LP Febris

Download as docx, pdf, or txt
Download as docx, pdf, or txt
You are on page 1of 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FEBRIS

Dosen Pengampu:
Ahmad Muzaki S.Kep,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
LARISSA HANAFIA
21059

STIKES PEMKAB PURWOREJO


TAHUN 2023
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Anak dengan Febris di Ruang


Anggrek RSUD Prembun, telah disahkan dan disetujui pada :

Hari :
Tanggal :

Pembimbing Klinik Pembimbing Akademik

( ) ( )
A. DEFINISI

Demam/Fever/Febris, bila suhu tubuh > 37,70 C. Ada yang menyebutkan

demam sebagai peningkatan suhu tubuh diatas normal (380 – 400C).

Hiperpireksia, bila suhu tubuh > 41,10 C, ada juga yang menyebutkan > 400 C.

Subfebris, bila suhu tubuh diatas normal, tapi lebih rendah dari 37,70C (Zein,

2012).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke

dalam tubuh ketika suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C).

Demam adalah proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam

tubuh. Demam terajadi pada suhu > 37, 2°C, biasanya disebabkan oleh infeksi

(bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan , ataupun obat

– obatan (Hartini, 2015).

Demam merupakan suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai

akibat peningkatan pusat pengatur suhu di hipotalamus. Sebagian besar demam

pada anak merupakan akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di

hipotalamus. Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat

menyerang sistem tubuh.Selain itu demam mungkin berperan dalam

meningkatkan perkembangan imunitas spesifik dan non spesifik dalam

membantu pemulihan atau pertahanan terhadap infeksi (Wardiyah, 2016).

B. Klasifikasi

Menurut Nurarif (2015) adalah sebagai berikut:

1. Demam septik

Suhu badan berangsur naik ketingkat yang tinggi sekali pada malam

hari dan turun kembali ketingkat diatas normal pada pagi hari. Sering
disertai menggigil dan berkeringat.

2. Demam remiten

Suhu badan dapat turun setiap hari tetapi tidak pernah mencapai suhu

badan normal. Penyebab suhu yang mungkin tercatat dapat mencapai dua

derajat dan tidak sebesar perbedaan suhu yang dicatat demam septik.

3. Demam intermiten

Suhu badan turun ketingkat yang normal selama beberapa jam dalam satu

hari. Bila demam seperti ini terjadi dalam dua hari sekali disebut tersiana

dan bila terjadi dua hari terbebas demam diantara dua serangan demam

disebut kuartana.

4. Demam kontinyu

Variasi suhu sepanjang hari tidak berbeda lebih dari satu derajat. Pada

tingkat demam yang terus menerus tinggi sekali disebut hiperpireksia.

5. Demam siklik

Terjadi kenaikan suhu badan selama beberapa hari yang diikuti oleh

beberapa periode bebas demam untuk beberapa hari yang kemudian

diikuti oleh kenaikan suhu seperti semula. Suatu tipe demam kadang-

kadang dikaitkan dengan suatu penyakit tertentu misalnya tipe demam

intermiten untuk malaria.

C. ETIOLOGI

Demam sering disebabkan karena infeksi. Penyebab demam selain

infeksi juga dapat disebabkan oleh keadaan toksemia, keganasan atau reaksi

terhadap pemakaian obat, juga pada gangguan pusat regulasi suhu sentral
(misalnya perdarahan otak, koma). Pada dasarnya untuk mencapai ketepatan

diagnosis penyebab demam diperlukan antara lain: ketelitian pengambilan

riwayat penyekit pasien, pelaksanaan pemeriksaan fisik, observasi perjalanan

penyakit dan evaluasi pemeriksaan laboratorium, serta penunjang lain secara

tepat dan holistic (Nurarif, 2015).

Demam terjadi bila pembentukan panas melebihi pengeluaran. Demam

dapat berhubungan dengan infeksi, penyakit kolagen, keganasan, penyakit

metabolik maupun penyakit lain. Demam dapat disebabkan karena kelainan

dalam otak sendiri atau zat toksik yang mempengaruhi pusat pengaturan

suhu, penyakit-penyakit bakteri, tumor otak atau dehidrasi (Guyton dalam

Thobroni, 2015).

