2975-Article Text-9647-5-10-20210910
2975-Article Text-9647-5-10-20210910
2975-Article Text-9647-5-10-20210910
, Studi Literatur Tentang Kuantitatif Penggunaan Antibiotik Pada Bangsal Bedah Dengan DDD, KELUWIH: Jurnal
Kesehatan dan Kedokteran, Vol.2(1), 9-22, Desember 2020.
https://doi.org/10.24123/kesdok.v2i1.2975
Original Research
Abstract—Antibiotic resistance is one of the healthcare problems associated with higher medical costs, prolonged hospital stays,
and increased mortality rate. Monitoring antibiotic usage purposed to control the incidence of antibiotic resistance. Past research
reported that there was an irrational use of surgical prophylaxis in Asia. The objective of this research is to review surgical
prophylaxis utilization using DDD method with DDD/100 Bed Days as outcome. The study design used is systematic review. The
articles included in this study were cross-sectional study design, in Indonesian or English language, and published between the
years 2010-2020. The defined daily dose, antibiotic prophylaxis, surgery were the search term. This study assesses the quality of
journals by The Joanna Briggs Institute (JBI) checklist and the journal's reputation. There were eleven articles, five articles had a
good quality according to JBI checklist and published at journal indexed Scopus or accredited by National Journal Accreditation
(ARJUNA) SINTA 1-3. The most used surgical prophylaxis antibiotic in 6 locations was ceftriaxone. Meanwhile, Cefazolin, the first
choice surgical prophylaxis antibiotic recommended by the guideline, only reported being used the most at 2 locations. In Asia,
there are irrational surgical prophylaxis antibiotic utilizations. The monitoring of surgical prophylaxis antibiotic use needs to be
improved to increase the appropriateness.
Abstrak—Resistensi antibiotik merupakan salah satu masalah kesehatan karena meningkatkan biaya perawatan, memperpanjang
lama rawat di rumah sakit, dan meningkatkan angka kematian. Pemantauan penggunaan antibiotik bertujuan untuk
mengendalikan kejadian resistensi antibiotik. Penelitian terdahulu melaporkan bahwa masih banyak terjadi pemakaian antibiotik
secara irasional di bangsal bedah di Asia. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pola pemakaian antibiotik di bangsal bedah
dalam satuan DDD/100 bed days. Penelitian ini merupakan kajian sistematik. Artikel terpilih dalam penelitian ini adalah artikel
penelitian potong lintang, berbahasa Indonesia atau Inggris, dan dipublikasi antara tahun 2010 sampai 2020. Kata kunci yang
dipakai adalah defined daily dose, antibiotic prophylaxis, surgery. Kualitas jurnal dinilai dengan checklist Joanna Briggs Institute
(JBI) dan reputasi jurnal. Hasil: Didapatkan sebelas artikel, lima jurnal memiliki kualitas baik menurut checklist JBI dan dipublikasi
oleh jurnal terindeks Scopus atau terakreditasi Sinta 1-3. Berdasarkan hasil sintesis, antibiotik golongan sefalosporin merupakan
antibiotik yang paling sering dipakai. Seftriakson dilaporkan pada 6 lokasi sebagai antibiotik yang paling sering dipakai sebagai
profilaksis pembedahan, sedangkan sefazolin, antibiotik pilihan utama yang direkomendasikan oleh pedoman terapi, hanya
dilaporkan paling banyak digunakan di 2 lokasi. Di Asia, penggunaan antibiotik profilaksis di bangsal bedah masih ada yang
irasional. Pemantauan penggunaan antibiotik profilaksis di bangsal bedah perlu ditingkatkan.
Kata kunci: defined daily dose, antibiotik profilaksis, bangsal bedah, asia
PENDAHULUAN
Pada saat ini, antibiotik sering diresepkan untuk penyakit infeksi. Antibiotik diresepkan
karena berkhasiat untuk membunuh atau menghambat pertumbuhan bakteri. Obat golongan
ini meskipun sangat bermanfaat, bisa menjadi tidak berguna jika pemakaiannya tidak hati-hati
(tidak sesuai resep atau guideline) [1]. Bakteri bisa beradaptasi terhadap obat dan menjadi
resisten. Resistensi bakteri ini merupakan salah satu masalah yang dihadapi tenaga kesehatan
terkait dengan antibiotik. Dampak dari resistensi bisa menyebabkan masa pengobatan
semakin panjang, biaya pengobatan semakin mahal, dan penyakit yang semakin parah karena
bakteri tidak bisa dibunuh [2]. Guidos juga melaporkan bahwa Amerika membayar sebesar 20
triliun dolar Amerika hanya untuk kasus resistensi bakteri.
