4704 13095 1 PB

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 10

Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Pengaruh Gaya Hidup Brand Minded dan Kontrol Diri Terhadap Perilaku
Konsumtif Pada Dewasa Awal
Rika Aulia Sari1

Program Studi Psikologi


Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Mulawarman Samarinda

ABSTRACT. This study aims to determine the effect of lifestyle brand minded and controversy on
consumptive behavior in early adults in Samarinda. This study used a quantitative approach. The subjects of
this study were 40 early adults in Samarinda who were selected using purposive sampling technique. Data
collection methods used are the scale of consumptive behavior, lifestyle brand minded and self control. The
collected data was analyzed by testing multiple linear regression analysis with the help of Statistical
Package for Social Sciences (SPSS) program for Windows. The results showed that: (1) there was a positive
effect of lifestyle brand minded on consumptive behavior with beta coefficients = 0.271, and the value of t
count> t table (2,192> 2,024 and p value = 0.035 (p <0.05); (2) there negative influence of self control on
consumptive behavior with beta coefficient = -0.575, and t count> t table (-4.654> 2.024) and p = 0.000 (p
<0.05); (3) there is influence of lifestyle brand minded and self control towards consumptive behavior with f
count> f table (21,259> 3.25) and p = 0,000 (p <0.05). Contributions in lifestyle brand minded and self-
control with consumptive behavior in early adulthood were 0.535 (53 percent).

Keywords: lifestyle brand minded, self control, and consumptive behavior

ABSTRAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya hidup brand minded dan kontroversi
terhadap perilaku konsumtif pada orang dewasa awal di Samarinda. Penelitian ini menggunakan pendekatan
kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah 40 orang dewasa awal di Samarinda yang dipilih menggunakan
teknik purposive sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah skala perilaku konsumtif,
gaya hidup brand minded dan kontrol diri. Data yang terkumpul dianalisis dengan menguji analisis regresi
linier berganda dengan bantuan program SPSS untuk Windows. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1)
terdapat pengaruh positif gaya hidup brand minded terhadap perilaku konsumtif dengan koefisien beta =
0,271, dan nilai thitung> ttabel (2,192> 2,024 dan nilai p = 0,035 (p <0,05); (2) terdapat pengaruh negatif
pengendalian diri terhadap perilaku konsumtif dengan koefisien beta = -0.575, dan t hitung> t tabel (-4.654>
2.024) dan p = 0.000 (p <0,05); (3) terdapat pengaruh gaya hidup merek minded dan kontrol diri terhadap
perilaku konsumtif dengan f hitung> f tabel (21,259> 3,25) dan p = 0,000 (p <0,05). Kontribusi gaya hidup
brand minded dan kontrol diri dengan perilaku konsumtif pada awal masa dewasa adalah 0,535 (53 persen).

Kata Kunci: gaya hidup brand minded, kontrol diri, dan perilaku konsumtif

1
Email: [email protected]
37
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

PENDAHULUAN pengertian sebagai cara hidup mencakup


sekumpulan kebiasaan, pandangan dan pola-pola
Perilaku konsumtif ini cenderung harus
respon terhadap hidup, serta terutama perlengkapan
mengeluarkan biaya yang lebih tinggi karena bukan
hidup. Salah satunya adalah dengan menggunakan
lagi untuk memenuhi kebutuhan saja tetapi lebih
barang-barang yang memiliki merek yang bergengsi
mengarah pada pemenuhan tuntutan keinginan
dan mahal dimana barang-barang bermerek tersebut
(Hariyono, 2015). Perilaku konsumtif dapat
juga digunakan untuk melihat dan menilai rekan-
didefinisikan sebagai keinginan untuk
rekannya Susianto (dalam Hasibuan, 2010). Gaya
mengkonsumsi barang-barang yang kurang
hidup mengutamakan merek seperti itu disebut
diperlukan secara berlebihan untuk mencapai
sebagai gaya hidup brand minded. Brand minded
kepuasan yang maksimal (Tambunan, 2001).
adalah pola pikir seseorang terhadap objek-objek
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan
komersil yang cenderung berorientasi pada merek
peneliti pada dewasa awal umur 20-30 tahun di
eksklusif dan terkenal (McNeal, 2007). Berdasarkan
Samarinda dengan menggunakan kuesioner untuk
hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahidah
mengetahui seberapa besar dewasa awal yang
(2013) terdapat pengaruh perilaku konsumtif
memiliki perilaku konsumtif diperoleh data yang
terhadap gaya hidup mahasiswa pendidikan
gemar berbelanja melebihi dari kebutuhan dengan
ekonomi FKIP Untan.
persentase 70 persen dan tidak gemar belanja
Berdasarkan hasil survei awal yang dilakukan
sebanyak 30 persen. Berikut adalah hasil survei
peneliti pada dewasa awal umur 20-30 tahun di
mengenai intensitas pembelian barang dalam 1
Samarinda dengan menggunakan kuesioner untuk
bulan:
mengetahui seberapa besar dewasa awal yang
Berdasarkan Intensitas Pembelian Barang
memiliki gaya hidup Brand Minded.
menunjukkan bahwa dari 70 responen, intensitas
Berdasarkan hasil wawancara, ARN
paling sering ialah 2 – 4 kali dalam 1 bulan
mengatakan memang sangat suka dengan barang
sebanyak 44 responden, kurang dari 1 kali oleh 9
bermerek terkenal dan asli. ARN mengaku bahwa
responden, 5 – 7 kali oleh 14 responden, 8–10 kali
kualitas barang bermerek sangat bagus. Dan dengan
oleh 2 responden, dan lebih dari 10 kali oleh 1
membeli barang bermerek juga sebagai penghargaan
responden.
terhadap diri sendiri setelah lelah bekerja selama 1
Berdasarkan Presentase Barang yang Sering
bulan penuh. ARN juga mengaku ia sangat percaya
Dibeli menunjukkan bahwa dari 70 responden,
diri apabila mengenakan barang bermerek Berbeda
paling sering membeli pakaian seperti baju, jaket
dengan ARN, SL yang diwawancari pada hari yang
dan celana sebesar 39%, kemudian kosmetik sebesar
sama mengatakan bahwa SL senang membeli
22%, tas sebesar 21%, aksesoris 11% dan terakhir
kosmetik yang asli dan bermerek dari luar negeri.
sepatu 7%.
SL tidak terlalu tertarik dengan kosmetik merek
Kemudian berdasarkan Alasan membeli
lokal. Karena menurutnya kualitas nya sangat jauh
barang sejenis dengan fungsi yang sama
dibanding dengan merek terkenal dari luar negeri.
menunjukkan bahwa dari 70 responden, kategori
Selain itu SL juga mengoleksi warna yang hampir
yang paling banyak menjadi alasan ialah koleksi
mirip dan memiliki barang dengan berbeda merek.
sebanyak 32 responden, untuk kombinasi oleh 14
Selain gaya hidup, faktor yang mempengaruhi
responden, keinginan oleh 13 responden, kebutuhan
perilaku konsumtif ialah kontrol diri. Menurut
12 oleh responden, dan lainnya oleh 9 responden.
Munandar (2006) bahwa kontrol diri yaitu
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku
kemampuan untuk mengendalikan atau mengontrol
konsumtif ada beberapa, salah satunya adalah gaya
tingkah laku yang termasuk dalam salah satu sifat
hidup (Mangkunegara, 2002). Hal tersebut sejalan
kepribadian yang mempengaruhi seseorang dalam
dengan pendapat Triyaningsih (dalam Patricia,
membeli atau menggunakan barang dan jasa.
2014) bahwa kebanyakan orang yang melakukan
Anggreini (2014) dalam penelitiannya
perilaku konsumtif dikarenakan keinginan
menyimpulkan dari hasil tersebut menunjukkan
mengikuti trend gaya hidup.
bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan
Gaya hidup diekspresikan melalui apa yang
antara kontrol diri dengan perilaku konsumtif.
dikenakan seseorang, apa yang mereka konsumsi,
Artinya semakin kuat kontrol diri seseorang maka
dan bagaimana cara mereka bersikap atau
semakin rendah perilaku konsumtif seseorang
berperilaku ketika di hadapan orang lain. Suyanto
tersebut. Sebaliknya semakin lemah kontrol diri
(2013) menyatakan bahwa gaya hidup mengandung
38
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