Sedangkan menurut Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal dalam

Thobroni (2015) bahwa etiologi febris,diantaranya:

a. Suhu lingkungan

b. Adanya infeksi

c. Pneumonia

d. Malaria

e. Otitis media

f. Imunisasi

D. TANDA DAN GEJALA

Menurut Nurarif (2015) tanda dan gejala terjadinya febris adalah:

a. Anak rewel ( suhu lebih tinggi dar 37,5⁰C)

b. Kulit kemerahan

c. Hangat pada sentuhan


d. Peningkatan frekuensi pernapasan

e. Menggigil

f. Dehidrasi

g. Kehilangan nafsu makan

E. KOMPLIKASI

a. Dehidrasi : demam ↑ penguapan cairan tubuh

b. Kejang demam : jarang sekali terjadi (1 dari 30 anak demam). Sering

terjadi pada anak usia 6 bulan sampai 5 tahun. Serangan dalam 24 jam

pertama demam dan umumnya sebentar, tidak berulang. Kejang demam ini

juga tidak membahayan otak

c. Takikardi, Insufisiensi jantung, Insufisiensi pulmonal

F. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan demam, kenaikan suhu 10C akan meningkatkan

metabolisme basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada

seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh

dibandingkan orang dewasa yang hanya mencapai 15%. Oleh karena itu,

kenaikan suhu tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron

dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion kalium maupun ion natrium

melalui membran sel yang mengakibatkan lepasnya aliran listrik. Lepasnya

aliran listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh bagian

sel maupun membran sel di sekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter”

sehingga terjadilah kejang.Ambang kejang tiap anak berbeda. Pada anak dengan

ambang rendah, kejang dapat terjadi pada suhu 380C, sedang anak dengan

ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu 400C atau lebih.
G. PATHWAY

Sumber : Yahya, 2018


H. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan demam menurut (Zein, 2012)

Pemeriksaan radiologis :

thorax, USG upper dan lower abdomen, bila dibutuhkan juga harus

diperiksa CT scan abdomen, pemeriksaan darah lengkap, termasuk kimia

darah, serologi terhadap beberapa seromarker yang ada, serta pemeriksaan

imunologi, seperti ANA test untuk melihat kemungkinan SLE.

Pemeriksaan labolatorium :

1. Darah dan urine rutin merupakan pemeriksaan dasar untuk penjajakan

demam. Kalau dari darah dan urine rutin sudah dapat menemukan

penyebab demam, maka pemeriksaan lainnya hanya untuk konfirmasi

diagnostik atau untuk melihat kemungkinan komplikasi. Banyak

penyakit infeksi sudah bisa diketahui atau sudah dapat diduga dengan

pemeriksaan darah dan urine rutin dan dikonfirmasi dengan anamnesis

dan pemeriksaan fisik yang cermat. Pada Tabel 1 beberapa penyakit

infeksi yang umum di Indonesia dengan manifestasi demam dapat

dibedakan dengan pemeriksaan darah rutine dan mengenali jenis

demamnya. Beberapa petunjuk penting pada kasus demam akibat

penyakit infeksi dan non infeksi yang lazim ditemukan pada

pemeriksaan darah rutin antara lain:

a. Anemia sering dijumpai pada malaria, leptospirosis, demam tifoid,

tuberkulosis, infeksi saluran kemih dengan batu (biasanya disertai

dengan hematuria), SLE, ITP, dan malignansi.

b. Leukopenia sering dijumpai pada infeksi virus akut seperti DBD,

chikungunya, demam tifoid, ITP, anemia aplastik.


c. Leukositosis dijumpai pada infeksi bakteri, malaria, leptospirosis,

leukemia (lebih dari 20.000).

d. Trombositopenia dijumpai pada DBD, chikungunya,

leptosopirosis, malaria, ITP, dan anemia aplastik.

e. Hematokrit meningkat pada keadaan dehidrasi seperti pada diare akut,

DBD. Limfopenia dijumpai pada infeksi virus akut

f. Limfositosis dijumpai pada infeksi kronik seperti tuberkulosis

g. LED meningkat pada kasus infeksi bakteri, anemia kronik.

