Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah
Daulah Abbasiyah
Abstract
This study aims to analyze the history of library development during the Abbasid
dynasty and today contect. The method used in this research is the literature method
using several sources of books and journals regarding the development of libraries
during the Abbasid dynasty. The results showed that the Abbasid dynasty was a
milestone in the history of library progress. One of them is Bait al-Hikmah. This
institution is not only an educational institution, but also a library institution. With a
historical review, this paper attempts to analyze how the development of the Bait al
Hikma library during the Abbasid dynasty. Baitul Hikmah, which was initiated by the
caliph Harun al-Rashid, became the center of all scientific activities. With the
establishment of Baitul Hikmah, knowledge transfer activities have become more
advanced. The Caliph succeeded in recruiting the best writers, historians and scientists.
The rapid development of the Baitul Hikmah institution has encouraged this institution
to expand its role, not only as a translator institution, but also to include: 1) a center for
scientific documentation and information services for the community; 2) centers and
forums for scientific development activities; and 3) the center for planning and
development activities for the implementation of education.
Keywords: Historical; Libraries; Abbasid Dinasty
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk menganalisis sejarah perkembangan perpustakaan pada masa
Dinasti Abbasiyah dan konteksnya di masa sekarang. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode literatur dengan menggunakan beberapa sumber buku dan
jurnal-jurnal mengenai perkembangan perpustakaan pada masa Dinasti Abbasiyah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada masa Dinasti Abbasiyah merupakan tonggak
sejarah kemajuan perpustakaan. Salah satunya adalah Bait al-Hikmah. Lembaga ini
disamping sebagai lembaga pendidikan, juga sebagai lembaga perpustakaan. Dengan
tinjauan sejarah, tulisan ini berusaha menganalisis bagaimana perkembangan
perpustakaan Bait al Hikma pada masa Dinasti Abbasiyah. Baitul Hikmah, sudah
dirintis oleh khalifah Harun al-Rasyid, menjadi pusat segala kegiatan keilmuan. Dengan
berdirinya Baitul Hikmah, kegiatan pentransferan ilmu pengetahuan menjadi lebih
maju. Khalifah berhasil merekrut para sastrawan, sejarawan dan ilmuwan-ilmuwan
terbaiknya. Pesatnya perkembangan lembaga Baitul Hikmah mendorong lembaga ini
untuk memperluas peranannya, bukan saja sebagai lembaga penerjemah, tetapi juga
meliputi: 1) pusat dokumentasi dan pelayanan informasi keilmuwan bagi masyarakat; 2)
pusat dan forum kegiatan pengembangan keilmuan; dan 3) pusat kegiatan perencanaan
dan pengembangan pelaksanaan pendidikan.
A. PENDAHULUAN
Bermulanya sejarah ditandai dengan manusia mulai mengenal tulisan sebagai
simbol-simbol yang digunakan untuk bahasa komunikasi. Setiap peradaban manusia
yang tumbuh dan berkembang tidak pernah terlepas dari tulis menulis baik ditulis pada
daun, batu, kayu, kulit hewan atau media lainya, yang kemudian pada zaman sekarang
sudah berkembang menjadi sebuah buku. Buku merupakan hasil pemikiran manusia
dari masa ke masa yang memuat sejarah, kebudayaan dan peradaban manusia dari masa
kemasa. Dengan buku generasi berikutnya dapat melihat dan mengetahui transformasi
ilmu pengetahuan dari masa ke masa (Fadjar Abdullah, 2006).
Jika kembali kepada konteks sejarah Islam, kemajuan yang dicapai umat Islam
di bidang ilmu pengetahuan pada masa kekhalifahan, sangat ditunjang oleh keberadaan
perpustakaan. Fasilitas ini tersebar di kota-kota besar Islam pada masa itu. Fungsinya
tak sekadar tempat simpan pinjam buku, tapi juga merupakan pusat kajian ilmu
pengetahuan.
Sejarah mencatat, sejumlah kota besar yang pernah menjelma sebagai kutub
peradaban Islam, misalnya Baghdad, Kordoba (Andalusia), Kairo, ataupun Damaskus,
sudah memiliki perpustakaan besar yang representatif. Koleksinya mencapai ribuan
buku dan manuskrip yang sebagian besar adalah karya para ulama, ilmuwan, dan
cendekiawan besar pada masa itu.