seseorang maka semakin tinggi perilaku konsumtif Perilaku konsumtif sering kali dikaitkan dengan
seseorang. aktivitas mengkonsumsi barang dan jasa secara
Hasil wawancara ARN mengatakan ketika berlebihan. Sabirin (2005) memberikan definisi
melihat barang yang ia sukai seperti sepatu, terlebih perilaku konsumtif sebagai suatu keinginan dalam
ketika diskon ARN sangat sulit untuk menahan diri mengkonsumsi barang-barang yang sebenarnya
untuk tidak membelinya dan akan selalu terbayang- kurang dibutuhkan secara berlebihan untuk
bayang sepatu tersebut. ARN seringkali langsung mencapai kepuasan maksimal.
membeli barang yang disukai tanpa pikir panjang. Konsumsi secara berlebihan ini menurut
Veblen (2003) mengacu pada perilaku konsumen
Sehingga uang gaji yang seharusnya disisihkan
yang membeli barang-barang mahal untuk
untuk ditabung menjadi habis.
menunjukkan kekayaan dan status sosial, bukan
Sependapat dengan ARN, SL yang untuk memenuhi kebutuhan yang sebenarnya.
diwawancari pada hari yang sama mengaku selalu Sementara itu, Fromm (2008) juga menggambarkan
sulit untuk tidak langsung membeli barang perilaku konsumtif sebagai keinginan membeli
diinginkan. Menurut SL, produk tersebut jika tidak yang terus meningkat untuk mendapatkan kepuasan
langsung dibeli akan cepat habis terjual. Biasanya dalam hal kepemilikan barang dan jasa tanpa
barang yang dibeli berupa lipstik dengan berbagai mempedulikan kegunaan, hanya berdasarkan
macam merek dengan warna yang hampir sama. SL keinginan untuk membeli yang lebih baru, lebih
mengaku mudah bosan jika hanya memiliki 1 banyak dan lebih bagus dengan tujuan untuk
merek. menunjukkan status, prestige, kekayaan,
Penelitian yang telah ada sebelumnya keistimewaan dan sesuatu yang mencolok.
berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Berdasarkan beberapa definisi yang telah
Hariyono (2015). Menggunakan metode penelitian diungkap, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku konsumtif merupakan perilaku
terdapat hubungan positif antara gaya hidup mengkonsumsi barang dan jasa yang mahal dengan
dan konformitas dengan perilaku konsumtif pada intensitas yang terus meningkat demi mendapatkan
remaja di SMAN 5 Samarinda. Artinya semakin sesuatu yang lebih baru, lebih bagus dan lebih
tinggi gaya hidup dan konformitas maka semakin banyak serta melebihi kebutuhan yang sebenarnya
untuk menunjukkan status sosial, prestige,
tinggi pula perilaku konsumtifnya.
kekayaan dan keistimewaan, juga untuk
Penelitian ini memiliki perbedaan dengan mendapatkan kepuasan akan kepemilikan.
penelitian sebelumnya, yaitu terletak pada setting,
dasar teori, subjek penelitian, instrumen, serta Gaya Hidup Brand Minded
analisis data. Penelitian diatas memiliki variabel Mowen & Minor (2002) mengatakan bahwa
penghubung gaya hidup dan konformitas dengan gaya hidup menunjukkan bagaimana orang hidup,
perilaku konsumtif, sedangkan penelitian ini bagaimana individu membelanjakan uangnya, dan
memiliki variabel pengaruh gaya hidup brand bagaimana individu mengalokasikan waktu. Hal ini
minded dan kontrol diri terhadap perilaku konsumtif sesuai dengan Setiadi (2010) yang mengatakan
Berdasarkan dari rangkaian permasalahan bahwa gaya hidup secara luas diidentifikasikan oleh
yang diuraikan diatas, penulis tertarik untuk bagaimana orang menghabiskan waktu mereka
melakukan penelitian dengan judul pengaruh gaya (aktivitas) apa yang individu anggap penting dalam
hidup brand minded dan kontrol diri terhadap lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang
perilaku konsumtif pada dewasa awal. individu pikirkan tentang dirinya sendiri dan juga
dunia di sekitarnya (pendapat).
TINJAUAN PUSTAKA Hawkins (2007) menyatakan gaya hidup
sebagai bagaimana individu menjalankan proses
Perilaku Konsumtif kehidupan. Gaya hidup merupakan fungsi dari ciri-
Perilaku konsumtif menurut Sumartono ciri dalam diri individu yang terbentuk melalui
(2002) adalah tindakan menggunakan suatu produk interaksi sosial sewaktu individu bergerak melalui
secara tidak tuntas yang artinya bahwa belum habis daur hidupnya. Gaya hidup itu bersifat dinamis dan
suatu produk dipakai, seseorang telah menggunakan secara konstan mengalami perubahan. Gaya hidup
produk jenis yang sama dari merek yang lain atau merupakan dasar motivasi yang mempengaruhi
membeli barang karena adanya hadiah yang sikap dan kebutuhan individu, yang pada akhirnya
ditawarkan atau membeli suatu produk karena mempengaruhi pembelian dan aktivitas yang
banyak yang menggunakan produk tersebut. digunakan individu. Hawkins (2007) juga
39
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

