi Astuti1, Nur Wijayanti1, Bela Iji Pamungkas1, Indah Nuraeni1, Warsono El Kiyat2*
1
Teknologi Pangan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Indonesia
2
Sarwasastri Institute, Cirebon, Indonesia
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.
*
Penulis korespondensi
Email: [email protected]
DOI 10.21107/agrointek.v17i1.11766
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
124
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
Besar Litbang Pasca Panen Pertanian, Desa dilakukan verifikasi dan validasi yang bertujuan
Cibogor, Kecamatan Bogor Tengah, Kabupaten untuk melakukan pembuktian terhadap prediksi
Bogor, kappa karagenan, konjak glukomanan, dan dari nilai respon proses hasil optimasi yang
maltodekstrin yang diperoleh dari PT Nunu Jaya diberikan oleh program Design Expert V.12.
Abadi. Selain itu, dilakukan juga pembuatan produk
dodol salak optimum sesuai aplikasi yang
Peralatan yang digunakan dalam penelitian
direkomendasikan sebanyak lima kali ulangan.
ini meliputi kompor gas merek Rinnai, blender
Formula optimum kemudian kembali diukur nilai
merek Philips HR 2115, pisau non stick coating
responnya menggunakan metode yang sama
motif mawar, wajan anti lengket merek Wok Pan
(Suplementari 2). Hasil verifikasi dan validasi
30 cm, kompor gas dua tungku merek Rinnai,
dilihat kesesuaiannya dengan prediction interval
timbangan analitik merek Mettler Toledo,
(PI) (95%) dari RSM. Hasil yang diperoleh
timbangan digital merek Camry 5 kg, gelas ukur
kemudian dibandingkan dengan nilai variabel
merek Green Leaf, panci, pengaduk, keranjang
respon yang diprediksi oleh RSM yang telah
plastik, baskom, loyang, plastik, mangkok dan
dilengkapi dengan prediksi nilai setiap respon
peralatan uji sensoris.
sehingga dapat dilihat kesesuaiannya pada
Tahapan Penelitian tahapan verifikasi (Anihouvi et al., 2011).
Tahapan penelitian yang dilakukan yaitu: 1)
penetapan formula dan proses dasar; 2) optimasi
formula; 3) pengkuran respon, verifikasi, dan
validasi; 4) karakterisasi produk.
Penetapan formula dan proses dasar
Formula dasar yang dihasilkan dari
penelitian pendahuluan terdiri dari buah salak
17,86%; tepung singkong termodifikasi 10,71%;
air 71,43%; gula pasir 10,71%; santan kental 10%;
maltodekstrin 0,73%; kappa karagenan 0,16%;
konjak glukomanan 0,05%; vanili 0,04%; gula
stevia 0,25%; asam sitrat 0,04%. Dodol buah salak
dibuat dengan metode Choriah (2015), yang telah
dimodifikasi. Metode tersebut dapat dilihat pada
Gambar 1.
Optimasi formula
Penetapan batas atas dan batas bawah
selanjutnya diproses melalui program Design
Expert V.12 for trial dengan dua faktor dan dua
blok yang berfungsi sebagai ulangan sehingga
menghasilkan 14 rekomendasi formula.
Rekomendasi formula untuk produk dodol salak
berfokus pada dua faktor yaitu proporsi pure buah
salak dan tepung singkong termodifikasi. Batasan
nilai yang digunakan untuk pure yaitu batas bawah
15,00% dan batas atas 20,00%, sedangkan untuk
tepung singkong termodifikasi menggunakan
batas bawah 7,5% dan batas atas 12,5%.