Kajian kuantitatif pada bangsal bedah ini dilakukan karena masih ada masalah
mengenai jumlah antibiotik di bangsal bedah yang berlebih [3-5], yaitu penggunaan seftriakson
sebanyak 53,6% - 56% [3,4] dan kombinasi seftriakson - metronidazol sebanyak 41,4%.
American Society of Health System Pharmacists (ASHP) dan World Health Organization (WHO)
merekomendasikan sefazolin sebagai pilihan antibiotik profilaksis bedah [3,6], bukan
seftriakson. Mousavi (2017) melaporkan bahwa 54,6% pemilihan dosis tidak sesuai dengan
pedoman terapi, sedangkan Harrison (2015) melaporkan adanya 57% pemberian antibiotik
tidak sesuai pedoman terapi, 15,5% dari total semua peresepan menggunakan seftriakson [5,7].
Seftriakson merupakan antibiotik yang paling sering digunakan di Asia Barat dan Tengah,
sedangkan kombinasi amoksisilin dan penghambat enzim merupakan antibiotik yang paling
sering digunakan di Asia Timur dan Selatan [8]. Kajian sistematik ini bertujuan untuk
melakukan kajian terhadap informasi yang baru dari pemakaian antibiotik di bangsal bedah
dan melakukan update terhadap informasi yang ada sebelumnya, khususnya di Benua Asia
yang dinyatakan dalam satuan Defined Daily Dose (DDD) per 100 bed-days.
METODE
Desain penelitian ini merupakan kajian sistematik jurnal ilmiah, laporan penelitian
penggunaan antibiotik di rumah sakit, meliputi jenis antibiotik dan jumlah penggunaan
antibiotik dalam satuan DDD/100 BD, dengan desain penelitian potong lintang, yang
dipublikasikan tahun 2010-2020. Pencarian terhadap informasi dilakukan secara elektronik
pada bulan Maret 2020. Basis data yang digunakan untuk mencari pustaka adalah Google
Scholar dan PubMed. Kata Kunci yang dipakai adalah Defined Daily Dose, Antibiotic Prophylaxis,
Surgery. Kata Antibiotic Prophylaxis diganti dengan “Antibiotik Profilaksis” dan kata Surgery
diganti dengan “Bangsal Bedah” untuk pencarian jurnal berbahasa Indonesia. Kata kunci
tersebut digabung dengan Boolean Operators. Search term yang dipakai yaitu “Defined Daily
Dose” AND “Antibiotic Prophylaxis” AND “Surgery” atau “Defined Daily Dose” AND “Antibiotik
Profilaksis” AND “Bangsal Bedah”.
Jurnal yang ditemukan pada basis data kemudian di-skrining berdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi berupa desain studi berupa cross sectional, artikel didapat
dengan kata kunci yang telah ditetapkan, artikel didapatkan dari Pubmed dan Google Scholar,
artikel yang dipublikasi paling lama 10 tahun terakhir, penelitian mencantumkan data
DDD/100 bed days (BD). Kriteria eksklusinya, artikel tidak merupakan full text, lokasi penelitian
bukan di Benua Asia, artikel dengan data bedah dengan non-bedah dicampur, bahasa yang
dipakai dalam artikel bukan Inggris atau Indonesia, dan artikel dengan jumlah sampel
penelitian yang tidak jelas. Jurnal dipilih jika memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
Jurnal terpilih kemudian diperiksa kualitasnya dengan checklist Joanna Briggs Institute
(JBI) [9] dan reputasi jurnal. Jurnal dikatakan berkualitas baik jika hasil dari checklist dan
reputasi sama-sama baik. Untuk checklist JBI, jurnal dikatakan baik jika ada minimal tujuh
jawaban yes dan pertanyaan mengenai validitas outcome dijawab yes. Untuk penilaian
berdasarkan kualitas jurnal, jurnal dikatakan baik jika terindeks scopus atau atau terakreditasi
Sinta 1-3.