menambahkan bahwa gaya hidup mencakup produk menentukan bagaimana kemampuan mengontrol
apa yang individu beli, bagaimana individu diri seseorang.
menggunakannya, dan apa yang akan individu Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat
pikirkan tentang produk tersebut. disimpulkan bahwa faktor-faktor yang
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka mempengaruhi kontrol diri adalah faktor internal
dapat disimpulkan bahwa gaya hidup meliputi usia dan faktor eksternal lingkungan keluarga.
minat yang dapat diartikan sebagai apa yang
menarik dari suatu lingkungan individu tersebut METODE PENELITIAN
memperhatikannya. Selanjutnya aktivitas cara
individu menggunakan waktunya yang berwujud Jenis penelitian yang digunakan dalam
tindakan nyata yang dapat dilihat. Dan opini penelitian ini adalah dengan menggunakan
pendapat seseorang yang diberikan dalam merespon penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang banyak
situasi. menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data,
penafsiran terhadap data serta penampilan dari
Kontrol Diri hasilnya (Arikunto, 2010).
Chaplin (2011) mendefinisikan kontrol diri Rancangan yang digunakan dalam penelitian
adalah kemampuan untuk membimbing tingkah ini adalah statistik deksriptif dan inferensial.
laku sendiri dalam artian kemampuan seseorang Statistik deksriptif disebut juga sebagai statistik
untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau deduktif yaitu statisktik yang berkenaan dengan
tingkah laku impuls. Kontrol diri ini menyangkut metode atau cara mendeskripsikan,
seberapa kuat seseorang memegang nilai dan menggambarkan, menjabarkan, atau menguraikan
kepercayaan untuk dijadikan acuan ketika bertindak data sehingga mudah dipahami dengan membuat
atau mengambil suatu keputusan. Kontrol diri tabel, distribusi frekuensi dan diagram atau grafik.
merupakan suatu kapasistas untuk memberikan Sementara itu, statistik inferensial disebut juga
alternatif kondisi dan respon tertentu. sebagai statistik induktif yaitu statistik yang
Menurut Baumiester (2002) kontrol diri
berkenaan dengan cara penarikan simpulan
merupakan pola respon yang baru dimulai untuk
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel untuk
menggantikan sesuatu dengan yang lain, misalnya
respon yang berkaitan dengan mengalihkan menggambarkan karakteristik atau ciri dari suatu
perhatian dari sesuatu yang diinginkan, mengubah populasi (Rohmad & Supriyanto, 2015).
emosi, menahan dorongan tertentu dengan Rancangan penelitian statistik deskriptif
memperbaiki kinerja. Tangney (2004) berpendapat digunakan untuk memberikan gambaran kondisi
bahwa kontrol diri merupakan kemampuan individu sebaran data Gaya Hidup Brand Minded dan
untuk menentukan perilakunya berdasarkan standar Kontrol Diri terhadap Perilaku Konsumtif pada
tertentu seperti moral, nilai dan aturan dimasyarakat dewasa awal. Sedangkan statistik inferensial
agar mengarah pada perilaku positif. digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, maka Gaya Hidup Brand Minded dan Kontrol Diri
dapat disimpulkan bahwa kontrol diri merupakan terhadap Perilaku Konsumtif pada Dewasa Awal.
merupkan suatu kecakapan individu dalam Populasi dalam penelitian ini adalah dewasa
memiliki kepekaan dalam membaca berbagai awal yang berumur 20 sampai 30 tahun. Sampel
situasi diri dan lingkungan serta kemampuan untuk penelitian ini adalah bercirikan sebagai berikut:
mengontrol dan mengelola perilaku sesuai dengan a. Usia 20-30 tahun
situasi yang dihadapi dan dapat menjadi acuan Individu yang berusia 20-30 tahun sudah
ketika bertindak. tergolong dewasa, peran dan tanggung jawabnya
Menurut Ghufron & Rini (2011) faktor - tentu semakin bertambah besar (Santrock, 2012).
faktor yang memengaruhi kontrol diri ini terdiri Tidak lagi harus bergantung secara ekonomis,
dari dua faktor, yaitu: sosiologis maupun psikologis pada orang tuanya
a. Faktor internal (Dariyo, 2003).
Faktor internal yang ikut andil terhadap kontrol b. Memiliki penghasilan sendiri
diri adalah usia. Semakin bertambah usia Pada umumnya, mereka sudah memiliki
seseorang, maka semakin baik kemampuan tanggung jawab untuk mengelola keuangan yang
mengontrol diri seseorang itu. didapatkan dari hasil bekerja. Individu yang
b. Faktor eksternal. bekerja ini cenderung mengalami kesulitan
Diantaranya adalah lingkungan keluarga. untuk mengatur keuangannya karena mereka
Lingkungan keluarga terutama orangtua terkadang mendahulukan semua keinginan pada
40
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