Pengukuran respon, verfikasi, dan validasi
Produk dodol salak yang dihasilkan
kemudian diukur respon optimasi yang meliputi
kekenyalan, kelengketan, kekerasan, warna, flavor
salak, dan kesukaan melalui pengujian sensoris
menggunakan 25 panelis semi terlatih dengan uji Gambar 1 Pembuatan dodol salak
skoring 7 taraf (Suplementari 1). Setelah itu,
125
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
126
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
Tepung
Pure
Singkong Kekeny Kelen Keke Warna Flavor Kesuk Desira
No Buah
Termodi- alan gketan rasan putih Salak aan bility
Salak
fikasi
15,7 selec
1 11,35 5,04 4,75 5,56 3,27 3,29 4,34 0,66
3 ted
15,7
2 11,31 5,02 4,75 5,56 3,23 3,29 4,30 0,66
3
15,7
3 11,23 4,98 4,74 5,55 3,25 3,29 4,26 0,66
3
15,7
4 11,20 4,96 4,74 5,55 3,25 3,29 4,24 0,66
3
15,7
5 11,09 4,90 4,73 5,54 3,27 3,29 4,19 0,65
3
Koefisien
Model
No. Respon Persamaan determinasi
Matematis
(R2)
1. Kekenyalan Cubic 3,89 -0,24(A) -0,10(B) - 0,19(AB) +0,15(A2) - 0,80
0,09(B2) +0,93(A2B) -0,05(AB2)
2. Kelengketan Cubic 4,82 -0,01(A) +0,01(B) +0,13(AB) -0,14(A2) - 0,76
0,06(B2) +0,10(A2B) -0,20(AB2)
3. Kekerasan Cubic 5,52 -0,10(A) +0,04(B) -0,17(AB) +0,13(A2) 0,60
+0,17(B2) -0,25(A2B) -0,01(AB2)
4. Warna putih Cubic 3,23 +0,03(A) + 0,13(B) - 0,21(AB) -0,20(A2) 0,60
+0,07(B2) -0,54 (A2B) +0,12 (AB2)
5. Flavor salak Cubic 3,27 -0,10(A) -0,03(B) +0,01(AB) -0,14(A2) - 0,80
0,09(B2) +0,24 (A2B) + 0,05(AB2)
6. Kesukaan Cubic 3,64 -0,11(A) -0,17(B) +0,02(AB) -0,08(A2) - 0,88
0,06(B2) +0,93(A2B) -0,21(AB2)
127
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
Alfaizah, 2013). Ringkasan hasil analisis RSM Hasil analisis respon kekenyalan
dapat dilihat pada Suplementari 3 dan Tabel 4. menunjukkan bahwa produk dodol dengan
Kekenyalan kekenyalan tertinggi yaitu sebesar 4,76 (antara
cukup kenyal hingga kenyal) didapatkan dari
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin formula pure buah salak: tepung singkong
tinggi penggunaan pure buah salak maka semakin termodifikasi (15,00%: 10,00%). Kemudian untuk
rendah tingkat kekenyalan dodol yang dihasilkan. hasil analisis respon kekenyalan terendah yaitu
Menurut BPOM (2013), buah salak pondoh sebesar 2,8 (tidak kenyal hingga agak kenyal)
memiliki kandungan air sebesar 77,9%. didapatkan dari formula formula pure buah salak:
Kandungan air tersebut yang dapat mempengaruhi tepung singkong termodifikasi (17,50%: 10,00%).
tekstur produk akhir yang dihasilkan.
Kelengketan
Sebagaimana yang disebutkan oleh Permata et al.
(2015) bahwa tekstur makanan dapat dipengaruhi Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin
oleh faktor kandungan air, lemak, serta jenis dan banyak penggunaan pure buah salak maka
jumlah karbohidrat. Hal tersebut juga sejalan kelengketannya semakin rendah. Sementara itu,
dengan penelitian Simatupang et al. (2016), yang semakin tinggi penggunaan tepung singkong
menyebutkan bahwa perbedaan tingkat termodifikasi maka semakin tinggi pula
kekenyalan disebabkan adanya perbedaan kelengketan dodol yang dihasilkan.
perbandingan jumlah daging buah jambu biji
merah dan gula pasir setiap perlakuannya.
Semakin banyak daging buah jambu biji merah
yang ditambahkan maka tekstur dodol yang
dihasilkan akan semakin kenyal karena semakin
banyak air yang dapat diserap oleh granula pati
pada saat proses pemasakan.
128
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
(cukup lengket hingga agak lengket) didapatkan formula formula pure buah salak : tepung
dari formula formula pure buah salak : tepung singkong termodifikasi (17,50% : 7,50%).
singkong termodifikasi (17,50%: 10,00%). Warna putih
Kekerasan
Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa semakin
Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa semakin banyak penggunaan pure buah salak maka
banyak penggunaan pure buah salak maka semakin meningakat warna putih pada dodol yang
semakin rendah tingkat kekerasan dodol yang dihasilkan.