Data penelitian penggunaan antibiotik disajikan dalam dua Tabel menurut
pengelompokan kualitas jurnal. Data penggunaan antibiotik di Bangsal Bedah yang merupakan
hasil penelitian artikel yang dipublikasi oleh jurnal kategori kualitas baik dipresentasikan dalam
Tabel yang berbeda dengan data penggunaan antibiotik di Bangsal Bedah yang merupakan
hasil penelitian artikel yang dipublikasi oleh jurnal kategori kualitas kurang. Selain penggunaan
antibiotik, informasi mengenai metode penelitian, subjek penelitian, intervensi, outcome
diekstraksi dari artikel penelitian terpilih. Subjek penelitian dipastikan merupakan pasien
bedah yang diberi antibiotik profilaksis. Data intervensi yang diekstraksi adalah jenis antibiotik
dan jumlah yang dipakai. Data outcome yang diesktraksi adalah DDD/100 bed-days. Data jenis
antibiotik kemudian dikelompokkan menurut golongan antibiotik. Analisis data dilakukan
secara statistik deskriptif. Data penggunaan masing-masing jenis antibiotik dalam satuan
DDD/100 bed-days akan dibandingkan dengan jenis antibiotik lainnya dalam artikel penelitian
individual dan antar-laporan hasil penelitian.
HASIL
Seleksi studi
Artikel didapat berdasarkan pencarian sebanyak 324 dari Google Scholar dan 20 dari
PubMed. Setelah itu, skrining dilakukan berdasarkan tahun publikasi, duplikasi, judul, kriteria
inklusi, dan kriteria eksklusi. Delapan puluh enam jurnal ditolak karena tahun publikasi tidak
sesuai kriteria, 40 jurnal ditolak karena duplikasi, dan 207 ditolak karena tidak memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Setelah dilakukan skrining, terdapat 11 artikel terpilih untuk
menjawab topik yang diteliti. Alur pencarian artikel disusun sesuai panduan Preferred
Reporting Items for Systematic Reviews and Meta-Analyses (PRISMA) (lihat Gambar 1).
Tabel 1
Karakteristik Dan Hasil Penelitian Artikel Terpilih [10-19]
Utaminingrum Banyumas
, Sudarso
Nurul 2017 Evaluasi Pasien 12 bulan 119 Total
rumah sakit
Umum daerah
Cengkareng
Periode Januari
sampai
Desember 2016
Fauna 2018 A retrospective Pasien bedah 11 bulan 322 Total
Tabel 2
Daftar Pemenuhan Kriteria Pertanyaan Joanna Briggs Institute (JBI) [10-19]
Sawalha, Adham
S. Abu Taha
7 Dixon Thomas A Tidak jelas Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Jeewan, Gerardo
Alvarez-Uria
8 Behzad Foroutan, Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Reza Foroutan
9 Hamdi Sözen, Tidak jelas Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Ibak Gönen, Ayse
Sözen, Ali
Kutlucan, Serdar
Kalemci, Murat
Sahan
10 Nurul Fazriyah, Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Azrifitriyah,
Delina Hasan
11 Julius King, V. Ya Ya Ya Ya Ya Ya Tidak jelas Ya
Rizke
Ciptaningtyas
Tabel 3
Daftar Artikel Penelitian Menurut Kriteria Pengindeksan Atau Akreditasi Jurnal [10-19]
Utaminingrum, Sudarso
6 Waleed M. Sweileh, SO Adas, Q3 Baik
Ansam F. Sawalha, Adham S.