suatu hal yang ingin dimiliki dibandingkan besar subjek penelitian ini menunjukkan perilaku
dengan membeli kebutuhan untuk dirinya. Hal konsumtif yang tinggi.
ini dapat memengaruhi diri mereka untuk Pada skala gaya hidup brand minded yang
memiliki perilaku yang berlebihan dalam telah terisi diperoleh rerata empirik 98.98 lebih
berbelanja. tinggi dari rerata hipotetik 97.5 dengan kategori
c. Belum menikah tinggi. Hal ini membuktikan bahwa subjek berada
Individu yang belum menikah cenderung pada kategori tingkat gaya hidup brand minded
memiliki kebebasan dalam mengatur dirinya yang tinggi. Adapun sebaran frekuensi data untuk
sendiri serta menghabiskan penghasilannya tanpa skala tersebut sebagai berikut:
terbebani oleh keluarga (Yehoshua, 2009). Hal Berdasarkan Kategorisasi Skor Skala Gaya
tersebut dapat memengaruhi diri mereka untuk Hidup Brand Minded, maka dapat dilihat bahwa
memiliki perilaku yang berlebihan dalam subjek yang memiliki rentang nilai skala gaya hidup
berbelanja. brand minded yang berada pada sangat tinggi
Metode pengumpulan data yang digunakan sebanyak 1 orang (2.5%), tinggi sebanyak 14 orang
dalam penelitian ini yaitu alat pengukuran atau (35%), sedang sebanyak 17 orang 42.5%), rendah
instrumen. Instrumen penelitian yang digunakan ada sebanyak 2 orang (5%) dan kategori sangat rendah 6
tiga yaitu skala gaya hidup brand minded, kontrol orang (15%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian
diri dan perilaku konsumtif. Pengumpulan data pada besar subjek penelitian ini menunjukkan gaya hidup
penelitian ini menggunakan teknik uji coba atau try brand minded sedang.
out kepada dewasa awal berumur 20-30 tahum. Uji Pada skala kontrol yang telah diriterisi
tersebut dilakukan untuk memperoleh ketepatan dan diperoleh rerata empirik 98.8 lebih rendah dari
kecermatan alat ukur dalam melakukan fungsi rerata hipotetik 100 dengan kategori rendah. Hal ini
ukurnya. membuktikan bahwa subjek berada pada kategori
tingkat kontrol diri yang rendah. Adapun sebaran
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN frekuensi data untuk skala tersebut sebagai berikut:
Hasil Uji Deskriptif Berdasarkan Kategorisasi Skor Skala Kontrol
Deskriptif data digunakan untuk Diri, maka dapat dilihat bahwa subjek yang
menggambarkan kondisi sebaran data pada dewasa memiliki rentang nilai skala kontrol diri yang berada
awal di Samarinda. Mean empiris dan mean pada kategori sangat tinggi sebanyak 1 orang
hipotesis diperoleh dari respon sampel penelitian (2.5%), tinggi sebanyak 9 orang (22.5%)
melalui tiga skala penelitian yaitu skala perilaku sedang sebanyak 11 orang (27.5%), dan
konsumtif, gaya hidup brand minded dan kontrol rendah sebanyak 19 orang (47.5%) . Hal ini
diri. menunjukkan bahwa sebagian besar subjek
Melalui tabel Mean Empirik dan Mean penelitian ini menunjukkan kontrol diri yang
Hipotesis diketahui gambaran sebaran data pada rendah.
subjek penelitian dewasa awal di Samarinda.
Berdasarkan hasil pengukuran melalui skala Hasil Uji Asumsi
perilaku konsumtif yang telah terisi diperoleh rerata Pengujian terhadap hipotesis yang diajukan
empirik 93.55 lebih tinggi dari rerata hipotetik 92.5 dalam penelitian ini dilakukan dengan
dengan kategori tinggi. Hal ini membuktikan bahwa menggunakan metode analisis regresi. Sebelum
subjek berada pada kategori tingkat perilaku dilakukan perhitungan dengan metode analisis
konsumtif tinggi. Adapun sebaran frekuensi data regresi, terlebih dahulu perlu dilakukan uji asumsi
untuk skala tersebut sebagai berikut: berupa uji normalitas, uji linieritas, uji
Berdasarkan Kategorisasi Skor Skala Perilaku multikolinieritas, uji homoskedastik dan uji
Konsumtif, maka dapat dilihat bahwa subjek yang autokorelasi sebagai syarat dalam penggunaan
memiliki rentang nilai skala perilaku konsumtif analisis regresi.
yang berada pada kategori sangat tinggi sebanyak
1 orang (2.5%), tinggi sebanyak 18 orang (45%), Uji Normalitas
sedang sebanyak 12 orang (30%), rendah sebanyak Uji normalitas adalah alat uji yang digunakan
7 orang (17.5%) dan sangat rendah sebanyak 2 untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
orang (5%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian regresi, nilai residu dari regresi mempunyai
distribusi yang normal. Jika distribusi dari nilai-nilai