Pada masa Dinasti Abbasiyah di bagi atas tiga fase. Fase pertama (132 H/750 M-
132H/847 M) melakukan penerjemahan buku-buku dalam bahasa Yunani, Syiria,
Sanskerta, China dan Persia ke dalam bahasa Arab. Fase kedua
(232H/847M-334H/945M), pada khalifah al-Mansyur hingga Harun al-Rasyid yang
banyak diterjemahkan adalah karya-karya dalam bidang astronomi. Fase ketiga
(334H/945 M-347H/1005M) pada masa khalifah al-Makmun buku-buku yang banyak
diterjemahkan dalam bidang filsafat dan kedokteran. Setelah bidang-bidang ilmu yang
telah diterjemahkan semakin meluas, fase ketiga merupakan permulaan untuk
menyaring, menganalisa dan menerima ataupun menolak pengetahuan dari peradaban
lain. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan banyak munculnya karya-
karya ilmuan dan berkembangnya produksi kertas sehingga semakin besar gerakan
pengumpulan naskah-naskah. Keadaan ini terjadi ketika peradaban muslim dilanda
perdebatan ilmu pengetahuan dan buku-buku yang bersangkutan menjadi kunci utama
untuk menyampaikan gagagsan dan menerima kebenaran. Sehingga kebutuhan akan
buku semakin meningkat dan menyebabkan banyaknya didirikan perpustakaan di
berbagai dunia Islam (Suwito, 2005).
Ada beberapa penelitian yang berkaitan dengan sejarah perkembangan
perpustakaan di masa Dinasti Abbasyiyah. Muthakin misalnya menyatakan bahwa pada
masa Abbasiyah, Baitul Hikmah menjadi pusat sumber utama bagi para ulama atau
peneliti di kota Baghdad. Baitul Hikmah atau yang dikenal sebagai rumah
kebijaksanaan, dikembangkan sejak pemerintahan khalifah kedua yang dipimpin oleh
Abu Ja'far al-Manshur (754-775 M). Abu Ja’far al-Manshur dikenal sebagai khalifah
yang sangat tertarik dengan ilmu pengetahuan. Dengan regulasinya, ia mempelopori
penerjemahan karya ilmiah dan sastra dari bahasa asing. Sejumlah besar buku dari
India, Yunani Kuno, Bizantium, Persia dan Suriah diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Tradisi ini diikuti oleh penerusnya, khalifah Harun ar-Rasyid (786-809 M) dan
keturunannya, khalifah Al-Ma'mun (813-833 M). Di era Al-Ma'mun, Baitul Hikmah
menyaksikan peningkatan yang luar biasa. Akibatnya, Baitul Hikmah tidak hanya
menjadi rumah bagi banyak buku, tetapi juga sebagai pusat penerjemahan, penelitian
dan publikasi, studi astrologi, dan lembaga pendidikan pada umumnya (Muthakin,
2020).
Perkembangan perpustakaan di dunia Islam mencapai puncaknya terjadi pada
masa kekuasaan Bani Abbas atau Daulah Abbasiyah. Berbeda dengan masa
pemerintahan kekhalifahan Bani Umayyah, pada masa kekhalifahan Daulah
Abbasiyyah, tradisi ilmiah dan ilmu pengetahuan berkembang demikian pesat sehingga
mendorong tumbuhnya pusat-pusat studi ilmu pengetahuan termasuk perpustakaan
(Agus Rifa’i, 2010).
Pada masa pemerintahan Abbasiyah, berdiri sebuah tempat penyimpanan koleksi
yang didirikan oleh Harun Al-Rasyid yang merupakan perpustakaan terbesar di masa
itu. Perpustakaan ini bernama Bayt Al-Hikmah dan bertahan hingga tahun 1258 M
setelah adanya penyerangan dari bangsa Mongol ke Baghdad. Perpustakaan Bayt al-
Hikmah ini didirikan oleh khalifah Harun al-Rasyid, dan kemudian menjadi besar pada
masa khalifah al-Ma’mun. Perpustakaan ini lebih menyerupai sebuah universitas yang
di dalamnya terdapat banyak buku. Bayt al-Hikmah pada masa kejayaannya telah
menjadi pusat studi di mana para cendikiawan dan pecinta ilmu berkumpul untuk
berdiskusi, muthala’ah, menerjemah, dan menyalin buku (Rhoni Rodin dan Julita Zara,
2020).
Perpustakaan Bait al hikmah merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan
yang berlangsung selama 508 tahun. Pada masanya perpustakaan Baiul Hikmah menjadi
sebuah kombinasi yang baik dari sebuah perpustakaan dimana perpustakaan dijadikan
sebagai pusat akademi dan sarana penerjemahan, penerbitan buku, diskusi dan pusat
observasi bintang (Nining Sudiar, 2014).
Demikianlah beberapa penelitian yang berkaitan dengan perpustakaan pada
masa Dinasti Abbasiyah. Penelitian yang peneliti lakukan ini lebih menekankan pada
kajian sejarahnya dan juga melihat bagaimana manfaat, serta hikmah yang diperoleh
dari analisa terhadap perkembangan perpustakaan yang terjadi pada masa Dinasti
Abbasiyah. Karena pada masa Dinasti Abbsiyah ini umat Islam mengalami kejayaan
dan kemajuan yang sangat luar biasa, dimana salah satu penunjang kemajuan tersebut
adalah eksistensi perpustakaannya. Hal inilah yang menjadi titik focus dan sentral yang
dibahas dalam penelitian ini.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan analisis deskriptif.