h. Eosinofilia lazim ditemukan pada demam dengan invasi parasit

seperti askariasis, trichuriasis, schistosomiasis, necatoriasis,

trichinosis, fascioliasis, gnathostomiasis, paragonimiasis, Loefler’s

syndrome dan reaksi alergi

2. Urinalisis harus dilakukan pada urine yang baru ditampung.

Proteinuria ringan bisa dijumpai pada pasien demam dengan berbagai

sebab. Proteinuria juga dijumpai pada keadaan hematuria. Gross

hematuria sering dijumpai pada pasien leptospirosis, malaria berat

(Black Water Fever), batu saluran kemih, DBD, dan kelainan

hemostasis.

3. Pemeriksaan feses, merupakan pemeriksaan sederhana secara

mikroskopik, dapat menemukan berbagai mikroorganisme penyebab

demam, seperti amuba, shigella, berbagai cacing usus, dan berbagai

jenis jamur. Pemeriksaan feses bisa dilanjutkan dengan kultur dan tes

sensitivitas serta PCR. Bila diperlukan kultur feses sesuai dengan

mikroorganiosme yang dicurigai sebagai penyebab.


4. Malaria smear dengan sediaan darah tebal dan tipis harus dilakukan

pada pasien demam yang dicurigai malaria. Pemeriksaan darah malaria

harus diambil dari ujung jari (darah tepi, bukan darah vena). Hapusan

darah tebal dan tipis dibuat dalam satu slide, dan untuk darah tebal,

tidak difiksasi. Pewarnaan Giemsa untuk sediaan darah tepi malaria

harus susuai dengan standard.

5. Rapid Diagnostic Test (RDT) dengan stick saat ini banyak digunakan

untuk mendeteksi berbagai infeksi seperti DBD (NS1, IgM, IgG),

Malaria (falciparum dan vivax), Influenza, Demam tifoid (typhidot),

Leptospirosis, Infeksi HIV.

6. Bacterial smear dapat dilakukan dari urine atau sekret yang diduga

sebagai akibat dari infeksi.

7. Tes Antigen saat ini terus berkembang untuk beberapa penyakit

infeksi, seperti NS1 pada DBD

8. Tes Serologik. Berbagai jenis tes serologik terus berkembang saat ini

untuk menegakkan diagnosis penyakit dan berbagai marker penyakit.

Pemeriksaan serologik untuk mendiagnosa penyebab demam

dimintakan sesuai dengan penilaian klinis. Misalnya, ASTO meninggi

pada demam rematik, ANA positip pada SLE, viral marker hepatitis

seperti anti HCV, HbsAg, IgM anti HVA pada hepatitis akut, dan lain-

lain.

9. Kultur darah dan sensitivity test harus dimintakan sesuai dengan

temuan dan dugaan klinis. Pengambilan sampel darah untuk kultur

setelah pemberian antibiotik selalu memberikan nilai negatip.

Permintaan kultur jenis bakteri atau jamur tertentu akan lebih terarah
dalam menelusuri etiologi penyebab demam.

10. Kimia Darah, seperti Elektrolit, gula darah, ureum, kreatinin, LFT, dan

lain-lain tergantung kondisi klinis pasien. Pemeriksaan kimia darah

ditujukan untuk melihat fungsi organ dan gangguan metabolik lain

akibat penyakit yang mendasari atau akibat komplikasinya, dan juga

untuk menunjang diagnosis penyebab demamnya. Misalnya,

tuberkulosis selalu sebagai komplikasi diabetes, gangguan fungsi

ginjal terjadi pada Weil’s diseases, hiponatremia bisa terjadi pada

malaria dan DBD, enzim transaminase selalu meninggi pada DBD,

leptospirosis dan malaria.