41
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

residual tersebut tidak dapat dianggap berdistribusi dan p (0.527) > 0.05 berarti data dinyatakan
normal, maka dikatakan ada masalah terhadap linier.
asumsi normalitas (Santoso, 2015). Adapun kaidah
yang digunakan dalam uji normalitas adalah jika p > Uji Multikolinieritas
0.05 maka sebaran datanya normal, sebaliknya jika Uji Multikolinieritas adalah uji yang
p < 0.05 maka sebaran datanya tidak normal. Hasil digunakan untuk mengetahui apakah pada model
uji normalitas dapat dilihat pada tabel berikut ini: regresi ditemukan adanya korelasi antar-variabel
Berdasarkan Hasil Uji Normalitas maka dapat independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan
disimpulkan bahwa: terdapat problem multikolinieritas (multikol)
1) Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap (Santoso, 2015). Adapun kaidah yang digunakan
perilaku konsumtif menghasilkan nilai Z = 0.949 dalam uji multikolinieritas adalah bila nilai
dan p = 0.070 > 0.05. Hasil uji normalitas koefisiensi tolerance variabel kurang dari 1 dan nilai
berdasarkan kaidah menunjukan bahwa sebaran variance inflantion factor (VIF) variabel kurang dari
butir-butir perilaku konsumtif adalah normal. 10, maka tidak terjadi multikolinieritas. Hasil uji
2) Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap multikolinieritas dapat dilihat pada tabel berikut ini:
variabel gaya hidup brand minded menghasilkan Berdasarkan Hasil Uji Multikolinieritas maka
nilai Z = 0.828 dan p = 0.218 > 0.05. Hasil uji dapat disimpulkan bahwa nilai koefisiensi tolerance
normalitas berdasarkan kaidah menunjukan variabel perilaku konsumtif terhadap gaya hidup
bahwa sebaran butir-butir gaya hidup brand brqnd mind sebesar 0.824 atau kurang dari 1 dan
minded adalah normal. nilai variance inflantion factor (VIF) variabel
3) Hasil uji asumsi normalitas sebaran terhadap sebesar 1.214 atau kurang dari 10 sehingga pada
variabel kontrol diri menghasilkan nilai Z = model regresi yang digunakan tidak terjadi gejala
0.981 dan p = 0.735 > 0.05. Hasil uji normalitas multikolinieritas. Nilai koefisiensi tolerance
berdasarkan kaidah menunjukan bahwa sebaran variabel perilaku konsumtif terhadap kontrol diri
butir-butir kontrol diri adalah normal. sebesar 0.824 atau kurang dari 1 dan nilai variance
Berdasarkan tabel 36 maka dapat disimpulkan inflantion factor (VIF) variabel sebesar 1.214 atau
bahwa ketiga variabel yaitu perilaku konsumtif, kurang dari 10 sehingga pada model regresi yang
gaya hidup brand minded dan kontrol diri memiliki digunakan tidak terjadi gejala multikolinieritas.
sebaran data yang normal.
Uji Homoskedastik
Uji Linieritas Uji homoskedastik adalah uji yang digunakan
Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui untuk mengetahui apakah dalam sebuah model
apakah terdapat hubungan yang linier antara regresi, terjadi ketidaksamaan varians residual dari
variabel bebas dengan variabel terikat. Uji linieritas satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Uji
dapat juga untuk mengetahui taraf penyimpangan homoskedastis memiliki sebutan lain yaitu uji
dari linieritas hubungan tersebut. Adapun kaidah heteroskedastis dimana heteroskedastis adalah
yang digunakan dalam uji linieritas hubungan kebalikan dari homoskedastis. Jika varians residual
adalah bila nilai deviant from linierity yaitu jika p > dari satu pengamatan ke pengamatan yang lain
0.05 maka hubungan dinyatakan linier (Sugiyono, tetap, maka hal tersebut disebut homoskedastik.
2014). Hasil uji linieritas dapat dilihat pada tabel Namun jika varians berbeda, disebut sebagai
berikut ini: heteroskedastisitas (Santoso, 2015). Adapun kaidah
Berdasarkan Hasil Uji Linieritas Hubungan yang digunakan dalam uji homoskedastik adalah
maka dapat disimpulkan bahwa: bila nilai p > 0.05 dan t hitung < t tabel, maka
1) Hasil uji linieritas hubungan antara perilaku hubungan dinyatakan homoskedatik. Hasil uji
konsumtif terhadap gaya hidup brand minded homoskedastik dapat dilihat pada tabel berikut ini:
menunjukan F Hitung (1.063) < FTabel (2.16) Berdasarkan Hasil Uji Homoskedastik maka
dan p (0.448) > 0.05 berarti data dinyatakan dapat disimpulkan bahwa dari pengujian dengan
linier. metode Glejser dari variabel gaya hidup brand
2) Hasil uji linieritas hubungan antara variabel minded terhadap absolut residual (absres1)
perilaku konsumtif terhadap kontrol diri diperoleh nilai koefisien t hitung (0.447) < t tabel
menunjukan F Hitung (0.996) < F Tabel (0.527) (2.024) dan nilai p (0.658) > 0.05 maka data
dinyatakan homoskedastik. Kemudian dari variabel

