Bab I

Download as pdf or txt
Download as pdf or txt
You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Remaja yang notabene masih duduk dibangku SMA hingga masa

perkuliahan memiliki kewajiban dalam mengemban pendidikan, berprestasi,

malah terjerumus dalam pergaulan yang mengarah pada pemenuhan kebutuhan

hidup.Hal ini karena pada masa remaja, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi.

Sehingga Remaja ingin mencoba banyak hal yang baru dalam kehidupannya yang

akan menentukan gaya hidup Remaja itu.

Fenomena gaya hidup tampak terlihat di kalangan remaja, menurut

Monks dkk (Nashori, 2012) remaja memang menginginkan agar penampilan, gaya

tingkah laku, cara bersikap, dan lain lainnya akan menarik perhatian orang lain,

terutama kelompok sebayak. Remaja ingin diakui eksistensinya oleh lingkungan

sosial sehingga berusaha untuk mengikuti perkembangan yang terjadi seperti cara

berpenampilan. Kebutuhan untuk diterima dan menjadi sama dengan orang lain

atau kelompok teman sebaya menyebabkan remaja berusaha untuk mengikuti

berbagai atribut yang sedang tren, misalnya saja pemilihan model pakaian dengan

merek terkenal, penggunaan telefon genggam (HP) dengan fasilitas layanan

terbaru dan merk yang bagus serta harga yang lumayan mahal, berbelanja di pusat

perbelanjaan terkenal seperti mall daripada berbelanja di pasar tradisional atau

sekedar jalan-jalan untuk mengisi waktu luang bersama kelompok teman sebaya

dan sebagainya.

1
2

Remaja memilih untuk membeli apa yang diinginkan dan bukan apa yang

dibutuhkan. Hal ini tercermin dari wawancara yang dilakukan terhadap Siswi

Kelas XI SMA di Surakarta berinisial HID yang mengatakan bahwa dia lebih

tertarik dengan barang baru yang sering dipasarkan di Mall atau di Instagram.

Bahkan HID lebih sering membeli barang – barang baru seperti tas, jam tangan

agar terlihat lebih modis dan modern.

Hal lain tercermin dari subjek yang berinisial CAD SiswiKelas XI SMA

diSurakarta yang menjelaskan bahwa dirinya lebih senang menghabiskan waktu

libur bersama teman-temannya di Starbucks dan JCo atau nonton di bioskop

bersama teman-temannya daripada berada didalam asrama atau kos.

Terlihat jelas bahwa pemenuhan kebutuhan hidup pada kalangan remaja

identic dengan istilah belanja, dari belanja secara langsung maupun belanja secara

online.Hal ini memicu banyak kebiasaan yang melekat pada kata belanja sebagai

pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder disalah artikan sebagai sikap

hedonisme yang bias diluar batas.

Lingkungan sangat memberikan dampak yang besar pada pembentukan

perilaku hedonism pada remaja.Beberapa Siswa SMA di Surakarta notabene

banyak yang tinggal di asrama atau di kos-kosan yang cenderung lepas kendali

dari pengawasan orang tua, hal ini memicu remaja tersebut mengikut alur atau

kebudayaan yang ada di sekitarnya.Hal ini ditunjukkan dari hasil penelitian yang

dilakukan oleh Kholilah (Astuti, 2013) yang menunjukkan bahwa teman- teman

merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku Hedonisme.


3

Menurut Wojowasito (2012) hedonisme berasal dari bahasa yunani yaitu

hedone yang berarti kesenangan. Hedonisme adalah pandangan hidup yang

menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan hidup adalah tujuan utama.

Sumartono (2013) menjelaskan bahwa gaya hidup hedonis yang berorientasi pada

kesenangan umumnya banyak ditemukan di kalangan remaja. Hal ini karena

remaja mulai mencari identitas diri melalui penggunaan simbol status seperti

mobil, pakaian, dan pemilikan barang-barang yang mudah terlihat.

Remaja yang hidup dengan gaya hidup hedonis adalah remaja yang

memandang secara positif mengenai kesenangan dan akan mengambil atau

memanfaatkan kesempatan untuk mencapai kesenangan atau keinginan yang

diharapkan. Menurut Martha dkk (2015) remaja memiliki kecenderungan gaya

hidup hedonisme biasanya akan berusaha agar sesuai dengan status sosial hedon,

melalui gaya hidup yang tercermin dengan simbol-simbol tertentu, seperti merek-

merek yang digunakan dalam kehidupan sehari – hari. Fenomena tersebut menjadi

proses adaptasi nyang dilalui oleh sebagian siswa dalam memenuhi kebutuhan

sosialnya. Peristiwa tersebut disebabkan karena siswa mengalami hambatan sosial

yang mengarah pada ketidakpercayaan diri dan ditandai dengan cenderung merasa

terasing, tidak dapat mengekpresikan diri, dan terlalu lemah untuk mengatasi

kekurangan yang di miliki.

Perilaku subjek juga sesuai dengan ciri ciri gaya hidup hedonisme

sebagai berikut. Ciri-ciri gaya hidup hedonisme adalah kebahagian diperoleh

dengan mencari perasaan menyenangkan dan sedapat mungkin menghindari


4

perasaan perasaan yang tidak enak. Contohnya ialah, makan akan menimbulkan

penyakit (Sudarsih 2011).