I. PENATALAKSAAN MEDIS

Pada keadaan hipepireksia ( demam ≥ 41 °C ) jelas diperlukan


penggunaan obat – obatan antipiretik. Ibuprofen mungkin aman bagi anak –
anak dengan kemungkinan penurunan suhu yang lebih besar dan lama kerja
yang serupa dengan kerja asetaminofin.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Identitas klien Meliputi : nama, tempat/ tanggal lahir, umur, jenis kelamin, nama

orang tua, perkerjaan orang tua, alamat, suku, bangsa, agama.

b. Keluhan utama Klien yang biasanya menderita febris mengeluh suhu tubuh

panas > 37,5 °C, berkeringat, mual/muntah.

c. Riwayat kesehatan sekarang Pada umumnya didapatkan peningktan suhu tubuh

diatas 37,5 °C, gejala febris yang biasanya yang kan timbul menggigil,

mual/muntah, berkeringat, nafsu makan berkurang, gelisah, nyeri otot dan sendi.

d. Riwayat kesehatan dulu Pengakjian yang ditanyakan apabila klien pernah

mengalmi penyakit sebelumnya.

e. Riwayat kesehatan keluarga Penyakit yang pernah di derita oleh keluarga baik

itu penyakit keturunan ataupun penyakit menular, ataupun penyakit yang sama.

f. Genogram Petunjuk anggota keluarga klien.

g. Riwayat kehamilan dan kelahiran Meliputi : prenatal, natal, postnatal, serta

data pemebrian imunisasi pada anak.

h. Riwayat sosial Pengkajian terhadap perkembangan dan keadaan sosial klien

i. Kebutuhan dasar

1) Makanan dan minuman Biasa klien dengan febris mengalami nafsu makan,

dan susuh untuk makan sehingga kekurang asupan nutrisi.

2) Pola tidur Biasa klien dengan febris mengalami susah untuk tidur karena klien

merasa gelisah dan berkeringat.

3) Mandi
4) Eliminasi Eliminasi klien febris biasanya susah untuk buang air besar dan juga

bisa mengakibatkan terjadi konsitensi bab menjadi cair.

j. Pemeriksaan fisik

1) Kesadaran Biasanya kesadran klien dengan febris 15 – 13, berat badan serta

tinggi badan

2) Tanda – tanda vital Biasa klien dengan febris suhunya > 37,5°C, nadi > 80 x i

Head to toe

a) Kepala dan leher Bentuk, kebersihan, ada bekas trauma atau tidak

b) Kulit, rambut, kuku Turgor kulit (baik-buruk), tidak ada gangguan /

kelainan.

c) Mata Umumnya mulai terlihat cekung atau tidak.

d) Telinga, hidung, tenggorokan dan mulut Bentuk, kebersihan, fungsi

indranya adanya gangguan atau tidak, biasanya pada klien dengan febris

mukosa bibir klien akan kering dan pucat.

e) Thorak dan abdomen Biasa pernafasan cepat dan dalam, abdomen biasanya

nyeri dan ada peningkatan bising usus bising usus normal pada bayi 3 – 5 x

f) Sistem respirasi Umumnya fungsi pernafasan lebih cepat dan dalam

g) Sistem kardiovaskuler Pada kasus ini biasanya denyut pada nadinya

meningkat

h) Sistem muskuloskeletal Terjadi gangguan apa tidak.

i) Sistem pernafasan Pada kasus ini tidak terdapat nafas yang tertinggal /

gerakan nafas dan biasanya kesadarannya gelisah, apatis atau koma

j) Pemeriksaan tingkat perkembangan

k. Data penunjang Biasanaya dilakukan pemeriksaan labor urine, feses, darah, dan
biasanya leokosit nya > 10.000 ( meningkat ) , sedangkan Hb, Ht menurun. m. Data

pengobatan Biasanya diberikan obat antipiretik untuk mengurangi shu tubuh klien,

seperti ibuprofen, paracetamol (Yahya, 2018)

2. Diagnosa Keperawatan

a. Hipertemi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme (D.0130)

b. Deficit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme (D.0019)

c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan (D.0056)

d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan (D.0055)

e. Ansietas berhubungan dengan disfungsi system keluarga (D.0080)

f. Diare berhubungan dengan perubahan air dan makanan (D.0020)