42
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

kontrol diri terhadap absolut residual (absres1) Apabila koefisien beta memiliki tanda minus (-)
diperoleh nilai koefisien t hitung (2.105) < t tabel berarti pengaruh yang dihasilkan adalah negatif,
(2.024) dan nilai p (0.422) > 0.05 maka data sebaliknya apabila koefisien beta tidak memiliki
dinyatakan homoskedastik. tanda minus (-), maka arah pengaruh yang
dihasilkan adalah positif (Santoso, 2012). Berikut
Uji Autokorelasi rangkuman hasil analisis regresi berganda model
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui bertahap disajikan dalam tabel di bawah ini:
ada tidaknya gejala autokorelasi antara variabel- Berdasarkan Hasil Uji Analisis Regresi Model
variabel independen yang berasal dari data time Bertahap, diketahui bahwa gaya hidup brand
series (Santoso, 2015). Uji autokorelasi dapat minded terdapat pengaruh positif terhadap perilaku
dilakukan dengan Uji Durbin- Watson. Adapun konsumtif pada dewasa awal di Samarinda, hal
kaidah dari uji autokorelasi adalah: tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi gaya
du < d < 4-du = tidak terdapat autokorelasi hidup brand minded maka semakin tinggi perilaku
d < dl < atau d > 4-dl =terdapat autokorelasi konsumtif dan begitu pula sebaliknya. Dibuktikan
dl < d < du atau 4-du < d < 4-dl = tidak ada dengan koefisien beta (β) sebesar 0.271, serta t
kesimpulan hitung 2.192 > t tabel 2.024 dan p 0.035 < 0.05. Hal
Nilai yang terdapat pada tabel Durbin Watson ini menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak
yaitu α = 5%; n = 40; k-2 adalah dL = 2.025 dan dU artinya terdapat pengaruh gaya hidup brand minded.
= 2.400. Hasil pengolahan data menunjukan nilai Kemudian pada kontrol diri terdapat pengaruh
dU (2.400) lebih rendah dari nilai Durbin Watson negatif terhadap perilaku konsumtif pada dewasa
atau d (1.600) dan nilai lebih kecil dari nilai 4-dU (4 awal di Samarinda, hal tersebut menunjukkan
– 2.400 = 2.025), sehingga dengan demikian dapat bahwa semakin tinggi kontrol diri maka semakin
disimpulkan bahwa dalam model regresi linier rendah perilaku konsumtif dan sebaliknya semakin
tersebut tidak terdapat autokorelasi. rendah kontrol diri maka semakin tinggi perilaku
konsumtif. Dibuktikan dengan dengan koefisien
Hasil Uji Hipotesis beta (β) sebesar -0.575, serta t hitung - 4.654 < t
Hipotesis dalam penelitian ini adalah untuk tabel 2.024 dan p 0.000 < 0.05. Hal ini
mengetahui pengaruh gaya hidup brand minded dan menunjukkan bahwa H1 diterima dan H0 ditolak
kontrol diri terhadap kontrol diri. Tehnik analisis artinya terdapat pengaruh kontrol diri.
data yang digunakan adalah analisis regresi. Berdasarkan Hasil Uji Analisis Regresi
Berdasarkan hasil pengujian regresi model Multivariat Model Penuh Aspek- Aspek Variabel
penuh atas variabel-variabel gaya hidup brand Bebas dengan Aspek-Aspek Variabel Terikat dapat
minded dan kontrol diri terhadap perilaku konsumtif diketahui bahwa faktor-faktor dalam variabel X
secara bersama-sama didapatkan hasil yaitu: yaitu aktivitas (X1), minat (X2), opini (X3), disiplin
Berdasarkan Hasil Uji Analisis Regresi Model diri (X4), perilaku tidak impulsif (X5), kebiasaan
Penuh, menunjukkan bahwa F hitung > F tabel dan sehat (X6), etika kerja (X7), kehandalan (X8)
P < 0.05 yang artinya bahwa gaya hidup brand memiliki hubungan yang sangat signifikan dengan
minded dan kontrol diri terhadap perilaku konsumtif pemenuhan keinginan (Y1), barang diluar jangkauan
memiliki pengaruh yang positif dan signifikan yaitu (Y2), barang tidak produktif (Y3) dan status (Y4) .
dengan nilai F = 21.259, R2 = 0.535, dan p = 0.000. Kemudian dari hasil analisis regresi parsial pada
Hal tersebut bermakna bahwa hipotesis mayor faktor pemenuhan keinginan (Y1) dapat diketahui
dalam penelitian ini diterima. sebagai berikut:
Selanjutnya teknik analisis yang digunakan Pada Hasil Uji Analisis Regresi Parsial
adalah analisis regresi model bertahap. Adapun Terhadap Pemenuhan Keinginan dapat diketahui
kaidah yang digunakan dalam analisis regresi model bahwa faktor minat (X2) dan opini (X3) memiliki
bertahap adalah jika nilai t hitung > t tabel pada hubungan positif dan signifikan dengan pemenuhan
taraf signifikansi 0.05 dan nilai p < 0.05 maka H1 keinginan (Y1). Sedangkan aktivitas (X1), disiplin
diterima, H0 ditolak. Sebaliknya, jika nilai t hitung < diri X4), perilaku tidak impulsif (X5), kebiasaan
t tabel pada taraf signifikansi 0.05 dan nilai p > 0.05 sehat (X6), etika kerja (X7), kehandalan (X8) tidak
maka H1 ditolak, H0 diterima. Sementara itu, untuk berkolerasi signifikan dengan pemenuhan keinginan
melihat regresi yang dihasilkan berpengaruh positif (Y1). Lebih lanjut pada hasil uji analisis regresi
atau negatif adalah melalui koefisien beta (β). model stepwise didapatkan hasil sebagai berikut:

43
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Pada Rangkuman Hasil Uji Analisis Regresi Pada Hasil Uji Analisis Regresi Parsial
Model Stepwise dengan Pemenuhan Keinginan (Y1) Terhadap Barang tidak Produktif (Y3) dapat
dapat diketahui bahwa terdapat 5 faktor yang tidak diketahui bahwa faktor perilaku tidak impulsif (X5)
signifikan dengan pemenuhan keinginan (Y1) yaitu memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan
aktivitas (X1), disiplin diri (X4), kebiasaan sehat barang tidak produktif (Y3) dan kebiasaan sehat (X6)
(X6), etika kerja (X7), dan kehandalan (X8). Adapun memiliki hubungan positif dan signifikan dengan
faktor yang signifikan dengan pemenuhan keinginan barang tidak produktif (Y3). Sedangkan faktor
(Y1) adalah faktor perilaku tidak impulsif (X5), aktivitas (X1), minat (X2), opini (X3), disiplin diri
opini (X3) dan minat (X2). Signifikansi dari 3 faktor (X4), etika kerja (X7), kehandalan (X8) tidak
tersebut ditunjukan dari hasil analisis regresi model berkolerasi signifikan dengan barang tidak produktif
akhir sebagai berikut: (Y3). Lebih lanjut pada hasil uji analisis regresi
Pada Hasil Uji Analisis Regresi Model Akhir model stepwise didapatkan hasil sebagai berikut:
(Y1) didapatkan hasil nilai regresi model akhir (Y1) Pada Rangkuman Hasil Uji Analisis Regresi
dengan 3X yaitu faktor disiplin diri, perilaku tidak Model Stepwise dengan Barang tidak Produktif (Y3)
impulsif, dan kebiasaan sehat dengan F = 23.378, R2 dapat diketahui bahwa terdapat 7 faktor yang tidak
= 0.661 dan P = 0.000. Hal ini berarti faktor disiplin signifikan dengan barang tidak produktif (Y3) yaitu
diri, perilaku tidak impulsif, dan kebiasaan sehat aktivitas (X1), minat (X2), opini (X3), disiplin diri
berpengaruh sangat signifikan dengan faktor (X4), kebiasaan sehat (X6), etika kerja (X7),
pemenuhan keinginan. Lebih lanjut pada pengujian kehandalan (X8) Adapun faktor yang signifikan
analisis regresi parsial pada faktor pemenuhan dengan barang tidak produktif (Y3) adalah faktor
keinginan (Y2) dapat diketahui sebagai berikut: perilaku tidak impulsif (X5). Signifikansi dari faktor
Pada Hasil Uji Analisis Regresi Parsial tersebut ditunjukan dari hasil analisis regresi model
Terhadap Barang diluar Jangkauan (Y2) dapat akhir sebagai berikut:
diketahui bahwa faktor perilaku tidak impulsif (X5) Pada Hasil Uji Analisis Regresi Model Akhir
memiliki hubungan negatif dan signifikan dengan (Y3) didapatkan hasil nilai regresi model akhir (Y3)
barang diluar jangkauan (Y2). Sedangkan aktivitas dengan X5 yaitu faktor perilaku tidak impulsif
(X1), minat (X2), opini (X3), disiplin diri (X4), dengan F = 48.470, R2 = 0.561 dan P = 0.000. Hal
kebiasaan sehat (X6), etika kerja (X7), kehandalan ini berarti perilaku tidak impulsive berpengaruh
(X8) tidak berkolerasi signifikan dengan barang sangat signifikan dengan faktor barang tidak
diluar jangkauan (Y2). Lebih lanjut pada hasil uji produktif. Lebih lanjut pada pengujian analisis
analisis regresi model stepwise didapatkan hasil regresi parsial pada faktor status (Y4) dapat
sebagai berikut: diketahui sebagai berikut:
Pada Rangkuman Hasil Uji Analisis Regresi Pada tabel Hasil Uji Analisis Regresi Parsial
Model Stepwise dengan Barang diluar Jangkauan Terhadap Status (Y4) dapat diketahui bahwa faktor
(Y2) dapat diketahui bahwa terdapat 6 faktor yang perilaku tidak impulsif (X5) memiliki hubungan
tidak signifikan dengan barang diluar jangkauan negatif dan signifikan dengan status (Y4).
(Y2) yaitu aktivitas (X1), minat (X2), opini (X3), Sedangkan faktor aktivitas (X1), minat (X2), opini
disiplin diri (X4), kebiasaan sehat (X6), etika kerja (X3), disiplin diri (X4), kebiasaan sehat (X6), etika
(X7), kehandalan. Adapun faktor yang signifikan kerja (X7), dan kehandalan (X8) tidak berkolerasi
dengan barang diluar jangkauan (Y2) adalah faktor signifikan dengan status (Y4). Lebih lanjut pada
kehandalan (X8) dan perilaku tidak impulsif (X5). hasil uji analisis regresi model stepwise didapatkan
Signifikansi dari 2 faktor tersebut ditunjukan dari hasil sebagai berikut:
hasil analisis regresi model akhir sebagai berikut: Pada table Rangkuman Hasil Uji Analisis
Pada Hasil Uji Analisis Regresi Model Akhir Regresi Model Stepwise dengan Status (Y4) dapat
(Y2) didapatkan hasil nilai regresi model akhir (Y2) diketahui bahwa terdapat 6 faktor yang tidak
dengan 2X yaitu faktor perilaku tidak impulsif dan signifikan dengan status (Y4) yaitu aktivitas (X1),
kehandalan dengan F = 38.276, R2 = 0.674 dan P = minat (X2), opini (X3), disiplin diri (X4), kebiasaan
0.000. Hal ini berarti faktor perilaku tidak impulsif sehat (X6), dan kehandalan (X8). Adapun faktor
dan kehandalan berpengaruh sangat signifikan yang signifikan dengan status (Y4) adalah faktor
dengan faktor barang diluar jangkauan. Lebih lanjut perilaku tidak impulsif (X5) dan etika kerja (X5).
pada pengujian analisis regresi parsial pada faktor Signifikansi dari faktor tersebut ditunjukan dari
melakukan (Y3) dapat diketahui sebagai berikut: hasil analisis regresi model akhir sebagai berikut:

44
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Pada Hasil Uji Analisis Regresi Model Akhir pemborosan.