Abu Taha
7 Dixon Thomas A Jeewan, Tidak ada Kurang baik
Gerardo Alvarez-Uria
8 Behzad Foroutan, Reza Foroutan Q3 Baik
9 Hamdi Sözen, Ibak Gönen, Ayse Q1 Baik
Sözen, Ali Kutlucan, Serdar
Kalemci, Murat Sahan
10 Nurul Fazriyah, Azrifitriyah, Tidak ada Kurang baik
Delina Hasan
11 Julius King, V. Rizke Sinta 5 Kurang baik
Ciptaningtyas
Tabel 4
Jumlah Penggunaan Antibiotik Dalam DDD/100 BD Dari Artikel Yang Dipublikasi Di Jurnal
Berkualitas Baik [4,10,12,14,16]
Kusuma
Sweileh Forout
No Jenis antibiotik Herawati* an Sozen
Marg Ajibara Banyu
ono ng mas Thabet Rafidia
Amfenikol
1 Tiamfenikol 0,13
Penisilin
2 Amoksisilin 35,09 31,7 1,45
3 Ampisilin 34,72 77,32 4,94 15,41
4 Amoksisilin/klavulanat 2,36
5 Ampisilin/sulbaktam 0,47 0,38 0,58
6 Kloksasilin 0,27
Sefalosporin generasi 1
7 Sefaleksin 0,27 27,2
8 Sefazolin 1,37 1,01 0,97 26,43
9 Sefadroksil 0,31 0,28 21,13
Sefalosporin generasi 2
Sefalosporin generasi 3
12 Seftazidim 0,38
14 Seftizoksim 0,02
15 Sefiksim 3,18
Sefalosporin generasi 4
17 Sefepim 0,67
18 Sefpirom 0,02
Karbapenem
Makrolida
21 Eritromisin 0,97
22 Azitromisin 0,04
Linkosamid
Aminoglikosida
25 Kanamisin 0,03
Fluorokuinolon
28 Levofloksasin 1,8
Glikopeptida
29 Vankomisin 0,58
Imidazol
Tabel 5
Jumlah Penggunaan Antibiotik Dalam DDD/100 BD Dari Artikel yang Dipublikasi Di Jurnal
Berkualitas Kurang Baik [11,13,15,17-19]
Penisilin
2 Amoksisilin 0,65 0,31
3 Amoksisilin/klavulanat 7,8
4 Ampisilin/sulbaktam 6,06
Sefalosporin generasi 1
5 Sefaleksin 4,14
6 Sefazolin 0,42 28,24 4,33 5,62 0,78
7 Sefadroksil 0,14 7,74 8,38
Sefalosporin generasi 2
8 Sefuroksim 4,04
Sefalosporin generasi 3
9 Sefotaksim 3,26 1,36 0,18 0,89
10 Seftazidim 0,07 0,08
46,5
11 Seftriakson 20,21 62,58 32,95 5,67 36,88 4,12 2 11,18
12 Sefiksim 4,78 21,38
13 Sefoperazon/sulbaktam 1,52 2,43
Linkosamid
14 Klindamisin 0,94 1,71
Aminoglikosida
15 Gentamisin 0,09 0,84 0,95 0,05 1,86
16 Amikasin 7,98 1,59
Fluorokuinolon
17 Siprofloksasin 0,66 0,66 2,78
18 Levofloksasin 2,27
Imidazol
19 Metronidazol 7,55 1,73 1,11 5,57
Total DDD/100 BD 26,22 93,71 50,1 46,35 51,59 36,4 57 11,96
Total jenis antibiotik 7 6 6 7 7 10 5 2
BAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi utilisasi antibiotik profilaksis untuk pasien
bedah di Asia yang selama ini ditemukan masih bermasalah. Berdasarkan tabel hasil penelitian,
masih ditemukan pemakaian antibiotik yang irasional (tidak sesuai guideline). WHO
menyarankan penggunaan sefazolin atau sefuroksim sebagai pilihan utama antibiotik
profilaksis untuk pasien bedah [6].
Laporan Joshi menunjukkan hal yang serupa dengan hasil penelitian yang ditemukan
dalam penelitian ini , yaitu antibiotik golongan sefalosporin adalah jenis antibiotik yang paling
sering diresepkan sebagai profilaksis dengan frekuensi peresepan 86% dan 38 dari 100 pasien
mendapat injeksi seftriakson [20].
Laporan penelitian Akalin juga menunjukkan pemakaian yang irasional pada antibiotik
seftriakson sebagai antibiotik profilaksis seperti yang ditemukan pada penelitian ini.
Seftriakson merupakan antibiotik yang ketiga paling banyak digunakan setelah sefazolin dan
kombinasi ampisilin/sulbaktam. Pemakaian seftriakson yang tinggi mungkin disebabkan karena
seftriakson memiliki spektrum luas dengan toksisitas rendah [21] sehingga dokter memilih
untuk meresepkan seftriakson meskipun WHO menyarankan penggunaan sefazolin atau
sefuroksim [22].
Rentang total DDD/100 BD pada penelitian ini yaitu 11,96-162,2 DDD/100 BD hal ini
menunjukkan bahwa DDD/100BD dari total antibiotik profilaksis di bangsal bedah masih
bervariasi. Total DDD/100BD yang tinggi seperti pada penelitian Kusuma A.M. et al (2016) dan
Sweileh W.M. et al (2012) mungkin disebabkan oleh peresepan antibiotik yang tidak
dibutuhkan menurut guideline WHO atau perpanjangan dari pemberian profilaksis (antibiotik
profilaksis yang diberikan setelah operasi selesai) [10,16].