dihasilkan.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Basito Hal tersebut dikarenakan buah salak
(2009), yang mengatakan bahwa perbedaan wortel merupakan buah yang memiliki kandungan
yang ditambahkan dalam bentuk bubur maupun vitamin C yang mendukung reaksi pencokelatan
tepung wortel berpengaruh terhadap tingkat ketika pemanasan. Menurut Mawarni dan
kekerasan dodol, dodol dengan penambahan Yuwono (2018), sampel yang mengandung
tepung wortel memiliki tingkat kekerasan yang vitamin C pada saat pemanasan mengakibatkan
lebih tinggi daripada dodol bubur wortel. Semakin reaksi pencokelatan karena degradasi asam
tinggi kadar air suatu bahan makanan maka askorbat yang mengakibatkan warna selai akan
teksturnya akan semakin lunak. Sementara itu, lebih gelap. Sementara itu, semakin banyak
semakin banyak penggunaan tepung singkong penggunaan tepung singkong termodifikasi maka
termodifikasi maka semakin tinggi kekerasan semakin menurun warna putih dodol yang
dodol yang dihasilkan. Hal tersebut dikarenakan dihasilkan. Hal tersebut didasarkan pada nilai
adanya kandungan amilosa dalam tepung derajat putih tepung singkong termodifikasi yaitu
singkong termodifikasi sebesar 25%. Hasil lanjut sebesar 88-91% dan didukung dengan sifat
dari proses gelatinisasi pati pada saat gel pati sensoris tepung singkong termodifikasi yang
didinginkan menyebabkan pembentukan ikatan memiliki warna putih (Normasari, 2010).
ganda (double helix) amilosa serta sineresis pati
Hasil analisis respon warna putih
yang menyebabkan rekristalisasi komponen pati
menunjukkan bahwa produk dodol dengan warna
membentuk struktur pati yang lebih kristalin
putih tertinggi yaitu sebesar 4,52 (cukup cokelat
sehingga produk yang dihasilkan memiliki tingkat
hingga cokelat) didapatkan dari formula pure buah
kekerasan yang tinggi (Nurhayati et al., 2014).
salak : tepung singkong termodifikasi (17,50% :
Hasil analisis respon kekerasan 10,00%). Kemudian untuk hasil analisis respon
menunjukkan bahwa produk dodol dengan warna putih terendah yaitu sebesar 2,96 (tidak
kekerasan tertinggi yaitu sebesar 6,68 (sangat cokelat hingga agak cokelat) didapatkan dari
keras hingga keras sekali) didapatkan dari formula formula formula pure buah salak : tepung
pure buah salak : tepung singkong termodifikasi singkong termodifikasi (19,27% : 8,23%).
(17,50% : 10,00%). Kemudian untuk hasil analisis
respon kekerasan terendah yaitu sebesar 4,88
(cukup keras hingga keras) didapatkan dari
129
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
130
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
untuk tujuan optimasi yang menunjukkan akhir (Raissi dan Farsani, 2009). Hasil analisis
kemampuan program untuk memenuhi keinginan dari produk formula optimum beserta nilai
berdasarkan kriteria yang ditetapkan pada produk prediction interval (PI) dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5 Hasil analisis dari produk formula optimum beserta nilai PI
131
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
produk optimum dan kontrol dapat dilihat pada Hasil analisis menunjukkan bahwa produk
Tabel 7 dan Suplementari 5. optimum memiliki kadar protein sebesar 3,16 %
sedangkan produk kontrol memiliki kadar protein
Hasil penelitian menunjukkan adanya
sebesar 2,88%. Menurut SNI 01-4295-1996
perbedaan antara kadar air produk optimum
tentang dodol nangka, seharusnya tidak terdapat
(dodol dengan substitusi pure buah salak dan
kandungan protein dalam dodol tersebut. Namun,
tepung singkong termodifikasi) dengan produk
pada dodol salak kandungan protein terdeteksi
kontrol (menggunakan tepung beras ketan). Kadar
karena adanya perbedaan bahan pembuatannya.
air pada produk optimum adalah 54,06%,
Dilihat dari Standarisasi Nasional Indonesia (SNI)
sedangkan kadar air pada produk kontrol adalah
01-2986-1992 tenttang dodol ketan, untuk kadar
46,91%. Hasil analisis ragam untuk kadar air
protein dodol minimal 3%, dengan demikian
produk optimum menunjukkan adanya perbedaan
kadar protein pada produk optimum dan kontrol
nyata (p<0,05).
sudah memenuhi standar mutu protein.