3. Intervensi
No. Diagnosis Tujuan Intervensi
keperawatan
1. Hipertemi Setelah dilakukan Manajemen Hipertermia (I. 15506)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan ..x 24 jam, diharapkan :  ldentifikasi penyebab Hipertermia
peningkatan 1. Pucat menurun  monitor suhu tubuh
laju
2. Menggigil menurun  monitor kadar elektrolit
metabolisme
3. Takikardi menurun  monitor komplikasi
(D.0130)
 Akibat Hipertermia
4. Suhu membaik
Terapeutik
5. Suhu kulit  Longgarkan atau lepaskan pakaian ketat
membaik  berikan cairan oral
Termoregulasi Edukasi
L.14134
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian
Cairan dan elektrolit
2. Deficit nutrisi Setelah dilakukan Pemantauan Nutrisi (I.03123)
berhubungan tindakan keperawatan Observasi
dengan ..x 24 jam, diharapkan :  Identifikasi faktor yang mempengaruhi
peningkatan 1. Pola makanan asupan gizi
kebutuhan yang dihabiskan  Identifikasi perubahan BB
metabolisme
2. Sariawan  Identifikasi pola makan
(D.0019)
berkurang  Identifikasi Kemampuan menelan
 Monitor mual muntah
3. Perasaan cepat
kenyang menurun  Monitor asupan oral
4. Nafsu makan  Monitor hasil laboratorium
meningkat Terapeutik
5. Bising usus  Timbang BB
membaik  Ukur antroprometri komposisi tubuh
6. Membran mukosa  Hitung perubahan BB
membaik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai
dengan kondisi pasien
Status nutrisi L.03030
 Dokumentasi kan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur
Pemantauan
 Informasi kan hasil pemantauan
3. Intoleransi Setelah dilakukan Pemantauan tanda vital (I.02060)
aktivitas Tindakan keperawtan … Observasi
x24 jam, diharapkan :  monitor nadi ( frekuensi, kekuatan,
1. Frekuensi nadi irama )
membaik  monitor pernapasan ( frekuensi,
2. Kemudahan dalam kedalaman )
melakukan  monitor suhu tubuh
aktivitas sehari -  monitor oksimetri nadi
hari  identifikasi penyebab perubahan tanda
3. Perasaan lemah vital
DAFTAR PUSTAKA
Hartini, S., & Pertiwi. (2015). Efektifitas kompres air hangat terhadap
penunrunan suhu tubuh anak demam usia 1 – 3 tahun di SMC RS
Telogorejo Semarang. Http://ejournal.siktestelogorejo.ac.id
M .Thobroni, imam. (2015). Belajar dan Pembelajaran : Teori dan Praktek.
Yogyakarta : Arr-Ruzz Media
Nur, Rohmah Resty P And Agus Sarwo Prayogi, And Eko Suryani,
(2018) Penerapan Kompres Hangat Pada Anak Demam Dengan
Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nyaman Di Rsud Sleman. Skripsi
Thesis,PoltekkesKemenkesYogyakarta.
Http://Eprints.Poltekkesjogja.ac.id/1413/

Nurarif, A.H & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC. Edisi Revisi Jilid 1.
Yogyakarta: Mediaction
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI):
Definisi dan Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP
PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi
dan Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi
dan Kreteria Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Wardiyah, Aryanti. (2016). Perbandingan Efektifitas Pemberian Kompres
Hangat Dan Tepid sponge Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Anak Yang
Mengalami demam Rsud Dr. H. Abdul Moeloek Provinsi Lampung.
Jurnal Ilmu Keperawatan - Volume 4, No. 1, 45. Diakses dari
Http://jik.ub.ac.id/index.php/jik/article/download/101/94
Yahya, M. Azmi. (2018). Asuhan Keperawatan Pada Klien An. Q Dengan
Febris Di Ruang Rawat Inap Anak Rsud Dr. Achmad Mochtar
Bukittinnggi Tahun 2018
.Http://Repo.Stikesperintis.ac.id/1208/1/46%20siska%20damayanti. Pdf
Zein, Umar. 2012. Buku Saku Demam. Medan : USU PRESS 2012

You might also like