(Y4) didapatkan hasil nilai regresi model akhir (Y4) 2. Peneliti Selanjutnya
dengan 2X yaitu faktor perilaku tidak impulsif dan a. Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk
etika kerja dengan F = 19.708, R2 = 0.516 dan P = melakukan penelitian dengan tema yang
0.000. Hal ini berarti perilaku tidak impulsif sama, diharapkan dapat mengkaji variabel
berpengaruh sangat signifikan dengan faktor status. terikat dengan lebih spesifik seperti perilaku
konsumtif pada produk fashion yang meliputi
KESIMPULAN DAN SARAN tas, sepatu atau jam tangan.
b. Diharapkan dapat mengkaji variabel yang
Kesimpulan
berhubungan dengan variabel perilaku
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
konsumtif seperti harga diri.
dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
c. Kemudian apabila tertarik untuk melakukan
1. Terdapat pengaruh antara gaya hidup brand
jenis penelitian yang sama diharapkan
minded dan kontrol diri terhadap perilaku
peneliti selanjutnya dapat menggunakan
konsumtif pada dewasa awal di Samarinda.
metode penelitian kualitatif atau
2. Terdapat pengaruh positif gaya hidup brand
perbandingan untuk hasil penelitian yang
minded terhadap perilaku konsumtif pada
lebih beragam.
dewasa awal di Samarinda. Artinya semakin
tinggi gaya hidup brand minded maka semakin
DAFTAR PUSTAKA
tinggi pula perilaku konsumtif pada dewasa awal
di Samarinda, dan sebaliknya semakin rendah Anggraeni, R., dan Mariyanti, S. (2014). Hubungan
gaya hidup brand minded maka semakin rendah antara kontrol diri dan perilaku konsumtif
pula perilaku konsumtiif pada dewasa awal di mahasiswi Universitas Esa Unggul. Jurnal
Samarinda. Psikologi, 12(1), 34-42
3. Terdapat pengaruh negatif kontrol diri terhadap Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian: suatu
perilaku konsumtif pada dewasa awal di pendekatan praktik (Edisi Revisi). Jakarta:
Samarinda. Artinya semakin tinggi kontrol diri Bumi Aksara.
maka semakin rendah perilaku konsumtif pada Baumeister, R. F., (2002). Yielding to temptation:
dewasa awal di Samarinda, dan sebaliknya self-control failure, impulsive purchasing, and
semakin rendah kontrol diri maka semakin tinggi consumer behavior, Journal of Consumer
perilaku konsumtif pada dewasa awal di Research, 28(4), 670-676
Samarinda. Chaplin, J. S. (2002). Kamus lengkap psikologi.
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Saran Dariyo, A. (2003), Psikologi perkembangan dewasa
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, muda. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana.
maka dapat dikemukakansaran-saran sebagai Fromm, E. (2008). The sane society. British Library
berikut: Cataloguing in Publication Data.
1. Bagi Dewasa Awal di Samarinda Ghufron, M. N., dan Rini. R. (2011). Teori-teori
a. Disarankan agar setiap individu untuk psikologi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
melakukan sesuatu dengan Hariyono, P. (2015). Hubungan Gaya Hidup dan
mempertimbangkan dengan cermat setiap Konformitas dengan Perilaku Konsumtif pada
keputusan serta dapat mengontrol keuangan Remaja. eJournal Psikologi. 3(2), 569-578.
dengan mengatur pengeluaran setiap bulan, Hawkins, D. I., Mothersbaugh, D. L., & Best, R. J.
contohnya seperti membuat daftar belanja. (2007). Consumer behavior: building
b. Disarankan agar dapat melakukan marketing strategy. New York: McGraw-Hill
pertimbangan yang rasional. Berbelanja Companies, Inc.
menggunakan pendapatan diri sendiri agar Mangkunegara, P. A, (2002) Perilaku konsumen.
tidak terjadi utang piutang di masa yang akan Bandung: Refika.
datang. Mowen, J. C., dan Minor, M. (2002). Perilaku
c. Disarankan agar tetap menggunakan barang konsumen edisi kelima. Jakarta: Erlangga.
yang lama tetapi masih bagus dan bisa Munandar, A. S. (2006). Psikologi industri dan
digunakan. Agar setiap barang yang dibeli organisasi. Jakarta: UI-Press.
memiliki daya guna dan tidak terjadi
45
Psikoborneo, Vol 7, No 1, 2019:37-46 ISSN: 2477-2666/E-ISSN: 2477-2674

Patricia, L. N & Handayani, S. (2014) Pengaruh Suyanto, B. (2013). Sosiologi ekonomi: kapitalisme
hidup hedonis terhadap perilaku konsumtif dan konsumsi di era masyarakat post-
pada pramugari maskapai penerbangan X. modernisme. Jakarta: Kencana Prenada Media
Jurnal Psikologi. 12(1), 10-17 Group
Sabirin, E. (2005). Kenapa Kita Doyan Belanja. Tangney, J. P., Baumeister, R, F., & Boone, F. L.
Diakses dari (2004). High Self Control Predicts Good
http://www.kompas.com/kompas- Adjusment, Less Pathology, Better Grades,
cetak/0508/26/muda/2000305.htm. and Interpersonal Success. Journal Of
Santock, W. J. (2008). Live-span development. Personality, 72 (2), 271-324.
perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga. Tambunan R. (2001). Perilaku konsumtif remaja.
Servian. (1998). Konsumerisme: perlu atau malu. Dalam http://www.e.psikologi.com.
Jakarta: Sinar Harapan. Veblen, T. (2003). The theory of the leisure class. A
Setiadi, J., Nugroho. (2010). Perilaku konsumen. Penn State Electronic Classics Series
edisi revisi. Jakarta: Penerbit Prenada Media Publication.
Grup. Yehoshua, R. (2009). Kecenderungan perilaku
Sumartono. (2002). Terperangkap dalam iklan: membeli kompulsif pada wanita dewasa muda
meneropong imbas pesan iklan televisi. yang bekerja dan belum menikah. Skripsi.
Bandung: Penerbit Alfabeta. Yogyakarta. Universitas Sanata Dharma.

46

You might also like