Menurut BPOM (2013), buah salak memiliki Kandungan protein pada buah salak per 100g
kandungan air sebesar 77,9% sehingga kadar air BDD adalah sebeasr 0,8g dan tepung singkong
produk akhir yang dihasilkan lebih tinggi. Selain termodifikasi sebesar 1,20g sehingga kandungan
itu, tepung singkong termodifikasi memiliki kadar protein pada produk optimum lebih tinggi jika
air yang lebih tinggi yaitu sebesar 13 % jika dibandingkan dengan produk kontrol.
dibandingkan dengan tepung beras ketan yaitu
Berdasarkan hasil analisis, kadar lemak
sebesar 10 % (Larasati, 2016). Hasil analisis kadar
dodol untuk produk optimum adalah sebesar
air menunjukkan bahwa produk dodol yang
5,61%, sedangkan untuk produk kontrol kadar
dihasilkan masih memiliki kadar air yang lebih
lemaknya sebesar 3,59%. Hasil analisis ragam
tinggi dibandingkan dengan kadar air yang
untuk kadar lemak produk optimum menunjukkan
tercantum pada standar mutu dodol nangka (SNI
adanya perbedaan nyata (p<0,05). Menurut
01-4295-1996) yaitu maksimum 20%. Hal
BPOM (2013), buah salak mengandung lemak
tersebut dapat terjadi karena proses pamasakan
sebesar 0,40 g dan tepung singkong termodifikasi
yang kurang tanak sehingga masih banyak
mengandung lemak sebesar 0,60 g. Sementara itu,
kandungan air yang belum menguap.
pada tepung ketan mengandung lemak sebesar
Hasil pengukuran kadar abu dodol buah yang 0,50 g. Kandungan tersebut menyebabkan adanya
dihasilkan untuk produk optimum adalah sebesar perbedaan kadar lemak antara produk optimum
0,52 % dan untuk produk kontrol adalah sebesar dan kontrol. Jika mengacu pada standar mutu
0,09 %. Kisaran tersebut masih memenuhi standar dodol nangka (SNI 01-4295-1996), maka produk
SNI 01-4295-1996 yaitu maksimal 1,5%. optimum yang dihasilkan belum sesuai karena
Perbedaan kadar abu dodol dapat disebabkan pada SNI seharusnya tidak terdapat kandungan
adanya perbedaan kandungan mineral pada bahan lemak pada produk yang dihasilkan.
baku yang digunakan (Mulyani et al., 2015). Pada
Hasil penelitian yang dilakukan pada analisis
produk optimum menggunakan pure buah salak
karbohidrat, produk optimum memiliki kadar
dan tepung singkong termodifikasi dimana
karbohidrat sebesar 90,71%, sedangkan untuk
kandungan mineral yang terdapat pada kedua
produk kontrol memiliki kadar karbohidrat
bahan tersebut yang cukup tinggi. Buah salak
sebesar 93,43%. Hasil analisis ragam untuk kadar
mengandung abu sebesar 0,80 g sedangkan tepung
karbohidrat produk optimum menunjukkan
singkong mengandung abu sebesar 1,30 g per 100
adanya perbedaan nyata (p<0,05). Kadar
gram BDD. Kandungan mineral pada buah salak
karbohidrat dihitung secara by difference
meliputi kalsium 28 mg, fosfor 18 mg dan besi 4,2
dipengaruhi oleh komponen nutrisi lain dari
mg (Mahmud dan Hermana, 2009) dan tepung
bahan, semakin rendah komponen nutrisi lain
singkong termodifikasi mengandung mineral yang
maka kadar karbohidrat akan semakin tinggi.
meliputi kalsium 60 mg, fosfor 64 mg, dan zat besi
Komponen nutrisi yang mempengaruhi besarnya
15,8 mg (Normasari, 2010). Sementara itu, tepung
kandungan karbohidrat diantaranya adalah
beras ketan memiliki kadar abu yang lebih rendah
kandungan protein, lemak, air, dan abu. Pada
yaitu 0,10 g per 100 gram BDD dengan kandungan
produk optimum, salak memiliki kadar
mineral kalsium 6 mg, fosfor 35 mg, dan besi 0,5
karbohidrat sebesar 20,10g dan untuk tepung
mg.
singkong termodifikasi memiliki kadar
karbohidrat sebesar 85g. Sementara itu, kadar
132
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
karbohidrat untuk tepung beras ketan adalah Badan Standarisasi Nasional. 1992. Dodol SNI
sebesar 37,5 g. 01-2986-1992. Badan Standarisai Nasional.