Berdasarkan data yang sudah dijabarkan sebelumnya, penggunaan antibiotik yang
tidak sesuai guideline/ irasional masih sering terjadi. Hal ini membuktikan bahwa pengawasan
terhadap pemakaian antibiotik profilaksis di bangsal bedah perlu ditingkatkan untuk mencegah
terjadinya pemakaian antibiotik yang irasional.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa pengawasan terhadap pemakaian
antibiotik profilaksis bangsal bedah masih perlu ditingkatkan. Hal ini bisa dilihat dari
ketidaksesuaian terhadap rekomendasi internasional dan nilai DDD/100 Bed Days (BD) yang
tinggi untuk antibiotik yang tidak disarankan dan pola penggunaan (jenis dan jumlah) yang
bervariasi. Golongan cephalosporin merupakan golongan antibiotik yang paling sering
digunakan khususnya ceftriaxone. Hal ini tidak sesuai dengan rekomendasi dari WHO yang
menyarankan cefazoline atau cefuroxime. Selain itu, total DDD/100 BD yang masih beragam
dengan rentang 11,96 -162,2 DDD/100BD. Total yang beragam juga menununjukkan variasi
pola penggunaan antibiotik profilaksis di Asia.
Penelitian ini menunjukkan adanya variasi dan irasionalitas dari pemakaian antibiotik
yang tidak menjadi pilihan utama. Perlu adanya guideline yang mengikuti saran dari WHO dan
pola sensitivitas bakteri lokal di tiap rumah sakit serta memperketat pengawasan antibiotik
untuk mengurangi pemakaian antibiotik yang irasional.
PUSTAKA ACUAN
1. Aslam B, Wang W, Arshad MI, Khurshid M, Muzammil S, Rasool MH, Nisar MA, Alvi RF,
Aslam MA, Qamar MU, Salamat MKF, Baloch Z. Antibiotic resistance: a rundown of a
global crisis. Infect Drug Resist. 2018;11: 1645–58. https://doi.org/10.2147/IDR.S173867.
2. Robert JG. Combating antimicrobial resistance: policy recommendations to save lives. Clin
Infect Dis. 2011;52(Suppl 5): S397–428. https://doi.org/10.1093/cid/cir153.
3. Ayele Y, Taye H. Antibiotic utilization pattern for surgical site infection prophylaxis at Dil
Chora Referral Hospital Surgical Ward, Dire Dawa, Eastern Ethiopia. BMC Res Notes.
2018;11(1): 537. https://doi.org/10.1186/s13104-018-3629-6.
4. Herawati F, Yulia R, Hak E, Hartono AH, Michiels T, Woerdenbag HJ, Avanti CA.
Retrospective surveillance of the antibiotics prophylactic use of surgical procedures in
private hospitals in Indonesia. Hosp Pharm. 2019;54(5): 323–9.
https://doi.org/10.1177/0018578718792804.
5. Mousavi S, Zamani E, Bahrami F. An audit of perioperative antimicrobial prophylaxis:
compliance with the international guidelines. J Res Pharm Pract. 2017;6(2): 126–9.
https://doi.org/10.4103/jrpp.JRPP_16_164.
6. The selection and use of essential medicines: report of the WHO Expert Committee on
Selection and Use of Essential Medicines, 2019 (including the 21st WHO Model List of
Essential Medicines and the 7th WHO Model List of Essential Medicines for Children).
Geneva: World Health Organization; 2019. Available from:
https://www.who.int/medicines/publications/essentialmedicines/UNEDITED_TRS_2019_E
C22_Sept.pdf?ua=1.
7. Harrison R, Cohen AW, Walton M. Patient safety and quality of care in developing
countries in Southeast Asia: a systematic literature review. Int J Qual Health Care.
2015;27(4): 240–54. https://doi.org/10.1093/intqhc/mzv041.
8. Versporten A, Zarb P, Caniaux I, Gros M, Drapier N, Miller M, Jarlier V, Nathwani D,
Goossens H. Antimicrobial consumption and resistance in adult hospital inpatients in 53
countries: results of an internet-based global point prevalence survey. Lancet Glob Health.
2018;6(6): e619-29.