Raharjo dan Silalahi (2014) menerangkan bahwa ada beberapa bentuk

ataupun karakteristik gaya hidup hedonisme di kalangan remaja. Hidup dan

tinggal di kota besar, tentu berkaitan dengan kesempatan akses informasi secara

jelas akan memperngaruhi gaya hidup dan berasal dari kalangan berada dan

memiliki banyak uang sebagai penunjang gaya hidup, secara intens mengikuti

perkembangan zaman melalui majalah-majalah ataupun media agar dapat

mengetahui perembangan zaman, umumnya juga memiliki penampilan modis.

Gambaran mengenai gaya hidup hedonis menurut Susianto (1993)

memiliki ciri-ciri antara lain: mengerahkan aktivitas untuk mencapai kenikmatan

hidup, sebagian besar perhatiannya di tunjukan keluar rumah, merasa mudah

berteman walaupun memilih-milih, menjadi pusat perhatiannya di tunjukkan

keluar rumah, merasa mudah berteman walaupun memilih-milih, menjadi pusat

perhatian, saat luang hanya untuk bermain dan kebanyakan anggota kelompok

adalah orang yang berada.

Hasil survey terbaru AC Nielsen Indonesia, pada tahun 2013 jumlah

orang indonesia yang membelanjakan uangnya di toko swalayan seperti

hypermart, supermarket dan minimaret telah meningkat lebih dari 31,4% dalam

waktu dua tahhun terahir, sementara dalam periode yang sama jumlah toko

tradisional telah menurun 8,1 % pertahun (http://www.tempointeraktif).

Pemenuhan kebutuhan hidup pada kalangan remaja sama dengan istilah

belanja, dari belanja secara langsung maupun belanja secara online. Belanja yang
5

dulu sering diartikan hanya sebatas pemenuhan kebutuhan ekonomi yang bersifat

primer dan sekunder, saat ini belanja diartikan sebagai ajang untuk pamerkan gaya

hidup dari remaja tersebut. Ditambah dengan perkembangan zaman yang mudah

dalam berbelanja membuat remaja saat ini hidup dalam perilaku yang konsumtif.

Menurut Noviyanti (2014),dalam survei yang dilakukan oleh perusahaan

pembiayaan penyedia teknologi pembayaran Global Visa pada 2014 lalu.

Hasilnya, 76 persen pengguna internet di Indonesia pernah berbelanja secara

massif dalam jaringan (daring) selama kurun 12 bulan terakhir. Menariknya,

pembeli daring itu cenderung berusia lebih muda.Usianya terpaut jauh

dibandingkan pembeli offline yang hamper separuhnya sekitar 48 persen, yaitu

berusia 18 sampai 30 tahun (kompas.com).

Lingkungan sangat memberikan dampak yang besar pada pembentukan

perilaku hedonism pada remaja.Beberapa Siswa SMA notabene banyak yang

tinggal di asrama atau di kosan yang cenderung lepas kendali dari pengawasan

orang tua, hal ini memicu Remaja tersebut mengikut alura tau kebudayaan yang

ada disekitarnya.Hal ini ditunjukan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh

Kholilah (Astuti, 2013) yang menunjukkan bahwa teman- teman merupakan salah

satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku Hedonisme.

Perilaku hedonisme yang dilakukan oleh remaja yang notabene masih

duduk di bangku SMA akan mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri,

sehingga perlu sekali adanya sikap filter yang dilakukan oleh mereka. Dari hasil

wawancara beberapa siswa menunjukan bahwa apa yang dilakukan siswi SMA

cenderung bersifat jangka pendek dan belum dapat dipertanggung jawabkan untuk
6

kebutuhan jangka panjang sehingga akan merugikan pada kehidupan ekonomi

pada diri mereka.

Berdasarkan dari fenomena-fenomena diatas serta penelitian yang telah

dilakukan sebelumnya, maka rumusan masalah yang akan diajukan yakni

“Bagaimana gaya hidup hidp hedonisme pada remaja putri?”.Dengan uraian

tersebut, maka peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul “gaya

hidup hedonisme pada remaja putri”.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui secara mendalam dan

mendisripsikan dinamika gaya hidup hedonism pada remaja putri

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sebuah manfaat berupa:

1. ManfaatTeoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pengembangan

ilmu psikologi terutama psikologi sosial yang berhubungan dengan gaya hidup

hedonisme.

2. ManfaatPraktis

a. Bagi Subjek Penelitian

Untuk memberikan informasi kepada subjek dalam menyikapi gaya hidup

hedonisme.
7

b. Bagi Orang Tua

Untuk memberikan rujukan bagi orang tua dalam memberikan pengajaran

dan nasihat untuk anak dalam menyikapi gaya hidup yang sedang terjadi

karena perkembangan jaman, sehingga anak dapat mengendalikan gaya

hidup hedonisme.

c. Bagi Peneliti Lainnya

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan dan

referensi untuk melakukan penelitian khususnya yang berkaitan dengan

Gaya Hidup Hedonisme pada remaja khususnya remaja putri.

You might also like