Kandungan karbohidrat, lemak dan protein Badan Standarisasi Nasional. 1996. Dodol
bahan makanan menentukan nilai energinya. Nangka SNI 01-4295-1996. Badan
Karbohidrat memiliki nilai kalori sebesar 4/gram, Standarisai Nasional.
protein 4/gram dan lemak 9/gram (Pradipta, Basito, B. 2009. Sifat Fisik, Kimia, dan
2011). Tabel 7 menunjukkan bahwa dodol dengan Organoleptik pada Pembuatan Dodol yang
formula optimum memiliki nilai energi yang lebih Disubtitusi dengan Wortel (Daucus carota,
besar yaitu 425,95 kkal sedangkan produk kontrol Linn). Jurnal Teknologi Hasil Pertanian,
memiliki nilai energi sebesar 417,55 kkal. Hasil 2(2), 104–111.
analisis ragam untuk total energi produk optimum https://doi.org/10.20961/jthp.v0i0.12882
menunjukkan adanya perbedaan nyata (p<0,05). Choriah, L. 2015. Perbedaan Daya Tarik (Tensile
Menurut BPOM (2013), buah salak memiliki Strength) dan Daya Terima Dodol yang
kandungan energi sebesar 87 kkal per 100 gram Dibuat dari Tepung Rumput Laut dan
BDD. Bubur Rumput Laut. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
KESIMPULAN Ilma, N. 2012. Studi Pembuatan Dodol Buah
Formula optimum dodol salak yang memiliki Dengen (Dillenia serrata Thunb).
respon kekenyalan in range, kelengketan Universitas Hasanuddin.
minimum, kekerasan in range, warna putih in Juliarti, E., Alfaizah, I. 2013. Optimasi
range, flavor salak maksimum dan kesukaan Penambahan Nutrien terhadap Kadar
maximum adalah formula dengan proporsi pure Protein Pada Fermentasi Padat Kulit Umbi
buah salak 15,73% dan tepung singkong Ubi Kayu Menggunakan Response Surface
termodifikasi 11,35%. Hal ini karena formula ini Methods (RSM). Jurnal Teknologi Kimia
mmiliki nilai desirability tertinggi, yaitu 0,66. Dan Industri, 1(1), 25–32.
Selain itu, berdasarkan hasil verifikasi dan Larasati, D. 2016. Perbandingan Tepung Beras
validasi, formula ini sudah selaras dengan hasil Ketan Putih (Ci asem) dengan Tepung
pengujian yang sebenarnya, sesuai yang telah Beras Ketan Hitam (Setail) dan Konsentrasi
direkomendasikan program Design Expert. Buah Murbei (Morus nigra L.) Terhadap
Karakteristik Opak Ketan Hitam.
UCAPAN TERIMA KASIH Universitas Pasundan.
Penulis berterima kasih kepada Ristekdikti Mahmud, M., Hermana, H. 2009. Tabel
yang telah mendanai penelitian ini. Komposisi Pangan Indonesia. Persatuan
Ahli Gizi Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Mawarni, S., Yuwono, S. 2018. Pengaruh Lama
Anihouvi, V., Ayernor, G., Hounhouigan, J. 2011. Pemasakan dan Konsentrasi Karagenan.
Response surface methodology for Jurnal Pangan Dan Agroindustri, 6(2), 33–
optimizing the fermentation conditions 41.
during the processing of cassava fish
Mulyani, T., Djajati, S., Rahayu, L. 2015.
(Pseudotolithus sp) into Lanhouin.
Pembuatan Cookies Bekatul (Kajian
International Journal of Engineering
Proporsi Tepung Bekatul dan Tepung
Science and Technology, 3(9), 7085–7095.
Mocaf) dengan Penambahan Margarin.
Badan Pengawas Obat dan Makanan. 2013. Jurnal Rekapangan, 9(2), 1–8.
Informasi Kandungan Gizi Pangan Jajanan
Murtiningrum, M., Gino, N. 2011. Penggunaan
Anak Sekolah. Deputi Bidang Pengawasan
Bahan Pengisi dalam Perbaikan Sifat
Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya,
Fisikokimia dan Organoleptik Dodol Buah
BPOM Jakarta.
Merah (Pandanus conoideus L ) sebagai
Badan Pusat Statistik. 2020. Produksi Buah- Sumber Β-Karoten. Agritech, 31(1), 14–20.
Buahan Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis
Nasaruddin, F., Chin, N.L., Yusof, Y.A. 2012.
Tanaman di Provinsi Jawa Tengah, 2018
Effect of Processing on Instrumental
dan 2019. BPS-Statistik Pertanian
Textural Properties of Traditional Dodol
Hortikultura SPH-TBF.
Using Back Extrusion. International Journal
133
Astuti et al. Agrointek 17 (1): 123-134
134