9. Moola S, Munn Z, Tufanaru C, Aromataris E, Sears K, Sfetcu R, Currie M, Qureshi R, Mattis
P, Lisy K, Mu P-F. Chapter 7: Systematic reviews of etiology and risk . In: Aromataris E,
Munn Z (Editors). Joanna Briggs Institute Reviewer's Manual. The Joanna Briggs Institute.
2017. Available from https://reviewersmanual.joannabriggs.org.
10. Sweileh WM, Adas SO, Sawalha AF, Taha AS. Utilization and cost of antibacterial drugs in 2
general surgery units in Palestine measured using anatomical therapeutic chemical
classification and defined daily dose methodology. East. Mediterr. Health J. 2012;18(6):
641–7. https://doi.org/10.26719/2012.18.6.641.
11. Laras NW, Farida H. Kuantitas penggunaan antibiotik di Bangsal Bedah dan Obstetri-
ginekologi RSUP Dr. Kariadi setelah kampanye PP-PPRA. Jurnal Kedokteran Diponegoro.
2012;1(1): 112516.
12. Sözen H, Gönen I, Sözen A, Kutlucan A, Kalemci S, Sahan M. Application of ATC/DDD
methodology to evaluate of antibiotic use in a general hospital in Turkey. Ann Clin
Microbiol Antimicrob. 2013;12: 23. https://doi.org/10.1186/1476-0711-12-23.
13. Jeewan DTA, Alvarez-Uria G. DDDs per hundred bed days of antibiotics used for surgical
prophylaxis in a rural resource limited secondary care Indian hospital. Healthcare
Intervention Journal. 2013;1: 8-18. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.21764.88965.
14. Foroutan B, Foroutan R. Perioperative antibiotic prophylaxis in elective surgeries in Iran.
Med J Islam Repub Iran. 2014;28: 66.
15. King J, Ciptaningtyas VR. Kuantitas penggunaan antibiotik sebelum dan setelah
pembuatan Pedoman Penggunaan Antibiotik (PPAB): penelitian pada kasus Bedah Digestif
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Media Medika Muda. 2015;4(4): 1072-82.
16. Kusuma AM, Galistiani GF, Wijayanti DN, Umami M, Nurdiyanti, Utaminingrum W,
Sudarso. Evaluasi kuantitatif penggunaan antibiotik pada pasien caesarean section di
RSUD se-Kabupaten Banyumas. Jurnal Farmasi Indonesia. 2016;8(1): 327-33.
17. Fazriyah N. Evaluasi penggunaan antibiotik profilaksis pada pasien Bedah Apendektomi
dengan metode ATC/DDD dan DU 90% di Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng periode
Januari-Desember 2016 (Bachelor's thesis). UIN Syarif Hidayatullah Jakarta: Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. 2017.
18. Fitriyani, Ramadhan AM, Mahmudah F. Studi penggunaan antibiotik berdasarkan
ATC/DDD pada pasien Bedah Orthopedi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Proceeding of the 8th Mulawarman Pharmaceuticals Conferences. 2018;8(1): 207-13.
https://doi.org/10.25026/mpc.v8i1.325.
19. Nuraliyah NM, Ramadhania ZM, Syofiah E. Evaluasi penggunaan antibiotik pada pasien
Bedah Caesar dan Hernia di salah satu rumah sakit di Jawa Barat. Majalah Farmasetika.
2019;4(5): 139-45. https://doi.org/10.24198/farmasetika.v4i5.23278.
20. Joshi DK, Rizwan M, Kothiyal P, Joshi Y. Evaluation of prescription pattern of antibiotics for
surgical prophylaxis in secondary care hospital. Int J Basic Clin Pharmacol. 2017;6(8):
1969-76.
21. Sileshi A, Tenna A, Feyissa M, Shibeshi W. Evaluation of ceftriaxone utilization in medical
and emergency wards of Tikur Anbessa specialized hospital: a prospective cross-sectional
study. BMC Pharmacol Toxicol 17, 7 (2016). https://doi.org/10.1186/s40360-016-0057-x.
22. Akalin S, Kutlu SS, Cirak B, Eskiçorapcı SY, Bagdatli D, Akkaya S. Application of ATC/DDD
methodology to evaluate perioperative antimicrobial prophylaxis. International Journal of
Clinical Pharmacy. 2012;34(1): 120-6. https://doi.org/10.1007/s11096-011-9601-3.