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan kajian pustaka/ studi literatur yang
berkaitan dengan pendidikan Islam di Indonesia. Dengan kata lain, istilah Studi
Literatur ini juga sangat familiar dengan sebutan studi pustaka. Ada beberapa metode
yang dapat dilakukan untuk melakukan Studi Literatur, seperti mengupas (criticize),
membandingkan (compare), meringkas (summarize), dan mengumpulkan (synthesize)
suatu literatur. Dengan demikian, metode yang digunakan dalam tulisan ini yaitu studi
literatur dengan menitikberatkan pada segi mengupas, meringkas dan mengumpulkan
suatu literatur, kemudian diberikan analisis terhadap data yang telah dikumpulkan.
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengangkat
tema tulisan dengan judul Kajian Historikal Terhadap Perkembangan Perpustakaan Di
Masa Dinasti Abbasiyah dan Konteksnya di Masa Sekarang. Dimana tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis bagaimana perkembangan perpustakaan saat itu. Untuk
kemudian akan dianalisis bagaimana relevansinya dengan masa sekarang ini.
C. KESIMPULAN
Baitul Hikmah adalah perpustakaan dan pusat penerjemahan pada masa Dinasti
Abbasiyah yang terletak di Baghdad. Pada mulanya Harun ar Rasyid mendirikan
Khizanah Al Hikmah yang berfungsi sebagai perpustakaan, tempat penerjemahan dan
penelitian. Kemudian pada tahun 815 M Al Ma’mun mengubahnya menjadi Baitul
Hikmah yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku-buku kuno yang berasal dari
Persia, Bizantium, Eithopia dan India. Pada masa Al Ma’mun Baitul Hikmah
mengalami kemajuan yang luar biasa. Karena pada saat itu Baitul Hikmah menjadi
pusat kajian yang memunculkan banyak ilmuwan, baik ilmuwan agama maupun ilmu
umum. Maka di sinilah Baitul Hikmah mempunyai peranan yang cukup besar dalam
memajukan peradaban Islam, bahkan pada masa itu Islam mengalami masa keemasanya
”The golden age of Islam”.
DAFTAR RUJUKAN
Agus Rifa’i. (2010). Perpustakaan dan Kepustakawanan di Dunia Islam Pada Masa
Klasik. Media Pustakawan, 17(1&2), 65–74.
Aminullah, A. N. (2017). Dinasti Bani Abassiyah, Politik, Peradaban Dan Intelektual.
Geneologi PAI: Jurnal Pendidikan Agama Islam, 3(2), 13–26.
http://jurnal.uinbanten.ac.id/Index.Php/Geneologi/Article/View/233
Fadjar Abdullah. (2006). Khasanah Islam Indonesia. The Habibie Center.
Fuad Riyadi. (2014). Perpustakaan Bayt Al Hikmah, ”The Golden Age Of Islam.
Libraria Jurnal Perpustakaan, 2(1), 94–117. https://doi.org/DOI:
http://dx.doi.org/10.21043/libraria.v2i1.1192
Hassan, H. I. (2015). Sejarah dan Kebudayaan Islam terj. Islamic History and Culture.
UIN Sunan Kalijaga.
Muh. Quraisy Mathar. (2020). Sejarah Perkembangan Perpustakaan pada Masa
Dinasti Abbasiyah [Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar].
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/id/eprint/17336
Muthakin. (2020). Peran Perpustakaan Baitul Hikmah pada Masa Bani Abbasiyah.
Tsaqofah Jurnal Agama Dan Budaya, 18(1), 52–64. https://doi.org/doi:
http://dx.doi.org/10.32678/tsaqofah.v18i1.3184
Nining Sudiar. (2014). Pengelolaan Perpustakaan Baitul Hikmah. Jurnal Ilmu Budaya,
11(1), 23–31. https://media.neliti.com/media/publications/100422-ID-pengelolaan-
perpustakaan-baitul-hikmah.pdf
Rhoni Rodin dan Julita Zara. (2020). Perkembangan Kepustakawanan Islam Klasik Dan
Kontribusinya Bagi Perpustakaan Masa Sekarang. Jupiter, XVII(1), 1–9.
https://journal.unhas.ac.id/index.php/jupiter/article/view/11307/5837
Suwito. (2005). Sejarah Sosial Pendidikan Islam. Kencana.
Vita Ery Oktaviyani. (2018). Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Dinasti Abbasiyah
Periode Pertama. Juspi Jurnal Sejarah Peradaban Islam, 2(2), 183–193.
https://doi.org/DOI: http://dx.doi.org/10.30829/j.v2i2.1734